Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Pada mata kuliah sebelumnya, kita sudah mempelajari tentang apa saja prosedur-
prosedur yang harus dilakukan oleh seorang auditor dalam melakukan proses auditing.
Lalu bagaimana cara auditor mendapatkan bukti? Salah satu cara adalah dengan
memperhatikan siklus pengeluaran, khususnya transaksi pembelian dan pengeluaran.
Auditor harus melakukan pengujian substansi terhadap siklus pengeluaran ini, termasuk
hutang usaha yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Auditor harus menggunakan pengetahuan tentang bisnis dan industri klien untuk
membahas materialitas, menilai resiko inheren, melaksanakan prosedur analitis, dan
menilai resiko prosedur analitis untuk siklus pengeluaran. Lalu, bagaimana caranya bagi
auditor yang belum pernah mempelajari atau melihat kinerja perusahaan klien? Hal ini
akan kita bahas pada makalah ini.
Auditor juga harus memahami aspek-aspek pengendalian internal dan penilaian resiko
pengendalian untuk siklus pengeluaran. Penekanan dalam bagian ini akan ditujukan pada
pengendalian manajemen dan pengendalian terprogram. Dengan demikian kita bisa
mengetahui bagaimana kinerja manajemen perusahaan klien dan auditor dapat memberi
saran kepada klien agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Perancangan pengujian substantif rincian yang tepat untuk hutang usaha yang
dilakukan oleh klien juga merupakan hal yang sangat penting. Dimana pembayaran
kewajiban ini bias di selewengkan oleh karyawan perusahaan klien.

2. RUMUSAN MASALAH
1) Apa itu siklus Pengeluaran? Bagaimana mengidentifikasi tujuan audit dalam siklus
pengeluaran?
2) Bagaimana pemahaman akan bisnis klien mempengaruhi keputusan auditor?
3) Bagaimana prosedur yang efektif dalam siklus pengeluaran?

1
3. TUJUAN
1) Menguraikan sifat siklus pengeluaran dan mengetahui tujuan audit dalam siklus
pengeluaran.
2) Mengetahui pengaruh pemahaman auditor atas bisnis klien terhadap keputusan
materialitas dan resiko inheren sebuah bukti.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. DESKRIPSI SIKLUS PENGELUARAN


Siklus pengeluaran merupakan salah satu siklus paling penting dalam sistem
akuntansi suatu perusahaan, karena dalam siklus ini akan menunjukkan seberapa besar
perusahaan membeli barang atau jasa sampai melakukan pembayaran atas barang atau
jasa yang telah digunakan. Pada siklus pengeluaran, hampir semua semua transaksi
pembelian dan pembayaran akan berujung kepada satu akun, yakni akun utang (account
payable). Sehingga akun ini sangat penting untuk diteliti dalam proses audit atas siklus
pengeluaran. Dalam Arens et.al (2009) dijelaskan bahwa akun utang adalah segala
macam kewajiban yang belum terbayarkan atas barang dan jasa yang diterima dari
kegiatan yang secara biasa dilakukan dalam bisnis seperti kewajiban saat membeli bahan
baku, peralatan, perlengkapan, dan berbagai jenis barang dan jasa lainnya yang diterima
sebelum akhir tahun atau periode.
Siklus pengeluaran terdiri dari transaksi pemerolehan barang atau jasa. Barang yang
diperoleh perusahaan dapat berupa aktiva tetap dan surat berharga yang akan digunakan
untuk menghasilkan pendapatan dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun atau persediaan
dan surat berharga yang akan di gunakan untuk menghasilkan pendapatan dalam jangka
waktu 1 tahun atau kurang. Jasa yang diperoleh perusahaan dapat di bagi menjadi dua,
yaitu: Jasa yang hanya menghasilkan manfaat satu tahun atau kurang ( jasa personel,
bunga, asuransi, dan iklan) dan jasa yang menghasilkan manfaat lebih dari satu tahun
(Aktiva tidak berwujud). Umumnya transaksi besar yang membentuk siklus pengeluaran
dalam perusahaan terdiri dari: transaksi pembelian, dan transaksi pengeluaran kas.

2. SIFAT SIKLUS PENGELUARAN


Siklus pengeluaran (expenditure cycle) terdiri dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan akuisisi dan pembayaran barang dan jasa. Aktivitas utama dari siklus pengeluaran
adalah 1). Membeli barang dan jasa – transaksi pembelian. 2) melakukan pembayaran –
transaksi pengeluaran kas. Pembelian dan pengeluaran kas mempunyai pengaruh
pervasive terhadap laporan keuangan seperti pada gambar berikut:

3
Debet
Persediaan barang dagang Hutang Usaha Kas
Persediaan bahan baku Diskon Pembelian
Pembeliaan Retur Pembelian
Biaya dibayar dimuka
Aktiva Tetap
Aktiva Lainnya

Berbagai Beban

Pembelian Pembayaran kas

3. TUJUAN AUDIT SIKLUS PENGELUARAN


Manajemen akan menetapkan asersi implisit atau eksplisit tentang transaksi dan
saldo siklus pengeluaran dalam laporan keuangan perusahaan. Asersi-asersi ini
mendefinisikan tujuan audit spesifik dari program audit siklus pengeluaran. Kebanyakan
audit atas siklus pengeluaran mencakup tujuan-tujuan utama tersebut, tetapi tidak
dimaksudkan untuk membahas semua situasi yang dihadapi klien. Untuk mencapai tujuan
audit spesifik tersebut, auditor menggunakan bagian dari metode perencanaan dan
pengujian audit.

Tujuan Audit Spesifik Untuk Siklus Pengeluaran


Kelompok
Kategori Transaksi Tujuan Audit Spesifik
Asersi Atau Saldo
Eksistensi Transaksi Mencatat pembelian barang, jasa, dan aktiva produktif
atau Kejadian yang diterima selama periode berjalan (EO1).
Saldo Mencatat transaksi pengeluaran kas yang dilakukan
selama periode berjalan kepada pemasok dan kreditor
(E02).

4
Mencatat hutang usaha yang mencerminkan jumlah
hutang perusahaan per tanggal neraca (E03).
Kelengkapan Transaksi Semua pembelian (Cl) dan pengeluaran kas (C2) yang
dilakukan selama periode beijalan telah dicatat.

Saldo Hutang usaha meliputi semua jumlah yang temtang


kepada pemasok barang dan jasa per tanggal neraca
(C3).
Hak dan Transaksi Perusahaan bertanggung jawab atas hutang yang
Kewajiban berasal dan pencatatan transaksi pembelian (R1).
Hutang usaha merupakan kewajiban perusahaan per
Saldo tanggal neraca (R2).
Penilaian atau Transaksi Semua transaksi pembelian (VAI) dan pengeluaran kas
Alokasi (VA2) telah dinilai dengan menggunakan GAAP dan
dijurnal, diikhtisarkan, serta diposting dengan benar.
Hutang usaha dinyatakan dalam jumlah yang benar
Saldo (VA3). Saldo beban yang berkaitan telah sesuai dengan
GAAP (VA4).
Penyajian dan Transaksi Rincian pembelian (PD1) dan pengeluaran kas (PD2)
Pengungkapan mendukung penyajiannya dalam laporan keuangan
termasuk kiasifikasi dan pengungkapannya yang
berkaitan.
Saldo Hutang usaha (PD3) dan beban terkait (PD4) telah
diidentifikasi dan dikiasifikasikan dengan benar dalam
laporan keuangan.
Pengungkapan yang memadai yang telah dibuat
berkaitan dengan komitmen, kewajiban kontinjen, dan
penjaminan serta hutang pihak yang mempunyai
hubungan istimewa (PD5).

5
4. PEMAHAMAN BISNIS KLIEN UNTUK MENGEMBANGKAN STRATEGI
AUDIT

4.1. Pemahaman Tentang Bisnis Dan Industri Klien


Sebelum merancang program audit pengeluaran, auditor harus
mempertimbangkan bisnis klien, kekuatan pasar eksternal yang menggerakkan sector
bisnis, dan bagaimana kekuatan tersebut mempengaruhi siklus pengeluaran
perusahaan. Setiap perusahaan mengahdapi kekuatan pangsa pasar yang berbeda,
sehingga membuat permintaan atas arus kas perusahaan juga berbeda. Siklus operasi
perusahaan mencerminkan waktu mulai dari kas digunakan untuk membeli barang
atau jasa hingga penagihannya. Bagi sebuah perusahaan manufaktur, diestimasi oleh
jumlah hari-hati yang dibutuhkan untuk memutar persediaan dan menagih piutang.
Siklus operasi bersih adalah siklus operasi kotor dikurangi dengan hari perputaran
hutang usaha, yaitu waktu yang diberikan pemasok untuk menggunakan kredit
dagang sebelum barang dagang dan jasa harus dibayar. Pemahaman atas pemicu
ekonomi dalam siklus pengeluaran biasanya sangat penting untuk mengaudit
perusahaan manufaktur, pedagang besar, dan perusahaan eceran. Bagi beberapa
perusahaan yang bergerak dalam industri jasa, hutang usaha mungkin tidak memiliki
peran yang signifikan dan risiko terjadinya salah saji yang material tidaklah besar.
Pemahaman tentang bisnis dan industri akan membantu auditor dalam
memahami risiko bisnis klien. Selain itu, pemahaman ini juga akan membantu
auditor dalam membuat pertimbangan tentang :
 Materialitas siklus pengeluaran bagi pemakai laporan keuangan
 Risiko inheren dalam siklus pengeluaran
 Pengendalian internal kunci dimana auditor berharap dapat menentukan risiko
pengendalian bisnis.
 Pemberian jasa bernilai tambah.

4.2. Materialitas
Siklus pengeluaran merupakan proses inti bagi banyak industri dan
mencerminkan jumlah serta volume transaksi dalam siklus ini di mana risiko
terjadinya salah saji yang material adalah tinggi. Beberapa dari akun itu, seperti
persediaan, properti, pabrik dan peralatan, serta jenis beban utama yang secara

6
individual dapat bersifat material terhadap laporan keuangan. Dalam situasi ini,
auditor berusaha mencapai tingkat risiko yang rendah bahwa transaksi siklus
pengeluaran merupakan sumber terjadinya salah saji yang material dalam laporan
keuangan.

4.3. Risiko inheren


Risiko inheren dalam siklus pengeluaran. Dalam menilai risiko inheren untuk
asersi-asersi siklus pengeluaran, auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor
penting yang bisa mempengaruhi asersi-asersi diseluruh laporan keuangan, serta
faktor-faktor yang hanya berkaitasn dengan asersi spesifik dalam siklus pengeluaran.
Factor-faktor penting yang dapat memotivasi manajemen untuk menyalahsajikan
asersi-asersi siklus pengeluaran meliputi:
 Tekanan untuk menetapkan terlalu rendah beban agar dapat membuat laporan
yang memenuhi target profitabilitas atau norma industri yang telah ditetapkan,
yang dalam kenyataan tidak tercapai akibat factor-faktor seperti kondisi ekonomi
global, nasional, atau regional yang mempengaruhi biaya operasi, dampak
perkembangan teknologi terhadap produktivitas perusahaan, atau manajemen
yang tidak baik.
 Tekanan untuk menetapkan terlalu rendah hutang agar bisa membuat laporan
yang menunjukkan tingkat modal kerja yang lebih tinggi pada saat perusahaan
sedang menghadapi masalah likuiditas atau keraguan tentang kelangsungan
usahanya.
Kedua factor diatas cenderung meyebabkan tingginya risiko kurang saji daripada
lebih saji pengeluaran dan hutang.
Siklus pengeluaran cenderung menanggung risiko kecurangan yang dilakukan
karyawan melalui pengeluaran kas yang tidak diotorisasi. Factor-faktor lainnya yang
dapat menimbulkan salah saji dalam asersi siklus pengeluaran mencakup berikut ini:
 Volume transaksi dalam siklus ini biasanya tinggi
 Pembeliaan dan pengeluaran kas biasanya dilakukan tanpa otorisasi
 Pembelian aktiva dapat diselewengkan
 Pembayaran atas faktur penjualan mungkin dilakukan dua kali
 Masalah akuntansi yang tidak tepat mungkin terjadi berkaitan dengan hal-hal
seperti apakah biaya harus dibebankan atau dikapitalisasi (misalnya, perlakuan

7
atas biaya reparasi dan pemeliharaan atau diklasifikasi lease sebagai lease operasi
atau modal).
Auditor harus mempertimbangkan setiap factor diatas ketika menilai risiko inheren
untuk siklus pengeluaran.

4.4. Risiko Prosedur Analitis


Pengujian analitis merupakan hal yang efektif dalam mengidentifikasi akun-
akun siklus pengeluaran yang mengandung salah saji. Resiko prosedur analitis
merupakan resiko deteksi bahwa prosedur tersebut akan gagal dalam mendeteksi
kekeliruan dan kesalahan pengujian.
Prosedur Analisis yang Umum Digunakan dalam Audit atas Siklus Pengeluaran

