Anda di halaman 1dari 11

INTERNAL AUDIT

BAB 4
SURVEI PENDAHULUAN

NAMA KELOMPOK 5 :

1. YULIA RATRI (01118065)


2. HAFIZHAH SALWA (01118076)
3. NIAR KUSWINDARTI (01119040)
4. EKO PRASETYO (01119073)

DOSEN PENGAMPU :

RONY WARDHANA,S.E., M.AK., CPA

FAKULTAS EKONOMI BISNIS


PRODI AKUNTASI
TAHUN PELAJARAN 2020
INTERNAL AUDIT
BAB 4
SURVEI PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN

Kompleksitas orasi yang terdapat pada perusahaan saat ini mungkin sulit dan membuat
frustasi untuk dipelajari. Banyak auditor sangat berharap mereka mengetahui kerumitan
operasi yang diaudit pada saat audit mulai dilakukan, sebagaimana yang kemudian mereka
ketahui pada saat audit telah selsai. Survei pendahuluan dapat menjadi senjata terbaik bagi
auditor untuk memperoleh pemahaman, informasi, dan perspektif yang dibutuhkan untuk
mendukung kesuksesan audit.

Sebagimana hanya filosofi audit yang terus bergeser dan berkembang, pendekatan audit
khusus seperti control self-assesssment juga makin berkembang. Survei pendahuluan dapat
membantu auditor memutuskan jenis audit yang palig efektif.

Terlepas dari pendekatan audit yang dipilih, survei pendahuluan merupakan sarana penting
untuk membuat auditor lebih memahami tujuan, proses, risiko, dan kontrol yang terkait
dengan audit. Auditor internal sebaiknya melakukan survei dalam tujuh langkah dasar :
melakukan studi awal, mendokumentasikan, bertemu klien, mendapatkan informasi,
mengamati, membuat bagan alir, dan melaporkan.

2. MELAKUKAN STUDI AWAL

Jika audit merupakan satu diantara serangkaian penugasan rutin, auditor akan terlebih
dahulu melihat dokumen permanen untuk operasi tertentu. Dokumen permanen berisi
salinan laporan audit terlebih dahulu dan jawaban – jawaban, serta infromasi relevan lainnya
tentang aktivitas yang akan diaudit. Dokumen tersebut memberikan semacam pandangan
bagi auditor, masalah – masalah yang sebelumnya ditemukan, dan langkah – langkah yang
diambil atau janji – janji untuk menyelesaikannya.

Studi awal juga harus mencakup penelaah seksama atas bagan organisasi dan pernyataan
tanggung jawab dan kewenangan. Dokumen tersebut dapat menunjukkan posisi aktivitas
klien dalam hierarki perusahaan, apa yang diharapkan manajemen senior atas manajemen
dibawahnya, dan kewenangan apa yang diberikan kepada manajer operasi. Penelaah harus
dilakukan secara seksama atas kata – kata yang tertera. Pernyataan wewenang dan
tanggung jawab sering kali dibuat oleh orang yang melakukan aktivitas tersebut. Dalam
beberapa hal, pernyataan tersebut bisa dilebih – lebihkan dan auditor harus skeptis
menyikapinya.

3. PENDOKUMENTASIAN

Pendokumentasian (documenting) mencakup beberapa langkah yang akan mengarah pada


pertemuan awal antara auditor dengan manajer klien. Pembuatan daftar pengingat dan
daftar isi awal untuk kertas kerja merupakan beberapa hal yang dilakukan saat
pendokumentasian. Auditor juga membuat kuisioner yang akan digunakan dalam
wawancara dan diskusi dengan manajer klien dan yang lainnya.
4. DAFTAR PENGINGAT

Daftar pengingat tidak dirancang untuk menghambat inisiatif atau kreativitas. Daftar tersebut
menyederhanakan proses perencanaan dengan membantu auditor melakukan pekerjaan
secara terorganisasi dan dengan langkah awal yang minimum. Daftar pengingat membantu
auditor mengorganisasikan kertas kerja merekan dan membuat tahap audit sselanjutnya
lebih sederhana untuk dikerjakan.

