MODUL PERKULIAHAN
P322150002 –
Audit Internal
Tujuan Kinerja Organisasi
Abstrak Sub-CPMK
Pendahuluan
Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh
Pengukuran Kinerja
Beberapa faktor yang dipertimbangkan oleh Kepala Unit Audit Internal/ Chief Audit
Executive (CAE) dalam membuat kriteria pengukuran kinerja, antara lain:
1) Ukuran dari fungsi audit internal
2) Layanan khusus yang ditawarkan
3) Peraturan khusus industri
4) Lingkungan operasi
5) Budaya organisasi
1) Kesesuaian dengan Definisi Audit Internal, Kode Etik, dan Standar, termasuk
tindakan korektif secara tepat waktu bila terjadi ketidaksesuaian yang signifikan.
2) Kecukupan piagam Aktivitas Audit Internal, tujuan, sasaran, kebijakan, serta
prosedur.
3) Kontribusi terhadap proses tata kelola, manajemen risiko, serta pengendalian
internal organisasi.
4) Kepatuhan terhadap hukum yang berlaku, peraturan, dan serta standar pemerintah
ataupun industri.
5) Efektivitas perbaikan kegiatan secara terus-menerus serta adopsi praktik-praktik
terbaik.
6) Sejauh mana Aktivitas Audit Internal menambah nilai dan meningkatkan operasi
organisasi.
Keadaan telah berubah dengan munculnya sikap dewan komisaris yang menuntut
anggota dewan komisaris untuk membiasakan diri tanggap pada perubahan-perubahan
dinamis yang terjadi pada perusahaan. Oleh sebab itu, agar supaya anggota dewan
komisaris dapat lebih terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan, mendorong
dewan komisaris membentuk subkomite yang beranggotakan anggota dewan komisaris
yang tidak aktif dalam manajemen untuk memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan
pemeriksaan kinerja.
1. Mengamati
Bagi auditor internal, mengamati berarti melihat, memerhatikan, tidak
melewatkan hal-hal yang dianggap penting. Hal ini mengimplikasikan diterapkannya
pandangan yang berhati-hati dan berpengetahuan pada orang, fasilitas, proses, dan
barang-barang. Hal ini juga berarti pemeriksaan visual yang memiliki tujuan, memiliki
nuansa perbandingan dengan standar dan suatu pandangan yang evaluatif.
2. Mengajukan Pertanyaan
Mengajukan pertanyaan merupakan teknik yang paling pervasif bagi auditor
internal. Pertanyaan yang diajukan selama audit dilakukan bisa secara lisan maupun
tertulis. Pertanyaan lisan adalah yang paling sering digunakan namun yang paling
sulit dikemukakan. Perolehan informasi bisa menjadi suatu seni tersendiri.
Mendapatkan fakta tanpa membuat klien tersinggung kadang- kadang bukanlah
tugas yang mudah.
Jika klien merasa dicecar atau merasa diperiksa silang, mereka cenderung
bertahan dan enggan berperan menyingkap kebenaran. Jika auditor internal
memahami pandangan kebanyakan rekan kerja mereka (klien) terhadap mereka,
yaitu dipandang sebagai ancaman potensial bagi posisi mereka dan bisa mengubah
sikap mereka untuk mengurangi ketakutan, peluang untuk mendapatkan informasi
yang berguna akan meningkat.
3. Menganalisis
Menganalisis berarti memeriksa secara rinci, artinya memecah entitas yang
kompleks ke dalam bagian-bagian kecil untuk menentukan karakteristiknya yang
sebenarnya. Istilah ini juga berarti melihat lebih dalam beberapa fungsi, aktivitas, atau
kelompok transaksi yang menentukan hubungan masing-masing. Analisis
dimaksudkan untuk mengetahui kuaalitas, penyebab, dampak, motif, dan
kemungkinan-kemungkinan seringkali sebagai fasilitator bagi penelitian selanjutnya
atau sebagai dasar pertimbangan.
4. Memverifikasi
Memverifikasi berarti mengkonfirmasi kebenaran, akurasi, keaslian, atau
validitas sesuatu. Hal ini merupakan sarana tertua yang dimiliki oleh auditor internal.
Cara ini paling sering digunakan untuk mendapatkan kebenaran fakta atau rincia
dalam suatu akun atau suatu subjek yang diaudit. Hal ini mengimplikasikan upaya
yang disengaja untuk menentukan akurasi atau validitas beberapa laporan atas apa
yang diaudit dengan mengujinya, serta membandingkan dengan fakta yang diketahui
dan data yang asli dengan standar yang ada.
