Anda di halaman 1dari 23

RMK

AUDIT MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK


“PEMBUATAN SURVEY SURVEI”

Dosen Pembimbing:
Dr. M. Rasuli, SE, M.Si, Ak, CA, ACPA

Disusun Oleh :
Arya Fadillah Nasution 1802123951
Tamyiz Abdul Halim 1802113282

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2021
DAFTAR ISI

STATEMENT OF AUTORSHIP....................................................................................
3

BAB I: PENDAHULUAN................................................................................................
4

A. Latar Belakang.........................................................................................................
4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
4
C. Tujuan Penyusunan..................................................................................................
4

BAB II: PEMBAHASAN.................................................................................................


5

A. Pengertian Survei Pendahuluan................................................................................


5
B. Langkah-langkah Dasar Survei Pendahuluan...........................................................
5
a) Melakukan Studi Awal.......................................................................................
5
b) Pendokumentasian..............................................................................................
8
c) Bertemu Klien....................................................................................................
9
d) Mengumpulkan Bahan Bukti..............................................................................
11
e) Pengamatan........................................................................................................
16

2
f) Pelaporan............................................................................................................
17
g) Membuat Anggaran Survei................................................................................
18

BAB III: PENUTUP........................................................................................................


20

A. Kesimpulan............................................................................................................
20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
23

Statement of Authorship

Saya/ kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK/


makalah/ tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/ kami sendiri. Tidak
ada pekerjaan orang lain yang saya/ kami gunakan tanpa menyebutkan
sumbernya.

Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/ digunakan sebagai bahan untuk
makalah/ tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/ kami menyatakan dengan
jelas bahwa saya/ kami menggunakannya.

Saya/ kami memahami bahwa tugas yang saya/ kami kumpulkan ini dapat
diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya
plagiarisme.

3
Mata Kuliah : Audit Manajemen Sektor Publik

Judul RMK/ Makalah/Tugas :Pembuatan Survei Audit

Tanggal : 09 Okotober 2021

Dosen : Dr. M. Rasuli, SE., M.Si., Ak., CA

Nama : 1. Muhammad Arya Fadila Nst

` 2. Tamyiz Abdul Halim

NIM : 1. 1802123951

2. 1802113282

Tanda tangan:

(Muhammad Arya Fadila Nasution) (Tamyiz Abdul Halim)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak auditor sangat berharap dapat mengetahui kerumitan operasi yang


diaudit pada saat audit mulai dilakukan, sebagaimana yang kemudian mereka
ketahui pada saat audit telah selesai. Survey pendahuluan/Survey audit dapat
menjadi senjata terbaik bagi auditor untuk memperoleh pemahaman, informasi,
dan perspektif yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan audit.

Walaupun Survei Pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk


menganalisis karyawan dan sistem, namun bisa juga sebuah “pencarian yang tak
beraturan”.Auditor internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang

4
dihabiskan untuk survei pendahuluan bisa produktif. Survei pendahuluan yang
baik akan menghasilkan program audit yang tepat, dan program audit yang tepat
akan menunjang keberhasilan audit. Jadi, keberhasilan atau kegagalan audit bisa
jadi sangat tergantung pada survei. Jika survey pendahuluan direncanakan dan
dilaksanakan dengan baik, maka survei tersebut akan menjadi lebih dari sekedar
cara untuk mendapatkan pemahaman yang efektif; melainkan juga menjadi
penentu keberhasilan audit.Audit internal sebaiknaya melakukan survei dalam
tujuh langkah dasar: melakukan studi awal,mendokumentasikan,bertemu
klien,mendapatkan informasi,mengamati,membuat bagan alir,dan melaporkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dan tujuan Survei Pendahuluan?
2. Apa sajakah langkah dasar Survei Pendahuluan?

1.3 Tujuan Penyusunan


1. Memahami definisi Survei Pendahuluan.
2. Mengetahui langkah-langkah dasar dalam Survei Pendahuluan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan dalam audit internal adalah suatu cara yang digunakan
untuk dapat mengetahui kerumitan operasi yang diaudit pada saat audit mulai
dilakukan, sebagaimana yang kemudian mereka ketahui pada saat audit telah
selesai. Secara sederhana survey pendahuluan dapat dipahami sebagai kegiatan
yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai objek tertentu tanpa
melakukan verifikasi secara rinci.

Survei pendahuluan digunakan auditor untuk memperoleh pemahaman


mengenai tujuan, proses, risiko, dan kontrol yang berkaitan dengan audit, serta

5
untuk memperoleh informasi, dan prespektif yang dibutuhkan untuk mendukung
kesuksesan audit.

B. Langkah-langkah Dasar Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis


karyawan dan system, namun bisa juga menjadi sebuah pencarian yang tidak
beraturan. Auditor Internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang
dihabiskan untuk survey pendahuluan bisa produktif. Keberhasilan atau kegagalan
audit bisa jadi sangat tergantung pada survey. Auditor sebaiknya melakukan
survey dengan delapan langkah dasar:

a) Melakukan Studi Awal


Studi awal yang dilakukan auditor mencakup penelaahan atas
kertas kerja tahun sebelumnya, temuan audit, bagan organisasi dan
dokumen lain yang akan membantu untuk lebih memahami subjek audit.
Studi awal dilakukan dikantor pusat, meskipun banyak auditor internal
saat ini dapat mengakses informasi secara elektronik dari lokasi yang jauh.
Kertas kerja penugasan sebelumya dapat menunjukkan pendekatan yang
dilakukan auditor lain atas penugas tersebut, meskipun pendekatan ini
mungkin tidak lagi layak atau tidak diinginkan untuk di audit tahun ini.

Sumber-sumber dalam melakukan studi awal :


 Dokumen Permanen
 Kertas Kerja Penugasan Sebelumnya
 Literatur
 Internet
 Jurnal Profesi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila audit yang dilakukan


oleh internal auditor merupakan penugasan rutin/audit berulang (repeat
audit):
a. Mempelajari dokumen permanen (permanent file) berisi:

6
 Salinan /copy laporan audit (audit report) terdahulu beserta
jawabannya.
 Informasi relevan lainnya tentang aktivitas yang diaudit.
Tujuannya untuk mengetahui masalah-masalah yang ditemukan pada
audit sebelumnya serta langkah perbaikan (tindak lanjut) yang telah
diambil.
b. Penelaahan literatur tentang subyek merupakan hal yang penting
(penugasan rutin/penugasan baru) sebagai referensi untuk mengetahui
perkembangan terbaru tentang teori & praktik, misalnya: jurnal
profesi, text book dll).
c. Penelaahan atas bagan organisasi, termasuk pernyataan tanggung
jawab dan kewenangan.
b) Pendokumentasian
Pendokumentasian mencakup beberapa langkah yang akan
mengarah pada pertemuan awal antara auditor dengan manajer klien.
Pembuatan daftar pengingat dan daftar isi awal untuk kertas kerja
merupakan beberapa hal yang dilakukan pada saat pendokumentasian.
Auditor juga membuat kuesioner yang akan digunakan dalam wawacara
dan diskusi dengan manjer klien dan yang lainnya. Dokumentasi berupa
kuesioner penting untuk bahan wawancara / diskusi. Daftar pengingat
(reminder list).
Catatan atas langkah-langkah awal yang harus dilakukan auditor
mulai dari perencanaan, pekerjaan lapangan sampai penyelesaian,
sehingga memudahkan pekerjaan. Daftar pengingat membantu auditor
mengorganisasikan kertas kerja mereka dan membuat tahap audit
selanjutnya lebih sederhana untuk dikerjakan.
 Daftar Pengingat
Catatan atas langkah-langkah awal yang harus dilakukan auditor mulai
dari perencanaan, pekerjaan lapangan sampai penyelesaian,sehingga
memudahkan pekerjaan.Daftar pengingat membantu auditor

7
mengorganisasikan kertas kerja mereka dan membuat tahap audit
selanjutnya lebih sederhana untuk dikerjakan.
 Daftar Isi
Sebelum auditor mulai melakukan instruksi-instruksi yang terdapat
pada daftar,sebaiknya siapkan dulu daftar is dibagian pertama kertas
kerja.Langkah ini dilakukan sebelum tahap perencanaan audit.Daftar
isi akan memaksa auditor untuk mendaftarkan masalah-masalah
tertentu yang harus ditangani seiring dengan kemajuan penugasan dan
membuat acuan kerja.
 Pengurangan Biaya
Pengurangan biaya secara langsung memengaruhi laba perusahaan.
Pada umumnya manajemen mengharapkan penugasan audit internal
menghasilkan pengurangan biaya, maupun peningkatan operasi.
 Catatan Kesan
Catatan kesan tidak dibuat untuk diberikan kepada manajemen.
Fungsinya adalah sebagai daftar pengingat bagi auditor ketika mereka
sedang melakukan pembicaraan rahasia dengan manajer senior. Kesan
yang perlu dicatat antara lain : moral karyawan, kebiasaan kerja,
organisasi & penugasan staf, supervise, hubungan dengan
organisasi lain & daerah kerja.
 Kuesioner.
Kuesioner formal maupun informal.Bentuk kuesioner dengan susunan
pertanyaan pada sisi kiri halaman dan jawaban di sisi kanan
merupakan bentuk yang berguna dan bisa menjadi catatan agenda
pertemuan.Halaman tersebut kemudian dapat disisipkan dikertas kerja
tanpa harus disalin ulang.
c) Bertemu Klien
Pertemuan auditor dengan manajer klien member peluang bagi
auditor untuk menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan
dilakukan. Dalam beberapa situasi, auditor justru ingn membahas
keseluruhan peran audit internal dan organisasi. Dalam pembahasan

8
dengan manajer dan supervisor, auditor menjelaskan tujuan, sasaran dan
standar operasi serta resiko bawaannya. Auditor juga ingin mengenali
gaya manajemen yang diterapkan. Internal auditor harus memiliki keahlian
dalam teknik wawancara dan komunikasi efektif.
Mengatur Jadwal Pertemuan Wawancara :
1. Waktu dan tempat harus diatur terlebih dahulu. Hindari kunjungan
mendadak.
2. Pertemuan awal cenderung akan menuntun arah audit
3. Ajukan pertanyaan sebagai seorang yang menggali informasi bukan
sebagai penyidik.
4. Auditor internal harus memiliki keyakinan yang kuat

6 langkah dalam wawancara:


1. Persiapan
2. Penjadwalan
3. Pembukaan
4. Pelaksanaan
5. Penutupan
6. Pencatatan
d) Mengumpulkan Bahan Bukti
Survey pendahuluan akan berlangsung lancar dan sistematis jika
auditor memiliki pandangan yang jelas mengenai apa yang ingin dicapai.
Dalam kebanyak audit, informasi penting dalam rangka mengumpulkan
bahan bukti. Bahan bukti dapat diklasifikasikan ke dalam empat fungsi
dasar manajemen, yakni sebagai berikut:
1. Perencanaan (planning).
 Tentukan tujuan aktivitas atau organisasi, baik jangka
panjang maupun jangka pendek.
 Dapatkan salinan kebijakan, arahan, dan prosedur.
 Dapatkan salinan anggaran.

9
 Tentukan proyek atau studi khusus yang tengah
berlangsung.
 Tentukan apakah rencana untuk masa datang telah dibuat.
 Tanyakan jika ada ide-ide perbaikan yang belum
direalisasikan.
 Tentukan cara menetapkan sasaran dan siapa yang
menetapkan atau yang membantu menetapkannya.
2. Pengorganisasian (organizing).
 Dapatkan salinan bagan organisasi.
 Dapatkan salinan deskripsi jabatan.
 Tanyakan hubungan dengan organisasi lain.
 Telaah tata letak fisik,catatan peralatan,serta lokasi dan
kondisi aktiva.
 Tentukan perubahan-perubahan organisasional apa yang
dilakukan akhir-akhir ini atau sejak audit terakhir.
 Dapatkan informasi mengenai otoritas yang didelegasikan
dan tanggung jawab yang di emban.
 Dapatkan informasi mengenai lokasi, sifat, dan ukuran
kantor cabang.
3. Pengarahan (actuating).
 Dapatkan salinan instruksi operasional bagi karyawan.
 Tanyakan kepada karyawan apakah instruksi sudah cukup
jelas dan bisa dipahami.
 Tentukan apakah rentang manajemen dan pengawasan
memungkinkan arah kerja yang memadai.
 Tentukan apakah kewenangan sama dengan tanggung
jawab.
 Pada badan-badan pemerintah, tentukan masalah-masalah
penting yang akan menarik minat legislatif atau publik.

10
 Idetifikasikan hambatan-hambatan bagi kemampuan
organisasi untuk melaksanakan tugas- tugas yang
diembannya.
4. Pengawasan (controlling).
 Dapatkan salinan standar dan pedoman kerja tertulis.
 Telaah sistem dan alur kerja.
 Telaah data finansial historis,kenali trennya.
 Telaah laporan operasi finansial.
 Indentifikasi aktivitas atau prosedur khusus yang akan
digambarkan dengan bagan alir.

Hal-hal Umum yang dicari oleh auditor:


 Duplikasi tugas dan dokumen (Pengorganisasian)
 Pembelian yang tidak dianggarkan (Pengarahan)
 Ketiadaan tangung jawab untuk tugas yang diberikan
(Pengorganisasian)
 Ketiadaan kewenangan untuk melakukan pekerjaan (Pengorganisasian)
 Tidak adanya kontrol atas aktivitas-aktivitas (Pengawasan)
 Pemborosan yang dilakukan (Pengarahan)
 Pemanfaatan karyawan atau sumber daya yang tidak efekrif
(Pengarahan)
 Intruksi-intruksi yang tidak jelas (Pengarahan)
 dll
e) Pengamatan
Pengamatan dalam arti umum terus dilakukan selama survey
pendahuluan. Melalui pengamatan yang gigih dan Tanya jawab yang
cerdas, auditor internal mampu untuk;
 Menemukan tujuan, sasaran dan standar
 Menilai control untuk mencapai tujuan-tujuan ini.
 Mengevaluasi risiko

11
 Menetukan control untuk meminimalkan risiko
 Membuat penentuan risiko secara sistematik
 Menilai gaya manajemen
1. Tujuan, Sasaran, dan Standar
Kompleksitas operasi pada suatu perusahaan mungkin akan
membuat auditor menemui kesulitan pada saat akan melakukan
pemeriksaan. Survei pendahuluan dapat menjadi senjata terbaik bagi
auditor untuk memperoleh pemahaman, informasi dan persektif yang
dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan audit. Audit bisa juga
merupakan bagian dari penugasan rutin yang memiliki standar dan
proses tertentu atau bisa juga merupakan respons atas masalah yang
berkembang yang membutuhkan pengetahuan akan hal baru atau
tehnik pemeriksaan yang berbeda. Beberapa praktisi audit internal
telah mengembangkan pendekatan ”tepat pada waktunya” untuk
penjadwalan audit untuk memastikan bahwa jasa audit siap tersedia
sesuai waktu yang dijadwalkan. Survei pendahuluan dapat membantu
auditor menentukan jenis audit paling efektif terutama dengan adanya
paradigma baru bahwa auditor harus dapat memberikan nilai tambah
bagi perusahaan dan bahwa perusahaan adalah pelanggan/klien dari
auditor. Selama survei pendahuluan, auditor internal harus menentukan
tujuan aktivitas yang menjadi tujuan audit, yang akan ditetapkan
selanjutnya. Jika tujuan ini tidak dipahami dengan baik, maka audit
bisa kehilangan manfaatnya. Mendapatkan gambaran aktivitas yang
tepat dan kesesuaian misinya dengan sasaran strategis perusahaan
merupakan profesionalisme auditor internal. Saat melakukan survei,
auditor internal akan senantiasa mengingat dengan tepat tujuan,
sasaran, dan standar yang seharusnya atau sedang diupayakan untuk
dimiliki organisasi kilen. Auditor harus mencoba untuk menentukan:
a Pernyataan formal tentang tujuan telah disiapkan untuk organisasi
klien
b Tujuan tersebut sesuai dengan rencana strategis dari organisasi

12
c Orang-orang yang akan dibatasi oleh tujuan, sasaran, dan standar
berpartisiasi dalam penetapannya
d Tujuan diketahui oleh semua orang yang akan berpartisipasi dalam
pencapaiannya
e Tujuan tersebut secara realistis mempertimbangkan sumber daya
yang tersedia bagi aktivitas
f Tujuan tersebut menuntun aktivitas dalam menghadapi kendala dan
kendali eksternal
g Sasaran dan standar yang ditetapkan akan memotivasi orang untuk
mencapai lebih dari yang dicapai
h Laporan formal dan periodic disiapkan untuk menunjukkan tingkat
pencapaian tujuan dan terpenuhinya sasaran dan standar
i Tujuan, sasaran dan standar secara periodik dievaluasi ulang dan
didefinisikan ulang.
2. Kontrol-kontrol untuk mencapai tujuan
Jika tujuan, sasaran, dan standar telah diidentifikasi dan disepakati
selama survei pendahuluan, langkah selanjutnya adalah menentukan
kontrol apa, atau yang seharusnya, diterapkan untuk memastikan
bahwa hasil-hasil yang diinginkan akan dicapai. Auditor internal
dihadapkan pada sejumlah kontrol potensial ketika mereka melakukan
survey pendahuluan. Sejumlah kontrol potensial ketika melakukan
survey pendahuluan : kebijakan organisasi atau agensi, prosedur,
manual, instruksi-intruksi khusus, laporan, daftar register, formulir,
pembagian tugas, sistem persetujuan, pengawasan, dan lainnya.
Mencoba untuk membaca dan memahami semuanya dapat
mengaburkan mata dan melelahkan otak. Mencoba menyerap literatur
mengenai sejumlah kontrol sering kali membuang waktu. Jika kita
membaca relevansinya dengan masalah tertentu, semua kontrol ini
kelihatan tidak berkaitan dengan kenyataan,
Cara produktif untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi
kontrol adalah

13
 Mengenali masalah
 Mencari kontrol yang bisa mengidentifikasi atau mencegah
masalah-masalah tersebut atau mencari kontrol yang seharusnya
bisa mengurangi risiko.
3. Risiko
Sebelum auditor mengelola risiko atau memutuskan alokasi
sumber daya yang terlibat dalam manajemen risiko, hubungan lebih
erat antara manajemen risiko dan audit internal telah lama disarankan.
Pada kenyataannya, beberapa pengamat menyarankan bahwa titik awal
perencanaan audit internal haruslah risiko-risiko organisasional, atau
ancaman bagi pencapaian tujuan-tujuan usaha.
Kontrol Risiko
Ketika auditor internal telah mengenali risiko. Mereka harus
mencari kontrol yang dirancang untuk menghadapinya. Kontrol yang
tidak memadai atau tidak efektif harus didiskusikan segera dengan
manajer klien. Jika kesepakatan tentang tindakan perbaikan dicapai
dan tindakan perbaikan yang memadai diambil, upaya audit
selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika manajer tidak bisa
diyakinkan dan membutuhkan bukti bahwa risiko tersebut memang
ada dan kontrol memang lemah, auditor harus membuat program
pengujian purposive –bukan pengujian berdasarkan sampel–untuk
mendukung bukti dan signifikansi risiko.
Penentuan Risiko
Penentuan risiko (risk assessment) merupakan hal penting bagi
manajemen dan auditor internal. Berdasarkan studi yang dilakukan
COSO, Kontrol Internal–Kerangka Kerja Terintegrasi menyatakan
bahwa persyaratan awal untukpenentuan risiko adalah penetapan
tujuan, yang dihubungkan pada tingkat-tingkat angka berbeda dan
konsisten di dalam organisasi. Tujuan penetuan risiko adalah untuk
membuat karyawan sadar akan beragam risiko yang ada serta prioritas,
keterbatasan dari daftar risiko tersebut. Sejumlah risiko tidaklah statis,

14
selalu ada risiko yang muncul setiap waktu. Oleh karena itu penentuan
risiko merupakan fungsi yang berkelanjutan dalam proses manajemen
yang harus dilakukan secara berorganisasi dan berurutan.
Contoh Eksposur yang mungkin dihadapi :
a Persediaan cek kosong
b Stempel tanda tangan
c Keamanan Pabrik
d Penanganan barang-barang sisa dan barangbarang bekas
e Alat uji yang tidak dikapitalisasi
4. Manajemen yang Efektif
Selama survey pendahuluan, dan khususnya selama wawancara
dengan manajemen operasional, auditor internal bisa menilai manajer.
Tidak ada kontrol yang lebih baik daripada manajemen yang memiliki
pengetahuan, gampang ditemui, dan berpandangan luas. Jika gaya
manajemen memang seperti ini, manajer itu sendiri merupakan auditor
internal. Jika manajemen efektif, auditor internal dapat mengurangi
cakupan audit
Ciri-ciri Manajemen yang efektif yaitu gaya Manajer yang
memiliki pengetahuan, gampang ditemui, dan berpandangan luas.
Sehingga dapat mengurangi cakupan audit.
5. Aspek Manusia
Pegawai merupakan urat nadi perusahaan. Kontrol yang baik tidak
dapat menjamin bahwa semua aktivitas akan dilaksanakan dengan baik
kecuali terdapat pegawai yang kompeten. Cara menilai aspek manusia
ini dengan menelaah catatan dan praktik-praktik pegawai. Penelaahan
bisa jadi tidak memungkinkan auditor membuat penentuan definitive,
namun bisa memberikan sinyal bahaya dan mempengaruhi program
audit. Auditor bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Jika jawaban
menunjukkan kondisi yang memuaskan, auditor bisa mengurangi
tingkat keandalan sampel yang diharapkan dari hasil pengujian.
Dengan kata lain, auditor bisa mengambil kesimpulan dengan

15
memeriksa sedikit sampel. Jika survey menunjukkan praktik
kepegawaian yang tidak memuaskan, auditor mungkin perlu
memeriksa dengan lebih ketat memperluas sampel, serta mencatat
ketidakefektifan dan ketidakefisienan kinerja.
6. Pengamatan Fisik
Hal-hal yang abstrak sulit dipahami dan digambarkan. Auditor
harus keluar sendiri dan melihat sendiri fasilitas, tata letak fisik,
proses, aliran bahan baku dan dokumen. Pengamatan pribadi
menggambarkan apa yang terjadi dan bagaimana terjadinya.
Pengamatan fisik selayaknnya berlangsung dalam dua tahap. Pada
tahap pertama, auditor internal harus berkeliling fasilitas perusahaan
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai lokasi,
kondisi dan tata letak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran
yang tepat mengenai kebijakan, prosedur dan bagan organsasi. Pada
saat bertemu karyawan, auditor dapat menanyakan:
a. Apakah pekerjaan datang ke anda tepat waktu, dan apakah
kualitasnya bagus?
b. Apakah terdapat laporan atau catatan informal mengenai
kesulitan dalam pekerjaan yang diterima?
c. Apakah tindakan perbaikan sudah diambil untuk masalah-
masalah?
d. Apakah tindakan tersebut terbukti efektif? Jika tidak,
mengapa?
e. Apakah terdapat masalah keamanan? Apakah sudah ada
penelaahan oleh petugas keamanan resmi dan bagian
administrasi kesehatan atau pemeriksa asuransi?
f. Apakah terdapat masalah keamanan menyangkut dokumen dan
aktiva?
g. Apakah alur kerja dan dokumen dokumen cukup wajar dan
efisien?
h. Bagaimana kondisi fasilitas peralatan?

16
i. Bagaimana kuantitas dan kualitas barang-barang sisa?

Pada operasi yang kompleks, mungkin auditor perlu melakukan


tahap selanjutnya yang sering disebut “penelusuran”.Selama
penelusuran, auditor mungkin menelaah beberapa aktivitas kerja dari
awal sampai akhir, dan menyiapkan bagan alir. Penelusuran membantu
auditor menilai ketaatan dengan kebijakan dan prosedur serta
menentukan apakah kontrol memang berfungsi. Langkah ini tidak akan
mengungkapkan seberapa baik transaksi diproses, hal ini
membutuhkan pengujian substantive
Pengamatan Fisik berlangsung dalam dua tahap yaitu:
a. Auditor internal harus berkeliling fasilitas perusahaan untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai lokasi,
kondisi, dan tata letak.
b. Penelusuran, menelaah beberapa aktivitas kerja dari awal sampai
akhir, dan menyiapkan bagan alir.
f) Pembuatan Bagan Alir
Dengan menyampaikan bagan alir, suatu proses dapat dipotret dan
dapat memberikan gambaran system dan merupakan sarana untuk
menganalisa operasi yang kompleks -analisa yang tidak selalu bisa dicapai
dengan narasi yang rinci.
Pembuatan bagan alir yang formal seharusnya distandarisasikan
dengan departemen audit (berupa symbol-simbol). Semua auditor harus
menggunakan bentuk yang sama dan mengikuti instruksi dasar yang sama.
Biasanya akan sangat membantu bila bagan alir dikoordinasikan dengan
auditor eksternal ataupun auditor independen. Analisis yang tidak selalu
bisa dicapai dangan narasi yang rinci. Namun perlu diperhatikan bahwa
tidak semua bagan alir terperinci, formal, dan ekstensif.