5. DAFTAR ISI

Sebelum auditor mulai melakukan instruksi – instruksi yang terdapat pada daftar, sebaiknya
siapkan dulu daftar isi (table of contents) dibagian pertama kertas kerja. Langkah ini
dilakukan sebelum tahap perencanaan audit. Daftar isi akan memaksa auditor untuk :

a) Mendaftar masalah – masalah tertentu yang harus ditangani seiring dengan


kemajuan penugasan
b) Membuat acuan kertas kerja. Dengan sedikit variasi, daftar isi dengan dokumen dan
catatan yang dirujuk akan bisa diterapkan pada banyak penugasan audit.

6. PENGURANGAN BIAYA

Pengurangan biaya (cost reduction) secara langsung mempengaruhi laba perusahaan. Pada
umumnya manajemen mengharapkan penugasan audit internal menghasilkan pengurangan
biaya, maupun peningkatan operasi.

Beberapa usulan pengurangan biaya dari auditor berasal dari kombinasi yang ada,
keberuntungan, kecerdikan, dan kecakapan memhami masalah. Namun pencarian
pengurangan biaya dapat dilakukan menggunakan suatu metode jika auditor mengetahui
apa yang harus diperhatikan. Dalam banyak kasus, pengurangan biaya terjadi hanya karena
seorang auditor sangat memperhatikan proses, potongan peralatan, laporan, laporan
komputer, atau sebuah daftar, dan kemudian menanyakan pertanyaan seperti :

 Bagaimana menyederhanakan aktivitas – aktivitas ini?


 Bagaimana meningkatkan prosess ini?
 Apakah laporan ini dapat dihilangkan atau digabungkan dengan yang lain?
 Apakah alur kerja ini dapat dirotasi ulang dan dibuat lebih ekonomis?
 Apakah tahap ini dapat dihilangkan seluruhnya?
 Bagaimana menghilangkan duplikasi?
 Apakah laporan menggunakan kertas dapat digantikan laporan elektronik?
 Seberapa besar penggunaan laporan ini?
 Apakah laporan ini benar – benar diperlukan?

7. CATATAN KESAN

Catatan Kesan (record of impression) tidak dibuat untuk diberikan kepada manajemen.
Fungsinya adalah sebagai pengingat bagi auditor ketika mereka sedang melakukan
pembicaraan rahasia dengan manajer senior. Pada saat yang sama, kombinasi daftar
seperti ini, yang dikompilasi untuk banyak penugasan audit, dapat diringkas secara periodik
untuk menemukan tren yang tidak diinginkan yang bisa menjalar ke keseluruhan organisasi.
Catatas kesan dapat membantu mengidentifikasi gejala – gejala kemunduran yang
membutuhkan perhatian khusus dan membutuhkan perbaika dalam hubungan dengan
karyawan, kondisi kerja, manajemen, atau pengawasan.

8. KUESIONER

Kuesioner informal bisa diperluas atau dipersempit sesuai kondisi. Jenis pertanyaan bisa
bervariasi, tergantung pada apakah audit yang diusulkan bersifat organisasional (untuk satu
unit organisasi) atau fungsional (mengikuti fungsi atau program dari awal hingga akhir dan
melintasi batas organisasional). Dalam audit organisasional, pertanyaan yang berorientasi
pada manusia akan lebih mendominasi. Sementara dalam audit fungsional atau audit
program, pertanyaan yang diajukan lebih berkenaan dengan alur kerja, hubungan dengan
organisasi lain, dan umpan balik.

