Anda di halaman 1dari 8

PENGAUDITAN INTERNAL

“Perencanaan Audit, Indikator dan Kendala Manajemen Efektif dan Pelaporan”

Kelas :
Akuntansi B Malam 2021

Dosen :
Made Laksmi Sena Hartini,SE., M.Ak

Nama Kelompok :

Okky William Pratama (01)/2102622010204


I Gusti Bagus Agung Hendrawan P (02)/2102622010205
I Kadek Sastrawan (03)/2102622010206
I Ketut Angga Septiana (04)/2102622010207

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2023

1
1.1 Perencanaan Audit Internal, Melakukan Studi Awal, Pendokumentasian,
Daftar Pengingat, Kuesioner dan Wawancara
Survei pendahuluan (preliminary survey) merupakan proses yang
bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai risiko dari
suatu unit yang akan diperiksa. Survei pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan
informasi mengenai objek yang diteliti tanpa melakukan verifikasi secara rinci.
Tujuan dari survei pendahuluan ini untuk lebih memahami aktivitas audit,
mengidentifikasi area/bidang yang memerlukan penekanan khusus dalam audit,
memperoleh informasi awal sebagai bahan untuk melakukan pekerjaan lapangan,
dan menentukan apakah perlu melakukan audit lebih lanjut. Dengan kata lain,
survei pendahuluan berguna untuk memahami lebih baik mengenai tujuan, proses,
risiko, dan pengendalian dari bagian/fungsi yang diaudit.
Survei pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis
karyawan dan sistem, namun bisa juga menjadi sebuah pencarian yang tidak
beraturan. Auditor internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang
dihabiskan untuk survei pendahuluan bisa produktif.
Tahap-tahap Pelaksanaan Survei Pendahuluan:
1. Melaksanakan Studi Awal
Kebanyakan pendokumentasian dan proses perolehan pemahaman
diselesaikan bahkan sebelum auditor melakukan audit. Studi awal yang
dilakukan auditor mencakup penelaahan atas kertas kerja tahun
sebelumnya, temuan-temuan audit, bagan organisasi, dan dokumen-
dokumen lain yang akan membantu untuk lebih memahami subjek audit.
Pada banyak kondisi, studi awal akan dilakukan di kantor pusat, meskipun
banyak auditor internal saat ini dapat mengakses informasi secara
elektronik. Kertas kerja sebelumnya dapat menunjukkan pendekatan yang
dilakukan auditor lain atas penugasan tersebut, meskipun pendekatan yang
sama mungkin tidak lagi layak atau tidak diinginkan untuk audit tahun ini.
Studi awal juga mencakup penelaahan seksama atas bagan organisasi dan
pernyataan tanggung jawab dan kewenangan. Dokumen tersebut dapat
menunjukkan posisi aktivitas klien dalam hierarki perusahaan, apa yang
diharapkan manajemen senior atas manajemen di bawahnya, dan
kewenangan apa yang diberikan kepada manajer operasi. Penelaahan
harus dilakukan secara saksama atas kata-kata yang tertera. Pernyataan
wewenang dan tanggung jawab seringkali dibuat oleh orang yang
melakukan aktivitas tersebut. Dalam beberapa hal, pernyataan tersebut
bisa dilebih-lebihkan dan auditor harus skeptis menyikapinya. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan apabila audit yang dilakukan adalah audit
berulang (repeat audit) adalah mempelajari permanen file yang berisi
laporan audit terdahulu, informasi lainnya yang relevan dengan penugasan
berikutnya.
2. Pendokumentasian
Pendokumentasian merupakan beberapa langkah yang akan mengarah
pada pertemuan awal antara auditor dengan manajer klien. Dokumentasi
berupa kuesioner penting untuk bahan wawancara/diskusi.

