Anda di halaman 1dari 27

PEGAUDITAN 2

“Menghubungkan Pengauditan Siklus Pengeluaran”


Dosen Pengampu : Ni Putu Shinta Dewi, SE.,M.Si., Ak., CA

Oleh :
Kelompok 3
Akuntansi D Malam

Ida Ayu Alit Arini Prasetya (22) 2002622010267


Luh Putu Pramesti Putri (25) 2002622010270
Ni Luh Putu Anggi Suartini (27) 2002622010272

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2022

1
DAFTAR ISI

PEGAUDITAN 2 1
DAFTAR ISI 2
PEMBAHASAN 3
1.1 Sifat Siklus Pengeluaran 3
1.2 Tujuan Audit 4
1.3 Menghubungkan Materialitas, Risiko Bawaan, dan Strategi Audit 6
1.4 Pemahaman Struktur Pengendalian Intern 8
1.5 Pertimbangan Aktivitas Pengendalian-Transaksi Pembelian 13
1.6 Penghimpunan dan Pendokumentasian Pemahaman 18
1.7 Penetapan Risiko Pengendalian 20
1.8 Pengujian Pengendalian 22
KESIMPULAN 25
DAFTAR PUSTAKA 26

2
PEMBAHASAN

1.1 Sifat Siklus Pengeluaran


Siklus pengeluaran meliputi berbagai keputusan dan proses yang perlu untuk memperoleh
barang dan jasa yang diperlukan dalam kegiatan operasional bisnis perusahaan. Siklus
pengeluaran dimulai dengan adanya permintaan pembelian dari berbagai fungsi dan
departemen yang ada dalam perusahaan, dan diakhiri dengan pembayaran atas pembelian.
Siklus itu berkaitan dengan pembelian persediaan, aktiva tetap, barang dan jasa, biaya
dibayar di muka dan pembayaran atas pembelian tersebut. Dua kelas transaksi utama dalam
siklus ini adalah transaksi pembelian dan pengeluaran kas.
Pembayaran gaji dan upah, dan pembelian surat berharga organisasi lain serta surat
berharga perusahaan yang dibeli kembali perusahaan (treasury stock), sebenarnya dapat
dimasukkan ke dalam siklus pengeluaran. Meskipun demikian, pembahasan kedua item
tersebut dilakukan terpisah dengan siklus pengeluaran. Pembayaran gaji dan upah akan
dibahas pada pembahasan siklus jasa personalia. Pembelian surat berharga organisasi lain
maupun surat berharga perusahaan yang dibeli kembali perusahaan (treasury stock), akan
dibahas dalam pembahasan siklus investasi dan pendanaan.
Kedua kelas transaksi ini mempengaruhi berbagai rekening berikut:
a. Persediaan barang dagang.
b. Persediaan bahan baku, bahan pembantu, dan suku cadang.
c. Biaya dibayar di muka, misalnya sewa dibayar di muka atau asuransi.
d. Aktiva tetap, misalnya gedung dan mesin-mesin.
e. Aktiva lain-lain.
f. Utang dagang.
g. Retur dan potongan pembelian.
h. Berbagai biaya misalnya biaya depresiasi, dan harga pokok penjualan.
i. Kas.

3
Skope Aktivitas Siklus Pengeluaran

Fungsi Bisnis Aktivitas Jurnal Dokumen/Catatan


yang Terkait
Sumber daya  Pembelian  Pembelian  Permintaan
didapatkan dari  Penerimaan  Account Pembelian
vendor/supplier  Pencatatan Distribution  Order
dan menimbulkan  Pembayaran  Biaya yang Pembelian
adanya utang (termasuk dibayar di muka  Laporan
otorisasidan dan biaya yang Penerimaan
Utang kepada penyimpanan terutang Barang
vendor/supplier check)  Penyesuaian  Faktur
dibayar
 Pengeluaran Kas  Memo Debit
 Vouchers
 Cek

Risiko bawaan dan risiko deteksi berkaitan dengan semua rekening ini. Pengujian
substantif dititikberatkan pada rekening property, aktiva tetap, dan peralatan serta utang
dagang.
1.2 Tujuan Audit
Tujuan audit siklus pengeluaran adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-
masing asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus pengeluaran.
Tujuan audit ditentukan berdasar atas kelima kategori asersi laporan keuangan yang
dinyatakan oleh manajemen.
a) Asersi Keberadaan atau Keterjadian
Berkaitan dengan asersi keberadaan atau keterjadian, auditor menekankan pada apakah
seluruh saldo utang dagang dan aktiva tetap benar-benar eksis atau ada pada tanggal
neraca. Di samping itu, asersi ini juga menekankan pada apakah seluruh transaksi
pembelian dan pengeluaran kas yang tercatat benar-benar terjadi dan bukan rekaan
manajemen semata. Berikut rincian tujuan audit asersi keberadaan atau keterjadian:
 Utang dagang tercatat sesuai jumlah yang menjadi kewajiban perusahaan pada
tanggal neraca.
4
 Aktiva tetap tercatat sesuai aset yang dapat digunakan pada tanggal neraca.
 Transaksi pembelian tercatat sesuai barang, aset produksi, dan jasa yang
diterima selama periode di bawah audit.
 Pengeluaran kas tercatat sesuai pembayaran yang dibuat selama periode kepada
pemasok atau kreditur.

b) Asersi Kelengkapan
Asersi kelengkapan menekankan apakah sel uruh transaksi dan saldo yang semestinya
tercantum dalam laporan keuangan, sudah benar-benar dicatat dan disajikan. Berikut
rincian tujuan audit asersi kelengkapan:
a) Utang dagang termasuk semua jumlah yang menjadi kewajiban perusahaan pada
pemasok pada tanggal neraca.
b) Saldo properti, aktiva tetap, dan perlengkapan termasuk pengaruh semua transaksi
dan kejadian selama satu periode.
c) Pembelian dan pengeluaran kas tercatat termas uk semua transaksi yang terjadi
selama satu periode.
c) Asersi Hak dan Kewajiban
Berkaitan dengan asersi hak dan kewajiban, auditor berusaha memastikan apakah
perusahaan mempunyai hak kepemilikan yang sah atas aktiva tetap, dan apakah
perusahaan mempunyai kewajiban yang sah atas utang dagang. Berikut rincian tujuan
audit asersi hak dan kewajiban:
a) Utang dagang adalah kewajiban legal perusahaan pada tanggal neraca.
b) Perusahaan memiliki dan berhak atas semua properti, aktiva tetap, dan
perlengkapan pada tanggal neraca.
d) Asersi Penilaian dan Pengalokasian
Berkaitan dengan asersi penilaian dan pengalokasian, auditor akan berusaha
memperoleh bukti mengenai apakah saldo biaya, utang dagang, dan aktiva tetap telah
disajikan dalam laporan keuangan pada jumiah yang tepat. Auditor akan memastikan
apakah saldo tersebut diperoleh melalui penilaian sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum. Berikut rincian tujuan audit asersi penilaian atau pengalokasian:
a) Utang dagang ditetapkan atau dinilai pada jumlah yang tepat sesuai jumlah yang
wajib dibayar.