5. Menginvestigasi
Menginvestigasi merupakan istilah yang secara umum diterapkan pada
pelaksanaan tanya jawab untuk menemukan fakta-fakta yang tersembunyi dan
mencari kebenaran. Hal ini mengimplikasikan penelusuran informasi yang sistematis
yang diharapkan dapat diketahui oleh auditor internal. Cara ini tidak terbatas pada
penyidikan yang menyelidiki namun lebih dalam dan ekstensif dengan maksud
mendektesi kesalahan. Investigasi berarti berupaya mencari bahan bukti atas
terjadinya kesalahan.
6. Mengevaluasi
Mengevaluasi berarti menuju suatu pertimbangan, yang artinya menimbang apa
yang telah dianalisi dan menentukan kecukupan, efisiensi, dan efektivitasnya. Hal ini
merupakan langkah yang berada di antara analisis dan verifikasi di satu sisi dan opini
audit di sisi lain. Hal ini merupakan kesimpulam yang dihasilkan auditor internal
berdasarkan fakta-fakta yang telah dikumpulkan. Evaluasi mengimplikasikan
pertimbangan profesional dan merupakan rangkaian yang berjalan melewati
keseluruhan proses audit.
Pada tahap awal pemeriksaan audit, auditor internal harus mengevaluasi suatu
risiko khusus yaitu risiko menghilangkan suatu aktivitas dari penelaahan mereka
dibandingkan dengan risiko audit. Dalam program audit, auditor harus mengevaluasi
perlunya pengujian rinci sebagai pengganti survei. Auditor harus mengevaluasi
ketepatan dan tingkat keyakinan yang dibutuhkan untuk mencapai keandalan sampel
yang mereka yakin dibutuhkan.
Audit internal adalah aktivitas pemberian keyakinan objektif yang independen dan
aktivitas konsultasi yang dilakukan untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan
kinerja operasi organisasi. Aktivitas tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya
Performance (kinerja) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam rangka mencapai tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar
hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika.
Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada
pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan
dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak
positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional.
Kinerja juga dapat diartikan sebagai kesuksesan yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Kesuksesan yang dimaksud tersebut ukurannya tidak
dapat disamakan pada semua orang, namun lebih merupakan hasil yang dicapai oleh
seseorang menurut ukuran yang berlaku sesuai dengan pekerjaan yang ditekuninya.
Individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu
berorientasi pada prestasi, memiliki percaya diri, berperngendalian diri dan kompetensi.
Kinerja sebagai hasil dari suatu pekerjaan yang berhubungan dengan tujuan organisasi
Untuk mengetahui kinerja organisasi maka setiap organisasi harus memiliki kriteria
keberhasilan berupa target-target tertentu yang hendak dicapai, dimana tingkat
pencapaian atas target tersebut didasarkan pada suatu konsep tertentu yang sudah teruji
validitasnya dalam melakukan pengukuran kinerja suatu organisasi.
Sedangkan manfaat dari pengukuran kinerja sektor publik bagi pihak internal dan
eksternal organisasi, antara lain:
1) Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk
penilaian kinerja.
2) Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.
3) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya
dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.
4) Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksana
yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah
disepakati.
5) Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya
memperbaiki kinerja organisasi.
6) Mengindentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
7) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
8) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
9) Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.
Pengukuran kinerja pada sektor swasta bertumpu pada aspek finansial karena
tujuannya adalah mencari laba sehingga mudah diukur karena bersifat kuantitatif dan
nyata. Namun kondisi ini berbeda dengan organisasi sektor publik, dimana penilaian
keberhasilan organisasi sektor publik dalam menjalankan fungsinya adalah kepuasan
yang dirasakan oleh masyarakat atas penyediaan barang dan jasa publik yang bersifat
kualitatif. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengukuran kinerja organisasi sektor
publik, antara lain:
Terdapat enam konsep pengukuran kinerja organisasi sektor publik dan organisasi
non profit, yaitu:
1) Financial accountability, adalah Pengukuran kinerja organisasi sektor publik yang
hanya berfokus pada seberapa besar anggaran yang telah dikeluarkan.
2) Program products or output, adalah pengukuran kinerja organisasi sektor publik
bergantung pada jumlah produk atau jasa yang dihasilkan dan beberapa jumlah
orang yang dilayani.
3) Adherence to standards quality in service delivery, adalah pengukuran kinerja
yang terkonsentrasi pada pelayanan yang mengarah pada ketentuan badan
sertifikasi dan akreditasi pemerintah. Badan tersebut juga bertujuan untuk
menjaga kualitas dan konsistensi produk/jasa yang mereka berikan.
4) Participant related measures, adalah pengukuran kinerja yang menekankan
pentingnya kepastian pemberian pelayanan hanya kepada mereka yang sangat
membutuhkan, oleh karena itu organisasi sektor publik akan melakukan penilaian
klien atau pelanggan yang akan dilayani berdasarkan status demografinya,
sehingga bisa ditentukan mana pelanggan yang layak mendapatkan pelayanan
terlebih dahulu.