2
3. Daftar Pengingat
Dalam setiap permulaan audit, auditor internal kadang kala bingung, “apa
yang akan dikerjakan selanjutnya?” Meskipun setiap penugasan audit
tidak sama, namun terdapat langkah-langkah awal tertentu yang berlaku
untuk setiap audit. Langkah-langkah ini harus dicatat dalam daftar
pengingat sehingga memudahkan pekerjaan. Daftar pengingat tidak
dirancang untuk menghambat inisiatif atau kreativitas. Daftar tersebut
menyederhanakan proses perencanaan dengan membantu auditor
melakukan pekerjaan secara terorganisasi dan dengan langkah awal yang
minimum. Daftar pengingat membantu auditor mengorganisasikan kertas
kerja mereka dan membuat tahap audit selanjutnya lebih sederhana untuk
dikerjakan.
4. Kuesioner
Kuesioner diusahakan untuk mudah dipahami bagi responden yang
diminta mengisi kuesioner. Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan
yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan audit. Selain itu, kuesioner
yang baik tidak terlalu tebal atau tidak terlalu panjang. Kuesioner ini bisa
diperluas atau dipersempit sesuai kondisi. Jenis pertanyaan bisa bervariasi,
tergantung pada apakah audit yang diusulkan bersifat organisasional
(untuk satu unit organisasi) atau fungsional (mengikuti fungsi atau
program dari awal hingga akhir dan melintasi batas organisasional).
Dalam audit organisasional, pertanyaan yang berorientasi pada manusia
akan lebih mendominasi. Sementara dalam audit fungsional atau audit
program, pertanyaan yang diajukan akan lebih berkenan dengan alur kerja,
hubungan dengan organisasi lain dan umpan balik. Kuesioner yang
diberikan ke klien sebelum auditor datang mengaudit, terkadang bisa
bermanfaat khususnya untuk klien yang berada di lokasi yang jauh.
Kuesioner dapat menjadi semacam “persiapan” akan datangnya auditor.
Kuesioner juga dapat menghilangkan sedikit keengganan dan rasa curiga
mengenai audit yang akan dilakukan dan melibatkan supervisor klien
sebagai mitra sejak awal. Kuesioner dapat memberi peluang bagi
karyawan manajemen untuk memahami diri mereka sendiri, karena
pertanyaan yang disiapkan dengan baik dapat berfungsi sebagai lembar
evaluasi diri yang efektif. Kuesioner juga dapat mencerminkan
penghematan yang substansial, karena penugasan audit lebih baik
dilakukan oleh orang-orang yang sangat berkualifikasi untuk
menyelesaikannya dengan cepat.
5. Wawancara
Teknik-teknik wawancara yang baik membuat orang merasa nyaman,
membuat mereka ingin memberi informasi, bekerja sama dalam audit, dan
membuat penugasan audit berhasil. Auditor internal harus memiliki
keahlian dalam berhubungan dengan orang dan berkomunikasi secara
efektif. Juga penting bagi auditor internal untuk memiliki keahlian dalam
komunikasi lisan dan tulisan sehingga mereka dapat menyampaikan
tujuan audit, evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi secara jelas dan
efektif. Karena penugasan teknik-teknik wawancara yang efektif pada

3
hakikatnya adalah tanggung jawab profesional, maka auditor internal
harus memahami bagian-bagian penting dari wawancara dan berusaha
menguasainya. Wawancara bukanlah suatu tindakan tunggal, melainkan
bagian dari sebuah proses. Wawancara yang sukses didasarkan pada
penerapan saksama 6 langkah penting :
1) Persiapan
Jangan datang tanpa persiapan. Pelajari sebanyak mungkin tentang
klien sebelum tanya jawab. Tentukan tujuan tanya jawab dan
siapkan pertanyaan-pertanyaan untuk mencapai tujuan tersebut.
2) Penjadwalan
Rencanakan jadwal dengan saksama. Jangan berkunjung secara
mendadak kecuali memang diperlukan.
3) Pembukaan
Beritahu klien dengan jujur tujuan wawancara dan bagaimana
hasilnya akan digunakan.
4) Pelaksanaan
Wawancara merupakan pelaksanaan komunikasi, dan auditor
internal harus memiliki keahlian dalam proses komunikasi.
5) Mengajukan pertanyaan
Cara auditor mengajukan pertanyaan dapat mempengaruhi
kesuksesan atau kegagalan suatu wawancara. Pertanyaan-
pertanyaan pembuka harus membuat orang menjadi nyaman
6) Penutupan
Jangan terlena dengan pembicaraan, perhatikan tanda-tanda non
verbal bahwa klien ingin pembicaraan diakhiri. Cobalah akhiri
dengan nada positif dengan meringkas kesepakatan atau puji
tindakan-tindakan yang layak dipuji.

1.2 Manajemen yang Efektif


Suatu kontrol akan lebih baik jika manajemen yang memiliki pengetahuan
dan berpandangan luas adalah seorang manajemen efektif yang dapat mengurangi
kecakupan audit. Kendala manajemen operasi yang menghambat melakukan
pekerjaan efektif karena adanya batasan yang tidak diperhatikan oleh manajemen
eksekutif. Bila auditor internal mendeteksi kelemahan yang terjadi akibat kendala
tersebut, mereka harus menyajikan kondisi dan penyebabnya ke manajemen yang
lebih tinggi. Penilaian auditor yang objektif mungkin lebih didengar dibandingkan
keluhan dari manajer operasi.
A. Aspek Manusia

4
Pegawai merupakan urat nadi perusahaan. Survei pendahuluan harus
mencakup, jika layak, penelaahan catatan dan praktik pegawai.
Penelaahan tersebut bisa jadi auditor membuat penentuan final namun bisa
memberikan sinyal bahaya dalam program audit
B. Pengamatan Fisik
Pengamatan fisik suatu pengamatan dimana auditor internal harus keluar
dan melihat sendiri kondisi operasional perusahaan. Pengamatan fisik ada
dua tahap :
1) Audit internal harus berkeliling fasilitas perusahaan untuk
mendapat pemahaman lokasi, kondisi, dan tata letak. Tujuannya
untuk memahami kebijakan, prosedur dan bagan organisasi
perusahaan.
2) Penelusuran, auditor akan menelaah beberapa aktivitas kerja dari
awal sampai akhir dan menyiapkan bagan alir. Penelusuran
membantu auditor internal menilai ketaatan dan kebijakan dan
prosedur serta menentukan apakah ukuran kontrol memang
berfungsi. Langkah ini tidak akan mengungkapkan seberapa baik
transaksi diproses hal ini membutuhkan pengujian substantif.
C. Pembuatan Bagan Alir
Bagan alir memotret suatu proses, meskipun pembuatan bagan alir
mencakup hal-hal yang dengan ilmu pengetahuan dan seni, namun
umumnya lebih bersifat seni. Seperti kebanyakan lain, pembuatan bagan
alir memakan waktu lama. Melalui latihan, bagan alir dapat menjadi alat
yang berguna bagi semua auditor. Bagan alir memberikan gambaran
sistem dan merupakan sarana untuk menganalisis operasi yang kompleks,
analisis yang tidak selalu bisa dicapai dengan narasi yang rinci. Pembuatan
bagan alir yang formal seharusnya distandarisasikan dengan departemen
audit. Semua auditor harus menggunakan bentuk yang sama dan
mengikuti instruksi dasar yang sama. Biasanya akan sangat membantu bila
bagan alir dikoordinasikan dengan auditor eksternal ataupun auditor
independen. Analisis yang tidak selalu bisa dicapai dengan narasi yang
rinci. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua bagan alir terperinci,
formal, dan ekstensif.
Contoh Bagan Alir:

5
1.3 Proses Pelaporan Pada Survei Pendahuluan
Laporan survei pendahuluan merupakan laporan yang diterbitkan
mendahului atau sebelum laporan audit akhir diterbitkan. Laporan ini
memuat identifikasi kelemahan-kelemahan organisasi, kebijakan,
perencanaan, prosedur, pencatatan, pelaporan, personalia, dan pengawasan
internal yang terjadi pada satuan-satuan organisasi yang diaudit.
Identifikasi masalah dan informasi yang diperoleh selama survei
pendahuluan akan digunakan untuk menyusun program pengujian terinci.
Laporan survei pendahuluan akan menjadi dasar usulan pengujian
terinci yang akan dilaksanakan oleh tim yang bersangkutan. Laporan
ini diserahkan kepada manajemen organisasi audit. Jika diputuskan untuk tidak
melanjutkan ke tahap pengujian terinci, hasil survei pendahuluan dapat dilaporkan
kepada entitas yang diaudit.
Survei yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan sejumlah
informasi yang bermanfaat. Data yang dikumpulkan dapat mengidentifikasi hal-
hal penting dan masalah yang ada serta membantu auditor memutuskan apakah
pemeriksaan lanjutan diperlukan.
Jika survei memberi keyakinan adanya sistem, kontrol,
pengawasan, dan manajemennya bisa menjadi dasar keputusan tidak
dilakukannya audit. Sumber daya audit biasanya kebanyakan organisasi audit
internal memiliki lebih banyak proyek audit dibandingkan auditor yang akan
melakukannya. Tidak masuk akal untuk menghabiskan waktu audit yang berharga
hanya untuk mengejar pengujian transaksi jika kelihatannya sistem kontrol itu
sendiri akan menunjukkan semua transaksi yang memiliki kelemahan material.
Pada saat yang sama, kebanyakan auditor internal merasa perlu
menerbitkan laporan audit walaupun hanya survei yang dilakukan. Dengan
informasi yang dikumpulkan selama survei, mungkin laporan berharga bisa
disiapkan. Namun akan menjadi lebih bijak untuk secara hati-hati menguraikan
lingkup audit yang terbatas, dengan berkonsentrasi pada kecukupan bukan pada
efektivitas kontrol dan menunjukkan dasar keputusan untuk terus melakukan
audit.
Bahkan dalam situasi program audit akan disiapkan dan pekerjaan
lapangan akan dilakukan mungkin berguna untuk membuat ringkasan hasil survei
dan melaporkannya secara informal ke manajemen. Kadang-kadang,
informasi yang mencukupi akan diperoleh selama survei untuk
merekomendasikan perbaikan bahkan sebelum pengujian substantif dilakukan.
Dalam kasus ini, pengamatan internal harus dibahas dengan manajer klien
sebelum program audit disiapkan. Jika manajer tersebut puas dengan
analisis auditor dan bersedia mengambil tindakan perbaikan, hasil survei final,
tergantung pada tindak lanjut normal atas tindakan perbaikan yang dilakukan.
Selama penelaahan hasil-hasil survei dengan manajemen, pelaporan
temuan positif dan jadi kondusif bagi hubungan auditor-klien. Pendekatan ini
mengomunikasikan apa yang internal: kerja sama yang sehat, objektif, tidak bias
terhadap penilaian operasi.

6
Jika hasil-hasil survei kemudian membutuhkan audit, ringkasan
audit seharusnya langkah-langkah audit yang disarankan dan rasional bagi
mereka. Auditor juga harus mengidentifikasi aktivitas yang tidak akan diaudit
dan menjelaskan alasannya. Estimasi awal untuk waktu dan kebutuhan sumber
daya harus dilakukan, bersama dengan target tanggal pekerjaan lapangan dan
audit.

7
DAFTAR PUSTAKA

KANAKA. (2021). Memahami Survei Pendahuluan Dan Penyusunan Program Kerja


Audit. Retrieved from pelatihan-sdm.net: https://www.pelatihan-
sdm.net/memahami-survei-pendahuluan-dan-penyusunan-program-kerja-audit/
Rai, I. G. (2008). Audit Kinerja Pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, dan Studi Kasus.
Jakarta: Salemba Empat.
Sawyer, L. B. (1992). Audit Internal Sawyer. 1992.

Anda mungkin juga menyukai