Kuesioner formal, yang diberikan ke klien sebelum auditor datang mengaudit, terkadang
bisa bermanfaat, khususnya untuk klien yang berada di lokasi yang jauh. Kuesioner dapat
menjadi semacam persiapan akan datangnya auditor. Kuesioner juga dapat menghilangkan
sedikit keenggganan dan rasa curiga mengenai audit yang akan dilakukan dan meilbatkan
supervisor klien sebagai mitra sejaka awal. Kuesioner dapat memberi peluang bagi
karyawan manajemen untuk memahami diri mereka sendiri, karena pertanyaan yang
disiapkan dengan baik dapat berfungsi sebagai lembar evaluasi diri yang efeektif meskipun
si penerima kuesioner kadang merasa bahwa menjawab semua pertanyaan merupakan
pekerjaan yang hanya membuang – buang waktu, auditor berada dalam posisi memaksa
manajer klien memberikan informasi yang diperlukan agar bisa dikelola secara efektif.

9. BERTEMU KLIEN

Pertemuan auditor internal dengan manajer klien memberi peluang bagi auditor untuk
menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan. Dalam beberapa situasi,
auditor justru ingin membahas keseluruhan peran audit internal dalam organisasi. Namun ,
fokus utama pertemuan pastilah tentanga audit yang dilakukan.

Dalam pembahasan dengan manajer dan supervisor, auditor menjelaskan tujuan, sasaran
dan standar operasi, serta risiko bawaannya. Auditor internal juga ingin mengenali gaya
manajemen yang diterapkan. Pertemuan tersebut jelas mencerminkan hal yang penting
dalam audit, dan dengan mencurahkan perhatian ke berbagi ahal dalam pertemuan dapat
membantu mendorong terciptanya hasil – hasil yang positif.

10. MENGATUR JADWAL PERTEMUAN

Waktu dan tempat pertemuan harus diatur terlebih dahulu. Jika memungkinkan,
hindari kunjungan mendadak, meskipun audit tidak diberitahukan terlebih dahulu mungkin
perlu untuk dilakukan dalam audit kas, audit keamanan atau hal-hal lain yang cukup rawan.
Transaksi-transaksi yang mengandung kelemahan mungkin tidak bias terhindar dari
pengujian subtantif dan perbaikan untuk sistem control.
11. WAWANCARA

Auditor internal harus memiliki keahlian dalam berhubungan dengan orang dan
berkomunikasi secara efektif. Karena penguasaan teknik-teknik wawancara yang efektif
pada hakikat nya adalah tanggung jawab professional, maka auditor internal harus
memahami bagian-bagian penting dari wawancara dan berusaha menguasainya.
Wawancara yang sukses didasarkan pada penerapan saksama enam langkah yaitu :

1. Persiapan : jangan datang tanpa persiapan, pelajari sebanyak mungkin tentang klien
sebelum tanya jawab
2. Penjadwalan : rencanakan jadwal dengan saksama jangan berkunjung dengan
mendadak kecuali memang diperlukan Lokasi haruslah di tempat klien wawancara
bias dilakukan dengan santai hindari jum’at sore, hari-hari sebelum atau sesudah
liburan atau cuti.
3. Pembukaan : beritahu klien dengan jujur tujuan wawancara dan bagaimana hasil nya
yang akan digunakan. Pastikan klien memahami bahwa hasil dari wawancara jarang
dilaporkan sebagai temuan.
4. Pelaksanaan : wawancara merupakan pelaksanaan komunikasi, dan auditor internal
harus memiliki keahlian dalam proses komunikasi. Cara seorang auditor bertanya
dapat memengaruhi kesuksesan atau kegagalan wawancara. Pertanyaan pembuka
harus membuat orang merasa nyaman, jangan menimbulkan masalah atau terasa
kasar.

Mengajukan Pertanyaan : cara auditor mengajukan pertanyaan dapat memengaruhi


kesuksesan atau kegagalan suatu wawancara. Sebaiknya pertanyaan tersebut
meminimalkan penolakan orang yang ditanya, menciptakan suasana yang formal,
membangun situasi bernada “kami” dan bukan “anda”, dan menghasilkan suasana yang
positif dalam pertemuan.

Penutupan : jangan terlena dengan pembicaraan. Perhatikan tanda-tanda nonverbal


bahwa klien ingin pembicaraan diakhiri.