5) Key performance indicators, adalah pengukuran kinerja yang berdasarkan pada
pembentukan kriteria-kriteria tertentu yang dapat mewakili semua area yang ingin
dinilai, untuk kemudian disusun indikator-indikator yang mampu mengukur kriteria
tersebut.
6) Client satisfaction, adalah pengukuran kinerja organisasi publik didasarkan pada
kepuasan pelanggan atas penyediaan barang atau pelayanan publik. Beberapa
faktor utama yang menentukan kepuasan pelanggan yaitu: ketepatan waktu
pelayanan, kemudahan untuk mendapat layanan dan kepuasan secara
keseluruhan.
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bawah analisis laporan keuangan
merupakan alat yang digunakan untuk memahami masalah dan peluang yang
terdapat dalam laporan keuangan pada suatu periode tertentu. Dalam menganalisis
laporan keuangan terdapat berbagai cara yang digunakan untuk menggambarkan
kondisi keuangan suatu oraganisasi salah satunya adalah teknik analisis rasio
keuangan yang membandingkan angka-angka yang ada dalam satu laporan
keuangan ataupun berberapa laporan keuangan pada satu periode waktu tertentu.
Bagi tipe organisasi publik yang bertujuan non profit maka rasio keuangan yang
berhubungan dengan kemampuan pembiayaan pemerintah dalam menyediakan
barang dan jasa publik dapat menjadi ukuran kinerja organisasi non profit. Rasio
keuangan dimaksud adalah Rasio Likuiditas yang bertujuan mengukur kemampuan
suatu organisasi untuk membayar kewajiban jangka pendek atau kewajiban yang
3. Balanced scoredcard
Pengukuran kinerja organisasi sektor publik yang berbasis pada aspek finansial dan
non finansial yang diterjemahkan dalam empat perspektif kinerja, yaitu perspektif
finansial, persektif kepuasan pelanggan, perspektif bisnis internal dan perspektif
pertumbuhan/pembelajaran.
Secara harfiah, pengertian balanced scorecard dapat dibagi dua yaitu ‘scorecard’
yang diartikan sebagai sebuah kartu laporan kinerja yang berisikan angka-angka dan
‘balanced’ yang artinya seimbang. Menurut Kaplan dan Norton (1996) balanced scorecard
adalah suatu kerangka kerja baru untuk mengintegrasikan berbagai ukuran yang
diturunkan dari strategi perusahaan.
Selain ukuran kinerja finansial masa lalu balanced scorecard juga memperkenalkan
pendorong kinerja finansial masa depan yang meliputi: perpektif pelanggan, proses bisnis
internal dan pembelajaran serta pertumbuhan yang diturunkan dari proses penterjemahan
Evaluasi kinerja dillakukan dengan cara membandingkan rencana kerja yang ingin
diwujudkan dengan realisasi hasil kerja, model balanced scorecard generasi pertama ini
menimbulkan kesulitan terutama terkait dengan penentuan ukuran kinerja serta
pengelompokkan ukuran kinerja ke setiap perspektif.
Tabel 5.1. Perbandingan balanced scorecard pada sektor publik dan swasta:
Perspektif Pelanggan
Perspektif Keuangan
2. Perspektif Keuangan
Dalam organisasi sektor publik perspektif keuangan untuk menjawab
pertanyaan bagaimana kita meningkatkan pendapatan dan mengurangi biaya? Dan
bagaimana kita melihat pembayar pajak?. Perspektif keuangan menjelaskan apa
yang diharapkan oleh penyedia sumber daya terhadap kinerja keuangan organisasi
sektor publik, dalam hal ini adalah masyarakat pembayar pajak. Dimana masyarakat
tersebut mengharapkan uang yang telah dibayarkan dapat digunakan oleh
a. Sarana dan prasarana, adalah variabel yang menggambar kondisi sarana dan
prasarana yang dimiliki dalam mendukung kegiatan internal.
b. Proses, maksudnya adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan pegawai
atas suatu rangkaian pekerjaan yang dilakukan dalam memberikan pelayanan
publik.
c. Kepuasan berkerja, adalah variabel yang menggambarkan tingkat kepuasan
berkerja pegawai.
Untuk lebih mudah melihat kerangka intrumen penilaian balanced scorecard pada
sektor publik sebagaimana diuraikan diatas, maka dapat disusun kerangka intrumen
balanced scorecard terebut secara ringkas pada tabel tabel 5.2 dibawah ini:
Berdasarkan tabel 5.2 diatas, maka untuk menilai empat perspektif kinerja balanced
scorecard sebagai gambaran kinerja organisasi, terlebih dahulu harus dibuat kartu nilai
yang berisikan dari nilai-nilai kinerja, yang secara matematis akan dicari jumlah
keseluruhan nilai rata-rata masing-masing perspektif setelah dikalikan dengan bobot yang
sama/seimbang pada setiap perspektif.