Rasio Rumus Signifikansi Audit


Jumlah Hari Rata-rata Hutang Pengalaman sebelumnya atas jumlah hari perputaran
Perputaran Usaha ÷ Pembelian hutang usaha dipadukan dengan pengetahuan tentang
Hutang Usaha x 365 pembelian sekarang dapat bermanfaat dalam
mengestimasi hutang periode berjalan. Semakin pendek
periode dapat menunjukkan masalah kelengkapan.
Harga pokok Harga Pokok jumlah ini akan berubah sekitar persentase yang sama
Penjualan Penjualan ÷ Hutang dari tahun ke tahun, kecuali perusahaan mengubah
terhadap Usaha kebijakan pembayarannya
Hutang Usaha
Hutang sebagai Hutang Usaha ÷ Saldo hutang usaha di luar neraca bermanfaat dalam
porsentase dari Total Aktiva membandingkannya dengan data industri. Penurunan
Total Akttiva rasio ini yang signifikan dapat menunjukkan masalah
kelengkapan.
Rasio Lancar Aktiva Lancar Kenaikan yang signifikan atas rasio lancar
(Curient Ratio) ÷ Kewajiban Lancar dibandingkan dengan pengalaman tahun sebelumnya
dapat menunjukkan masalah kelengkapan. Namun rasio
ini juga dapat dipengaruhi oleh perubahan akun aktiva.
Rasio Cepat Aktiva Moneter Kenaikan yang signifikan atas rasio lancar
(Quick Lancar ÷ dibandingkan dengan pengalaman tahun sebelumnya
Ratio) Kewajiban Moneter dapat menunjukkan masalah ke1engkapan. Namun
Lancar rasio ini juga dapat dipengaruhi oleh perubahan akun

8
aktiva.

5. MEMPERTIMBANGKAN KOMPONEN PENGENDALIAN INTERNAL

5.1. Lingkungan Pengendalian


Pemahaman tentang bagaimana manajemen bertanggungjawab atas penggunaan
sumber daya perusahaan merupakan hal yang berguna untuk menentukan :
1) Laporan yang digunakan manajemen untuk mengevaluasi review kinerja
perusahaan.
2) Seberapa sering dan seberapa cepat laporan manajemen direview.
3) Keputusan yang didasarkan atas laporan itu.
4) Kebijakan perusahaan untuk menindaklanjuti masalah yang berasal dari laporan
utama.

5.2. Penilaian Risiko Manajemen


Penilaian risiko manajemen yang berkaitan dengan aktivitas siklus pengeluaran
meliputi pertimbangan atas hal-hal berikut :
1) Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan arus kas untuk transaksi
pembelian.
2) Kontinjensi kerugian yang berkaitan dengan komitmen pembelian.
3) Terus tersedianya perlengkapan yang penting dan stabilitas pemasok yang
penting.
4) Pengaruh kenaikan biaya terhadap perusahaan.
5) Atensi perusahaan terhadap risiko terjadinya pembayaran berganda.
6) Atensi perusahaan terhadap risiko kecurangan yang dilakukan oleh pegawai.

5.3. Informasi dan komunikasi


Pemahaman atas sistem akuntansi memerlukan pengetahuan tentang metode
pemrosesan data dan dokumen serta catatan penting yang digunakan dalam
pemrosesan transaksi siklus pengeluaran. Informasi penting yang harus dipahami
auditor meliputi :
a) Bagaimana pembelian, pembayaran, dan retur diawali.

9
b) Bagaimana transaksi pembelian diperhitungkan ketika barang dan jasa diterima
atau barang dikembalikan.
c) Catatan akuntansi, dokumen, akun, dan file komputer apa yang digunakan dalam
akuntansi untuk berbagai tahapan dari setiap transaksi siklus pembelian.
d) Proses yang mengawali terjadinya pembayaran atas barang dan jasa.

5.4. Pemantauan
Aktivitas pemantauan yang mengharuskan auditor mendapatkan pengetahuan,
apabila berlaku, mencakup :
a) Umpan balik yang terus menerus dari pemasok perusahaan menyangkut setiap
masalah masalah pembayaran atau masalah pengiriman di masa depan.
b) Komunikasi dari auditor eksternal tentang kondisi yang dapat dilaporkan atau
kelemahan yang material atas pengendalian internal yang relevan, yang
ditemukan selama audit sebelumnya.
c) Penilaian periodik oleh auditor internal tentang kebijakan serta prosedur
pengendalian yang berhubungan dengan siklus pengeluaran.

5.5. Penilaian awal atas risiko pengendalian


Auditor dapat melaksanakan beberapa pengujian pengendalian secara berbarengan
dengan prosedur untuk mendapatkan pemahaman yang diperlukan. Dalam kasus ini,
auditor dapat memperoleh kepastian yang terbatas mengenai keefektifan
pengendalian bersangkutan. Bukti yang diperoleh dari pengujian pengendalian secara
berbarengan tersebut dapat mendukung penurunan penilaian awal atas risiko
pengendalian untuk asersi-asersi terkait tertentu sedikit dibawah maksimum atau
tinggi.

6. AKTIVITAS PENGENDALIAN-TRANSAKSI PEMBELIAN


Ada dua jenis pengendalian komputer, yaitu :
 Pengendalian umum, yang berkaitan dengan lingkungan komputer dan yang
mempunyai pengaruh pervasif terhadap aplikasi komputer.
 Pengendalian aplikasi, yang berkaitan dengan setiap aplikasi akuntansi yang
terkomputerisasi, seperti siklus pengeluaran.

10
6.1. Dokumen Dan Catatan Yang Umum
Sejumlah dokumen dan catatan umum yang tercakup dalam siklus pengeluaran Bagi
perusahaan yang menggunakan sistem data-base, catatan transaksi akan disimpan
dalam suatu database dan auditor perlu memahami tabel-tabel utama yang
menggerakkan akses ke informasi dalam sistem ini, serta bagaimana tabel-tabel
tersebut berkaitan satu sama lain. Meskipun demikian, dokumen dan catatan berikut
akan sering ditemukan dalam sebagian besar sistem akuntansi:
 Permintaan pembelian. Permintaan tertulis akan barang dan jasa yang diajukan
oleh orang atau departemen yang berwenang kepada departemen pembelian.
 Pesanan pembelian. Penawaran tertulis dari departemen pembelian kepada
penjual atau pemasok untuk membeli barang atau jasa sebagaimana tertulis dalam
pesanan tersebut.
 Laporan penerimaan. Laporan yang dibuat atas penerimaan barang yang
menunjukkan jenis dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok.
 Faktur penjual. Tagihan dari pemasok yang menyebutkan jenis barang yang
dikirim atau jasa yang diberikan, jumlah yang harus dibayar, termin pembayaran,
serta tanggal tagihan tersebut.
 Voucher. Suatu formulir internal yang menyebutkan nama pemasok, jumlah yang
harus dibayar, dan tanggal pembayaran untuk pembelian yang telah diterima.
Formulir ini digunakan untuk mengotorisasi pencatatan dan pembayaran
kewajiban. Banyak sistem pembelian memerlukan paket voucher yang lengkap
sebelum menyetujui pembayaran. Paket voucher ini biasanya berisi salian
permintaan pembelian, pesanan pembelian, laporan penerimaan, faktur penjual,
dan voucher yang sesuai—semua dokumentasi yang mendukung transaksi
pembelian.
 Laporan pengecualian. Laporan yang berisi informasi tentang transaksi-transaksi
yang diidentifikasi untuk diinvestigasi lebih lanjut dengan pengendalian aplikasi
komputer.
 Ikhtisar voucher. Laporan yang berisi seluruh voucher yang diproses dalam suatu
batch atau selama hari itu.
 Register voucher. Catatan akuntansi formal yang mencatat kewajiban yang telah
mendapat persetujuan untuk dibayar.

11
 File induk pernasok yang telah disetujui. File komputer yang berisi informasi
tentang penjual dan pemasok yang telah disetujui untuk membeli jasa dan serta
melakukan pembayaran kepadanya.
 File pesanan penibelian terbuka. File komputer tentang pesanan pembelian yang
telah dikirim ke para pemasok tetapi barang atau jasa belum diterima.
 File penerimaan. File komputer yang berisi informasi tentang kuantitas
persediaan yang diterima dari pemasok.
 File transaksi pembelian. File komputer yang berisi data mengenai voucher yang
telah disetujui atas pembelian yang telah diterima. File ini digunakan untuk
mencetak register voucher dan memutakhirkan file hutang usaha, persediaan,
serta buku besar
 File induk hutang usaha. File komputer yang berisi data tentang voucher yang
belum dibayar yang telah disetujui. File ini dapat disusun oleh pemasok. File ini
harus ditambahkan ke saldo dalam akun pengendali hutang usaha.
 File suspensi atau penolakan. File komputer yang menahan transaksi-transaksi
yang belum diproses karena ditolak oleh program aplikasi komputer.

6.2. Fungsi-Fungsi
Fungsi pengeluaran kas adalah proses yang dilakukan perusahaan sehubungan
dengan penerimaan barang dan jasa dari pihak lain. Fungsi pengeluaran kas biasanya
meliputi pembayaran utang dan pada saat yang bersamaan juga melakukan
pencatatan pengeluaran kas. Pemrosesan transaksi pembelian mencakup fungsi-
fungsi pembelian berikut:
1) Pengajuan Pembelian
Banyak perusahaan memisahkan subfungsi-subfungsi berikut untuk transaksi
dalam jumlah dollar tertentu. Untuk transaksi yang bernilai lebih kecil, suatu
departemen biasanya memiliki ruang gerak yang bebas dalam mengajukan
permintaan pesanan barang. Apabila perusahaan memberikan kebebasan yang
lebih besar pada suatu departemen dalam mengawali transaksi, maka biasanya
perusahaan itu berupaya menetapkan anggaran dan tanggung jawab pengendalian
yang ketat atas pengeluaran departemen itu.
 Mencantumkan Nama Pemasok Pada Daftar Pemasok Yang Telah Disetujui
Proses menyetuji pemasok yang akan mengirimkan barang dan jasa yang
ddibutuhkan perusahaan merupakan pengendalian yang penting, terutama

12
dalam sistem akuntansi yang mengandalkan pada pengendalian komputer.
Jika manajemen, biasanya departemen.
 Pembuatan Pesanan Pembelian
Departemen pembelian mempunyai kewenangan untuk menerbitkan pesanan
pembelian hanya setelah menerima permintaan pembelian yang disetujui
dengan benar. Pembuatan pesanan pembelian merupakan kelanjutan dari
proses pemrakarsaan transaksi. Peran pembelian adalah untuk memastikan
sumber pasokan terbaik dan untuk membeli barang-barang yang penting,
mendapatkan harga penawaran yang kompetitif. Sistem komputerisasi akan
mempunyai daftar induk pemasok yang telah disetujui dan daftar harga
terbaru dari semua barang yang pada umumnya dibeli perusahaan. Pesanan
pembelian akan dilengkapi dengan informasi dari daftar tersebut.

2) Penerimaan Barang Dan Jasa


Pesanan pembelian yang sah merupakan otorisasi bagi departemen penerimaan
untuk menerima barang yang dikirimkan oleh pemasok. Penerimaan barang atau
jasa ini biasanya membuktikan bahwa suatu transaksi dan penetapan kewajiban
telah terjadi. Personil departemen penerimaan harus membandingkan barang
yang diterima dengan uraian yang tercantum pada pesanan pembelian,
menghitung barang, dan memeriksa kemungkinan adanya barang yang rusak.
 Pembuatan Laporan Penerimaan
Laporan penerimaan bernomor urut harus dibuat untuk setiap pesanan yang
diterima, untuk mendokumentasikan bahwa barang telah diterima, dan bahwa
kewajiban telah ditetapkan. Dalam sistem terkomputerisasi, laporan
penerimaan dapat dibuat dengan menggunakan informasi yang telah tersedia
dalam komputer dan menambahkan data penerimaan yang sesuai seperti
kuantitas yang diterima.
Laporan penerimaan merupakan dokumen yang penting dalam mendukung
asersi eksistensi atau kejadian untuk transaksi pembelian. Informasi yang ada
dalam laporan penerimaan akan diteruskan ke bagian hutang usaha melalui
salinan laporan penerimaan atau secara elektronis.
 Penyimpanan Barang Yang Diterima Sebagai Persediaan
Perusahaan harus menyimpan barang ditempat yang aman dengan akses yang
terbatas dan diawasi secara memadai. Kebanyakan sistem perpetual yang

13
terkomputerisasi akan memungkinkan manajemen pergudangan untuk
mengawasi persediaan menurut lokasi tertentu di gudang.

3) Pencatatan Kewajiban
Penerimaan barang atau jasa biasanya menetapkan suatu kewajiban bagi
perusahaan untuk menyelesaikan transaksi. Akuntansi akrual mensyaratkan
pencatatn kewajiban. Banyak perusahaan membuat voucher, yaitu suatu
dokumen internal, untuk mengakui kewajiban dan mencatatnya dalam jurnal
pembelian atau register voucher. Pengendalian atas pencatatan kewajiban dan
asersi/tujuan audit spesifik yang berkaitan meliputi:
 Pembayaran Utang dan Pencatatan Pengeluaran
Biasanya bendahara atau fungsi manajemen kas bertanggung jawab untuk
memutuskan voucher yang belum dibayar agar diproses pembayarannya pada
tanggal jatuhnya. Semua pembayaran harus dilakukan dengan cek. Komputer
bisa diprogram untuk memilih voucher-voucher yang jatuh tempo pada setiap
hari dari file induk utang dagang dan laporan ini direview untuk menentukan
utang nama yang harus dibayar, dengan mempertimbangkan posisi pada kas.

6.3. Perolehan Pemahaman Dan Penilaian Risiko Pengendalian


Auditor harus memperoleh pemahaman tentang siklus pembelian yang
mencukupi untuk merencanakan audit, yaitu auditor harus memiliki pemahaman
yang cukup agar mampu mengidentifikasikan jenis-jenis salah saji yang potensial,
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang material,
dan merancang pengujian subtantif jika auditor merencanakan untuk menilai risiko
pengendalian pada tingkat yang rendah untuk suatu asersi.
Jika auditor merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat
sedang, atau tinggi, maka ia dapat menggunakan pengetahuan tentang keefektifan
pengendalian yang diperolehnya ketika memahami pengendalian internal. Auditor
juga dapat mengambil kesimpulan mengenai keefektifan operasi pengendalian umum
computer, dan mengajukan pertanyaan serta menginspeksi dokumen yang berkaitan
dengan prosedur yang digunakan untuk menindaklanjuti laporan pengecualian yang
dihasilkan oleh pengendalian terprogram.

14
Jika auditor merencanakan menilai resiko pengendalian pada tingkat yang
sedang atau tinggi, maka ia dapat menggunakan pengetahuan tentang keefektifan
pengendalian yang diperolehnya ketika memahami pengendalian internal.
Jika auditor merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat
rendah, maka ia biasanya harus (1) menguji keefektifan pengendalian umum, (2)
menggunakan teknik audit berbantuan komputer (3) menguji keefektifan prosedur
untuk menindaklanjuti pengecualian yang diidentifikasi oleh pengendalian
terprogram.

7. AKTIVITAS PENGENDALIAN-TRANSAKSI PENGELUARAN KAS

7.1. Dokumen dan Catatan Umum


Dokumen dan catatan penting yang umum digunakan dalam pengolahan transaksi
pengeluaran kas meliputi:
 Cek. Perintah resmi kepada bank untuk membayar sejumlah uang kepada orang
yang namanya tertulis dalam perintah tersebut atau kepada pembawa.
 Ikhtisar cek. Laporan yang berisi seluruh cek yang diterbitkan dalam suatu bacth
atau selama sehari.
 File transaksi pengeluaran kas. Informasi tentang pengeluaran yang dilakukan
dengan menggunakan cek kepada pemasok atau pihak lainnya. Ini digunakan
untuk pembukuan ke utang dagang dan file induk buku besar.
 Jurnal pengeluaran kas atau register cek. Catatan akuntansi formal mengenai cek
yang diterbitkan kepada pemasok atau pihak lain.

7.2. Fungsi-fungsi.
Fungsi pengeluaran kas adalah proses yang dilakukan perusahaan sehubungan
dengan penerimaan barang dan jasa dari pihak lain. Fungsi pengeluaran kas biasanya
meliputi pembayaran utang dan pada saat yang bersamaan juga melakukan
pencatatan pengeluaran kas.

Pembayaran Utang dan Pencatatan Pengeluaran


Biasanya bendahara atau fungsi manajemen kas bertanggung jawab untuk
memutuskan voucher yang belum dibayar agar diproses pembayarannya pada tanggal

15
jatuhnya. Semua pembayaran harus dilakukan dengan cek. Komputer bisa diprogram
untuk memilih voucher-voucher yang jatuh tempo pada setiap hari dari file induk
utang dagang dan laporan ini direview untuk menentukan utang nama yang harus
dibayar, dengan mempertimbangkan posisi pada kas.
Apabila voucher tertentu sudah diidentifikasi sebagai voucher yang harus
dibayar, maka komputer akan mencocokkan informasi dalam cek dengan
informasi pada dokumen-dokumen pendukungnya, melaksanakan pengendalian
aplikasi terprogram, memberi tanda bahwa voucher telah dibayar ( untuk
mencegah pembayaran dobel) dan mencatat transaksi dalam file transaksi
pengeluaran kas. Kadang- kadang cek dibawah jumlah rupiah tertentu dapat
ditandatangani dengan mesin tanda tangan sedangkan untuk jumlah di atasnya harus
ditandatangani secara manual oleh pejabat tertentu yang ditunjuk oleh
perusahan. Pengendalian yang bersangkutan dengan pembuatan dan
penandatanganan cek serta tujuan khusus audit mencakup hal-hal berikut ini:
 Pejabat yang ditujukan di bagian keuangan harus bertanggungjawab atas
penandatanganan cek
 Pengendalian terprogram atas cek untuk memastikan bahwa setiap cek
didukung oleh voucher (belum dibayar) yang telah diotorisasi dan nama
penerima pembayaran serta jumlah dalam cek cocok dengan voucher
 Pengendalian terprogram membatalkan nomor voucher segera setelah
voucher tersebut dibayar, dan mereview file voucher yang telah dibayar
untuk mencegah voucher tersebut dibayar dua kali
 Untuk mencegah pencurian atau perubahan bagian yang mengawasi
pembuatan cek harus mengawasi pula pengiriman cek tersebut
 Tidak ada cek yang diterbitkan berupa cek tunai atau cek pada pembawa
ataupun cek yang tidak memuat nama penerima pembayaran
 Cek harus bernomor urut tercetak dan dipertanggungjawabkan
pemakaiannya lembar demi lembar
 Akses terhadap blangko cek dan cap tanda tangan harus sangat dibatasi
( harus disimpan oleh pejabat yang ditunjuk perusahaan)

File transaksi pengeluaran kas dibuat ketika cek yang dibuat digunakan untuk
memutahirkan file induk utang dagang dan rekening buku besar . program

16
pemutakhiran juga menghasilkan jurnal pengeluaran kas dan ikhtisar buku besar yang
diteruskan ke akuntansi. Pengendalian pengeluaran kas meliputi:
 Penjumlahan run-to-run membandingkan saldo awal file pengeluaran kas
ditambah transaksi dengan saldo akhir file transaksi pengeluaran kas setelah
dimutahirkan serta file induk utang dagang
 diterbitkan (biasanya dilaporkan dalam suatu ikhtisar cek) dengan total batch dari
semua voucher yang diperoses untuk pembayaran
 Pengecekan independen oleh pengawas akuntansi tentang kecocokan antara
jumlah yang dijurnal dan dibukukan ke utang dagang dengan ikhtisar cek yang
diterima dari bendahara
 Rekonsiliasi bank secara independent

7.3. Mendapatkan Pemahaman dan Menetapkan Risiko Pengendalian


Pengujian pengendalian diperlukan untuk menentukan efektivitas
pengendalian intern. Sifat dan luas pengujian akan berbanding terbalik dengan
tingkat risiko pengendalian yang direncanakn auditor. Penetapan tingkat risiko
pengendalian yang lebih rendah akan membutuhkan lebih banyak bukti kompeten
tentang efektivitas pengoprasian pengendalian intern. Bukti mengenai efektivitas
pengendalian intern bisa diperoleh ketika auditor sedang mempelajari pengendalian
atau dengan cara melakukan pengujian pengendalian tertentu. Apabila auditor akan
mengandalkan pada prosedur pengendalian terprogram untuk mendukung penetapan
risiko pengendalian yang rendah maka ia biasanya akan menguji efektivitas
pengendalian umum dan menguji efektivitas prosedur-prosedur tindak lanjut manual.
Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh melalui pemahaman atas bagian-bagian yang
relevan dari kelima komponen pengendalian intern dan pengujian pengendalian yang
bersangkutan , auditor membuat penetapan akhir risiko pengendalian untuk setiap
asersi signifikan dan mendokumentasikan penetapan tersebut.

17
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Umumnya transaksi besar yang membentuk siklus pengeluaran dalam perusahaan


terdiri dari: transaksi pembelian, dan transaksi pengeluaran kas. Terdapat beberapa tujuan
dari audit siklus pengeluaran dari kelompok transaski atau saldo, dari kategori-kategori
asersi. Asersi-asersi tersebut adalah Eksistensi atau kejadian, kelengkapan, hak dan
kewajiabn, penilaian atau alokasi dan pengungkapan.

Pemahaman tentang bisnis dan industri klien akan memudahkan kita untuk menilai
seberapa besar tingkat materialitas, risiko inheren, dan risiko prosedur analitis dari siklus
pengeluaran. Ada beberapa hal yang dipertimbangkan untuk mengevaluasi aktivitas
pengendalian dalam transaksi pembelian dan pengeluaran kas yaitu dokumen dan catatan
umum, fungsi-fungsi pembelian/pengeluaran kas, sistem untuk transaksi
pembelian/pengeluaran kas, serta pemahaman dan penilaian risiko pengendaliannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Boynton, dkk. 2004. Modern Auditing Jilid 2 Edisi 7. Jakarta: Erlangga.

19

Anda mungkin juga menyukai