g) Pelaporan

17
Survei yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan sejumlah
informasi yang bermanfaat. Data yang dikumpulkan dapat
mengidentifikasi hal-hal penting dan masalah yang ada serta membantu
auditor memutuskan apakah pemeriksaan lanjutan diperlukan. Hasil
survey ini perlu dibuatkan laporan dengan fokus pada kecukupan kontrol
bukan efektivitas kontrol dan menunjukkan dasar keputusan untuk terus
melakukan audit.
Selama penelaahan hasil-hasil survey dengan manajemen,
pelaporan temuan positif dan negative bisa jadi kondusif bagi hubungan
auditor-klien, Pendekatan ini mengkomunikasikan apa yang dicari auditor
internal, kerja sama yang sehat, objektif, tidak bias terhadap penilaian
operasi.
Jika survei memberi keyakinan adanya sistem, kontrol,
pengawasan, dan manajemennya bisa menjadi dasar keputusan tidak
dilakukannya audit. Sumber daya audit biasanya kebanyakan organisasi
audit internal memiliki lebih banyak proyek audit dibandingkan auditor
yang akan melakukannya. Tidak masuk akal untuk menghabiskan waktu
audit yang berharga hanya untuk mengejar pengujian transaksi jika
kelihatannya sistem kontrol itu sendiri akan menunjukan semua transaksi
yang memiliki kelemahan material. Pada saat yang sama, kebanyakan
auditor internal merasa perlu menerbitkan laporan audit walaupun hanya
survei yang dilakukan. Dengan informasi yang dikumpulkan selama
survei, mungkin laporan berharga bisa disiapkan. Namun akan menjadi
lebih bijak untuk secara hati-hati menguraikan lingkup audit yang terbatas,
dengan berkonsentrasi pada kecukupan—bukan pada efektivitas kontrol
dan menunjukkan dasar keputusan untuk terus melakukan audit.
Bahkan dalam situasi program audit akan disiapkan dan pekerjaan
lapangan akan dilakukan mungkin berguna untuk membuat ringkasan basil
survei dan melaporkannya secara informal ke manajemen. Kadang-
kadang, informasi yang mencukupi akan diperoleh selama survei untuk
merekomendasikan perbaikan bahkan sebelum pengujian substantif

18
dilakukan. Dalam kasus ini, pengamatan internal harus dibahas dengan
manajer klien sebelum program audit disiapkan. Jika manajer puas dengan
analisis auditor dan bersedia mengambil tindakan perbaikan, hasil survei
final, tergantung pada tindak lanjut normal atas tindakan perbaikan yang
dilakukan. Selama penelaahan hasil-hasil survei dengan manajemen,
pelaporan temuan positif dan jadi kondusif bagi hubungan auditor-klien.
Pendekatan ini mengomunikasikan apa yang internal: kerja sama yang
sehat, objektif, tidak bias terhadap penilaian operasi. Jika hasil-hasil survei
kemudian membutuhkan audit, ringkasan audit seharusnya menjadi
langkah audit yang disarankan dan rasional bagi mereka. Auditor juga
harus mengidentifikasi aktivitas yang tidak akan diaudit dan menjelaskan
alasannya. Estimasi awal untuk waktu dan kebutuhan sumber daya harus
dilakukan, bersama dengan target tanggal pekerjaan lapangan dan audit.

h) Membuat Anggaran Survei


Anggaran dibuat dengan berpatokan pada perkiraan waktu yang
dibutuhkan auditor. Tidak ada standar untuk anggaran survey
pendahuluan. Jika audit yang dilakukan merupakan audit rutin maka
perkiraan waktu dapat segera ditentukan. Jika terjadi perubahan signifikan
dalam tujuan, prosedur, system operasi, otomatisasi, organisasi,
manajemen, dan karyawan akan mempengaruhi waktu yang diperlukan
untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah. Semua faktor harus
dipertimbangkan dalam membuat anggaran survey. Tetapi bahkan jika
auditor merasa cukup memahami aktivitas, mereka harus selalu waspada
akan dua faktor yang dapat berubah yaitu orang dan perilaku mereka.
Memperkirakan waktu yang dibutuhkan auditor merupakan faktor
kunci dalam survei pendahuluan. Waktu yang akan dialokasikan akan
tergantung pada sejumlah factor. Tujuan survei adalah agar lebih
mengenal. Makin kenal auditor dengan aktivitas yang ada, maka makin
sedikit waktu yang dibutuhkan untuk melakukan survei. Juga, jika audit
bersifat rotasional dan kertas kerja sebelumnya memberikan gambaran

19
yang jelas tentang tujuan, sasaran, standar, dan kontrol operasi, bersama
dengan bagan alir, bagan organisasi, dan dokumen-dokumen lainnya, yang
dibutuhkan untuk memperbarui informasi tersebut.
Semua faktor harus dipertimbangkan dalam membuat anggaran
survei, mereka harus selalu waspada akan dua faktor yang dapat berubah,
yaitu orang dan perilaku mereka. Tidak ada jaminan bahwa baik orang
ataupun tingkah laku mereka akan tetap sama dari ke tahun. Jadi
pemahaman bisa saja hanya ilusi.
Tidak ada alasan untuk menggali verifikasi pekerjaan setiap
operasi tanpa survei pendahuluan, bahkan jika hanya menanyakan
perubahan apa yang telah terjadi sejak audit terakhir. Berdasarkan survei
informasi dari praktisi, estimasi yang wajar mungkin 10 persen hingga 20
persen daritotal anggaran untuk proyek audit.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Survei pendahuluan dalam audit internal adalah suatu cara yang
digunakan untuk dapat mengetahui kerumitan operasi yang diaudit pada
saat audit mulai dilakukan, sebagaimana yang kemudian mereka
ketahui pada saat audit telah selesai.
b. Survei pendahuluan digunakan auditor untuk memperoleh pemahaman
mengenai tujuan, proses, risiko, dan kontrol yang berkaitan dengan
audit, serta untuk memperoleh informasi, dan prespektif yang
dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan audit.