Pencatatan : wawancara yang tidak direkam hanya membuang-buang waktu. Beberapa


auditor menggunakan alat perekam saat wawancara berlangsung namun, orang yang
ditanya bias merasa tidak nyaman dengan alat perekam dan hal ini bisa menghambat
keterbukaan dan pengungkapan penuh.

12. MENGUMPULKAN BAHAN BUKTI

Survei pendahuluan akan berlangsung lancer dan sistematis jika auditor internal
memiliki pandangan yang jelas mengenai apa yang ingin dicapai. Dalam kebanyakan audit,
informasi penting dapat diklasifikasikan kedalam empat fungsi dasar manajemen:

a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pengarahan
d. Kontrol
13. HAL-HAL UMUM

Auditor tidak cukup hanya mengumpulkan informasi secara mekanis. Auditor yang
berpengalaman tidak hanya mencari dan menyusun data, tetapi juga memahami
implikasinya. Sejalan dengan pengumpulan informasi selama survey pendahuluan, auditor
juga memerhatikan kesulitan-kesulitan yang mungkin muncul.

14. PENGAMATAN

Dalam arti umum, terus dilakukan selama survey pendahuluan. Melalui pengamatan yang
gigih dan tanya jawab yang cerdas, auditor internal mampu untuk :

 Menentukan tujuan, sasaran dan standar


 Menilai control untuk mencapai tujuan-tujuan ini
 Mengevaluasi risiko
 Menentukan kontol untuk meminimal risiko
 Membuat penentuan risiko secara statistic
 Menilai gaya manajemen

15. TUJUAN, SASARAN, DAN STANDAR

Selama survei pendahuluan, auditor internal harus menentukan tujuan aktivitas yang
diaudit bukan tujuan audit, yang akan di tetapkan selanjutnya, melainkan tujuan aktivitas itu
sendiri. Auditor internal harus mengetahui sasaran aktivitas yang akan mereka periksa
sebelum melakukan apa yang tertera di program audit dan melakukan pekerjaan lapangan.
Mendefinisikan sasaran dan standar bukanlah pekerjaan mudah. Dalam beberapa unit
organisasi, tujuan bisa dengan jelas dinyatakan atau malah tidak dinyatakan sama sekali.
Indicator-indikator atau standar-standar kuantitatif untuk mengukur kinerja bisa jadi belum
ditetapkan. Data untuk mengukur kinerja bisa jadi tidak tersedia. Jika kondisi ini terjadi
auditor internal harus menanyakan manajemen eksekutif mengenai penyebab sehingga
tujuan, sasaran dan standar dapat diperbaiki. Berikut beberapa penyebab tujuan tidak
dinyatakan secara jelas.

 Sengaja agar kebijakan dan prosedur manajemen tidak dapat mengidentifikasi tujuan
program dengan jelas
 Sasaran dan standar bisa jadi belum dipahami oleh orang-orang yang bertanggung
jawab untuk memenuhinya
 Faktor-faktor seperti sosiologis, ekonomis, dan manusia tidak mempertimbangkan
secara menyeluruh ketika menetapkan sasaran dan standar
 Tujuan dan sasaran awal bisa jadi berubah, namun pernyataan formal tentang
perubahan tersebut belum pernah dilakukan.

Kecermatan professional mencakup evaluasi standar operasi yang ada dan menentukan
apakah standar-standar tersebut dapat diterima dan dicapai. Auditor harus mencoba
menentukan apakah:

 Pernyataan formal tentang tujuan telah disiapkan untuk organisasi klien


 Tujuan tersebut sesuai dengan rencana strategis dari organisasi suatu rancangan
besar bagi perusahaan
 Orang-orang yang akan dibatasi oleh tujuan, sasaran dan standar berpartipasi dalam
penetapannya
 Tujuan diketahui oleh semua orang yang akan berpartisipasi dalam pencapaian nya
 Tujuan tersebut secara realistis mempertimbangkan sumber daya yang tersedia bagi
aktivitas
 Tujuan tersebut menuntun aktivitas dalam menghadapi kendala dan kendali
eksternal
 Sasaran dan standar yang ditetapkan akan memotovasi orang untuk mencapai lebih
dari apa yang bisa mereka capai.
 Laporan formal dan periodic disiapkan untuk menunjukkan tingkat pencapaian tujuan
dan terpenuhinya sasaran dan standar
 Tujuan, sasaran, dan standar secara periodic dievaluasi ulang dan didefinisikan
ulang.

Tujuan ketepatan waktu merupakan tujuan sekunder, control harus memerhatikan akurasi
dan kesesuaian dengan standar kualitas yang telah ditetapkan.

16. KONTROL-KONTROL UNTUK MENCAPAI TUJUAN

Jika tujuan, sasaran, dan standar telah diidentifikasi dan disepakati selama survei
pendahuluan, langkah selanjutnya adalah menentukan kontrol apa, atau yang seharusnya,
diterapkan untuk memastikan bahwa hasil-hasil yang diinginkan akan dicapai. Cara paling
produktif untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kontrol adalah dengan pertama dengan
mengenali masalah dan kemudian mencari kontrol yang bisa mengidentifikasi atau
mencegah masalah-masalah tersebut, atau mencari kontrol yang seharusnya bisa
mengurangi risiko.

Cara lain untuk mengaitkan masalah terhadap kontrol adalah dengan memusatkan
perhatian pada risiko. Di manapun risiko diketahui berada, suatu kontrol seharusnya
diharapkan untuk membantu mencegah dampak buruk dari risiko. Penentuan kecukupan
kontrol merupakan kompetensi professional. Berdasarkan pengalaman, pelatihan, dan
pertimbangan bisnis yang baik, auditor internal bisa menentukan apakah kontrol yang ada
telah memadai untuk menghilangkan atau melindungi dari risiko.

17. RISIKO

Beberapa pengamat menyarankan bahwa titik awal perencanaan audit internal


haruslah risiko-risiko organisasional, atau ancaman bagi pencapaian tujuan-tujuan usaha.
Kecermatan professional mencakup pertimbangan atas ketidakwajaran dan ketidakpatuhan
yang material. Kapanpun auditor internal melakukan audit, mereka harus menyadari risiko,
jebakan-jebakan potensial. Yang dibutuhkan adalah kompetensi professional, bukan kehati-
hatian dan kecakapan tak terbatas.

Auditor internal mencari pengamanan yang bisa membantu mencegah kerugian dari
risiko-risiko. Mereka tidak boleh dipengaruhi jabatan pegawai, catatan lampau tentang
perilaku yang baik, atau reputasi yang tinggi yang dikatakan oleh pegawai lainnya. Integritas
pribadi tidak bersifat tetap akan berubah seiring jalannya waktu dan kondisi serta perubahan
dalam konflik yang muncul. Auditor internal bisa mengandalkan sistem yang memadai,
pengawasan yang efektif, dan manajemen yang kompeten. Mereka bertanggung jawab
untuk mengidentifikasikan kontrol yang tidak memadai, untuk menilai efektivitas manajerial,
untuk menilai kualitas karyawan, dan mengidentifikasikan risiko-risiko yang dihadapi.

18. KONTROL RISIKO

Ketika auditor internal telah mengenali risiko, mereka harus mencari kontrol yang
dirancang untuk menghadapinya. Kontrol yang tidak memadai atau tidak efektif harus
didiskusikan segera dengan manajemen klien. Jika kesepakatan tentang Tindakan
perbaikan dicapai dan Tindakan perbaikan yang memadai diambil, upaya audit selanjutnya
akan lebih mudah. Namun jika manajer tidak bisa diyakinkan dan membutuhkan bukti bahwa
risiko tersebut memang ada, kontrol memang lemah, auditor harus membuat program
pengujian purposif ( bukan pengujian berdasarkan sampel) untuk mendukung bukti dan
signifikansi risiko.

Kontrol untuk Mengurangi Risiko

Pembelian
Risiko Kontrol
Penerimaan Barang Di bawah Standar Sistem kontrol mutu akan diperiksa oleh ahli
penjamin kualitas. Pemeriksaan semua
penerimaan oleh petugas
Pembelian dilakukan ke pemasok yang Daftar pemasok yang disetujui. Pengawasan
memiliki hubungan dengan pembeli atau atas penunjukan pemasok. Program untuk
karyawan organisasi lain menangani konflik kepentingan

Pembelian barang yang melanggar kuota Persetujuan hukum untuk pembelian impor.
impor Prosedur dan instruksi tertulis mengenai impor.
Pengawasan persetujuan atau pemeriksaan
semua pembelian impor

Pembelian melebihi kebutuhan Ketentuan bahwa hanya bahan baku yang


diperlukan yang akan dipesan, dan kuantitas
barang yang dipesan tidak boleh menghasilkan
persediaan melebihi tingkat yang ditentukan.
Departemen pengguna, bukan si pembeli,
yang harus menentukan kuantitas yang akan
dipesan kecuali jika diskon pembelian harus
dipertimbangkan

Barang-barang dibeli jauh di awal, Analisis waktu pemesanan aktual dan yang
pengurangan modal kerja dan fasilitas pabrik diinginkan.
Mensyaratkan departemen pengguna untuk
menunjukkan tanggal penerimaan yang
dibutuhkan.
 
Penggajian
Karyawan untuk posisi-posisi penting direkrut Pernyataan kriteria untuk setiap pekerjaan dan
tanpa memeriksa latar belakangnya uraian tugas formal.
Verifikasi aplikasi lamaran dengan
mendapatkan laporan penilaian, memeriksa
referensi, atau menghubungi perusahaan
sebelumnya.
Terdapat karyawan fiktif di daftar gaji Penambahan nama karyawan hanya melalui
otorisasi tertulis dari Departemen Personalia.
Cek gaji diberikan ke karyawan secara manual
atau melalui transfer elektronik untuk
memverifikasi akun. Pengecekan periodik atas
karyawan yang tertera di daftar gaji

Karyawan yang berhenti masih ada di daftar Rekonsiliasi gaji dan catatan waktu kerja.
gaji Cek yang tidak diambil dikembalikan ke kasir.
Menyaksikan pendistribusian cek

Hukum dan regulasi pemerintah tidak diikuti Tabel PPh 21 yang terdokumentasi dan
diperbarui.
Daftar potongan gaji didukung otorisasi yang
sah yang ditandatangani.
Adanya mekanisme yang mensyaratkan
bagian hukum menginformasikan bagian
penggajian semua hukum dan regulasi yang
baru atau yang direvisi
Pembayaran yang tidak diotorisasi Rekonsialisasi jam kerja antara kartu waktu
dan daftar kehadiran
Uji kewajaran atau pembatasan cek yang
terkomputerisasi untuk kondisi-kondisi seperti
kelebihan jam kerja, pajak penghasilan yang
lebih tinggi dari yang diperkirakan, dan
pengurangan yang melebihi gaji bruto atau
persentase tertentu dari gaji bruto

19. PENENTUAN RISIKO

Auditor internal tidak dapat menuntut diterapkannya kontrol yang biayanya melebihi
risiko yang harus dihadapi. Konsep ini disebut “keyakinan yang wajar” oleh AICPA.
Pengertian wajar membutuhkan kebijakan manajemen, namun kebijakan tersebut harus
didokumentasikan. Manajemen harus siap untuk menunjukkan bahwa kontrol yang
diabaikan memang sengaja dihapuskan dengan alasan yang sah. Misalnya, alasannya bisa
karena biaya kontrol melebihi biaya risiko. Menunjukkan kenyataannya secara matematis
akan menjadi argument yang berguna untuk kebijakan manajemen yang wajar.
20. MANAJEMEN YANG EFEKTIF

Manajemen yang efektif dapat digunakan pertimbangan audit untuk mengurangi


cakupan audit. Tidak ada kontrol yang lebih baik daripada manajemen yang memiliki
pengetahuan, gampang ditemui, dan berpandangan luas.

Kadang kala, masalah manajemen bukanlah murni kesalahan manajemen operasi.


Mereka bisa jadi bekerja dibawah kendala yang menghambat mereka melakukan pekerjaan
dengan efektif. Keluhan mereka akan batasan yang dikenakan terhadap mereka bisa jadi
tidak didengar oleh manajemen eksekutif. Apabila ditemui kendala yang seperti ini, auditor
harus menyajikan kondisi dan penyebabnya kepada manajemen yang lebih tinggi. Penilaian
auditor yang objektif mungkin lebih didengar dibandingkan keluhan manajemen operasi.

21. ASPEK MANUSIA

Auditor internal dapat mengemukakan pertanyaan-pertanyaan kepada pegawai


untuk membuat penelaahan catatan dan praktik pegawai yang digunakan untuk membuat
penelitian yag definitive, namun bisa memberikan sinyal bahaya dan mempengaruhi
program audit. Jawaban yang diperoleh dapat memiliki dampak signifikan pada ukuran
sampel yang diperiksa auditor. Jika jawaban menunjukkan kondisi yang memuaskan, auditor
dapat mengurangi tingkat keandalan sampel yang diharapkan dari hasil pengujian.

22. PENGAMATAN FISIK

Pengamatan fisik selayaknya berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama auditor
internal harus berkeliling fasilitas perusahaan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
baik mengenai lokasi, kondisi dan tata letak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
gambaran yang tepat mengenai kebijakan, prosedur, dan bagan organisasi. Tahap
selanjutnya adalah “penulusuran”, selama penelusuran, auditor mungkin menelaah
beberapa aktivitas kerja dari awal sampai akhir, dan menyiapkan bagan alir. Penulusuran
membantu auditor internal menilai ketaatan dengan kebijakan dan prosedur serta mentukan
apakah ukuran kontrol memang berfungsi.

23. PEMBUATAN BAGAN ALIR

Bagan alir memotret suatu proses. Bagan alir dapat menjadi alat yang berguna bagi
semua auditor untuk memberikan gambaran gambaran sistem dan merupakan sarana untuk
manganalisis operasi yang kompleks. Tidak semua bagan alir harus rinci, formal, dan
ekstensif. Beberapa auditor mungkin merasa bagan yang sederhana memberikan gambaran
sistem yang mudah dibaca dan memenuhi kebutuhan mereka.

24. PELAPORAN

Dalam situasi program audit akan disiapkan dan pekerjaan lapangan akan dilakukan,
mungkin berguna untuk membuat ringkasan hasil survei dan melaporkannya secara informal
ke manajemen. Pengamatan awal auditor internal harus dibahas dengan manajer klien
sebelum program audit disiapkan. Jika manajer tersebut puas dengan analisis auditor dan
bersedia mengambil Tindakan perbaikan, hasil survei bisa dianggap final, tergantung pada
tindak lanjut normal atas Tindakan perbaikan yang dilakukan. Jika hasil survei kemudian
membutuhkan audit, ringkasan audit seharusnya mencakup Langkah-langkah audit yang
disarankan dan rasional bagi mereka. Auditor juga harus mengidentifikasi aktivitas-aktivitas
yang tidak akan diaudit dan menjelaskan alasannya.

25. MEMBUAT ANGGARAN SURVEI

Faktor kunci dalam mengganggarkan survei pendahuluan adalah memperkirakan


waktu yang dibutuhkan auditor. Tujuan survei adalah agar lebih kenal, makin kenal auditor
dengan aktivitas yang ada, maka makin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
survei. Termasuk jika audit bersifat rotasional dan kertas kerja sebelumya memberikan
gambaran yang jelas tentang tujuan, sasaran, standar, dan kontrol operasi, bersama
dengan bagan alir, bagan organisasi, dan dokumen-dokumen lainnya, yang dibutuhkan
mungkin hanya memperbarui informasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai