Disusun Oleh :
Kelompok 2
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah menolong hamba-Nya
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui lebih jauh berbagai hal
mengenai “Survey Pendahuluan” berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber yang telah
kami temukan dan pahami.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Audit Internal
yang telah banyak memberikan kami pengarahan agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca,
walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon saran dan
kritiknya. Terima kasih.
Kelompok II
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………..……………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………..………………………….. 4
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………..………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Survey Pendahuluan…………………...……………………….. 5
2.2 Tahap-Tahap Pelaksanaan Survey Pendahuluan…………………..………. 9
2.3 Tujuan dan Sasaran Survey Pendahuluan…………………………………. 10
2.4 Kontrol untuk Mencapai Tujuan .………………………………………… 11
2.5 Menyusun Anggaran Survey Pendahuluan ………………………………... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sebagaimana halnya filosofi audit yang terus bergeser dan berkembang,
pendekatan audit khusus seperti control self assessment juga makin berkembang. Survey
pendahuluan dapat membantu auditor memutuskan jenis audit yang paling efektif.
Adapun penyusunan program audit untuk penyelesaian pekerjaan lapangan yang
lebih mendalam merupakan tahap penting agar pemeriksaan manajemen dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien.Tahap penyusunan program audit dilaksanakan
setelah tahap persiapan pendahuluan dan penelitian mendalam. Tahap audit mendalam
disebut pula dengan istilah penyelesaian pekerjaan lapangan. Tahap penalitian lapangan
sifatnya kurang terinci dibandingkan dengan tahap audit mendalam. Tahap audit
mendalam merupakan tahap yang sangat penting dan biasanya mengkonsumsi waktu
audit manajemen yang paling banyak. Karena pentingnya program kerja audit dan audit
mendalam maka perlu dilakukan pembelajaran lebih lanjut mengenai dua hal tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Studi awal juga mencakup penelaahan saksama atas bagan organisasi dan
pernyataan tanggung jawab dan kewenangan. Dokumen tersebut dapat menunjukkan
posisi aktivitas klien dalam hierarki perusahaan, apa yang diharapkan manajemen senior
atas manajemen di bawahnya, dan kewenangan apa yang diberikan kepada manajer
operasi. Penelaahan harus dilakukan secara saksama atas kata-kata yang tertera.
Pernyataan wewenang dan tanggung jawab seringkali dibuat oleh orang yang melakukan
aktivitas tersebut. Dalam beberapa hal, pernyataan tersebut bisa dilebih-lebihkan dan
auditor harus skeptic menyikapinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila audit
yang dilakukan adalah audit berulang (repeat audit) adalah mempelajari permanent file
yang berisi laporan audit terdahulu, informasi lainnya yang relevan dengan penugasan
berikutnya. Auditor perlu menelaah literature-literatur yang terkait agar pengetahuan
audit dapat selalu ter-update dengan memakai referensi dari situs dari IIA yaitu
www.theiia.org atau jurnal Internal Auditor yaitu jurnal profesi.
2.2.2 Pendokumentasian
Pendokumentasian merupakan beberapa langkah yang akan mengarah pada
pertemuan awal antara auditor dengan manajer kalien. Dokumentasi berupa kuesioner
penting untuk bahan wawancara/diskusi.
1. Daftar Pengingat
Dalam setiap permulaan audit, auditor internal kadang kala bingung, “apa yang
akan dikerjakan selanjutnya?” Meskipun setiap penugasan audit tidak sama, namun
terdapat langkah-langkah awal tertentu yang berlaku untuk setiap audit. Langkah-
langkah ini harus dicatat dalam daftar pengingat sehingga memudahkan pekerjaan.
Daftar pengingat tidak dirancang untuk menghambat inisiatif atau kreativitas.
Daftar tersebut menyederhanakan proses perencanaan dengan membantu auditor
melakukan pekerjaan secara terorganisasi dan dengan langkah awal yang minimum.
Daftar pengingat membantu auditor mengorganisasikan kertas kerja mereka dan
membuat tahap audit selanjutnya lebih sederhana untuk dikerjakan.
4
Tabel 2.1 Daftar Pengingat Penugasan Audit
Perencanaan Diselesaikan
(Tanggal) (Nama)
5
pertengahan penugasan.
Diskusikan dengan karyawan manajemen klien waktu yang
tepat untuk menelaah temuan-temuan dan draf laporan untuk
mengantisipasi masa liburan dan hambatan lainnya untuk
bertemu.
Penyelesaian Diselesaikan
(Tanggal) (Nama)
Lengkapi catatan temuan audit dan kerangka laporan, telaah
bersama supervisor audit.
Siapkan draf laporan audit dan rujuk ke data data yang ada di
kertas kerja.
Pindahkan dokumen yang seharusnya masuk ke dokumen
permanen.
Siapkan lembar analisis audit.
Jelaskan masalah-masalah yang harus dipertimbangkan pada
penugasan audit lainnya secara tertulis dan tempatkan catatan
mengenai hal tersebut pada dokumen permanen.
