Anda di halaman 1dari 22

Makalah

“PROSEDUR AUDIT SELANJUTNYA”

OLEH :
SELFIANA SUKRI
22010803020

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


YAYASAN PENDIDIKAN INDONESIA
(STIE YAPI) BONE
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang
telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga saya
dapat menyusun makalah ini yang berjudul “PROSEDUR AUDIT
SELANJUTNYA”. Makalah ini saya buat dengan tujuan untuk memenuhi
tugas matakuliah “Manajemen Audit”.
Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan memberikan pemahaman yang baik bagi pembaca, sehingga saya
dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik lagi.
Makalah ini saya akui masih memiliki banyak kekurangan karena
pengetahuan yang saya miliki masih terlalu minim. Oleh karena itu, saya
mohon kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membanggun untuk menyempurnakan makalah ini.

Watampone, 31 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1


B. Rumusan Masalah .................................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 3

A. Cara Kerja Prosedur Audit ...................................................... 3


B. Standar-standar Prosedur Audit .............................................. 6
C. Pengertian Prosedur Substantif ............................................. 11
D. Pengertian Konfirmasi Eksternal ............................................ 13
E. Pengertian Prosedur Anatikal Substantif ................................ 14

BAB III PENUTUP ............................................................................ 18

A. Kesimpulan ............................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 19

ii
1

BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Untuk mengetahui kondisi sebuah perusahaan sehat atau tidak,
maka ada baiknya dilakukan proses audit terhadap perusahaan tersebut.
Audit yang dilakukan bisa saja dari audit keuangan, kinerja sampai
kepatuhan terhadap SOP atau peraturan yang berlaku. Nantinya auditor
akan melakukan evaluasi dengan prosedur audit yang telah ditentukan
untuk menentukan apakah perusahaan sudah sesuai atau tidak.
Pengertian audit berdasarkan wekepedia adalah kegiatan
mengevaluasi dengan cara mengumpulkan data atau hasil kegiatan dari
proses berjalannya sebuah usaha selama periode tertentu. Selanjutnya
auditor akan melakukan pengecekan penyesuaian dari data yang telah
dikumpulkan dengan kriteria atau SOP yang ada.
Output dari proses audit adalah penilaian tepat atau tidaknya sebuah
perusahaan. Contohnya jika yang dilakukan adalah audit keuangan maka
hasil audit bisa saja menghasilkan sehat atau tidaknya keuangan
perusahaan tersebut. Jadi output dari proses audit adalah untuk evaluasi
perusahaan kedepannya.
Sebuah audit dapat dilakukan oleh pihak eksternal maupun pihak
internal perusahaan. Siapapun yang melakukan audit, tujuan proses audit
tetap sama yaitu untuk mengevaluasi perusahaan. Namun yang
membedakan hanyalah proses dari audit dan efek hasil audit.
Salah satu jenis audit adalah audit internal atau audit yang dilakukan
oleh pihak internal perusahaan. Biasanya, audit ini akan diadakan setiap
waktu tertentu untuk meningkatkan efektifitas dan keefisienan suatu
organisasi. Jadi sistem audit ini adalah dapartemen melakukan
pengecekan dan audit terhadap dapartemen lainnya.
Proses dari audit internalpun akan sama dengan proses audit pada
umumnya. Namun proses biasanya tidak membutuhkan waktu selama

1
2

audit eksternal. Hasilnya pun akan digunakan untuk memperbaiki dan


meningkatkan kinerja perusahaan.
Selain audit internal ada juga audit eksternal, dimana dilakukan oleh
badan independen yang telah memenuhi syarat. Biasanya audit internal
dilakukan karena adanya sebuah kebutuhan atau pemeriksaan terhadap
sebuah perusahaan. Jadi, proses audit ini akan teliti dan membutuhkan
proses yang lama.
Seringkali orang merasa bahwa seorang auditor dengan sengaja
mencari-cari kesalahan dari perusahaan. Karena dengan semakin banyak
kesalahan yang ditemukan, semakin banya pendapat yang ditetapkan.
Padahal dalam proses audit, auditor harus menjalankan prosedur yang
telah ditentukan.
Tujuan diadakannya prosedur audit adalah agar audit dapat
dilakukan dengan benar tanpa adanya kecurangan dari pihak manapun.
Selain itu, dengan adanya prosedur , maka hasil yang didapatkan juga
lebih akurat dan dapat dipercaya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman cara kerja prosedur audit?
2. Apa saja standar-standar prosedur audit?
3. Apa yang dimaksud dengan prosedur substantif?
4. Apa yang dimaksud dengan konfirmasi eksternal?
5. Apa yang dimaksud dengan prosedur anatikal substantif?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara kerja prosedur audit.
2. Untuk mengetahui standar-standar prosedur audit.
3. Untuk mengetahui pengertian prosedur substantf.
4. Untuk mengetahui pengertian konfirmasi eksternal.
5. Untuk mengetahui pengertian prosedur anatikal substantif.

2
3

BAB II
Pembahasan

A. Cara Kerja Prosedur Audit


Prosedur audit merupakan instruksi detail untuk mengumpulkan bukti
yang perlu diperoleh pada saat proses audit.
Sebelum masuk ke prosedur audit, auditor dank lien melakukan
perjanjian dan kesepakatan selama proses audit. Kontrak ini berbentuk
surat yang ditanda tangani oleh klien.
Selanjutnya, auditor membuat perencanaan audit secara
keseluruhan yang meliputi jadwal audit, jenis pengujian yang akan
dilakukan dan dokumen serta bukti yang akan diperlukan.
Tahapan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor terdiri dari :

1. Inspeksi (Inspection)
Pada tahap ini auditor melakukan inspeksi pada dokumen-
dokumen atau kondisi fisik yang dibutuhkan dalam proses audit
sehingga auditor bisa memastikan keaslian dokumen.
Contoh inspeksi pada kondisi fisik adalah aktiva tetap. Inspeksi
diperoleh dari keberadaan dan keadaan fisik aktiva yang diaudit.
Auditor berhak meminta dokumen dari perusahaan yang
dibutuhkan proses audit.

2. Pengamatan (Observation)
Auditor mengobservasi atau melihat langsung pelaksanaan
kegiatan di perusahaan atau organisasi yang akan diaudit yang
mencangkup lingkungan internal dan eksternal, proses dan operasi
bisnis, manajerial, strategi dan objektif serta kinerja klien.
Antara satu perusahaan dan perusahaan lain memiliki sistem
atau manajemen yang berbeda sehingga auditor perlu
memahaminya terlebih dahulu.

3
4

Proses observasi ini dilakukan secara random, bisa saja


dilakukuan lebih dari satu kali.
Contoh observasi antara lain perhitungan stock fisik dan cara
penyimpanan kas.
Objek yang diobservasi adalah proses, prosedur dan karyawan
perusahaan atau organisasi tersebut.

3. Konfirmasi (Confirmation)
Bentuk penyelidikian yang nanti auditor akan mendapatkan
infomasi atau data secara langsung dari pihak ketiga yang
independen untuk proses audit selanjutnya.

4. Permintaan Keterangan (Enquiry)


Pada tahap ini auditor akan meminta informasi atau keterangan
secara lisan dari pihak yang laporan atau kinerja diaudit.
Tahapan ini termasuk dalam jenis pengujian pengendalian.
Pengujian pengendalian (test of control) dilakukan ketika
auditor membutuhkan bukti yang memadai untuk membantu
penilaian auditor.
Bukti dihasilkan berupa lisan dan dokumentar.
Contohnya pada permintaan keterangan ada stock lama di
gudang.

5. Penelusuran (Tracing)
Tahapan prosedur audit selanjutnya adalah Tracing. Audito
menelusuri informasi dari data dicatat dalam dokumen dan
dilanjutkan dengan melacak bagaiman data tersebut diolah dalam
proses akuntansi.
Ini termasuk dalam jenis pengujian substansif (substansive test
of tansaction) yang bertujuan untuk memastikan transaksi yang
tercatat sudah tepat dan benar.

4
5

Contoh prosedu tracing ini adalah pemeriksaan transaksi


penjualan yang diawali dengan memeriksa surat order dari customer,
kemudian surat order penjualan, laporan pengiriman barang, faktur
penjualan, jurnal penjualan dan akun piutang usaha.

6. Perhitungan (Accounting)
Tahap ini meliputi perhitungan bukti fisik terhadap sumber daya
infomasi dan pertanggung jawaban semua dokumen yang ada.
Auditor juga melakukan pengujian terhadap penilaian dan
alokasi pernyataan keuangan.

7. Scanning
Dokumen dipahami secara cepat untuk mengetahui unsur-
unsur yang tidak wajar dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut dan
mendalam.

8. Pelaksanaan Ulang (Reperforming)


Pada prosedur ini, auditor melakukan pengulangan kegiatan
yang berupa perhitungan dan rekonsiliasi yang dilakukan klien.
Contohnya perhitungan ulang jumlah total di jurnal, biaya
depresiasi, biaya bungan terutang, dan penumlahan dalam
rekonsiliasi bank.
Auditor mengevalasi informasi keuangan dengan analisis trend
an rasio antara data satu dengan data lain. Data yang dievaluasi
meliputi data keuangan dan data yang bukan berkaitan dengan
keuangan.
Hal evaluasi informasi tersebut akan dibandingkan dengan
catatan klien, apakah wajar atau tidak.
Kalau ditemukan informasi yang tidak wajar, akan dilakukan
penyelidikan lebih lanjut dan mendalam.

5
6

9. Pelaporan Hasil Audit


Setelah auditor melakukan penyelidikan dan pengujian auditor
akan mendapatkan hasil dan proses audit dan perlu dilakukan
pengecekan ulang agar hasilnya sesuai dengan informasi yang
diperoleh.
Hasil audit kemudian diberikan kepada perusahaan yang
diaudit apakah ada kecurangan (fraud), kegiatan illegal atau control
internal yang kurang efektif.
Dalam audit laporan keuangan, audito akan menerbitkan
laporan yang menyatakan opini apakah laporan keuangan
perusahaan sudah dibuat sesuai standar akuntansi atau tidak.
Apabila dalam hasil audit ditemukan ketidakwajaran, ini menjadi
bahan evaluasi bagi perusahaan.
Perusahaan akan diberikan waktu untuk memperbaiki hasil
audit dalam periode waktu yang ditentukan. Periode waktunya
tergantung jenis audit yang dilakukan, bisa dua minggu atau lebih.
Jika dalam periode tersebut ada pebaikan dari ketidakwajaran
perusahaan, ini bisa mengubah hasil akhir audit.

B. Standar-standar Prosedur Audit


Keitika hendak menjalankan sebuah audit dalam perusahaan, harus
menerapkan pedoman audit atas laporan keuangan yang ada. Standar
audit tersebut terdiri dari 10 standar yang mana dirinci dan membentuk
sebuah pernyataan standar auditing (PSA). Beberapa standar ini
mengharuskan agar hasil dari audit benar-benar berimbas pada
kemanfaatan untuk perusahaan. Adapun beberapa standar tersebut
diantarana:

1. Competence atau Suatu Hal Yang Mengharuskan Keahlian


Poin standar audit yang pertama ini masuk dalam standar
umum. Dalam melakukan sebuah audit, tentu harus dilakukan oleh

6
7

seorang dengan keahlian dan juga pelatihan teknis yang cukup.


Seorang auditor diharuskan untuk bertindak sebagai seorang yang
benar mahir dalam bidang akuntansi.
Keahlian tersebut bisa dengan menempuh pendidikan formal
maupun dengan pengalaman dalam mengikuti pelatiha. Adapun
bentuk pelatihan yang ada mencakup sebuah pelatihan kesadaran
untuk mngembangkan keterampilan dalam berbisnis maupun
kegiatan perusahaan. Seorang auditor diharuskan untuk
mempelajari, memahami, dan menerapkan ketentuan baru yang ada
pada prinsip akuntansi dan juga standar auditing.

2. Independence atau Tidak Terpengaruh


Bagi seorang auditor, sangat penting untuk bersikap
independen. Independen dalam hal ini yaitu tidak mudah
terpengaruh oleh pihak manapun. Adanya sikap intelektual dan jujur
perlu dijunjung tinggi oleh seorang auditor. Sebuah profesi akuntan
public biasanya telah mengetahui kode etik akuntan Indonesia agar
bisa mendapat sebuah kepercayaan.
Meskipun sikap independen ini masuk dalam kategori mutu
pribadi dan tidak masuk dalam hal yang tercantum khusu dalam
persepsi auditinh, namun sikap ini sangat penting untuk
dipertahankan. Semakin seorang auditor memiliki sikap baik, tentu
hal tersebut berimbas pada kualitas yang ada.

3. Due Professional Care atau Tingkat Keprofesionalan


Maksud dari standar yang satu ini yaitu adanya sebuah sikap
cermat dan seksama. Seorang auditor harus memiliki keterampilan
dan mampu mengembangkan keterampilan tersebut.
Keterampilan dalam hal cermat dan seksama tersebut untuk
bisa mencerminkan seorang audito yang profesioanl.

7
8

Keprofesionalan akan menunjang keyakinan dalam melakukan


evaluasi dalam laporan keuangan.

4. Adequate Planning dan Proper Supervision


Pada bagian standar audit ini termasuk dalam standar
pekerjaan lapangan. Standar audit dalam kategori ini berisi
mengenai sikap dan juga pengetahuan seorang akuntan public.
Tentunya hal ini bersangkutan dengan skill yang ada.
Maksud dari standar ini yaitu sebuah pekerjaan harus memiliki
rencana yang sangat baik. Point ini menjelaskan bahwa seorang
auditor memiliki penyerahan tanggung jawab. Pada poin ini
menjelaskan tentang penyerahan tanggung jawab untuk
merencanakan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan.

5. Pemahaman yang Memadai Atas Struktur Pengendalian Intern


Standar pekerjaan lapangan yang satu ini berhubungan
langkah atau strategi dalam melakukan pekerjaan. Ilmu yang ada
akan membedakan hasil dari audit yang dilakukan.
Seorang auditor tentu harus memiliki pemahaman yang
mendalam tentang pengendalian intern baik itu prosedur maupun
desain tentang laporan keuangan. Seperti halnya arus kas yang
mampu menjadi sarana perencana perusahaan dalam pengendalian
aktivitasnya.

6. Bukti Audit yang Kompeten


Sebagai hasil untuk melakukan evaluasi harus ada sebuah
bukti. Dari analisis laporan keuangan, tentu akan menghasilkan
suatu pendapat.
Pekerjaan oleh auditor untuk membeikan pendapat terhadap
laporan keuangan tentunya berdasarkan evaluasi bukti audit. Bukti

8
9

tersebut bersifat variatif dan tentu harus benar-benar objektif,


relevan, dan tepat waktu.

7. Financial Statements Presented in Accordance atau Sesuai


Dengan Prinsip Akuntansi
Pada poin ini sudah memasuki tahap pelaporan. Pelaporan ini
menjadi hasil akhir dari rangkaian standar audit. Maksud dari standar
ini yaitu laporan audit harus menyatakan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hal tersebut
mencakup konvensi, aturan dan prosedur yang dibutuhkan untuk
membatasu praktik dalam akuntansi yang berlaku.
Untuk standar pelaporan yang satu ini mengharuskan auditor
menyajikan fakta dengan memberikan pendapat mengenai
penyusuan laporan keuangan. Hal tersebut untuk memberikan
gambaran terhadap perusahaan dalam hal finansial.

8. Consistency in The Application atau Harus Konsistensi


Hasil laporan auditor tentu harus menunjukkan, apabila ada
ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi. Adapun tujuan dari
konsistensi ini yaitu untuk memberikan jaminan daya banding
terhadap laporan keuangan.
Tujuan dari konsistensi ini untuk mengungkapkan perubahan
yang terjadi dalam laporan keuangan. Hal ini ditulis dalam sebuah
paragraph penjelasan dalam laporan keuangan yang ada.

9. Isi Laporan Harus Dipandang Memadai dan Mancakup Semua


Hal
Mengenai standar audit yang ini merupakan bentuk laporan
keuangan harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang memadai.
Baik itu dari segi susunan, bentuk, isi laporan, serta catatan atas
laporan keuangan.

9
10

Seorang auditor harus memastikan tentang beberapa hal yang


diungkapkan dan berhubungan dengan fakta-fakta saat dilaksanakan
audit. Hal tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan dengan
pernyataan klien dan mampu merahasiakan infomasi yang masuk.

10. Expression of Opinion atau Pendapat yang sesuai


Laporan audit harus memuat secara keseluruhan dalam
standar yang telah ditentukan. Hal ini untuk menghindari kesalahan
penafsiran seseorang. Bahkan standar pelaporan ini harus dikaitkan
dengan laporan keuangan yang ada.
Keterkaitan tersebut bisa dilakukan ketika akuntan memberikan
izin untuk memberikan dokumen atau laporan komunikasi tertulis.
Ketika seorang akuntan menyerahkan hasil laporan yang disusun
kepada pihak lain, maka akuntan tersebut dianggap terkait.

Beberapa standar audit tersebut wajib untuk diterapkan agar mimiliki


perencanaan yang matang untuk perusahaan. Laporan keuangan yang
baik akan menunjukkan stabilitas dan perkembangan perusahaan.
Berbagai standar yang ada langkah dan pedoan yang harus diterapkan
dalam melakukan audit terhadap perusahaan. Dari ketiga
pengelompokkan standar, tentu tidak boleh terlewatkan satupun agar hasil
audit benar-benar maksimal.
Agar laporan keuangan dalam bisnis bisa sesuai dengan standar
audit, ada baiknya bentuk tidak menggunakan pembukaan manual. Selain
memakan waktu, melakukan proses pembukaan manual juga berisiko
pada kesalahan pencatatan informasi keuangan anda.
Sebagai solusinya, anda bisa mencoba menggunakan software
akuntansi online yang mudah digunakan dan memiliki fitur yang sesuai
dengan kebutuhan usaha anda, salah satunya adalah Accurate Online.

10
11

Accurate Online adalah software akuntansi berbasis cloud yang


sudah dipercaya oleh lebih 300 ribu pengguna dari berbagai jenis bisnis
dan memiliki fitur terlengkap di Indonesia.
Dengan menggunakan Accurate Online anda bisa mendapatkan
kemudahan dalam pencatatan pengeluaran dan pemasukan, pengelola
dan pencatatan stok, pemantauan banyak cabang dan gudang,
penghitungan asset secara keseluruhan, payroll, proses rekonsiliasi
otimatis, integrasi ke aplikasi bisnis lain, otomatis lebih dari 200 jenis
laporan keuangan dan masih banyak lagi.

C. Pengertian Prosedur Substantif


Prosedur substantif (atau pengujian substantif) adalah mereka
kegiataan yang dilakukan oleh auditor selama substantif (diperlukan
klarifikasi) tahap pengujian audit yang mengumpulkan bukti-bukti
mengenai validitas, kelengkapan dan atau akurasi saldo akun dan
golongan transaksi yang mendasari.
Manajemen secara implicit menegaskan bahwa saldo akun dan
kelas-kelas yang mendasari transaksi tidak mengandung salah saji
material: dengan kata lain, bahwa mereka adalah material lengkap, valid
dan akurat. Auditor mengumpulkan bukti tentang pernyataan dari semua
kegiatan perusahaan disebut prosedur susbtantif.
Ada dua kategori prosedur substantif:
Prosedur analitis dan pengujian terperinci. Prosedur alanitis
umumnya memberikan bukti yang kurang dapat diandalkan dbandingkan
pengujian terperinci. Perhatikan juga bahwa prosedur analitis yang
diterapkan dalam beberapa tahap audit yang berbeda, sedangkan
pengujian terperinci hanya diterapkan dalam tahap pengujian substantif.
Sebagai contoh, auditor dapat memeriksa fisik persediaan pada
tanggal neraca sebagai bukti bahwa persediaan yang disajikan dalam
catatan akuntansi yang benar-benar ada (penegasan validitas); mengatur
pemasok untuk mengkonfirmasi secara tertulis rincian dari jumlah yang

11
12

tehutang pada tanggal neraca sebagai bukti bahwa hutang usaha adalah
lengkap (asersi kelengkapan), dan membuat pemanggilan tehadap
manajemen mengenai kolektibilitas piutang nasabah sebagai bukti bahwa
piutang usaha adalah akurat untuk penilaiannya. Bukti bahwa saldo akun
atau golongan transaksi tidak lengkap, valid atau akurat adalah bukti dari
salah saji substantif.
Prosedur substantif dapat dilaksanakan auditor untuk :
1. Mengumpulkan bukti tentang asersi yang menjadi dasar dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam saldo akun dan
jenis transaksi.
2. Mendeteksi salah saji yang material.
Prosedur substantif meliputi pemilihan sampel (saldo akun atau
transaksi) yang representatif (artinya mewakili seluruh populasi)
untuk:
1. Menghitung ulang (recalculate) angka-angka memastikan
ketelitian (accuracy).
2. Meminta konfirmasi saldo (piutang, rekening bank, investasi,
dan lain-lain).
3. Memastikan transaksi dicatat dalam periode yang benar (cut off
test atau uji pisah batas).
4. Membandingkan angka-angka antara periode atau dengan
harapan/ekspektasi (analytical procedure).
5. Menginspeksi dokumen pendukung (seperti invoice atau
kontrak penjualan).
6. Mengamati eksistensi fisik dari asset yang dicatat (misalnya
mengamati perhitungan persediaan).
7. Menelaah kecukupan penyisihan untuk penurunan nilai seperti
piutang ragu-ragu atau persediaan yang using (obsolete inventory).

12
13

D. Pengertian Konfirmasi Eksternal


Menurut SA 505 (SPAP, 2016), konfirmasi eksternal merupakan
bukti audit yang diperoleh sebagai suatu respon tertulis langsung kepada
auditor dari pihak ketiga (pihak yang dikonfirmasi), baik dalam bentuk
kertas, atau secara elektronik atau media lainnya. Tujuan auditor ketika
menggunakan prosedur konfirmasi eksternal adalah untuk mendesain dan
melaksanakan prosedur tersebut untuk memperoleh bukti audit relevan
dan andal. Tergantung pada kondisi audit, bukti audit dalam bentuk
konfimasi eksternal yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak
yang dikonfimasi dapat lebih andal dibandingkan dengan bukti audit dari
pihak internal entitas.
Ada dua bentuk konfirmasi, yaitu:

1. Permintaan Konfirmasi Positif


Permintaan konfirmasi positif adalah suatu permintaan
konfirmasi kepada pihak ketiga untuk merespon secara langsung
kepada auditor yang menunjukkan apakah pihak yang
dikonfirmasikan tersebut setuju atau tidak setuju dengan informasi
yang terdapat dalam permintaan konfirmasi atau menyediakan
informasi yang dimintai.

2. Permintaan Konfirmasi Negatif


Permintaan konfirmasi negatif adalah suatu permintaan
konfimasi kepada pihak ketiga untuk merespon secara langsung
kepada auditor hanya jika pihak yang dikonfirmasi tidak setuju
dengan informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi.
Konfirmasi negatif merupakan bukti audit yang kurang meyakinkan
dibandingkan konfimasi positif. Oleh karena itu, auditor tidak boleh
menggunakan konfirmasi negatif sebagai prosedur audit substantif
tunggal untuk yang ditunjukkan untuk suatu resiko yang ditentukan

13
14

kesalahan penyajian material pada tingkat asersi, keuali jika terdapat


semua hal berikut:
a. Auditor telah menentukan resiko kesalahan penyajian
material adalah rendah dan telah memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat tentang efektivitas operasi
pengendalian yang relevan dengan asersi.
b. Populasi unsur-unsur yang diterapi prosedur konfirmasi
negatif terdiri dari sejumlah besar saldo akun, transaksi,
atau kondisi yang kecil dan homogeny.
c. Diharapkan suatu tingkat penyimpangan sangat rendah;
dan
d. Auditor tidak menyadari keadaan atau kondisi yang akan
menyebabkan penerima permintaan konfirmasi negatif
mengabaikan permintaan konfirmasi.
Pengguna menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, auditor
harus tetap menjaga pengendalian atas permintaan konfirmasi
eksternal, termasuk:
a. Menentukan informasi yang dikonfirmasikan atau yang
diminta.
b. Memilih pihak yang tepat untuk dikonfirmasi
c. Mendesain permintaan konfirmasi, termasuk menentukan
apakah permintaan telah dialamatkan dengan tepat dan
berisi informasi jawaban untuk dikirimkan secara lengsung
kepada auditor; dana
d. Mengirimkan permintaan, termasuk permintaan tidak
lanjut jika berlaku, kepada pihak yang dikonfirmasi.

E. Pengertian Prosedur Anatikal Substantif


Analytical Procedure atau prosedur analitik terdiri dari evaluasi
informasi keuangan melalui analisis hubungan yang reasonable antara
data keuangan dan nonkeuangan. Prosedur analitik juga mencangkup

14
15

investigasi yang diperlukan untuk mengidentifikasi fluktuasi atau


hubungan yang tidak konsisten dengan informasi relevan lainnya atau
yang berbeda dari nilai yang diharapkan dengan jumlah yang signifikan
pada laporan keuangan. Premis dasar yang mendasari penerapan
prosedur analitik adalah bahwa terdapat hubungan yang reasonable
antara data dan berlanjut tanpa adanya kondisi yang bertentangan.
Proses analitik digunakan selama proses audit dan dilakukan tiga
tujuan utama:

1. Preliminary analytical review/tinjauan analitik awal – penilaian


risiko
Tujuan analitik pendahuluan dilakukan untuk memperoleh
pemahaman tentang bisnis dan lingkungannya (misalnya kinerja
keuangan relatif terhadap tahun-tahun sebelumnya dan industry
terkait dan kelompok pembanding), untuk membantu menilai risiko
salah saji material untuk menentukan sifat, waktu, dan luasnya
prosedur audit, yaitu untuk membantu auditor mengembangkan
strategi dan program audit.

2. Substantive Analytical Procedura/Proses Analitik Substantif


Posedur analitik digunakan sebagai prosedur substantif ketika
auditor menganggap bahwa penggunaan prosedur analitis bisa lebih
efektif atau efisien dari pada pengujian perincian dalam mengurangi
risiko salah saji material pada tingkat asersi ke level yang dapat
diterima rendah.

3. Final Analytival Review/Review Analitik Akhir


Prosedur analitik dilakukan sebagai tujuan keseluruhan atas
laporan keuangan pada akhir audit untuk menilai apakah mereka
konsisten dengan pemahaman auditor tentang entitas tersebut.
Prosedur analitik akhir tidak dilakukan untuk mendapatkan jaminan

15
16

substantif tambahan. Jika ditemukan penyimpangan, penilaian risiko


dilakukan lagi untuk mempertimbangkan prosedur audit tambahan
yang diperlukan.

Penggunaan Substantive Analytical Procedura/Proses Analitik


Substantif.

Salah satu tujuan dari analytical procedure yang tertuang dalam


Standard of Auditing adalah bahwa bukti audit yang relevan dan
dapat diandalkan diperoleh ketika menggunakan prosedur analitik
substantif. Tujuan utama dari prosedur analitik substantif adalah
untuk mendapatkan jaminan, dalam kombinasi dengan pengujian
audit lainnyan (seperti pengujian system pengendalian intern dan
pengujian substantif perincian), yang berhubungan dengan
pernyataan laporang keuangan untuk satu atau lebih area audit.
Prosedur analitik substantif umumnya lebih banyak digunakan untuk
volume transaksi yang besar yang cenderung lebih dapat diprediksi
dari waktu ke waktu.
Penerapan prosedur analitik substantive didasarkan pada
harapan bahwa hubungan antara data ada dan berlanjut tanpa
adanya kondisi yang diketahui sebaliknya. Kehadiran hubungan ini
memberikan bukti audit tentang kelengkapan, keakuratan, dan
terjadinya transaksi. Karena sifatnya, prosedur analitik substantif
sering dapat memberikan bukti untuk banyak pernyataan, untuk
mengidentifikasi permasalahan audit yang mungkin tidak terlihat dari
pekerjaan yang lebih rinci, dan mengarahkan perhatian auditor ke
area yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Selain itu, auditor
dapat mengidentifikasi risiko atau kekurangan dalam pengendalian
internal yang sebelumnya tidak diidentifikasi, yang dapat
menyebabkan auditor mengevaluasi kembali pendekatan audit yang
direncanakan dan mengharuskan auditor untuk mendapatkan lebih

16
17

banyak penjaminan dari pengujian substantif lain dari yang telah


direncanakan sebelumnya.
Untuk memperoleh manfaat maksimal dari prosedur analitik
substantif, auditor harus melakukan prosedur analitik substantif
sebelum pengujian substantif lainnya karena hasil prosedur analitik
substantif sering memengaruhi sifat dan tingkat pengujian terperinci.
Prosedur analitik substantif akan mengarahkan perhatian ke bidang-
bidang risiko yang meningkat, dan jaminan yang diperoleh dari
prosedur analitik substantif yang efektif akan mengurangi jumlah
jaminan yang diperlukan dari pengujian lain.

17
18

BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
sebuah proses audit tidak hanya melakukan penilaian saja terhadap
sebuah perusahaan. Namun ada prosedur audit yang harus dijalankan
oleh para auditor. Auditor tidak bisa menilai sebuah perusahaan dengan
semena-mena. Dan hal ini juga dapat dicek oleh perusahaan ketika hasil
audit telah keluar. Jika ada yang tidak sesuai, maka pihak perusahaan
juga dapat melakukan protes.

Dalam proses audit keuangan, hal yang dibutuhkan auditor adalah


proses pembukuan yang sesuai standar dan bukti menyeluruh untuk
setiap transaksi yang tercatat. Jika Anda masih menggunakan pembukuan
manual, tentu ini akan menjadi masalah dalam proses audit, hal ini karena
akan memakan banyak waktu dalam pencatatannya dan rentan
dengan human error.

Untuk proses pembukuan yang lebih efisien dan memudahkan


auditor memeriksa seluruh data finansial pada usaha Anda, ada baiknya
bisnis Anda menggunakan software akuntansi yang memiliki fitur
terlengkap dan sesaui standar akuntansi yang berlaku di Indonesia seperti
Accurate Online.

Accurate Online adalah software akuntansi berbasis cloud yang


sudah sesuai standar akuntansi keuangan di Indonesia dan dipercaya
oleh ratusan ribu pengguna dari berbagai jenis bisnis. Memiliki fitur
terlengkap dan sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

https://accurate.id/akuntansi/apa-itu-prosedur-audit/
https://www.mas-software.com/blog/prosedur-audit
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/standar-audit-pengertian-dan-
lengkapnya/
https://www.academia.edu/30496334/Prosedur_Substantif
https://repository.unair.ac.id/99355/4/4.%20BAB%201%20PENDAHULUA
N.pdf
https://accounting.binus.ac.id/2020/04/29/prosedur-analitik-untuk-audit-
laporan-
keuangan/#:~:text=Penerapan%20prosedur%20analitik%20substantif%20
didasarkan,%2C%20keakuratan%2C%20dan%20terjadinya%20transaksi.

19

Anda mungkin juga menyukai