5
b) Properti, aktiva tetap dan peralatan ditetapkan atau dinilai sesuai cost
dikurangi akumulasi depresiasi.
c) Saldo biaya tercatat sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
e) Asersi Pelaporan dan Pengungkapan
Selain memperoleh bukti mengenai keempat asersi tersebut di atas, auditor perlu
menghimpun bukti mengenai apakah transaksi dan saldo yang tercatat telah tepat
diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan dalam neraca. Berikut rincian tujuan audit
asersi pelaporan dan pengungkapan :
a) Utang dagang dan aktiva tetap tepat diidentifikasi dan diklasifiksikan dalam
neraca.
b) Pengungkapan dilakukan secara tepat sesuai metode depresiasi yang
dipakai perusahaan, kondisi pokok kontrak leasing modal, dan aktiva tetap sebagai
jaminan utang

Auditor menggunakan tiga tipe prosedur audit untuk menemukan bukti yang diperlukan
untuk mencapai tujuan spesifik audit tersebut, yaitu:

a) Prosedur untuk memperoleh pemahaman struktur pengendalian intern.


b) Pengujian pengendalian.
c) Pengujian substantif.
1.3 Menghubungkan Materialitas, Risiko Bawaan, dan Strategi Audit
A. Materialitas
Transaksi-transaksi dalam siklus pengeluaran ini seringkali lebih mempengaruhi
laporan keuangan dari pada kombinasi berbagai siklus lainnya. Kesalahan dalam
membedakan pengeluaran untuk aktiva dan pengeluaran sebagai biaya akan
menyebabkan laporan keuangan salah saji material.
Berbagai rekening seperti persediaan, properti, aktiva tetap, peralatan, dan
sejumlah biaya utama, dapat material secara individual. Auditor berusaha mencari
untuk mencapai tingkat risiko yang lebih mudah karena transaksi dalam siklus
pengeluaran yang merupakan sumber salah saji material dalam laporan keuangan.
B. Risiko Bawaan
Dalam menaksir risiko bawaan siklus pengeluaran, auditor perlu
mempertimbangkan faktor-fakor yang mempengaruhi asersi dalam siklus
pengeluaran. Faktor-faktor yang mungkin berpengaruh meliputi :

6
 Tekanan untuk menyatakan lebih rendah (understate) beban operasional untuk
menampakkan target laba yang telah ditentukan padahal dalam kenyataannya
target tersebut tidak tercapai.
 Tekanan untuk menyatakan lebih rendah besarnya utang dagang untuk
menunjukkan kinerja modal kerja yang lebih baik. Risiko bawaan siklus
pengeluaran pada banyak perusahaan adalah tinggi.

Risiko bawaan sikus pengeluaran pada banyak perusahaan adalah tinggi. Ada
berbagai faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus pengeluaran ini,
antara lain :

a. Volume transaksi yang selalu tinggi.


b. Pembelanjaan dan pengeluaran tampa otorisasi yang dapat terjadi.
c. Pembelian asset yang tak perlu.
d. Masalah akuntansi yang berkembang misalnya apakah cost (harga
perolehan) dikapitalisasi atau dianggap biaya.
Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya salah
saji. Semakin tinggi volume transaksi semakin tinggi kerungkinan kesalahan
pencatatan transaksi tersebut. Di samping itu, ada kemungkinan juga bahwa per
usahaan melakukan perbelian aset yang tidak perlu. Aset yang dibeli tetapi tidak
berguna sebenarnya harus di-write off dari neraca. Sering terjadi perusahaan masih
tetap mencantumkan aktiva yang tidak berguna dalam neraca senilai aktiva tersebut
apabila berguna. Masalah akuntansi mengenai penentuan apakah harga perolehan
aktiva dikapitalisasi atau dianggap sebagai biaya, mengakibatkan tingginya
kemungkinan kesalahan perlakuan pengeluaran kas.
Dalam perusahaan yang relatif mapan, penaksiran risiko pihak manajemen
mendorong untuk disusunnya kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern
untuk mengurangi risiko salah saji yang mungkin terjadi dalam pemrosesan
pencatatan dan mengurangi pelaporan transaksi dalam siklus pengeluaran. Meskipun
demikian, keberadaan dan efektivitas pengendalian untuk masing-masing kelas
transaksi untuk pembelian dan pengeluaran kas mungkin berbeda - beda. Selanjutnya
auditor juga perlu menyadari keterbatasan dari pengendalian internal. Keterbatasan
tersebut bisa diakibatkan oleh adanya pelanggaran oleh pihak manajemen, kolusi,
kesalahpahaman, dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan lingkungan
yang selalu berubah.

7
C. Strategi Audit
Tingginya risiko bawaan siklus pengeluaran menyebabkan banyak perusahaan
memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian intern siklus pengeluaran
untuk mencegah dan mendeteksi salah saji. Prioritas ini signifikan mengurangi risiko
pengendalian asersi keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, penilaian dan
pengalokasian yang berkaitan dengan transaksi dan rekening siklus pengeluaran. Jadi
strategi audit yang sering dipakai adalah Pendekatan Tingkat Risiko Pengendalian
yang Ditetapkan Lebih Rendah. Dalam strategi Pendekatan Tingkat Risiko
Pengendalian yang Ditetapkan Lebih Rendah, auditor lebih banyak mengandalkan
pengujian pengendalian. Logika pemikiran yang mendasari penggunaan strategi ini
adalah apabila auditor yakin bahwa struktur pengendalian intern klien sangat baik
dan dapat mencegah dan mendeteksi salah saji, maka auditor perlu menguji
kelayakan-kelayakannya tersebut. Auditor akan menguji apakah struktur
pengendalian intern tersebut memang layak diyakini efektivitasnya. Dengan
demikian, auditor akan melaksanakan pengujian pengendalian.
Pada struktur pengendian internal yang lemah, diasumsikan tidak
menggunakan laporan penerimaan barang yang akurat, klien menunda pencatatan
pembelian sampai pengeluaran kas terjadi, dan karena jangka waktu kas, tagihan
biasanya dilunasi beberapa bulan setelah tanggaljatuh tempo. Ketika auditor
berhadapan dengan kondisi seperti ini, berarti terdapat penyajian yang terlalu rendah
atas utang. Sehingga pengujian yang lebih mendalam dari detail utang sangat
diperlukan. Tingkat efektivitas pengendalian sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan pengujian berkaitan dengan risiko.
Seperti siklus pendapatan, pengendalian umumnya tidak mengurangi risiko
pengendalian untuk asersi hak dan kewajiban. Auditor dapat menggunakan
kombinasi strategi risiko kontrol yang dipertimbangkan lebih rendah dan primarily
substantive approach. Faktor lain yang perliu dipertimbangkan dalam memilih
strategi audit adalah pertimbangan cost benefit. Dilakukan tidaknya pengujian
pengendalian tergantung pertimbangan cost benefit. Auditor perlu membandingkan
biaya melakukan pengujian pengendalian intern, dengan penghematan yang
diperoleh dengan berkurangnya pengujian substantif akibat pengutamaan pengujian
pengendalian.
1.4 Pemahaman Struktur Pengendalian Intern

8
Menurut Mulyadi (2016:129), Sistem pengendalian intern meliputi struktur
organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga aset organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, serta mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Struktur Pengendalian Intern yang
digunakan dalam suatu entitas merupakan faktor yang menentukan keandalan laporan
keuangan yang dihasilkan oleh suatu entitas. Oleh karena itu auditor dalam melaksanakan
audit harus memiliki pengetahuan yang mendalam struktur pengendalian intern entitas yang
akan diauditnya. Auditor harus memahami tiga aspek struktur pengendalian internal yang
ada dalam siklus pengeluaran transaksi, yaitu lingkungan pengendalian, sistem akuntansi,
dan prosedur pengendalian. Pemahaman ini sangat berguna dalam menentukan strategi
audit untuk pengujian substansi.

Auditor melakukan pemahaman terhadap struktur pengendalian intern yeng diterapkan


dalam siklus pengeluaran yang meliputi lima komponen. Kelima komponen yang terdiri dari
lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, informasi dan komunikasi (sistem akuntansi),
pemantauan dan aktivitas pengendalian.

A. Lingkungan Pengendalian

Dalam usaha memahami lingkungan pengendalian, auditor harus memahami struktur


organisasi klien atas kegiatan pengeluaran. Sebagai contoh, pembelian, penerimaan, dan
penggunaan aktiva tetap berada di bawah direktur operasional. Bagian akuntansi berada di
bawah controller. Pengeluaran kas di bawah wewenang bendahara atau direktur keuangan.
Pengajuan pertanyaan pada manajemen dan penelaahan bagan organisasi sangat membantu
pemahaman struktur pengendalian intern.

Metode pengendalian manajemen yang berjalan di dalam perusahaan perlu diperhatikan


oleh auditor dalam siklus ini. Pengendalian tersebut diterapkan dalam bentuk penggunaan
budget atau anggaran. Risiko pengendalian dapat dikurangi dengan penggunaan anggaran,
pembandingan kinerja aktual dengan rencana atau target, serta komunikasi dan koreksi
penyimpangan.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor untuk
memahami lingkungan pengendalian klien:

9
 Kesempatan yang dimiliki oleh karyawan untuk melakukan penyelewengan dalam
pemrosesan pembelian dan pengeluaran kas. Oleh karena itu perlu diketahui integritas
dan nilai-nilai etis yang diadopsi oleh manajemen perusahaan.
 Komitmen manajemen terhadap kompetensi akan memberikan gambaran mengenai
penugasan dan pelatihan bagi para karyawan yang terlibat dalam pemrosesan pembelian
dan pengeluaran kas.
 Struktur organisasi dan delegasi otoritas-tanggungjawab dalam aktivitas siklus
pengeluaran hendaknya dikomunikasikan/disosialisasikan pada karyawan dan
memberikan panduan yang jelas mengenai alur otoritas, tanggung jawab, dan laporan-
laporan yang terkait.
 Praktik dan kebijakan karyawan yang terlibat dalam pemrosesan pengeluaran kas dan
pembelian.
B. Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko manajemen dalam siklus pengeluaran yang harus dipertimbangkan oleh
auditor meliputi:

 Kemampuan entitas klien untuk mencukupi aliran kas dalam pembelian.


 Kerugian bersyarat yang berkaitan dengan komitmen pembelian.
 Ketersediaan supplier yang berkelanjutan dan hubungan jangka panjang yang baik
dengan para supplier.
 Efek kenaikan biaya dalam perusahaan.
C. Informasi dan Komunikasi (Sistem Akuntansi)

Sistem akuntansi adalah metode pengolahan data, dokumen, dan catatan. Sistem
akuntansi siklus pengeluaran dan pengeluaran kas suatu perusahaan harus dapat menyediakan
adanya jejak audit yang lengkap atas setiap transaksi. Pemahaman sistem akuntansi ditempuh
dengan menelaah manual akuntansi dan diagram alur sistem. Di samping itu, auditor dapat
mengajukan pertanyaan atau wawancara dengan staf akuntansi dan bagian PDE (Pengolahan
Data Elektronis). Apabila suatu penugasan audit merupakan suatu penugasan klien lama,
auditor dapat menelaah kembali pengalaman terdahulu dengan klien yaitu dengan melihat
kembali kertas kerja tahun sebelumnya. Pemahaman sistem akuntasi juga dapat dilakukan
dan melihat kembali pengalaman terdahulu dengan klien.

D. Pemantauan

10
Beberapa tipe pemantauan yang terus-menerus dan periodik memberikan informasi pada
manajemen mengenai efektivitas komponen struktur pengendalian intern yang lain dalam
mengurangi risiko salah saji. Auditor seharusnya mendapatkan informasi mengenai feedback
ini untuk menentukan apakah manajemen sudah melakukan fol-low-up/tindakan koreksi
dengan adanya feedback tersebut. Informasi tersebut dapat diperoleh dari konsumen,
pemerintah, eksternal auditor (berdasarkan reportable condition dari audit tahun
sebelumnya).

E. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan
dan prosedur yang berkaitan dengan berikut ini :

1. Review kinerja. Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja


sesungguhnya dari transaksi yang berkaitan dengan sister pernbelian dibandingkan
dengan anggaran atau prakiraan pengeluaran periode sebelumnya.
Pada saat barang diterima, harus dilakukan inspeksi baik kualitas maupun kuantitasnya.
Kemudian, dilakukan verifikasi dengan penghitungan fisik dan pencocokkan dengan
order pembelian. Setelah barang diterima, perusahaan mempunyai utang dan selanjutnya
pembayaran kas. Manajemen harus menetapkan kebijakan pembayaran kas agar tidak
terjadi pembayaran terhadap pembelian yang tidak diotorisasi, barang yang tidak diterima
dan pembayaran ganda. Manajemen yang baik akan melakukan review terhadap kinerja
secara periodik.
2. Pengolahan informasi. Dua pengelompokan untuk aktivitas pengendalian jenis
ini adalah pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum ini terkait
dengan pengendalian atas operasional dari transaksi pembelian, pengembangan dan
pemeliharaan sistem aplikasi. Sedang pengendalian aplikasi berlaku untuk pengolahan
aplikasi secara individual untuk masing-masing transaksi tersebut. Pengendalian in
membantu menetapkan bahwa transaksi pembelian adalah sah, diotorisasi dengan
semestinya dan diolah dengan lengkap dan akurat. Pengendalian yang efektif untuk
aktivitas pembelian hanya dilakukan apabila telah diotorisasi selayaknya. Semua
pembelian bermula dari departemen yang membutuhkan dan disetujui oleh personel
supervisor yang terkait maupun jenisnya. kebijakan perusahaan perlu dispesifikasikan
secara jelas dengan prosedur yang tertulis. Pemilihan supplier harus diotorisasi oleh pihak

11
manajemen. Untuk mengurangi risiko pembelian terhadap supplier yang tidak diotorisasi,
perusahaan membuat kriteria yang mengatur penambahan, perubahan dan penghapusan
supplier dari daítar. Selain itu, manajemen perlu membuat kebijakan berkaitan dengan
tipe, kuantitas, cara pembayaran, harga barang dan jasa yang dibeli. Kegagalan dalam
menerapkan kebijakan ini membuat pengurangan laba yang dikarenakan ada barang yang
tidak digunakan atau tidak dapat dijual. Berikut ini aktivitas pengendalian yang terkait
dengan pengolahan informasi :
a. Otorisasi umum dan khusus untuk setiap pembeliannya.
b. Fungsi penerimaan barang menghitung, menginspeksi, dan membandingkan
barang yang diterima dengan data barang yang tercantum dalam surat order
pembelian.
c. Pengecekan secara independen posting dalam buku pembantu dengan buku besarnya.
d. Panduan akun dan review terhadap pemberian kode akun.
3. Pengendalian fisik. Aktivitas ini mencakup keamanan fisik aktiva yang dibeli, termasuk
penjagaan memadai seperti fasilitas yang terlindungi dari akses yang tidak dikehendaki.
Pengendalian fisik juga termasuk pengendalian terhadap pembelian barang atau jasa yang
tidak dibutuhkan (excessive or unnecessary item).
Manajemen harus menerapkan prosedur untuk menjaga aset dengan membatasi akses
untuk pembelian dan pembayaran kas. Ada prosedur pengendalian khusus baik bagi
transaksi pembelian maupun pengeluaran kas.
4. Pemisahan tugas. Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk
memberikan otorisasi transaksi pembelian, pencatatan transaksi pembelian,
menyelenggarakan penyimpanan aktiva yang dibeli yang dimaksudkan untuk mengurangi
kemungkinan atau kesempatan orang untuk berbuat curang. Misalnya bagian penerimaan
barang harusnya terpisah dengan bagian gudang dan bagian akuntansi. Sehingga
pencatatan akuntansi harus mempertanggungjawabkan persediaan setiap waktu ketika
dipindahkan, dari bagian penerimaan ke gudang, dari gudang ke proses manufaktur.

Dalam mengendalikan aktivitas transaksi terutama dalam transaksi yang berkaitan dengan
siklus pengeluaran perlu dipisahkan antara fungsi-fungsi yang mengoperasionalkan siklus
pengeluaran dengan fungi yang mencatat dan fungsi yang menyimpan. Pemisahan ini
diperlukan untuk menciptakan adanya internal check di dalam perusahaan tersebut, sehingga
kemungkinan terhindarnya salah saji material dapat terealisasi.

12
Pengendalian yang terbaik untuk setiap transaksi pembelian adalah dengan adanya unit
yang independen yang berfungsi memeriksa dan mengawasi jalannya kegiatan tersebut.
Fungsi ini bisa saja dipegang oleh auditor internal ataupun unit pengawas lainnya.

Aktivitas pengendalian diperlukan dalam sistem pembelian untuk mencegah dan


mendeteksi terjadinya salah saji tersebut dengan cara antara lain:

1. Fungsi penerimaan barang menghitung, menginspeksi dan membandingkan


barang yang diterima dengan data barang yang tercantum dalam surat order pembelian.
2. Fungi gudang harus mendokumentasikan penerimaan barang dari fungsi penerimaan
barang.
3. Setiap transaksi pembelian harus didasarkan oleh dokumen yang terotorisasi.
4. Setiap surat order pembelian harus didasarkan pada surat permintaan pembelian yang
telah diotorisasi.
5. Setiap penerimaan barang harus didasarkan pada surat order pembelian yang telah
diotorisasi.
6. Setiap pencatatan ke dalam catatan akuntansi har us didukung oleh dokumen sumber yang
dilengkapi dengan dokumen pendukung yang ada.
7. Pengecekan secara independen posting ke dalam buku pembantu dengan akun. kontrol
yang bersangkutan ke dalam buku besar.
8. Pertanggungjawaban secara periodik semua formulir bernomor urut tercetak.

Uraian sclanjutnya akan membahas secara detail dokumen-dokumen yang digunakan


dalam sistem pembelian, pemisahan fungsi-fungsi yang terlibat, dilanjutkan dengan jaringan
prosedur yang ada dalam sistem pembelian dan terakhir dijelaskan mengenai bagan alir dari
sistem pembelian tersebut.

1.5 Pertimbangan Aktivitas Pengendalian-Transaksi Pembelian


Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas transaksi pengeluaran kas dapat
digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan:

1. Review kinerja. Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja sesungguhnya
dari transaksi yang berkaitan dengan pengeluaran kas dibandingkan dengan anggaran atau
prakiraan pengeluaran kas periode sebelumnya. Pelaksanaan rekonsiliasi bank secara
independen merupakan salah satu bentuk review kinerja dari transaksi pengeluaran kas.
2. Pengolahan informasi. Dua pengelompokan untuk aktivitas pengendalian jenis ini adalah
pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum ini terkait dengan
13
pengendalian atas operasional dari transaksi pengeluaran kas, pengembangan dan
pemeliharaan sistem aplikasi. Sedang pengendalian aplikasi berlaku untuk pengolahan
aplikasi secara individual untuk masing-masing transaksi tersebut. Pengendalian ini
membantu menetapkan bahwa transaksi pengeluaran kas adalah sah, diotorisasi dengan
semestinya dan diolah dengan lengkap dan akurat. Pengendalian yang dapat dilakukan
dalam sistem pengeluaran kas adalah :
a. Penggunaan cek bernomor urut tercetak.
b. Penandatanganan cek harus diawasi atau mengendalikan pengiriman atau penyerahan
cek kepada pemasok.
c. Cek yang diserahkan harus berisi jumlah rupiah yang sesuai dan harus dicegah
penandatanganan dan penyerahan cek yang tidak menyebutkan jumlah rupiah.
d. Pengecekan independen terhadap persetujuan total cek yang dikeluarkan dengan
sekumpulan voucher yang diproses untuk pembayaran.
e. Voucher dan dokumen pendukungnya dicap atau ditandai saat cek yang
ditandatangani.
f. Penandatangan cek yang berwenang harus memastikan bahwa tiap-tiap cek sesuai
voucher baik dalam nama, maupun jumlah uang yang harus dibayarkan.
3. Pengendalian fisik. Aktivitas ini mencakup keamanan fisik aktiva yang dikelola yakni
kas, termasuk penjagaan memadai seperti fasilitas yang terlindungi dari akses yang tidak
dikehendaki. Salah satu bentuk dari pengendalian fisik dari kas yang dipegang adalah
dengan menempatkannya pada deposit box.
4. Pemisahan tugas. Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk memberikan
otorisasi transaksi pengeluaran kas, pencatatan transaksi pengeluaran kas,
menyelenggarakan penyimpanan aktiva yang dikelola yang dimaksudkan untuk
mengurangi kemungkinan atau kesempatan orang untuk berbuat curang. Pemisahan tugas
ini diharapkan dapat memunculkan adanya pengecekan independen antar fungsi meliputi:
a. Pengecekan independen oleh supervisor akuntansi atas kesesuaian jumlah yang
dijurnal dan di-posting dengan ringkasan cek yang diterima dari bagian keuangan.
b. Pengecekan independen atas ketepatan pencatatan dengan cara membandingkan
secara periodik tanggal jurnal pengeluaran kas dengan tanggal pada tembusan cek.
c. Adanya pemisahan tugas pelaksana dengan pencatat transaksi pengeluaran kas.

Dokumen dan Catatan

Dalam transaksi pembelian, dokumen dan catatan yang dipakai adalah:

14
a. Permintaan pembelian, merupakan dokumen permintaan yang dibuat oleh karyawan
yang berwenang, dan dikirimkan kepada departemen pembelian untuk membeli
barang dan jasa.
b. Order pembelian, yaitu dokumen yang dibuat dan dikirimkan departemen pembelian
kepada perusahaan lain yang menyatakan bahwa perusahaan ingin membeli barang
dan jasa yang termaksud. Dokumen ini berisi deskripsi, kuantitas, dan informasi lain
mengenai barang atau jasa tersebut. Dokumen ini sering digunakan untuk
mengindikasikan adanya otorisasi pembelian.
c. Laporan penerimaan barang, yaitu dokumen yang dibuat atas setiap barang yang
diterina dari pemasok. Dokumen ini berisi deskripsi barang, kuantitas yang diterima,
tanggal penerimaan, dan informasi lain mengenai barang atau jasa tersebut. Berdasar
dokumen ini, perusahaan mengakui adanya utang dagang.
d. Faktur (invoice) dari pemasok, dokumen ini berisi data deskripsi dan kuantitas
barang yang diterima, harga termasuk biaya pengangkutan dan asuransi, termin
potongan harga, dan tanggal penagihan. Dokumen ini digunakan untuk menagih
pelanggan dan berfungsi juga sebagai dokumen dasar penjurnalan penjualan.
Dokumen ini sangat penting karena menyatakan jumlah yang terutang kepada
pemasok.
e. Voucher, yaitu dokumen yang mengindikasikan nama pemasok, jumlah terutang dan
tanggal pembayaran atas pembelian yang telah diterima. Dokumen ini sering
digunakan sebagai otorisasi pencatatan utang, otorisasi pembayaran utang serta
pencatatan pelunasan utang.
f. Ringkasan voucher, dokumen ini digunakan untuk melaporkan total jumlah voucher
yang diolah dalam suatu kelompok atau batch, atau yang diolah selama satu hari
tersebut.
g. Register voucher, yaitu suatu jurnal untuk mencatat utang yang timbul dari
pembelian. Pencatatan ini dilakukan berdasar voucher.
h. Laporan pelanggan bulanan dari pemasok, yaitu dokumen atau laporan yang
berasal dari pemasok yang menyatakan saldo awal utang dagang perusahaan,
transaksi-transaksi yang dilakukan pada bulan tersebut lengkap dengan tanggal dan
jumlah setiap transaksi, pembayaran kas yang diterima, dan saldo akhir utang dagang.
Data tersebut adalah berdasar pencatatan atau anggapan pemasok, bukan perusahaan
klien.

15
i. Buku pembantu utang dagang, yaitu buku pembantu untuk mencatat pembelian
individual, pengeluaran kas atau pembayaran, dan total saldo untuk masing-masing
pernasok. Total jumlah rupiah seluruh rekening pemasok harus sama dengan total
jumlah yang dinyatakan dalam buku besar maupun neraca.
j. Arsip voucher belum dibayar, arsip ini berfungsi sebagaimana layaknya buku
pembantu utang dagang seperti tersebut di atas. Perbedaannya adalah pada
pendekatan pengelolaan utang dagang. Pada arsip voucher ini, utang dagang dikelola
berdasar tanggal kapan utang harus dilunasi, sedangkan buku pembantu utang dagang
berdasar rekening setiap pemasok.
k. Arsip voucher yang sudah dibayar, arsip ini digunakan untuk menampung voucher
yang sudah dibayar. Dengan demikian, apabila voucher sudah dibayar, maka voucher
tersebut dipindahkan dari arsip voucher belum dibayar ke arsip voucher yang sudah
dibayar.

Apabila perusahaan menggunakan sistem pengolahan data elektronis, maka terdapat juga
beberapa elemen berikut:

a. File order pembelian. File itu digunakan sebagai tempat pemnasukan data order
pembelian. Sedangkan hard copy atau print out order pembeliannya dapat dicetak
berdasar data dalam /file ini, dan kemudian dikirimkan kepada pemasok.
b. File transaksi pembelian. Apabila barang yang dibeli sudah diterima, maka data
tersebut dimasukkan ke dalam file ini. Perasukan data tersebut akan secara otomatis
meng-update file master utang dagang, file persediaan, dan file buku besar.

c. File master utang dagang, yaitu file komputer yang berisi data mengenai utang yang
belum dibayar.

16
Fungsi

Fungsi yang terlibat adalah:

a. Fungsi permintaan barang atau jasa.


b. Penyiapan order pembelian.
c. Penerimaan barang.
d. Penyimpanan barang.
e. Penyiapan voucher pembayaran.
f. Pencatatan utang.

Fungsi permintaan barang atau jasa

Permintaan pembelian dapat dilakukan oleh bagian gudang untuk menambah jumlah
persediaan. Permintaan pembelian dapat juga dilakukan oleh berbagai bagian atau
departemen lainnya yang memerlukan suatu barang atau jasa, misalnya bagian keuangan
yang memerlukan komputer. Permintaan pembelian tersebut dilakukan dengan mengisi
formulir permintaan pembelian. Formulir ini biasanya tidak bernomor urut karena permintaan
tersebut dapat dilakukan oleh berbagai departemen. Setiap permintaan harus ditandatangani
oleh supervisor yang mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan anggaran
pengeluaran.

Fungsi penyiapan order pembelian

17
Departemen pembelian mempunyai wewenang untuk melakukan pembelian.
Departemen pembelian melakukan pembelian berdasar permintaan pembelian yang telah
diotorisasi secara tepat. Pembelian dilakukan dengan membuat order pembelian. Lembar
order pembelian yang asli dikirimkan kepada pemasok. Sedangkan tembusannya diberikan
pada departemen penerima barang yang dibeli tersebut, bagian gudang, dan bagian utang.

Fungsi penerimaan barang

Bagian penerimaan barang menerima tembusan order pembelian dari bagian pembelian.
Kemudian pada saat barang yang dipesan tiba, karyawan bagian ini menginspeksi dan
menghitung barang, serta membandingkannya dengan order pembelian. Setelah itu, bagian
itu membuat laporan penerimaan barang. Lembar laporan yang asli dikirim ke bagian utang,
sedang tembusannya dikirim ke bagian gudang bersamaan dengan penyerahan barang
tersebut.

Fungsi penyimpanan barang

Fungsi penyimpanan barang dipegang oleh bagian gudang. Penyimpanan barang harus
dilakukan dalam gudang yang terkunci dengan pengendalian dan pembatasan akses yang
memadai. Gudang harus dijaga keamanannya misalnya dengan menugaskan beberapa satpam
untuk menjaga gudang.

Fungsi penyiapan voucher pembayaran

Fungsi ini dipegang oleh departemen atau bagian utang (voucher payable). Bagian
utang menerima beberapa dokumen dari departemen lainnya, yaitu:

a. Tembusan order pembelian dari departemen pembelian.


b. Laporan penerimaan barang dari bagian penerimaan.
c. Faktur pemasok dan remittance advice dari pemasok.

Karyawan bagian ini membandingkan dan melihat kesesuaian antara ketiga dokumen
tersebut. Pembandingan tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa utang yang akan dibayar
benar-benar atas pembelian barang yang sudah diterima perusahaan. Di samping itu, juga
untuk memastikan bahwa pembayaran dilakukan hanya atas pembelian barang yang dipesan

18
dengan menggunakan order pembelian. Bagian ini berfungsi untuk menentukan apakah utang
yang diklaim benar-benar menjadi kewajiban perusahaan untuk membayar.

Fungsi pencatatan utang

Pada sistem manual, tembusan voucher yang belum dibayar yang disetujui, dikirimkan
bersama ringkasan voucher harian kepada departemen akunting untuk dicatat dalam register
voucher dan buku besar. Supervisor akunting harus memeriksa kesesuaian kedua dokumen
tersebut. Supervisor akunting harus memonitor bahwa apakah pencatatan telah dilakukan
secara tepat pada waktunya (tepat waktu).

1.6 Penghimpunan dan Pendokumentasian Pemahaman


Penghimpunan pemahaman dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

A. Melakukan review pendahuluan


B. Dokumentasi system
C. Melakukan proses transaksi / transaction walk through
D. Menentukan apakah pengendalian intern dapat diandalkan .
Sebagai contoh auditor dapat mengajukan pertanyaan mengenai bagaimana prosedur
persetujuan atas permintaan pembelian dan order pembelian. Dokumentasi pemahaman
dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner, flowchart , atau memo naratif atau
uraian tertulis.
Review Pendahuluan
Untuk memulai pemahaman terhadap sistem pengendalian intern perusahaan, auditor
mengembangkan pemahamannya mengenal lingkungan pengendalian klien dan alur
pembelian pengeluaran kas. Tujuan utama review pendahuluan adalah menentukan
apakah pemahaman terhadap sistem pengendalian intern dapat digunakan untuk
membatasi uji substantif siklus pengeluaran. Jika dalam review pendahuluan didapati
bahwa pengendalian yang ada tidak mencukupi maka auditor tidak akan membatasi uji
substantifnya .
Dokumentasi Sistem
Siklus pengeluaran perusahaan dapat didokumentasikan dengan menggunakan flow
chart, kuesioner dan atau diskripsi naratif.

Menganalisa Alur Transaksi

19
Untuk menguatkan pemahaman pada sistem flowdmrt , auditor dapat memilih salah
satu voucher yang telah dilunasi secara random. Permintaan pembelian, order pembelian,
laporan penerimaan barang, faktur dan voucher dapat diuji kepatuhannya dengan
kebijakan perusahaan dan dibandingkan dengan dokumen pembelian, penerimaan dan
utang dagang. Berikut adalah contoh pertanyaan dalam kuesioner transaksi pembelian :

FUNGSI CONTOH PERTANYAAN


Apakah diperlukan otorisasi dari personel yang berwenang atas setiap
permintaan pembelian ?
Permintaan barang atau jasa
Apakah formulir order pembelian disiapkan atas setiap permintaan pembelian
?
Apakah formulir permintaan pembelian yang disetujui , digunakan sebagai
Penyiapan order pembelian syarat untuk dibuatkan order pembelian ?
Apakah formulir order pembelian digunakan dan dihitung ?
Apakah order pembelian yang disetujui , digunakan sebagai syarat diterimanya
barang dari pemasok ?
Apakah tembusan order pembelian dikirimkan ke fungsi penerimaan barang ?
Apakah barang dihitung dan diperiksa serta dibandingkan dengan order
Pemenuhan order penjualan
pembelian ?
Apakah laporan penerimaan barang bernomor urut digunakan ?
Apakah tanda tangan petugas gudang atau bagian peminta barang diperlukan
untuk setiap penyerahan barang dari fungsi penerimaan ?
Apakah barang disimpan dalam tempat yang terkunci rapat dengan pembatasan
Penyimpanan barang (
akses yang memadai ?
gudang )
Apakah ada petugas yang menjaga keamanan gudang penyimpanan ?
Apakah dilakukan penandingan antara order pembelian , laporan penerimaan
Pembuatan voucher
barang , dan faktur pemasok dalam menyiapkan voucher ?
pembayaran
Apakah voucher harus disetujui oleh personil yang berwenang ?
Apakah ringkasan voucher harian disusun dan dibandingkan dengan jumlah
tercatat dalam register voucher ?
Apakah terdapat pengecekan independen atas penjurnalan voucher register
untuk menentukan ketepatan klarifikasi rekening dan ketepatan waktu
pencatatan ?
Pencatatan utang Apakah ada pemisahaan tugas pencatatan atau penjurnalan pengeluaran kas
dengan fungsi lain ?
Apakah ada pembatasan akses atas pencatatan pengeluaran kas ?
Apakah ada pengecekan independen secara periodik atas kesesuaian file
voucher belum dibayar , voucher register , dan file master utang dagang dengan
saldo utang dagang dalam buku besar ?

20
1.7 Penetapan Risiko Pengendalian
Penetapan risiko pengendalian adalah proses penilaian tentang efektivitas suatu
perusahaan dalam mencegah dan mendeteksi salah saji material dalam penyusunan laporan
keuangan. Risiko pengendalian ditetapkan untuk masing-masing asersi pengolahan transaksi,
dan karena banyak kegiatan pengendalian berkaitan dengan jenis-jenis transaksi tertentu,
maka auditor biasanya memulai dengan menetapkan risiko untuk asersi-asersi kelompok
transaksi seperti asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau
pengalokasian untuk transaksi-transaksi penerimaan kas dan pengeluaran kas. Hasil
penetapan risiko tersebut kemudian digabungkan sedemikian rupa sehingga dapat ditetapkan
risiko pengendalian untuk asersi-asersi saldo rekening yang bersangkutan yang dipengaruhi
oleh kelompok-kelompok transaksi tersebut.

Dalam menetapkan risiko pengendalian untuk suatu asersi, auditor perlu melakukan hal-hal
berikut:

1. Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur-prosedur untuk


mendapatkan pemahaman tentang apakah pengendalian yang berhubungan dengan
asersi telah dirancang dan dioperasikan oleh manajemen perusahaan.

2. Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi perusahaan.

3. Mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang diperkirakan akan mampu untuk


mencegah dan mendeteksi salah saji.

4. Melakukan pengujian pengendalian terhadap pengendalian yang diperlukan untuk


menetapkan efektivitas rancangan dan pengoperasiannya.

5. Mengevaluasi bukti dan menetapkan risiko.

Auditor dapat mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang diperkirakan dapat


mencegah atau mendeteksi salah saji potensial tertentu, baik dengan menggunakan perangkat
lunak komputer ataupun secara manual, yaitu dengan menggunakan daftar pengecekan,
misalkan seperti contoh berikut ini.

Asersi Pengendalian yang diperlukan Pengujian


pengendalian

Penilaian atau klasifikasi Semua transaksi pembayaran Tanyakan tentang

21
dilakukan dengan metode untuk
Transaksi pengeluaran kas
menggunakan cek melakukan
mungkin tidak dicatat
pengeluaran kas, dan
(kelengkapan) atau dapat juga
periksa buku cek.
dicatat dengan jumlah yang salah.

Semua cek harus bernomor, Periksa buku cek untuk


tercetak dan memastikan bahwa semua cek
dipertanggungjawabkan telah bernomor tercetak dan
periksa urutan pemakaiannya
pada register cek atau jurnal
pengeluaran kas.

Cek yang belum digunakan harus Observasi penanganan dan


disimpan pada tempat yang aman penyimpanan cek.

Pengecekan secara independen Observasi pelaksanaan


antara ikhtisar harian cek yang pengecekan independen dan
diterbitkan dengan penjurnalan ke atau lakukan pengecekan
pengeluaran kas. independen.

Rekonsiliasi bank periodik secara Observasi pembuatan


independen. rekonsiliasi dan/atau periksa
rekonsiliasi bank.

Penetapan pengendalian yang diperlukan harus dilakukan dengan memperhatikan keadaan


dan pertimbangan-pertimbangan lain. Sebagai contoh, apabila volume transaksi pengeluaran
kas cukup tinggi, maka pengecekan independen mengenai kecocokan antara ikhtisar cek yang
dikeluarkan harian dengan jurnal pengeluaran kas yang memungkinkan terdeteksinya
kesalahan dengan segera menjadi cukup penting. Namun apabila volume transaksi
pengeluaran kas tidak begitu banyak dan deteksi kesalahan segera tidak begitu penting, maka
rekonsiliasi bank independen secara periodik sudah dipandang cukup. Dalam situasi seperti
ini, rekonsiliasi bank disebut sebagai pengendalian pengganti.

1.8 Pengujian Pengendalian

22
Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan terhadap rancangan
pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian internal. Pengujian
pengendalian ini, dilaksanakan auditor untuk menilai efektivitas kebijakan atau prosedur
pengendalian untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materiil dalam suatu asersi laporan
keuangan.

Pengujian pengendalian memfokuskan diri pada tiga hal yaitu:

1. Bagaimana pengendalian diterapkan?

2. Sudahkah diterapkan secara konsisten sepanjang tahun?

3. Siapa yang menerapkan pengujian pengendalian?

Ada dua tipe pengujian pengendalian yaitu:

1. Concurrent test of control yaitu pengujian pengendalian yang dilaksanakan auditor


seiring dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai SPI klien.

2. Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan yaitu pengujian yang


dilaksanakan auditor selama pekerjaan lapangan.

Lingkup Pengujian Pengendalian

Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan yang telah direncanakan oleh auditor. Semakin rendah tingkat risiko pengendalian
yang ditetapkan, semakin banyak bukti yang diperlukan yang harus dihimpun.

Untuk klien lama, luas atau lingkup pengujian pengendalian dipengaruhi juga oleh
penggunaan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya. Sebelum
menggunakan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya, auditor harus
memastikan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan atas rancangan dan operasi berbagai
kebijakan dan prosedur pengendalian sejak pengujian pada pelaksanaan audit tahun
sebelumnya.

Pengujian pengendalian dapat dilaksanakan pada dua saat, yaitu:

1. Selama pekerjaan interim

23
2. Pada saat mendekati akhir tahun

Auditor semestinya lebih mengutamakan pengujian pengendalian mendekati akhir tahun.


Idealnya, pengujian pengendalian dilaksanakan pada keseluruhan periode tahun pembukuan
yang diaudit.

Pada kolom ketiga pada tabel contoh, menunjukkan daftar kemungkinan pengujian
pengendalian untuk setiap pengendalian yang diperlukan yang telah ditetapkan pada kolom
dua. Pengujian tersebut meliputi pemilihan suatu sampel dan inspeksi atas dokumen-
dokumen yang bersangkutan, pengujian pertanyaan pada personil perusahaan, mengobservasi
personil perusahaan dalam melaksanakan prosedur pengendalian, dan melakukan ulang
pengendalian tertentu. Hasil dari setiap pengujian pengendalian harus memberikan bukti
tentang efektivitas rancangan dan atau pengoperasian pengendalian yang diperlukan. Sebagai
contoh, dengan membandingkan tandatangan otorisasi dalam suatu dokumen dengan contoh
tandatangan yang dimiliki auditor dari perusahaan, dapat diperoleh bukti mengenai
efektivitas pengendalian berupa pemberian otorisasi secara tepat yang bertujuan agar
pemberian otorisasi hanya dapat dilakukan oleh personil yang ditetapkan perusahaan.

Beberapa jenis pengujian pengendalian yang dapat dipilih auditor adalah sebagai berikut:

1. Pengajuan pertanyaan berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas personil perusahaan.

2. Observasi pelaksanaan tugas para personil.

3. Inspeksi atas dokumen-dokumen dan laporan-laporan yang menunjukkan pelaksanaan


pengendalian.

4. Pengerjaan ulang (reperform) pengendalian oleh auditor.

Tiga prosedur yang disebut pertama, dilakukan juga oleh auditor dalam mendapatkan
pemahaman tentang sistem pengendalian internal (SPI), sedangkan prosedur keempat yaitu
pengerjaan ulang (reperformance) tidak digunakan pada saat itu. Dalam melakukan
pengujian, auditor memilih prosedur-prosedur yang akan menghasilkan bukti yang paling
dapat dipercaya tentang efektivitas kebijakan dan dapat diterapkan dan sama efektifnya
dalam memperoleh bukti.

24
KESIMPULAN

Siklus pengeluaran meliputi berbagai keputusan dan proses yang perlu untuk
memperoleh barang dan jasa yang diperlukan dalam kegiatan operasional bisnis perusahaan.
Siklus pengeluaran dimulai dengan adanya permintaan pembelian dari berbagai fungsi dan
departemen yang ada dalam perusahaan, dan diakhiri dengan pembayaran atas pembelian.
Tujuan audit siklus pengeluaran adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing
asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus pengeluaran. Pada struktur
pengendian internal yang lemah, diasumsikan tidak menggunakan laporan penerimaan barang
yang akurat, klien menunda pencatatan pembelian sampai pengeluaran kas terjadi, dan karena
jangka waktu kas, tagihan biasanya dilunasi beberapa bulan setelah tanggal jatuh tempo.
Auditor perlu membandingkan biaya melakukan pengujian pengendalian intern, dengan
penghematan yang diperoleh dengan berkurangnya pengujian substantif akibat pengutamaan

25
pengujian pengendalian. Pengendalian yang terbaik untuk setiap transaksi pembelian adalah
dengan adanya unit yang independen yang berfungsi memeriksa dan mengawasi jalannya
kegiatan tersebut. Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur-prosedur
untuk mendapatkan pemahaman tentang apakah pengendalian yang berhubungan dengan
asersi telah dirancang dan dioperasikan oleh manajemen perusahaan. Auditor dapat
mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang diperkirakan dapat mencegah atau
mendeteksi salah saji potensial tertentu, baik dengan menggunakan perangkat lunak
komputer ataupun secara manual, yaitu dengan menggunakan daftar pengecekan. Lingkup
Pengujian Pengendalian Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat
risiko pengendalian yang ditetapkan yang telah direncanakan oleh auditor. Semakin rendah
tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan, semakin banyak bukti yang diperlukan yang
harus dihimpun. Sebelum menggunakan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun
sebelumnya, auditor harus memastikan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan atas
rancangan dan operasi berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian sejak pengujian pada
pelaksanaan audit tahun sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul dan Budisantoso, Totok.(2004). Auditing 2 Edisi Keempat : Dasar-dasar


Prosedur Pengauditan Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Rahmatullah, F. A. (2020). Analisis Sistem Pengendalian Internal Siklus Pengeluaran Atas


Utang Usaha Pada PT Bima Surabaya (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

S.E, D. F. (2016, May 30). Penetapan Risiko Pengendalian dan Pengujian Pengendalian.
jtanzilco.

Triyuniadi, I. (2020). Perbedaan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Dalam


Pelaksanaan Audit Laporan Keuangan. Kompasiana.

Wibawa, A. (2020, July 25). BAB III (PENGAUDITAN SIKLUS PENGELUARAN).

26
27

Anda mungkin juga menyukai