Jadwalkan penalaahan draf laporan dengan karyawan klien.
Konfirmasikan status temuan yang sudah dan belum
diselesaikan baik melalui pengujian atau melalu penelaahan
dengan karyawan klien.
Lakukan verifikasi akhir draf laporan, lihat perubahan yang
telah didiskusikan dengan klien, sebelum diserahkan untuk
ketikan akhir.
2. Daftar Isi
Sebelum auditor mulai melakukan instruksi-instruksi yang terdapat dalam daftar
pengingat, sebaiknya siapkan dahulu daftar isi. Langkah ini dilakukan sebelum tahap
perencanaan audit. Daftar isi akan memaksa audit untuk (1) mendaftar masalah-
masalah tertentu yang harus ditangani seiring dengan kemajuan penugasan, dan (2)
membuat acuan kertas kerja.
3. Pengurangan Biaya
Pengurangan biaya secara langsung memengaruhi laba perusahaan. Pada
umumnya manajemen mengharapkan penugasan audit internal menghasilkan
pengurangan biaya, maupun peningkatan operasi. Beberapa usulan pengurangan
biaya dari auditor berasal dari kombinasi kondisi yang ada dan memahami masalah
yang dihadapi oleh auditor.
6
4. Catatan Kesan
Catatan kesan tidak dibuat untuk diberikan kepada manajemen. Fungsinya
adalah sebagai daftar pengingat bagi auditor ketika mereka sedang melakukan
pembicaraan rahasia dengan manajer senior. Catatan kesan dapat membantu
mengidentifikasi gejala-gejala kemunduran yang membutuhkan perhatian khusus dan
membutuhkan perbaikan dalam hubungan dengan karyawan, kondisi kerja,
manajemen, atau pengawasan.
Tabel 2.2 Catatan Kesan
Pertanyaan Ya Komentar
atau
Tidak
Etika dan Moral Karyawan
Apakah karyawan memiliki etika yang baik dengan sesame
rekan kerja, pekerjaan mereka, supervisor dan organisasi?
Apakah tugas karyawan melaksanakan kewajiban mereka
dan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab mereka?
Apakah karyawan memahami dan mendukung tujuan
departemen dan organisasi mereka?
Kebiasaan Kerja
Apakah karyawan mempunyai jam kerja yang layak dan
menyelesaikannya untuk kepentingan organisasi?
Apakah jam kerja karyawan diperiksa?
Apakah manajer menampung keluhan karyawan dan
bersedia mengambil tindakan perbaikan?
7
Organisasi dan Penugasan Staf
Apakah untuk dapat mencapai tujuan organisasi, organisasi
tersebut sudah dikelola dengan baik?
Apakah staf sudah ditugasi dengan baik dan terdapat
pemisahan tugas, wewenang, dan tanggung jawab?
Apakah organisasi organisasi memiliki job description
secara baik?
Apakah karyawan atau staf sudah bekerja sesuai dengan
bidang dan keahlian mereka?
Pengawasan
Apakah supervisor memahami pekerjaannya dan
menghargai karyawan?
Apakah supervisor menerapkan control dan memberikan
aahan kepada karyawan?
Hubungan dengan Organisasi Lain
Apakah organisasi cenderung berkomunikasi secara efektif
dengan organisasi lain?
Apakah terdapat konflik di dalam organisasi atau dengan
organisasi lain?
Apaka terdapat kerja sama yang saling menguntungkan?
Tata letak (lay Out) Ruang Kerja
Apakah ruang kerja memiliki lay out yang baik?
Apakah lokasi, sirkulasi udara, cahaya, suhu udara dan
kebersihan sudah memadai?
5. Kuisioner
Kuisioner diusahakan untuk mudah dipahami bagi responden yang diminta
mengisi kusioner. Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan
untuk memenuhi tujuan audit, bertemu manajer klien pada pertemuan awal. Selain
itu, kuisioner yang baik tidak terlalu tebal atau tidak terlalu panjang.
Berikut contoh pertanyaan-pertanyaan yang layak untuk ditanyakan:
1. Berapa bagian/seksi yang ada pada aktivitas anda?
2. Berapa banyak karyawan yang ditugaskan pada bidang ini?
8
3. Aktivitas-aktivitas apa yang dilakukan?
4. Apakah terdapat prosedur-prosedur tertulis untuk aktivitas tersebut?
5. Aktivitas apa yang menurut anda paling penting?
6. Aktivitas mana yang paling mengganggu?
7. Bagaimana anda menerapkan control atas organisasi?
8. Laporan control apa yang anda terima dari karyawan?
9. Standar apa yang anda tetapkan untuk karyawan?
10. Standar anda bersumber dari mana?
11. Bagaimana anda melatih karyawan?
12. Bagaimana anda mengevaluasi kinerja mereka?
13. Bagaimana supervisor membantu meningkatkan kinerja karyawan?
14. Bagaimana anda menetapkan prioritas bagi pekerjaan anda?
15. Bagaimana tingkat perputaran karyawan?
16. Seberapa banyak dan bagaimana sifat pesanan anda?
17. Kepada siapa anda melapor?
18. Laporan apa yang anda siapkan untuk manajemen anda sendiri, dan seberapa
sering dihasilkan?
19. Dari mana sumber informasi yang terdapat dalam laporan?
20. Dengan organisasi apa anda menjalin kerja sama?
21. Imbal balik apa yang anda dapat dari mereka?
22. Perubahan-perubahan besar apa yang telah terjadi sejak audit terakhir?
Kuesioner ini bisa diperluas atau dipersempit sesuai kondisi. Jenis pertanyaan
bisa bervariasi, tergantung pada apakah audit yang diusulkan bersifat organisasional
(untuk satu unit organisasi) atau fungsional (mengikuti fungsi atau program dari awal
hingga akhir dan melintasi batas organisasional). Dalam audit organisasional,
pertanyaan yang berorientasi pada manusia akan lebih mendominasi. Sementara
dalam audit fungsional atau audit program, pertanyaan yang diajukan akan lebih
berkenaan dengan alur kerja, hubungan dengan organisasi lain dan umpan balik.
Kuesioner yang diberikan ke klien sebelum auditor datang mengaudit, terkadang
bisa bermanfaat, khususnya untuk klien yang berada di lokasi yang jauh. Kuesioner
9
dapat menjadi semacam “persiapan” akan datangnya auditor. Kuesioner juga dapat
menghilangkan sedikit keengganan dan rasa curiga mengenai audit yang akan
dilakukan dan melibatkan supervisor klien sebagai mitra sejak awal. Kuesioner dapat
memberi peluang bagi karyawan manajemen untuk memahami diri mereka sendiri,
karena pertanyaan yang disiapkan dengann baik dapat berfungsi sebagai lembar
evaluasi diri yang efektif.
Kuesioner juga dapat mencerminkan penghematan yang substansial, karena
penugasan audit lebih baik dilakukan oleh orang-orang yang sangat berkualifikasi
untuk menyelesaikannya dengan cepat. Bila audit dilakukan di lokasi yang jauh,
kuesioner bisa dikirim bersama memorandum yang ditandatangani direktur pusat
yang menerima laporan dari manajer cabang. Surat tersebut akan dirancang untuk
memperoleh dan menjadi bukti keterlibatan manajemen eksekutif dan menambah
sentuhan kewenangan atas permintaan tersebut. Memorandum tersebut, yang harus
dirancang drafnya oleh auditor untuk ditandatangani pihak manajemen, akan menjadi
sarana perkenalan auditor atau tim audit, memberitahu jadwal kedatangan, dan
memohon kerja sama. Memorandum tersebut juga harus secara jelas
mengkomunikasikan harapan pihak manajemen bahwa semua pertanyaan akan
dijawab lengkap dan terbula serta didukung oleh salinan laporan yang relevan dan
dapat diaudit, juga dokumen terkait lainnya.
10
Auditor internal harus memiliki keahlian dalam berhubungan dengan orang dan
berkomunikasi secara efektif. Auditor internal juga harus memiliki keahlian dalam
berkomunikasi baik lisan dan tulis, sehingga mereka dapat menyampaikan tujuan audit,
evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi secara jelas dan efektif.
1. Mengatur Jadwal Pertemuan
Waktu dan tempat pertemuan harus diatur terlebih dahulu. Jika memungkinkan
hindari kunjungan mendadak. Pemberitahuan terlebih dahulu lebih sopan dan akan
dihargai serta tidak merugikan audit. Klien yang siap akan memberikan lebih banyak
informasi dan kesalahan informasi yang disengaja oleh klien akan cenderung
dideteksi dalam pelaksanaan audit sesungguhnya.
Pertemuan awal cenderung akan menuntun arah audit, salah satunya
kemungkinan kerja sama. Auditor internal haruslah terbuka dan terus terang
mengenai tujuan audit mereka. Mereka harus mengajukan pertanyaan sebagai
seorang yang ingin menggali informasi, bukan sebagai penyidik. Jangan ada
perseteruan, perselisihan yang bisa merusak pertemuan awal ini. Manajer klien hanya
ingin diperlaukan secara wajar dan dipandang dengan objektif.
Jika jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tesebut memiliki bukti yang sah bahwa
memang ada tindakan perbaikan, maka manajemen patut diberi pujian. Jika masalah
tersebut cukup signifikan, sebaiknya dimuat dalam laporan audit internal-bukan
sebagai temuan audit, tetapi sebagai catatan masalah yang diselesaikan. Jika
keyakinan yang diberikan hanya sebagai upaya untuk menghindari disangkutpautkan
dengan temuan kelemahan, maka hal ini harus dilaporakan sebagai temuan audit.
2. Wawancara
Teknik-teknik wawancara yang baik membuat orang merasa nyaman, membuat
mereka ingin memberi informasi, bekerja sama dalam audit, dan mudah mudahan
membuat penugasan audit berhasil. Auditor internal harus memiliki keahlian dalam
berhubungan dengan orang dan berkomunikasi secara efektif. Juga oenting bagi
auditor internal untuk memiliki keahlian dalam komunikasi lisan dan tulisan sehingga
mereka dapat menyampaikan tujuan audit, evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi
secara jelas dan efektif.
11
Karena penugasan teknik-teknik wawancara yang efektif pada hakikatnya adalah
tanggung jawab professional, maka auditor internal harus memahami bagian-bagian
penting dari wawancara dan berusaha menguasainya. Wawancara bukanlah sebuah
tindakan tunggal, melainkan bagian dari sebuah proses. Wawancara yang sukses
didasarkan pada penerapan saksama enam langkah penting:
1. Persiapan. Jangan datang tanpa persiapan. Pelajari sebanyak mungkin tentang
klien sebelum Tanya jawab. Tentukan tujuan Tanya jawab dan siapkan
pertanyaan-pertanyaan untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Penjadwalan. Rencanakan jadwal dengan saksama. Jangan berkunjung dengan
mendadak-kecuali memang diperlukan.
3. Pembukaan. Beritahu klien dengan jujut tujuan wawancara dan bagaimana
hasilnya akan digunakan.
4. Pelaksanaan. Wawancara merupakan pelaksanaan komunikasi, dan auditor
internal harus memiliki keahlian dalam proses komunikasi.
5. Mengajukan pertanyaan. Cara auditor mengajukan pertanyaan dapat
memengaruhi kesuksesan atau kegagalan suatu wawancara. Pertanyaan-
pertanyaan pembuka harus membuat orang menjadi nyaman.
6. Penutupan. Jangan terlena dengan pembicaran. Perhatikan tanda-tanda nonverbal
bahwa klien ingin pembicaraan diakhiri. Cobalah akhiri dengan nada positif
dengan meringkas kesepakan atau puji tindakan-tindakan yang layak dipuji.
12
b. Dapatkan salinan anggaran, kebijakan, arahan, dan prosedur.
c. Tentukan proyek atau studi khusus yang tengah berlangsung.
d. tentukan rencana untuk masa datang yang telah dibuat.
e. Tanyakan jika ada ide-ide perbaikan yang belum direalisasikan.
f. Tentukan cara menetapkan sasaran dan siapa yang menetapkan atau membantu
menetapkannya.
2. Pengorganisasian
Informasi penting yang bisa diperoleh auditor mengenai pengorganisasian adalah
sebagai berikut:
a. Dapatkan salinan bagan organisasi dan salinan deskripsi jabatan.
b. Tanyakan hubungan dengan organisasi lain.
c. Telaah letak fisik, catatan peralatan, serta lokasi dan kondisi aktiva.
d. Tentukan perubahan organisasional yang dilakukan akhir-akhir ini atau sejak
audit terakhir
e. Dapatkan informasi mengenai otoritas yang didelegasikan dan tanggung jawab
yang diberikan dan
f. Dapatkan informasi mengenai lokasi, sifat dan ukuran kantor cabang.
3. Pengarahan
Informasi penting yang bisa diperoleh auditor mengenai pengarahan adalah
sebagai berikut:
a. Dapatkan salinan instruksi operasional bagi karyawan.
b. Tanyakan kepada karyawan apakah instruksi sudah cukup jelas dan bisa
dipahami.
c. Tentukan apakah rentang manajemen dan pengawasan memungkinkan arah kerja
yang memadai.
d. Tentukan apakah kewenangan sama dengan tanggung jawab.
e. Pada badan-badan pemerintah, tentukan masalah-masalah penting yang akan
menarik minat public.
f. Identifikasikan hambatan-hambatan organisasi dalam melaksanakan tugas yang
diembannya.
13
4. Pengendalian
Auditor dapat memperoleh informasi penting mengenai pengarahan dengan:
a. Dapatkan salinan standard an pedoman kerja tertulis.
b. Telaah system dan alur kerja. Waspada dengan adanya tanda pemborosan,
pesanan penjualan, peralatan atau bahan baku yang berlebihan, karyawan yang
menganggur, perbaikan dan pekerjaan ulang yang ekstensif, bahan sisa yang
berlebihan, dan kondisi kerja yang buruk.
c. Telaah data finansial historisnya, dan kenali trennya.
d. Identifikasikan aktivitas atau prosedur khusus yang akan digambarkan dengan
bagan alir, seperti penyusunan kontrak, pemeriksaan aplikasi pinjaman,
menyetujui atau tidak menyetujui pinjaman, penjualan aktiva, melakukan sewa
guna usaha, periklanan, menetapkan harga, merekrut karyawan, meminjam dana,
dan memilih pemasok. Tindakan-tindakan atau prosedur prosedur ini harus
mencerminkan aktivitas yang diperiksa.
5. Pengendalian Risiko
Auditor internal harus menentukan jenis pengendalian yang telah diterapkan atau
seharusnya diterapkan untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkinan risiko.
Pengendalian yang tidak efektif harus didiskusikan segera dengan manajer. Survey
pendahuluan memberikan dasar bagi perusahaan untuk menyiapkan program audit,
dan yang menjadi masalah atas kepentingan manajemen adalah apakah kunci risiko
telah diidentifikasi? Bisa dimonitor? Dan pengendalian cukup kuat? Risiko yang
tidak dimonitor harus diaudit lebih dalam.
Pengendalian Untuk Mengurangi Risiko
Risiko Pengendalian
Kas
Penerimaan kas dari penjualan tunai Melakukan kas register pada saat
transaksi penjualan terjadi. Pada setiap
jam tertentu, petugas pemeriksa
membuka mesin untuk mengambil
kertas pencatat.
Penerimaan melalui pos Pada saat cek diterima melalui pos,
maka saat amplop dibuka harus dihadiri
dua orang petugas.
14
Pengeluaran kas Semua pengeluaran dilakukan dengan
menggunakan cek, kecuali kas kecil.
Pembelian
Penerimaan barang di bawah standar Ahli penjamin kualitas harus
memeriksa system pengendalian mutu
pemasok.
Pembelian dilakukan ke pamasok Lihat daftar pemasok yang disetujui.
Pembelian barang yang melanggar Persetujuan hukum dan prosedur serta
kuota impor. instruksi tertulis untuk pembelian
impor.
Pembelian melebihi kebutuhan Hanya beli bahan baku yang
dibutuhkan, dan kuantitas barang yang
dipesan tidak boleh melebihi tingkat
yang ditentukan.
Penggajian
Perekrutan karyawan untuk posisi Harus ada kriteria yang jelas untuk
penting setiap pekerjaan dan uraian tugas
formal.
Dalam daftar gaji terdapat karyawan Penambahan nama karyawan hanya
fiktif. melalui otorisasi tertulis dari
departemen personalia.
Dalam daftar gaji masih ada karyawan Lakukan rekonsiliasi atas gaji dan
yang berhenti. catatan waktu kerja.
Pembayaran tidak diotorisasi Rekonsiliasi jam kerja antara kartu
waktu dan daftar kehadiran.
2.2.4 Pengamatan
Pengamatan dalam arti umum terus dilakukan selama survey pendahuluan. Melalui
pengamatan dan tanya jawab yang yang efektif, auditor internal mampu untuk:
a. Menentukan tujuan, sasaran, dan standar
Selama survey pendahuluan, auditor internal harus menentukan aktivitas yang
diaudit-bukan tujuan audit yang akan ditetapkan selanjutnya melainkan tujuan
aktivitas itu sendiri. Jika tujuan-tujuan itu tidak dipahami dengan baik, maka audit
15
bisa kehilangan manfaatnya, Mendapatkan gambaran tujuan aktivitas yang tepat dan
kesesuaian misinya dengan sasaran strategis perusahaan (disebut audit berorientasi
manajemen yang efektif / effective management oriented audit) merupakan cerminan
profesionalisme auditor internal.
Selama survey pendahuluan, auditor internal harus mengevaluasi tujuan dan
sasaran. Apakah tujuan dan sasaran sudah ditetapkan dengan baik? Apakah dipahami
oleh orang-orang yang dibebani tanggung jawab untuk mencapainya? Apakah
didalamnya terkandung standar keberhasilan? Apakah semua yang terlibat
memahami dengan tepat yang diharapkan dari mereka? Auditor internal harus
mengetahui sasaran aktivitas yang akan mereka periksa sebelum melakukan apa yang
tertera di program audit dan melaksanakan pekerjaan lapangan.
Saat melakukan survey, auditor internal akan senantiasa mengingat dengan
tepat tujuan, sasaran, dan standar yang seharusnya atau sedang diupayakan untuk
dimiliki organisasi klien. Auditor harus mencoba untuk menentukan apakah:
1. Tujuan tersebut sesuai dengan rencana strategis dari organisasi-suatu
rancangan besar bagi perusahaan.
2. Tujuan diketahui oleh semua orang yang akan berpartisipasi dalam
pencapaiannya.
3. Tujuan tersebut secara realistis mempertimbangkan sumber data yang tersedia
bagi aktivitas.
4. Tujuan tersebut menuntun aktivitas dalam menghadapi kendala dan kendali
eksternal.
5. Sasaran dan standar yang ditetapkan akan memotivasi orang untuk mencapai
lebih dari apa yang bisa mereka capai.
b. Menilai control untuk mencapai tujuan
Jika tujuan, sasaran, dan standar telah diidentifikasi dan disepakati selama survey
pendahuluan, langkah selanjutnya adalah menentukan control apa, atau apa yang
seharusnya diterapkan untuk memastikan bahwa hasil-hasil yang diinginkan akan
dicapai. Kontrol digunakan untuk memastikan bahwa hasil-hasil yang diinginkan
akan dicapai. Cara paling produktif untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi control
16
adalah dengan mengenali masalah dan kemudian mencari control yang bisa
mengidentifikasi atau mencegah masalah tersebut atau mencari control yang
seharusnya bisa mengurangi resiko.
c. Mengevaluasi resiko
Titik awal perencanaan audit haruslah resiko-resiko organisasional atau
ancaman bagi pencapaian tujuan usaha. Kecermatan professional mencakup
pertimbangan atas ketidakwjaran dan ketidakpatuhan yang material. Kapanpun
auditor internal melakukan audit mereka harus menyadari resiko, jebakan-jebakan
potensial-ibarat batu-batu yang dibawahnya terdapat kalajengking berbisa yangsiap
menerkam. Yang dibutuhkan adalah kompetensi professional. Orang awam mungkin
merasa tidak ada masalah bila pemesanan dan penerimaan persediaan dilakukan oleh
orang yang sama, tetapi auditor internal yang professional harus segera menyadari
adanya resiko bawaan dibaliknya.
Mengidentifikasi semua resiko yang ada akan sulit khususnya karena resiko
sering muncul seiring dengan perubahan praktik bisnis. Namun banyak resiko-resiko
umum yang telah didefinisikan dalam buku standar akuntansi, auditing dan
manajemen. Beberapa risiko sudah jelas dan diketahui oleh auditor yang
professional. Sebagai contoh, tidak adanya pemisahan tugas yang memadai akan
menciptakan risiko. Orang yang menerima kas seharusnya tidak merangkap tugas
mencatat penerimaan tersebut.
d. Menentukan kontrol untuk meminimalkan resiko
Ketika auditor telah mengenali resiko mereka harus mencari control yang
dirancang untuk menghadapinya. Kontrol yang tidak memadai atau tidak efektif
harus didiskusikan dengan manajer. Jika manajer tidak bisa diyakinkan untuk
melakukan perbaikan maka auditor harus membuat program pengujian purposive-
bukan pengujian berdasarkan sampel untuk mendukung bukti dan signifikansi risiko.
Survei pendahuluan memberi perusahaan fondasi untuk penyiapan program
audit yang berkonsentrasi pada masalah-masalah penting bagi manajemen. Apakah
resiko kunci telah diidentifikasi? Apakah sudah diawasi? Apakah control yang tidak
17
memadai telah disadari dan diperbaiki? Apakah kelemahan yang harus diaudit lebih
dalam.
e. Menilai gaya manajemen dan aspek perilaku manusia
Internal auditor dapat melakukan penilaian perilaku manajer selama
wawancara. Tidak ada control yang lebih baik daripada manajemen yang memiliki
pengetahuan, gampang ditemui, berpandangan luas sehingga manajer itu sendiri
dapat dianggap berperilaku seperti auditor internal. Jika manajemen efektif, auditor
internal dapat mengurangi cakupan audit.
f. Menilai aspek manusia
Pegawai merupakan urat nadi perusahaan. Kontrol yang baik tidak dapat
menjamin bahwa semua aktivitas akan dilaksanakan dengan baik kecuali terdapat
pegawai yang kompeten. Cara menilai aspek manusia ini dengan menelaah catatan
dan praktik-praktik pegawai. Penelaahan bisa jadi tidak memungkinkan auditor
membuat penentuan definitive, namun bisa memberikan sinyal bahaya dan
mempengaruhi program audit. Auditor bisa mengajukan beberapa pertanyaan
berikut :
1. Apakah terdapat perputaran pegawai yang cepat?
2. Apakah organisais memiliki pegawai baru dan kurang berpengalaman?
3. Apakah latar belakang pendidikan sesuai untuk pekerjaan yang dilakukan?
4. Apakah program pelatihan untuk pegawai sudah memadai?
5. Apakah setiap posisi kunci, termasuk posisi manajer, memiliki cadangan
orang bila terjadi ketidakmampuan atau berhenti kerja?
6. Apakah terdapat tingkat lembur yang tidak biasa?
7. Apakah ketentuan untuk mengambil cuti diterapkan sehingga praktik-praktik
yang tidak patut tidak disembunyikan?
Jika jawaban menunjukkan kondisi yang memuaskan, auditor bisa mengurangi
tingkat keandalan sampel yang diharapkan dari hasil pengujian. Dengan kata lain,
auditor bisa mengambil kesimpulan dengan memeriksa sedikit sampel. Jika survey
menunjukkan praktik kepegawaian yang tidak memuaskan, auditor mungkin perlu
18
memeriksa dengan lebih ketat memperluas sampel, serta mencatat ketidakefektifan
dan ketidakefisienan kinerja.
g. Pengamatan Fisik
Hal-hal yang abstrak sulit dipahami dan digambarkan. Auditor harus keluar
sendiri dan melihat sendiri fasilitas, tata letak fisik, proses, aliran bahan baku dan
dokumen. Pengamatan pribadi menggambarkan apa yang terjadi dan bagaimana
terjadinya.
Pengamatan fisik selayaknnya berlangsung dalam dua tahap. Pada tahap
pertama, auditor internal harus berkeliling fasilitas perusahaan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai lokasi, kondisi dan tata letak. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai kebijakan, prosedur dan
bagan organsasi. Pasa saat bertemu karyawan,auditor dapat menanyakan
1. Apakah pekerjaan datang ke anda tepat waktu, dan apakah kualitasnya bagus?
2. Apakah terdapat laporan atau catatan informal mengenai kesulitan dalam
pekerjaan yang diterima?
3. Apakah tindakan perbaikan sudah diambil untuk masalah-masalah?
4. Apakah tindakan tersebut terbukti efektif? Jika tidak, mengapa?
5. Apakah terdapat masalah keamanan? Apakah sudah ada penelaahan oleh
petugas keamanan resmi dan bagian administrasi kesehatan atau pemeriksa
asuransi?
6. Apakah terdapat masalah keamanan menyangkut dokumen dan aktiva?
7. Apakah alur kerja dan dokumen dokumen cukup wajar dan efisien?
8. Bagaimana kondisi fasilitas peralatan?
9. Bagaiamana kuantitas dan kualitas barang-barang sisa?
Pada operasi yang kompleks, mungkin auditor perlu melakukan tahap
selanjutnya yang sering disebut “penelusuran”.Selama penelusuran, auditor mungkin
menelaah beberapa aktivitas kerja dari awal sampai akhir, dan menyiapkan bagan
alir. Penelusuran membantu auditor menilai ketaatan dengan kebijakan dan prosedur
serta menentukan apakah control memang berfungsi. Langkah ini tidak akan
19
mengungkapkan seberapa baik transaksi diproses, hal ini membutuhkan pengujian
substantive.
2.2.7 Pelaporan
Survei yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan sejumlah informasi yang
bermanfaat. Data yang dikumpulkan dapat mengidentifikasi hal-hal penting dan masalah
yang ada serta membantu auditor memutuskan apakah pemeriksaan lanjutan diperlukan.
20
Hasil survey ini perlu dibuatkan laporan dengan fokus pada kecukupan control bukan
efektivitas kontrol dan menunjukkan dasar keputusan untuk terus melakukan audit.
Selama penelaahan hasil-hasil survey dengan manajemen, pelaporan temuan
positif dan negative bisa jadi kondusif bagi hubungan auditor-klien, Pendekatan ini
mengkomunikasikan apa yang dicari auditor internal, kerja sama yang sehat, objektif,
tidak bias terhadap penilaian operasi.
Jika survei memberi keyakinan adanya sistem, kontrol, pengawasan, dan
manajemennya bisa menjadi dasar keputusan tidak dilakukannya audit. Sumber daya
audit biasanya kebanyakan organisasi audit internal memiliki lebih banyak proyek audit
dibandingkan auditor yang akan melakukannya. Tidak masuk akal untuk menghabiskan
waktu audit yang berharga hanya untuk mengejar pengujian transaksi jika kelihatannya
sistem kontrol itu sendiri akan menunjukan semua transaksi yang memiliki kelemahan
material.
Pada saat yang sama, kebanyakan auditor internal merasa perlu menerbitkan laporan
audit walaupun hanya survei yang dilakukan. Dengan informasi yang dikumpulkan
selama survei, mungkin laporan berharga bisa disiapkan. Namun akan menjadi lebih bijak
untuk secara hati-hati menguraikan lingkup audit yang terbatas, dengan berkonsentrasi
pada kecukupan—bukan pada efektivitas control dan menunjukkan dasar keputusan
untuk terus melakukan audit.
Bahkan dalam situasi program audit akan disiapkan dan pekerjaan lapangan akan
dilakukan mungkin berguna untuk membuat ringkasan basil survei dan melaporkannya
secara informal ke manajemen. Kadang-kadang, informasi yang mencukupi akan
diperoleh selama survei untuk merekomendasikan perbaikan bahkan sebelum pengujian
substantif dilakukan. Dalam kasus ini, pengamatar. internal harus dibahas dengan manajer
klien sebelum program audit disiapkan. Jika m puas dengan analisis auditor dan bersedia
mengambil tindakan perbaikan, hasil survei final, tergantung pada tindak lanjut normal
atas tindakan perbaikan yang dilakukan.
Selama penelaahan hasil-hasil survei dengan manajemen, pelaporan temuan positif
dam jadi kondusif bagi hubungan auditor-klien. Pendekatan ini mengomunikasikan apa
yang internal: kerja sama yang sehat, objektif, tidak bias terhadap penilaian operasi.
21
Jika hasil-hasil survei kemudian membutuhkan audit, ringkasan audit seharusnya
men langkah audit yang disarankan dan rasional bagi mereka. Auditor juga harus mengiden
tifikasi aktivitas yang tidak akan diaudit dan menjelaskan alasannya. Estimasi awal untuk
waktu dan kebutuhan sumber daya harus dilakukan, bersama dengan target tanggal
pekerjaan lapangan dan audit.
22
b. Orang-orang yang akan dibatasi oleh tujuan, sasaran, dan standar
berpartisipasi dalam penetapannya.
c. Tujuan diketahui oleh semua orang yang akan berpartisipasi dalam
pencapaiannya.
d. Tujuan tersebut secara realistis mempertimbangkan sumber daya yang tersedia
bagi aktivitas.
e. Tujuan tersebut menuntun aktivitas dalam menghadapi kendala dan kendali
eksternal.
Sasaran dan standar yang ditetapkan akan memotivasi orang untuk mencapai lebih
dari apa yang bisa mereka capai.
23
dalam membuat anggaran survey. Tetapi bahkan jika auditor merasa cukup memahami
aktivitas, mereka harus selalu waspada akan dua faktor yang dapat berubah yaitu orang
dan perilaku mereka.
Memperkirakan waktu yang dibutuhkan auditor merupakan faktor kunci dalam
survei pendahuluan. Waktu yang akan dialokasikan akan tergantung pada sejumlah
factor. Tujuan survei adalah agar lebih mengenal. Makin kenal auditor dengan aktivitas
yang ada, maka makin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk melakukan survei. Juga,
jika audit bersifat rotasional dan kertas kerja sebelumnya memberikan gambaran yang
jelas tentang tujuan, sasaran, standar, dan kontrol operasi, bersama dengan bagan alir,
bagan organisasi, dan dokumen-dokumen lainnya, yang dibutuhkan untuk
memperbarui informasi tersebut.
Semua faktor harus dipertimbangkan dalam membuat anggaran survei, mereka
harus selalu waspada akan dua faktor yang dapat berubah, yaitu orang dan perilaku
mereka. Tidak ada jaminan bahwa baik orang ataupun tingkah laku mereka akan tetap
sama dari ke tahun. Jadi pemahaman bisa saja hanya ilusi.
Tidak ada alasan untuk menggali verifikasi pekerjaan setiap operasi tanpa survei
pendahuluan, bahkan jika hanya menanyakan perubahan apa yang telah terjadi sejak
audit terakhir. Tidak ada standar untuk anggaran survey pendahuluan. Berdasarkan survei
informasi dari praktisi, estimasi yang wajar mungkin 10 persen hingga 20 persen dari total
anggaran untuk proyek audit.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Survei pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis karyawan
dan sistem, namun bisa juga menjadi sebuah pencarian yang tidak beraturan.
Auditor Internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk
survey pendahuluan bisa produktif. Keberhasilan atau kegagalan audit bisa jadi
sangat tergantung pada survey.
2. Auditor sebaiknya melakukan survey dengan delapan langkah dasar, yaitu
melakukan studi awal, pendokumentasian, bertemu klien, mendapatkan informasi
melalui wawancara dan mengumpulkan bahan bukti, pengamatan, penentuan resiko,
pembuatan bagan alir, dan pelaporan.
3. Survey pendahuluan merupakan sarana penting untuk membuat auditor lebih
memahami tujuan, proses, risiko, dan control yang terkait dengan audit. Auditor
internal sebaiknya melakukan survey dalam tujuh langkah dasar yaitu melakukan
studi awal, mendokumentasikan, bertemu klien, mendapatkan informasi,
mengamati, membuat bagan alir, dan melaporkan.
4. Program kerja audit dibutuhkan agar audit manajemen lebih terarah dan menjadi
lebih efektif serta efisien. Program kerja audit harus disusun dengan baik agar dapat
digunakan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh auditor. Tanpa adanya
program kerja audit atau jika program kerja audit tidak disusun dengan baik, maka
akan dibutuhkan biaya dan waktu yang relative lebih lama untuk menyelesaikan
sebuah pekerjaan audit.
5. Dalam penugasan audit berskala besar, laporan kemajuan memberikan informasi
awal bagi klien dan membuat penyusunan laporan audit akhir lebih mudah. Dan jika
laporan audit tetap dipikirkan saat program ditulis, format program itus endiri akan
membuat kerangka laporan resmi lebih mudah disiapkan.
25
6. Program audit harus mencakup estimasi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
setiap segmen audit. Estimasi ini memang merupakan estimasi awal, tetapi
membantu penanggung jawab audit dan supervisor audit mengontrol dan menelaah
kemajuan kerja. Estimasi juga membantu menentukan berapa staf yang harus
ditugaskan untuk audit guna menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang wajar.
3.2 Saran
Adapun Saran penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini, kepada
mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam mengenai
topik dalam makalah ini.
26
DAFTAR PUSTAKA
Sawyer, Lawrence, at all. 2005. Sawyer’s Internal Auditing, Florida : The Institute of
Internal Auditors.
27