20
c. Langkah-langkah dasar dalam Survei Pendahuluan:
1. Melakukan Studi Awal
2. Pendokumentasian
3. Bertemu Klien
4. Mengumpulkan Bahan Bukti
5. Pengamatan
6. Pelaporan
7. Membuatan Bagan Alir
8. Membuatan Anggaran Survei
d. Melakukan Studi Awal:
Studi awal yang dilakukan auditor mencakup kertas kerja
sebelumnya, temuan-temuan audit, bagan organisasi, dan dokumen-
dokumen lain yang akan membantu untuk lebih memahami subjek
audit. Sumber dalam melakukan studi awal :
 Dokumen Permanen
 Kertas Kerja Penugasan Sebelumnya
 Literatur
 Internet
 Jurnal Profesi
Studi awal juga harus mencakup penelaahan seksama atas bagan
organisasi dan pernyataan tanggungjawab dan kewenangan.
e. Pendokumentasian:
Pendokumentasian mencakup beberapa langkah yang akan
mengarah pada pertemuan awal antara auditor dengan manajer klien.
Hal yang dilakukan pada saat melakukan pendokumentasian sebagai
berikut:
 Daftar pengingat
 Daftar Isi
 Pengurangan Biaya
 Catatan Kesan

21
 Kuesioner
f. Bertemu Klien:
Pertemuan auditor internal dengan manajer klien memberi peluang
bagi auditor untuk menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan
dilakukan.
 Mengatur Jadwal Pertemuan
 Wawancara
g. Mengumpulkan Bahan Bukti:
Dalam kebanyakan audit, informasi penting yang menjadi bahan
bukti diklasifikasikan ke dalam empat fungsi dasar menajemen.
h. Pengamatan:
Melalui pengamatan yang gigih dan tanya jawab yang cerdas,
auditor internal mampu untuk :
1. Menemukan tujuan, sasaran, dan standar
2. Menilai kontrol untuk mencapai tujuan-tujuan ini
3. Mengevaluasi risiko
4. Menentukan kontrol untuk meminimalkan risiko
5. Membuat penentuan risiko secara statistik
6. Menilai gaya manajemen
i. Pembuatan Bagan Alir:
 Bagan alir memotret proses
 Bagan alir sebaiknya distandarisasi dalam departemen audit.
 Pembuatan bagan alir mencakup hal-hal yang berkaitan dengan
ilmu pengetahuan dan seni, namun umumnya lebih bersifat seni
 Bagan alir memberikan gambaran sistem dan merupakan
sarana untuk menganalisis operasi yang kompleks – analisis
yang tidak selalu bisa dicapai dengan narasi yang rinci.
j. Pelaporan:
 Audit internal perlu menerbitkan laporan audit walaupun hanya
survey yang dilakukan.

22
 Berkonsentrasi pada kecukupan - bukan pada efektivitas –
kontrol dan menunjukkan dasar keputusan untuk terus
melakukan audit
k. Membuat Anggaran Survei:
 Memperkirakan waktu merupakan faktor kunci dalam
menganggarkan survey.
 Semua faktor harus dipertimbangkan dalam membuat anggaran
survey.
 Tidak ada standar untuk anggaran survey pendahuluan.
 Berdasarkan hasil survey dari praktek, estimasi yang wajar
sekitar 10%-20% dari anggaran untuk audit.

DAFTAR PUSTAKA

Markus.danRekan.2017.”SurveiPendahuluan”.https://pdfcoffee.com/makalah-
audit-internal-klp-9-akuntansi-e-bab-4-survei-pendahuluan-pdf-free.html

Asep.danRekan.2014.”SurveiPendahuluan”.https://text-
id.123dok.com/document/q0eogx3y-makalah-audit-survei-pendahuluan-dan-
program-audit.html

Hariri.2017.”SurveiPendahuluan”.http://fe.unisma.ac.id/MATERI%20AJAR
%20DOSEN/AUDITINT/HRR/5_Audit%20Internal.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai