Adapun tujuan dari kertas kerja audit (working paper) adalah sebagai berikut:
1. Untuk membantu auditor dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, review, dan supervisi
pada perikatan yang sedang dilakukan.
2. Untuk mendukung opini audit.
3. Untuk membantu auditor selanjutnya yang tidak terikat pada perikatan sebelumnya.
4. Sebagai pertahanan bila suatu saat terjadi litigasi.
Dalam perikatan audit, kertas kerja dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu berkas permanen
(permanent file) dan berkas berjalan/saat ini (current file). Berkas permanen berisi informasi signifikan
yang digunakan terus menerus dan berulang-ulang dalam suatu perikatan audit. Contoh dari berkas
permanen seperti salinan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, engagement letter, bagan
organisasi, dan analisis internal kontrol. Sedangkan berkas berjalan/saat ini berisi bukti yang diperoleh
dan kesimpulan yang didapat sesuai dengan audit pada tahun tertentu. Contoh dari berkas ini seperti
salinan laporan keuangan, audit program, working trial balance, lead schedule, dan sebagainya.
Kepemilikan kertas kerja merupakan milik auditor dan auditee tidak memiliki hak atas kertas kerja
tersebut. Meskipun demikian, kertas kerja tidak boleh diperlihatkan kepada pihak lain tanpa
persetujuan dari auditee. Kode etik profesi mewajibkan auditor untuk merahasiakan informasi yang
diperoleh selama perikatan audit dilaksanakan.
1. Sifat, saat, dan luas prosedur audit yang telah dilaksanakan dan kepatuhan terhadap SA serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Hasil prosedur audit yang dilaksanakan, dan bukti audit yang diperoleh.
3. Hal-hal signifikan yang timbul selama proses audit, kesimpulan-kesimpulan yang ditarik, dan
pertimbangan profesional signifikan yang dibuat untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan
tersebut.
Dalam penentuan bentuk, isi, dan luas dokumentasi audit tentu akan berbeda antara satu perikatan
audit dengan perikatan audit lainnya. Adapun beberapa faktor yang menentukan bentuk, isi, dan luas
dokumentasi audit seperti berikut ini.
Dokumentasi audit seringkali bergantung pada pertimbangan auditor, namun ada hal-hal yang pada
umumnya membutuhkan dokumentasi audit seperti.
Dalam mendokumentasikan sifat, saat, dan luas prosedur audit, auditor juga harus mencamtumkan
hal-hal berikut ini.
1. Karakteristik yang diidentifikasi tentang unsur spesifik atau hal-hal tertentu yang telah diuji.
2. Siapa yang melaksanakan pekerjaan audit tersebut dan tanggal pekerjaan tersebut
diselesaikan.
3. Siapa yang menelaah pekerjaan audit tersebut serta tanggal dan luas penelaahan yang
dilakukan
Tujuan dari prosedur penilaian resiko adalah untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang
material dalam lapooran keuagan. Tujuan tersebut dapat tercapai melalui pemahaman mengenai
entitas dan lingkungannya, termasuk pemahaman mengenai internal kontrol entitas tersebut.
Melalui prosedur penilaian resiko auditor belum mampu mebuat opini karena bukti audit yang belum
mencukupi, sehingga dilakukan prosedur selanjutnya yaitu test of control. Test of control merupakan
prosedur audit untuk menguji efektivitas operasional dari pengendalian dalam mendukung
pengurangan resiko pengendalian yang sedang dinilai. Dengan melakukan test of control auditor
dapat mengumpulkan informasi apakah pengendalian yang dilakukan sudah berjalan efektif atau
belum. Sebagai contoh kita akan menguji pengendalian internal sistem penjualan dengan
mewawancarai pihak atau staff yang terlibat dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi sehingga
kita dapat membuat kesimpulan apakah pengendalian internal sudah efektif atau belum.
Selanjutnya ada substantive test yang dimana dilakukan untuk menguji atau mendeteksi kesalahan
salah saji material dalam nilai rupiah yang mempengaruhi langsung kewajaran dari saldo-saldo pada
Mengenal Audit Kertas Kerja
perkiraan laporan keuangan. Dengan prosedur ini auditor dapat meniliai apakah saldo-saldo yang ada
sudah wajar atau tidak nilainya. Sebagai contoh dari prosedur ini adalah kita dapat melakukan
konfirmasi piutang kepada pihak ketiga dengan mengirimkan surat konfirmasi piutang. Bila saldo akun
perkiraan sama dengan saldo pihak ketiga maka kita dapat meyakini kewajaran dari saldo tersebut.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan prosedur penilaian resiko, test
of control, dan substantive tes, maka auditor dapat mengumpulkan informasi berupa bukti audit
sehingga dengan tekumpulnya bukti audit yang cukup auditor dapat membuat opini audit.
1. Pengujian fisik
Merupakan bukti yang diperoleh lewat pemeriksaan secara fisik atau lewat perhitungan oleh
auditor terhadap harta perusahaan auditee. Contoh dari pengujian fisik seperti pemeriksaan
kas atau persediaan.
2. Konfirmasi
Merupakan bukti yang didapatkan lewat penegasan dari pihak ketiga sebagai jawaban atas
permintaan informasi yang berkaitan dengan asersi manajemen atau tujuan audit. Biasanya
auditor lebih memilih konfirmasi tertulis karena mudah direview dan memberikan dukungan
keandalan. Contohnya seperti konfirmasi utang pada supplier auditee.
3. Dokumentasi
Merupakan bukti yang diperoleh dari pemeriksaan catatan atau dokumen transaksi auditee.
Proses ini biasanya lebih sering disebut dengan pemeriksaan kepada bukti transaksi atau
dikenal dengan sebutan vouching. Contoh transaksi yang sering sering dilakukan vouching
seperti bukti penerimaan kas dan bukti pengeluaran kas.
4. Prosedur analitis
Merupakan suatu bukti yang diperoleh dari membandingkan dan melihat hubungan antara
suatu akun dengan akun yang lain. Atau juga fluktuasi dari tren yang berasal investigasi yang
telah dilakukan oleh auditor. Hasil dari analisis nantinya akan dibanding dengan ekspetasi
auditor sehingga auditor dapat menarik kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan.
5. Pertanyaan
Merupakan bukti yang berasal dari penyataan atau jawaban atas berbagai pertanyaan-
pertanyaan dari auditor baik dalam bentuk tulisan atau berupa lisan. Bukti penyataan secara
lisan dapat auditor konversi menjadi tulisan yang kemudian meminta tanda tangan dari pihak
yang mengeluarkan penyataan tersebut. Bergitu juga pernyataan tertulis dari auditee atas
jawaban petanyaan auditor juga diberi tanda tangan sebagai bukti telah dilakukan inquiry.
6. Rekalkulasi atau perhitungan
Merupakan bukti yang berasal dari beberapa kali pengujian perhitungan kembali yang
dilakukan oleh auditor. Hasil perhitungan ini nantinya akan dimasukan kedalam kertas kerja
sebagai bukti audit dan akan direview kembali untuk memeriksa kecermatannya.
7. Re-performance
Bukti-bukti yang telah diperoleh dari pemeriksaan prosedur kerja yang masih berlaku dan
masih dijalankan oleh auditee termasuk pengendalian internalnya. Tujuan dilakukannya re-
Mengenal Audit Kertas Kerja
performance sendiri adalah untuk menguji keandalan informasi yang sudah dihasilkan.
Analisis otoriasasi melalui spesimen juga diperlkukan untuk mengetahui efektivitas dari
pengendalian internal yang diterapkan.
8. Observasi
Merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk memperoleh bukti audit dengan cara
menggunakan panca indra. Misalnya memanfaatkan panca indra penglihatan yang dimana
dimanfaaktan untuk memperoleh bukti fisik yang memiliki wujud atau bentuk fisik. Contoh
bukti audit dari hasil observasi seperti pengamatan terhadap fasilitas perusahaan berupa alat
P3K atau aset berwujud seperti aset tetap dan persediaan.
Dalam materialitas dikenal istilah Planning materiality, toleransi kesalahan (Tolerable Error), dan
skope jurnal koreksi (Scope Journal Entries). Berikut ini merupakan ulasan singkat dari istilah-istilah
yang telah disebutkan sebelumnya.
1. Planning materiality, merupakan nilai maksimal yang menjadi batas materialitas (salah saji
agregat) yang ditetapkan untuk seluruh tingkat laporan keuangan. Berikut ini merupakan
persentase nilai Planning Materiality sesuai dengan basis patokan yang dapat digunakan
auditor.
Basis yang Digunakan Persentase Alasan
Patokan utama dan hanya bisa diaplikasikan
Net Income Before Tax 3%-7%
bila perusahaan tidak mengalami kerugian.
Tidak lebih
Net Income Before Tax – Patokan utama dan hanya bisa diaplikasikan
besar dari
untuk perusahaan go public bila perusahaan tidak mengalami kerugian.
5%
Digunakan bila penghasilan berada pada
Pendapatan atau
0,5% - 1% sekitaran titik impas (BEP) dan terjadi
Pengeluaran
fluktuasi penghasilan dari tahun ke tahun.
Bila ekuitas mendekati defisiensi
Total Aset 1% - 3%
(penurunan nilai).
Jika perusahaan mengalami kerugian dan
mereka berfokus pada likuiditas dan
Ekuitas 3% - 5%
solvabilitas atau jika laporan keuangan lebih
berfokus pada ekuitas daripada pendapatan.
Total Pendapatan (Dikurangi
retur dan diskon) atau total 0,5% - 2% Digunakan untuk entitas nirlaba
biaya
Mengenal Audit Kertas Kerja
2. Toleransi kesalahan
Merupakan gabungan dari salah saji yang tidak dikoreksi dan tidak terdeteksi, yang dimana
nilai ini tidak melebihi planning materiality. Nilai dari toleransi kesalahan biasanya 75% dari
nilai planning materiality.
3. Skope jurnal koreksi
Merupakan ukuran untuk mengatur batasan salah saji dalam posting, yang dimana nilai skope
jurnal koreksi biasanya 5% dari planning materiality.