Anda di halaman 1dari 10

AUDITING 2

AUDIT SIKLUS PENDAPATAN

NAMA KELOMPOK :

1. LELLY KARUNIA ( 01118054 )


2. VANNY RACHMATTUL F ( 01118064 )
3. YULIA RATRI ( 01118065 )
4. HAFIZAH SALWA ( 01118076 )

DOSEN PENGAMPU :

Bayu N A, SE,MSA,Ak,CA,CPA,CPI,CTA,Asean CPA

FAKULTAS EKONOMI BISNIS


PRODI AKUNTASI
SEMESTER 5 (KELAS B)
TAHUN PELAJARAN 2020
DAFTAR ISI

1.

GAMBARAN UMUM AUDIT SIKLUS PENDAPATAN...........................................................................2


2. TUJUAN AUDIT.............................................................................................................................3
3. RESIKO BAWAAN PADA AUDIT SIKLUS PENDAPATAN...................................................................4
4. STRATEGI AUDIT PADA SIKLUS PENDAPATAN...............................................................................4
5. PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN............................................................................................4
6. SALAH SAJI POTENSIAL PADA SIKLUS PENDAPATAN.....................................................................5
7. SASARAN AUDIT SIKLUS PENDAPATAN.........................................................................................5
8. PENGUJIAN SALDO PIUTANG........................................................................................................7
9. SAS 67, THE CONFIRMATION PROVESS (AU 330) / KONFIRMASI PIUTANG...................................8
10. PENGUJIAN SUSTANTIF ATAS PIUTANG USAHA..........................................................................8

1
1. GAMBARAN UMUM AUDIT SIKLUS PENDAPATAN
Siklus pendapatan (revenue cycle) perusahaan terdiri dari aktivitas-aktivitas
yang berkaitan dengan pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan dan penagihan
pendapatan dalam bentuk kas. Perusahaan yang berbeda juga memiliki sumber
pendapatan yang berbeda. Sebagai contoh, perusahaan barang dagang dan pabrikasi
yang melakukan penjualan; dokter, pengacara, akuntan publik yang menerima uang jasa
(fee); serta bioskop, bank serta lembaga keuangan yang menerima bunga dan deviden.
Kebanyakan pembahasan dan ilustrasi dalam makalah ini didasarkan pada perusahaan
barang dagang.

Usaha perusahaan barang dagang, kelompok transaksi yang termasuk dalam siklus
pendapatan adalah :

 Penjualan kredit (penjualan yang dilakukan derngan hutang)


 Penerimaan kas (penagihan piutang dan penjualan tunai)
 Penyesuaian penjualan (potongan, retur penjualan dan pengurangan harga
serta piutang tak tertagih (penyisipan dan pengapusan).

Transaksi-transaksi diatas mempengaruhi akun-akun yang diuraikan pada tabel di


bawah ini :

Tabel 1.1 Siklus Pendapatan


Transaksi Pendapatan Debit Kredit
Penjualan Kredit Piutang Usaha Penjualan
Harga Pokok Penjualan Persediaan
Penerimaan Kas Kas Piutang Usaha
Diskon Penjualan
Retur Penjualan dan Pengurangan Retur Penjualan dan Piutang Usaha
Pengurangan Harga
Harga

Penyisihan Piutang Tak Tertagih Beban Piutang Tak Tertagih Penyisihan untuk Piutang Tak
Tertagih
Penghapusan Piutang Tak Penyisihan untuk Piutang Tak Piutang Usaha
Tertagih
Tertagih

2
2. TUJUAN AUDIT
Tujuan audit siklus pendapatan berkaitan dengan perolehan bukti kompeten
yang mencukupi tentang setiap asersi laporan keuangan yang signifikan menyangkut
saldo dan transaksi siklus pendapatan. Asersi tersebut menunjukkan derajat asersi
manajemen terhadap informasi keuangan yang secara eksplisit dinyatakan dalam
laporan keuangan. Untuk mencapai setiap tujuan audit spesifik seperti yang diuraikan
di Tabel 1.2 auditor dapat menggunakan bebagai bagian dari perencanaan audit dan
metodologi pengujian audit.

Tujuan Audit Siklus Pendapatan


a.      Memverifikasi bahwa saldo akun piutang usaha mewakili jumlah yang benar-
benar dipinjam perusahaan pada tanggal laporan posisi keuangan terkait.
Occurrence
b.     Memastikan bahwa pendapatan dari berbagai transaksi penjualan mewakili
(Keterjadian)
barang yang dikirim dan jasa yang diberikan selama periode yang termasuk
dalam laporan keuangan.
a.      Menentukan bahwa semua jumlah yang dipinjam perusahaan pada tanggal
laporan posisi keuangan telah tercermin dalam piutang usaha.
Completeness
b.     Memverifikasi bahwa semua penjualan barang yang dikirim, semua jasa yang
(Kelengkapan)
diberikan, dan semua retur dan kompensasi untuk periode terkait, telah
tercermin dalam laporan keuangan.
a.      Memverifikasi bahwa transaksi pendapatan dihitung secara akurat dan
didasarkan pada harga terkini dengan jumlah yang benar.
Accuracy
b.     Memastikan bahwa buku pembantu piutang usaha, file Faktur Penjualan,
(Akurasi)
dan file Pemberitahuan Pengiriman Uang secara matematis benar dan sesuai
dengan akun terkait pada buku besar.
Menentukan bahwa perusahaan memiliki hak legal untuk mencatat piutang
Rights and Obligations
usaha yang dicatatnya. Akun pelanggan yang telah dijual atau telah
(Hak dan Kewajiban)
dipindahtangankan memang telah dikeluarkan dari saldo piutang usaha.
a.      Menentukan bahwa saldo piutang usaha menyatakan nilai bersih yang dapat
Valuation and Allocation direalisasikan.
(Penilaian dan alokasi)
b.     Memastikan bahwa alokasi atas akun piutang tak tertagih telah tepat.
Presentation and Memverifikasi piutang usaha dan pendapatan yang dilaporkan untuk periode
Disclosure terkait, telah dijelaskan dengan benar dan dimasukkan dalam laporan
(Penyajian dan keuangan.
Pengungkapan)
Tabel 1.2  Tujuan Audit Spesifikasi Untuk Siklus Pendapatan

3
3. RESIKO BAWAAN PADA AUDIT SIKLUS PENDAPATAN
Faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus pendapatan ini, adalah:

 Volume transaksi yang tinggi.


 Penentuan waktu pengakuan pendapatan berkaitan dengan standar akuntansi
yang ambigu, dilakukan estimasi, dan kompleksitas perhitungan.
 Piutang dagang mungkin salah diklasifikasikan dalam piutang lancar dan piutang
tidak lancar karena ada kesulitan dalam perkiraan waktu pelunasan.
 Sifat kas (paling likuid dan sangat diminati).
 Adanya potensi terjadi manipulasi dalam transaksi penyesuaian penjualan untuk
menutupi korupsi.

4. STRATEGI AUDIT PADA SIKLUS PENDAPATAN


Strategi audit yang sring dipakai adalah pendekatan tingkat risiko pengendalian
yang ditetapkan lebih rendah (Low Assesed Level of Control Risk), dimana auditor lebih
banyak mengandalkan pengujian pengendalian. Yang mendasarinya adalah apabila
auditor yakin bahwa struktur pengendalian intern klien sangat baik dan dapat
mencegah dan mendeteksi salah saji, maka auditor perlu menguji kelayakan
keyakinannya tersebut. Auditor akan menguji apakah struktur pengendalian intern
tersebut memang layak diyakini efektivitasnya. Maka auaditor akan melaksanakan
pengujian pengendalian.

Untuk asersi hak dan kewajiban, pelaopran dan pengungkapan, auditor


menggubakan primarily substantive approach, dimana auditor lebih banyak melakukan
pengujian substantif, karena pada umumnya pengujian pengendalian tidak dapat
diterapkan untuk asersi-asersi ini. Faktor lain dalam menentukan strategi audit adalah
pertimbangan cost benefit. Auditor perlu membandingkan biaya melakukan pengujian
pengendalian intern, dan penghematan yang diperoleh dengan berkurangnya pengujian
substantif bila telah melakukan pegujian pengendalian.

5. PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN


Terdapat 5 tahap penetapan risiko pengendalian :

 Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi.


 Mengidentifikasi pengendalian yang dapat diterapkan untuk mencegah dan
mendeteksi salah saji.
 Menghimpun bukti melalui pengujian pengendalian mengenai apakah rancangan
dan operasi pengendalian adalah efektif.
 Mengevaluasi bukti yang dihimpun.
 Melakukan penetapan atau penilaian risiko pengendalian.

4
6. SALAH SAJI POTENSIAL PADA SIKLUS PENDAPATAN
Berikut merupakan Salah Saji Potensial serta Pengujian pengendalian

Yang Mungkin dapat untuk dilakukan : (Note: Tanda “/” cara pengujian dan solusi
pengendaliannya)

 Penjualan dilakukan atas pelanggan yang tidak terotorisasi / Penentuan data


pelanggan ada di daftar pelanggan yang disetujui dan Mengamati pelaksanaan
fungsi ini.
 Penjualan dilakukan tanpa persetujuan kredit / Pengecekan limit kredit
pelanggan untuk setiap penjualan dan Pengecekan terhadap pelanggan baru /
Memeriksa bukti pengecekan limit kredit.
 Barang dikeluarkan dari gudang tanpa order terotorisasi / Adanya order
penjualan yang disetujui untuk setiap pengeluaran barang. / Pemisahan
wewewnang antara fungsi pemenuhan order dan pengiriman barang serta
mengamati karyawan gudang dalam melaksanakan pemenuhan order.
 Barang dikirim tidak sesuai dengan yang dipesan / Pengecekan independen oleh
petugas pengirim atas kesesuaian barang dari gudang dengan order penjualan
dan Memeriksa bukti pelaksanaan pengecekan independen Penagihan dilakukan
atas transaksi fikrif atau adanya duplikasi penagihan serta mencocokan
dokumen pengiriman dengan order pnjualan untuk setiap faktur hingga
Mengusut faktur ke dokumen pengiriman dan order penjualan.
 5. Faktur tidak di jurnal/diposting ke rekening pelanggan / Terjadi trensaksi
penjualan fiktif. Adanya pengecekan independen kesesuaian jurnal pendapatan
dan jumlah diposting ke rekening pelanggan dengan total seluruh faktur /
Menelaah bukti adanya pengecekan independen.

7. SASARAN AUDIT SIKLUS PENDAPATAN

a. Keberadaan atau Keterjadian (yang di catatan dan di laporan bukan


sesuatu yang fiktif)

Pada audit siklus pendapatan, tujuan keberadaan atau keterjadian menekankan


pada apakah seluruh saldo penjualan, piutang dagang, dan kas benar-benar eksis atau
ada pada tanggal neraca. Disamping itu, asersi juga menekankan pada apakah seluruh
transaksi yang tercatat benar-benar terjadi dan bukan rekaan manajemen semata.
Berikut merupakan rincian tujuan audit aseri keberadaan atau keterjadian:

 Transaksi penjualan yang tercatat menggambarkan barang yang dikirimkan


kepada pelanggan selama periode di bawah audit.

5
 Transaksi penerimaan kas yang tercatat menggambarkan kas yang diterima
selama periode, baik yang berasal dari penjualan tunai maupun penjualan kredit.
 Transaksi penyesuaian penjualan yang tercatat selama suatu periode
menggambarkan rekening potongan penjualan yang terotorisasi, retur
penjualan, dan piutang tak tertagih.
 Saldo piutang dagang yang tercatat menggambarkan jumlah yang harus dibayar
pelanggan pada tanggal neraca.

b. Kelengkapan (yang ada/terjadi dicatat dan dilaporkan semua)

Asersi ini menekankan pada seluruh transaksi dan saldo yang semestinya
tercantum dalam laporan keuangan, sudah benar-benar dicatat dan disajikan. Berikut
rincian tujuan audit asersi kelengkapan:

 Semua transaksi penjualan kredit, penerimaan kas dari penagihan piutang dan
penjualan tunai, serta penyesuaian penjualan yang terjadi selama suatu periode
sudah tercatat.
 Piutang dagang meliputi seluruh klaim perusahaan terhadap pelanggan pada
tanggal neraca.

c. Kepemilikan dan Kewajiban (kekayaan dan hutang yang ada dan yang
tercatat merupakan milik atau kewajiban entitas).

Berkaitan dengan asersi ini, auditor berusaha memastikan apakah perusahaan


mempunyai hak kepemilikan yang sah atas saldo kas dan piutang dagang. Piutang
dagang menggambarkan klaim legal perusahaan terhadap pelanggan untuk
pembayaran

d. Penilaian dan Pengalokasian (metode penilaian dan alokasi sesuai dengan


PABU).

Berkaitan dengan asersi penilaian, auditor akan berusaha memperoleh bukti


mengenai apakah saldo penjualan, piutang dagang dan kas telah disajikan dalam
laporan keuangan pada jumlah yang tepat. Auditor akan berusaha memastikan apakah
saldo tersebut diperoleh melalui penilaian sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum. Berikut rincian tujuan audit asersi penilaian atau pengalokasian:

 Semua transaksi penjualan kredit, peneriamaan kas, dan penyesuaian penjualan


telah dijurnal secara tepat.
 Saldo piutang dagang menggambarkan klaim bruto terhadap pelanggan dan
sesuai dengan saldo dalam buku pembantu piutang dagang. Klaim bruto berarti
potongan penjualan baru akan dilakukan apabila pelunasan piutang dilakukan
dalam periode potongan.

6
 Cadangan piutang tak tertagih menggambarkan estimasi yang wajar tentang
perrbedaan antar piutang dagang bruto dan nilai bersih yang dapat
terealisasikan.
e. Penyajian dan Pengungkapan (klasifikasi dan pengungkapan sesuai
dengan PABU).

Selain memperoleh ukti mengenai keempat asersi di atas, auditor perlu


menghimpun bukti apakah transaksi dan saldo yang tercatat telah tepat dilasifikasikan,
dijelaskan, diungkapkan dalam neraca. Berkat rincian tujuan audit asersi pelaporan dan
pengungkapan:

 Piutang dagang telah diidentifikasi dan dikelompokkan secara tepat dalam


neraca.
 Piutang dagang dikelompokkan seagai asset lancer perusahaan dalam neraca.
 Pengungkapan yang tepat dan memadai telah dilakukan sehubungan dengan
piutang dagang yang sudah dialihkan ke pihak lain atau dijaminkan.
 Penjualan, potongan penjualan, retur penjualan, dan rugi piutang tak tertagiih
telah diidentifikasikan dan dikelompokkan secara tepat dalam laporan laba rugi.

8. PENGUJIAN SALDO PIUTANG


Standar akuntansi keuangan menggolongkan piutang menurut sumber
terjadinya dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang
dinyatakan sebesar jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat
ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan
penyisihan untuk piutang tidak dapat ditagih. Perancangan pengujian substantive atas
piutang usaha ini, pertama-tama auditor harus menentukan tingkat risiko deteksi
(detection risk) yang dapat diterima untuk tiap asersi signifikan yang berhubungan.

Penentuan risiko pengendalian untuk asersi piutang usaha tergantung pada


penentuan risiko pengendalian yang terkait untuk kelas-kelas transaksi (penjualan
kredit, penerimaan kas, dan penyesuaian kas) yang mempengaruhi saldo piutang usaha.
Beberapa tujuan pemeriksaan (audit objectives) dari piutang dapat dikemukakan
sebagai berikut.

 Memeriksa penerimaan piutang;


 Memeriksa validitas (validity) dan otentitas (authenticity) dari piutang;
 Memeriksa kolektibilitas (collectibility) piutang dan cukup tidaknya perkiraan
allowance for bed debts (penyisihan piutang tak tertagih);
 Mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul
karena mengetahui apakah terdapat pengendalian intern yang baik atas piutang
dan transaksi penjualan, piutang pendiskontoan wesel tagih;
 Memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berterima umum (SAK).

7
9. SAS 67, THE CONFIRMATION PROVESS (AU 330) / KONFIRMASI
PIUTANG
SAS 67, The Confirmation Provess (AU 330) mensayaratkan bahwa auditor harus
melakukan prosedur konfirmasi dalam proses pengauditan, kecuali:

a. Piutang dagang berjumlah tidak material untuk laporan keuangan secara


keseluruhan.
b. Penggunaan konfirmasi dinilai tidak efektif.
c. Perencanaan auditor berkaitan dengan rirsiko bawaan dan risiko pengendalian
rendah dan bukti yang diharapkan dengan prosedur analitis atau pengujian
substantif detail cukup untuk mencapai risiko audit yang diterima .

Bentuk konfirmasi :

 Konfirmasi positif, dimana debitur cukup menyebutkan apakah saldo piutang


dagang atas pelanggan tersebut benar atau salah.
 Konfirmasi negatif, dimana debitur cukup menjawab atau mengembalikan surat
konfirmasi apabila saldonya salah.

Prosedur konfirmasi menyediakan bukti untuk memenuhi 3 sersi :

1. Keberadaan : catatan piutang ada dalam neraca.


2. Hak : piutang yang tercatat dalam neraca merupakan hak dari perusahaan dan
tidak dijual (didiskontokan).
3. Penilaian : Piutang dagang dilaporkan secara tepat jumlahnya.

10. PENGUJIAN SUSTANTIF ATAS PIUTANG USAHA

a. Prosedur awal, yaitu memperoleh pemahaman tentang bisnis dan usaha klien
dan melaksanakan prosedur awal atas saldo dan catatan piutang usaha yang
menjadi sasaran lebih lanjut.
b. Prosedur analisis, yaitu melaksanakan prosedur analisis dengan
mengembangkan harapan tentang piutang usaha, menghitung rasio piutang dan
penjualan serta menganalisinya.
c. Pengujian rincian transaksi, yaitu memvoaching sampel catatan transaksi
penjualan dan piutang, dan melaksanakan pengujian pisah batas.
d. Pengujian rincian saldo, yaitu mengkonfirmasikan piutang usaha.
e. Pengujian rincian saldo: estimasi akuntansi (penyisihan piutang)
f. Prosedur yang dibutuhkan penyajian dan pengungkapan yaitu
mengkonfirmasikan piutang dan membandingkan penyajian laporan dgn SAK.

8
Tujuan pengujian substantive terhadap piutang usaha:

 Memperoleh tentang keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi.


 Membuktikan keberadaan piutang usaha dan keterjadian transaksi yang terkait
 Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat.
 Membuktikan kewajaran penilaian piutang usaha dan kewajaran penyajian serta
pengungkapan piutang usaha di neraca.

Anda mungkin juga menyukai