Anda di halaman 1dari 42

KELOMPOK 7

Scope (Ruang lingkup audit) & Tipe Auditing


Aspek perilaku terhadap auditing
Persepsi Auditor

1. Septia Ratnasari (B12.2020.04226)


2. Muhammad Ashal Zidni (B12.2020.04230)
3. Ratna Veronica Simanjuntak (B12.2020.04249)
4. Abdullah Nihrir Fathin (B12.2020.04306)
5. Ersa Ely Safrinawati (B12.2020.04323)
6. Ihsan Antori (B12.2020.04384)
Scope (Ruang lingkup audit) & Tipe Auditing
Pengertian Auditing
(Boynton, Johnson, & Kell, 2003) memberikan definisi auditing sebagai
suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi,
dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta
penyampaian hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.

Menurut (Arens, Elder, & Beasley, 2008), audit adalah pengumpulan


data dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan
melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang
telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen.
Macam - macam auditing
• Menurut pelaksana
• Menurut Objek
• Menurut waktu pelaksanaan
Menurut Pelaksana
Internal Audit
Pemeriksaan yang dilakukan oleh karyawan atau tim khusus dari
perusahaan itu sendiri yang di tunjuk untuk melakukan audit.

Govermental Audit
Pemeriksaan yang dilakukan oleh badan atau lembaga yang di
bentuk oleh pemerintah dan melakukan pemeriksaan di lingkungan
pemerintah.

Eksternal Audit
pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak luar perusahaan. Jasa audit
eksternal biasanya dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)
yang telah diakui oleh Departemen Keuangan RI
Menurut Objek
Audit laporan keuangan
Audit yang berhubungan dengan kegiatan pengumpulan dan evaluasi bukti laporan-
laporan keuangan dengan tujuan untuk memberikan pendapat atau opini apakah
laporan tersebut sudah sesuai dengan kriteria dan prinsip akuntansi .

Audit operasional
Pemeriksaan terhadap kegiatan operasional sebuah perusahaan, seperti kebijakan
akuntansi serta kebijakan operasional manajemen dengan tujuan untuk memastikan
kegiatan operasi yang dilakukan berjalan secara efektif dan efisien.

Audit kepatuhan
audit kepatuhan bertujuan untuk memastikan apakah perusahaan telah menaati
peraturan dan kebijakan yang berlaku, baik kebijakan yang ditetapkan oleh pihak
intern maupun pihak ekstern dari entitas atau perusahaan.
Menurut Waktu Pelaksanaan
Audit terus-menerus
audit yang dilakukan beberapa kali dalam satu periode dan auditor
dituntut untuk menyampaikan serta melaporkan kemajuan
pekerjaannya serta hal lain-lain yang memerlukan koreksi atau
perhatian serius klien

Audit periodik
audit yang dilakukan untuk selama periode tertentu, misalnya
tahunan, semesteran, atau kuartalan, dengan tujuan memberikan
pendapat atau opini tentang kewajaran laporan keuangan.
Tipe - Tipe Audior
Auditor Independen
Auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam
bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya.

Auditor pemerintahan
Auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan
audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi (entitas
pemerintahan) atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.

Auditor Intern
Auditor Intern adalah agen yang memantau Tindakan agen lain. Keduanya
dipekerjakan oleh pimpinan yang sama. Auditor Intern memainkan peran penting
dalam mengevaluasi efektivitas system pengendalian dan memberikan kontribusi
untuk efektivitas organisasi yang sedang berlangsung
Aspek perilaku terhadap auditing
Pengertian audit internal
Audit internal adalah suatu aktivitas independen, yang memberikan
jaminan keyakinan serta konsultasi yang dirancang untuk memberikan
suatu nilai tambah serta meningkatkankegiatan operasi organisasi.
Menurut Tugiman (2006) audit internal membantu para anggota
organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.

Fungsi :
Sebagai alat bantu bagi manajemen untuk menilai efisien dan
keefektivan pelaksanaan struktur pengendalian intern perusahaan,
kemudian memberikan hasil berupa saran atau rekomendasi dan
memberi nilai tambah bagi manajemen yang akan dijadikan landasan
mengambil keputusan.
Menurut Agoes (2004) :

Tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal adalah membantu


semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung
jawabnya dengan memberikan analisis, penilaian, saran, dan komentar
mengenai kegiatan yang diperiksanya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal harus melakukan kegiatan


sebagai berikut :
• Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari
sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian
operasional lainnya, serta mengembangkan pengendalian yang efektif .

• Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana, dan prosedur yang telah

ditetapkan oleh manajemen.


• Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan
dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk kesalahan.
• Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam
organisasi dapat dipercaya.
• Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang
diberikan oleh manajemen.
• Menyarankan perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan efektivitas.
Program dan Langkah kerja audit internal
Program audit adalah tindakan-tindakan atau langkah-langkah
terperinci yang akan dilaksanakan dalam pemeriksaan. Selain sebagai
petunjuk mengenai langkah- langkah yang harus dilaksanakan,
program pemeriksaan juga alat pengendali audit intern. Program
disusun dengan manfaat sebagai berikut:

• Menetapkan tanggung jawab untuk setiap prosedur pemeriksaan.


• Pembagian kerja yang rapi sehingga seluruh unit terperiksa secara
menyeluruh.
• Menghasilkan pelaksanaan pemeriksaan yang tepat dan hemat
waktu.
• Menekankan prosedur yang paling penting untuk setiap
pemeriksaan.
• Berfungsi sebagai pedoman pemeriksaan yang dapat digunakan
secara berkesinambungan.
• Mempermudah penilaian manajemen terhadap pelaksanaan
pemeriksaan.
• Memastikan dipatuhinya norma-norma dan prinsip-prinsip
akuntansi yang diterima umum.
• Memastikan bahwa pemeriksa intern memperhatikan alasan-
alasan dilaksanakannya berbagai prosedur.
Langkah Kerja Audit Internal
Langkah kerja pemeriksaan yang memuat pengarahan khusus dalam
melaksanakanpemeriksaan meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

A. Perencanaan pemeriksaan
1. Penetapan tujuan dan sasaran pemeriksaan secara efektif dan efisien,
sertaruang lingkup kerja.
2. Memperoleh informasi pendahuluan atas aktivitas yang akan diperiksa.
3. Menetapkan sumber daya yang perlu untuk mendukung
pelaksanaanpemeriksaan.
4. Komunikasi dengan semua pihak yang memerlukan pemeriksaan.
5. Melaksanakan survei lapangan untuk lebih mengenal kegiatan dan
pengendalianyang akan diaudit, serta mendapatkan saran dari pihak
yang diaudit mengenaipelaksanaan pemeriksaan tersebut.
6. Menetapkan prosedur pemeriksaan.
7. Penetapan bagaimana, bilamana, dan kepada siapa pemeriksaan
tersebut akan dilakukan.
B. Pemeriksaan dan evaluasi informasi
1. Informasi dikumpulkan dari semua pihak yang terlibat dengan sasaran dan
ruang lingkup pemeriksaan.
2. Informasi harus cukup, dapat dipercaya, relevan, dan berguna sebagai dasar
temuan pemeriksaan dan rekomendasi.
3. Prosedur pemeriksaan meliputi teknik pengujian dan teknik pengambilan
sampel yang digunakan.
4. Mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasikan, dan
mendokumentasikan informasi yang diperoleh.
5. Menyiapkan kertas kerja pemeriksaan.

C. Komunikasi Hasil Pemeriksaan


1. Mendiskusikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil temuan pemeriksaan
dan rekomendasinya.
2. Menerbitkan laporan hasil pemeriksaan yang objektif, jelas, bersifat
konstruktif dan tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya.
D. Tindak Lanjut

Audit internal harus memonitor dan mengawasi apakah tindak lanjut yang
harus dilaksanakan atau apakah manajemen perusahaan telah
mempertimbangkan dengan matang semua risiko yang mungkin timbul jika
ternyata tidak ada tindakan yang diambil sehubungan dengan hasil
pemeriksaan tersebut. Selain itu, juga dilaksanakan sebagai alat ukur dalam
menilai efektivitas pemeriksaan yang telah djalankan.

Peran auditor internal


Peran auditor internal adalah memberikan konsultasi saran–saran
perbaikan Audit internal memberikan saran rekomendasi atas temuan audit
internal. Diharapkan saran rekomendasi yang diberikan audit internal dapat
menjadi bahan perbaikan bagi masing – masing sistem dalam perusahaan.
Otoritas Auditor Internal
Otoritas audit internal dapat dibentuk melalui pemantauan yang tepat oleh
komite audit dalam hal dukungan dan keputusan struktur. Susunan organisasi
yang ideal adalah yang memiliki fungsi laporan audit internal secara langsung
dan semata-mata kepada komite audit baik mengenai isu-isu audit internal
maupun masalah administrasi seperti sumber daya, anggaran, dan
kompensasi.

Tujuan, wewenang, dan tanggungjawab kegiatan audit internal harus secara


resmi di definisikan dalam piagam, konsisten dengan standar, dan disetujui
oleh dewan. Piagam audit internal menyediakan kepada auditor internal
sebuah mandate formal untuk melakukan tugasnya. Piagam ini harus ditulis
oleh dan datang dari dewan direksi serta manajemen senior. Piagam ini
menjelaskan otoritas kegiatan audit internal untuk mengakses catatan,
personel, dan sifat fisik dalam organisasi
Prospek Profesi Auditor Internal
Manajemen risiko merupakan area di mana audit internal dapat
berkontribusi besar dengan memberikan analisis dan memberikan
nasihat bijak kepada manajemen puncak dan dewan direksi.

Fungsi audit internal juga melakukan penilaian risiko tingkat mikro,


tujuannya sendiri untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah yang
menuntut upaya terbesar dari fungsi audit internal dan untuk
mencapai cakupan audit yang sesuai di wilayah audit selama periode
waktu yang ditentukan. 

Auditor internal dapatmemainkan peran "kemitraan" yang signifikan


dengan manajemen dalam membangun dan memantau proses bisnis
untuk penilaian, pengukuran, dan pelaporan risiko secara umum dan
dalam menerapkan inisiatif manajemen risiko perusahaan.
Profesionalisme Dalam Peran Auditor Internal dan
Otoritas
Auditor internal harus memiliki profesionalisme, profil, dan kemandirian
untuk memenuhi perannya secara efektif. Audito internal harus mampu
menyediakan tantangan lingkungan pelaporan, transparansi, dan jujur ke
tingkat tertinggi tanpa rasa takut dan retribusi. Audit internal harus berfokus
pada resiko organisasi. Hal ini menunjukan pemahaman yang baik tentang
operasi bisnis organisasi bersama-sama dengan komunikasi dan keterampilan
persuasi untuk mendapatkan pesan.

The IIA standar internasional adalah tolok ukur (benchmark) yang efektif atas
kegiatan audit internal yang dapat diukur. Menetapkan kewenangan audit
internal melalui pelaporan garis atau struktur, hubungan dengan komite audit
dan manajemen senior, profesionalisme auditor internal dan reputasi, dan
kredibilitas audit internal.
Jenis peran auditor internal

PERAN PENGENDALIAN PENGAWASAN

Untuk dianggap sebagai penambah nilai, fungsi strategis Internal


Audit (IAF) harus menyelaraskan dengan kebutuhan dan prioritas dari
semua stakeholder kunci, termasuk komite audit, manajemen
eksekutif, dan auditor eksternal. Komite Basel (1999)19
mendefinisikan manajemen senior adalah komponen kunci dalam
tata kelola perusahaan. Sementara dewan direksi menyediakan check
and balances untuk manajer senior. Demikian pula, manajer senior
harus mengasumsikan bahwa peran pengawasan sehubungan
dengan manajer lini di bidang kegiatan bisnis yang spesifik.
2.PERAN PENDUKUNG KEPUTUSAN
IA dilengkapi dengan wewenang yang dapat meningkatkan akses terhadap
manajer senior yang mengandalkan masukan mereka untuk membuat
keputusan strategis yang cerdas. IA di tempat harus memastikan bahwa
kerangka kerja yang efektif adalah memastikan komitmen yang tepat dan
akuntabilitas dari semua pihak yang terlibat dalam rangka menciptakan kualitas
dukungan keputusan.

3.PERAN KOMUNIKASI
Auditor internal mungkin memiliki semua keterampilan keuangan dan
keterampilan teknis di dunia, tetapi jika mereka tidak dapat mengembangkan
hubungan dengan klien dan meyakinkan manajemen untuk melaksanakan ide-
idenya, mereka sangat tidak efektif. Komunikasi peran auditor internal
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sifat dan ruang lingkup penugasan
audit, pengaturan organisasi dan struktur, jalur kewenangan, baik formal
maupun informal, dan jenis komunikasi dalam rangka memenuhi permintaan
berbagai tingkat manajemen untuk tugas tertentu.
4.PERAN PEMERINTAHAN

Para auditor internal mewajibkan fungsi untuk semua perusahaan publik dan
telah mendorong auditor internal menjadi pusat perhatian. Negara mengubah
ketentuan di mana laporan tahunan untuk tahun buku yang berakhir pada atau
setelah 31 Januari 2009 harus memuat pernyataan pada fungsi audit internal.
Auditor internal adalah salah satu dari empat pilar tata kelola perusahaan -
bersama dengan dewan, manajemen, dan auditor eksternal. Auditor dapat
bertindak lebih sebagai penasihat dalam organisasi di mana pengelolaan yang
kurang terstruktur: Sebagai struktur, auditor mungkin bertanggung jawab untuk
proses audit desain dan efektivitas pengelolaan.
Memotivasi Pihak yang di Audit
1. KEBUTUHAN MENJADI BAGIAN DARI ORGANISASI
2. MENGHORMATI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN
3. HUBUNGAN DENGAN GAYA MANAJEMEN
Ada 4 gaya manajemen (kepemimpinan ) yaitu :
4. GAYA MENGARAHKAN
5. GAYA MELATIH
6. GAYA MENDUKUNG
7. GAYA MENDELEGASIAN
8. PERUBAHAN MANAJEMEN
Terdapat tiga faktor penting yang menimbulkan keengganan untuk melakukan
perubahan, yaitu :
1). Ketakutan terhadap apa yang tidak diketahui.
2). Aspek birokrasi dari kenyataan perubahan, baik secara horizontal maupun vertikal.
3). Aspek ego.
Dengan demikian pihak yang diaudit mampu membantu dalam mendesain
perubahan sebagaimana mereka mempengaruhi hubungan internasional baik secara
vertikal maupun horizontal terkait dengan masalah ini, beberapa pendekatan yang
dapat diambil antara lain :
1). Auditor internal seharusnya melihat perubahan audit dengan cara pandang
manajer.
2). Konsep auditor terhadap pengendalian seharusnya sejauh mungkin menyerupai
konsep-konsep manajemen.
3). Auditor seharusnya mengutamakan suatu pendekatan partisipatif.
4). Auditor seharusnya menjadi suatu audit yang seimbang, bukan sebagai suatu
yang menghakimi.
5). Auditor seharusnya melengkapi kegagalan dari suatu pendekatan manajemen.
6). Auditor internal sebaiknya mencoba untuk bertindak sebagai penasihat, bukan
sebagai pengambil kebijakan
Pengelolaan Konflik
Dalam hal perubahan, konflik adalah suatu karakteristik yang kerap kali terjadi
pada proses audit. Konflik seringkali membantu pencapaian tujuan audit, tetapi
jika tidak ditangani lebih awal, maka konflik akan menjadi lebih tajam dan luas.
Konflik dapat terjadi dalam hal :

Lingkup - seperti terhadap manajemen.


Tujuan - sebagaimana terhadap auditor eksternal.
Nilai - dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari kacamata pihak yang
diaudit.

Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang cenderung
mempertahankan profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang cenderung
mempertahankan lembaga atau keinginannya.
Masalah Masalah Hubungan
Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk
memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep-konsep tersebut meliputi :
1).Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat-sifat dasar individu.

2).Pengaruh terbesar terhadap perasaan-perasaan dan emosi seharusnya juga


dipertimbangkan.

3).Keragaman persepsi seharusnya juga dipertimbangkan.

4).Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan.

5).Pengaruh dari berbagai situasi operasional sebagai suatu variasi akhir.


Masalah Masalah Hubungan
Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk
memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep-konsep tersebut meliputi :
1).Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat-sifat dasar individu.

2).Pengaruh terbesar terhadap perasaan-perasaan dan emosi seharusnya juga


dipertimbangkan.

3).Keragaman persepsi seharusnya juga dipertimbangkan.

4).Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan.

5).Pengaruh dari berbagai situasi operasional sebagai suatu variasi akhir.


KARAKTERISTIK UMUM INDIVIDU
Sifat yang muncul pada berbagai tingkatan dalam setiap individu dari pihak yang
diaudit diantaranya :
1).Menjadi produktif, sibuk pada pekerjaan-pekerjaan yang bermakna.
2).Mempunyai dorongan ke arah dedikasi terhadap suatu usaha yang dianggap
penting.
3).Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada
individu lain.
4).Bebas untuk memilih guna mendapatkan independensi dan kebebasan pilihan.
5).Memiliki sifat yang adil dan jujur.
6).Memiliki bias pada diri sendiri, tercermin pada sikap yang lebih suka dipuji
dibandingkan dengan dikritik.
7).Mencari kepuasan diri sendiri
8).Memiliki nilai untuk mendapatkan imbalan atas usaha-usahanya.
9).Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara baik.
10).Menjadi bagian dari tim yang sukses.
11).Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain.
12).Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri.
13).Lebih cenderung untuk sensitif dibandingkan dengan membantu orang.
KESADARAN DIRI SENDIRI
Dalam suatu situasi dimana terdapat banyak hubungan interpersonal
sebagaimana yang terdapat di dalam audit internal adalah hal penting untuk
menyadari dan memegang teguh keseimbangan serta untuk memandang diri
sendiri sebagaimana orang lain memandangnya (Retcliff et al, 1988). Elemen-
elemen utama dari aspek terpenting kondisi adalah :
1).Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan kelemahan orang lain dalam
berhubungan secara mental, fisik, emosional, dan karakteristik pribadi.
2).Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok kerja.
3).Kesadaran terhadap perintah dasar dalam lingkungan relatif yang dimiliki
seseorang dimana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan kelompok
organisasi yang luas.
4).Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan orang lain.
5).Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan pada ego
seseorang.
6).Suatu perasaan keterpaduan yang berasal dari kepercayaan bahwa
seseorang berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis.
KOMUNIKASI SECARA EFEKTIF
Perintah seorang auditor dengan menggunakan komunikasi yang efektif merupakan cara yang positif
untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dalam menjalankan audit. Terdapat unsur-unsur yang
dipresentasikan, baik secara lisan maupun tulisan, yang dipertimbangkan untuk memiliki hubungan
perilaku yang baik, yaitu sebagai berikut:
1. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah bagian dari
manajemen.
2. Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahan-kesalahan kerja dari pihak
yang diaudit.
3. Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan, baik secara verbal atau tertulis.
4. Ketika memberikan saran, pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit, sebab hal ini berimplikasi
pada anggapan mereka
5. mengizinkan pihak yang diaudit untuk melakukan perubahan dalam bahasa laporan sepanjang
tidak mengubah substansinya
6. Jangan berargumen atau berkomentar mengenai moralitas, karena auditor mencari fakta dan tidak
bertindak sebagai seorang penasihat yang berhubungan dengan moral.
7. Menjaga laporan dan memberi keadilan
8. Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab dari temuannya.
9.. Mengizinkan pihak yang diaudit untuk sepanjang proses penyusunan laporan untuk
mengungkapkan pendapat.
10. Sopan dengan seluruh tingkatan staf pihak yang diaudit. dan menyambut manajemen pihak yang
diaudit dengan rasa hormat.
11. Melakukan pertemuan dan wawancara di kantor pihak yang diaudit.
12. Mempertimbangkan kemungkinan tekanan yang muncul dalam diri pihak yang diaudit.
MENGHADAPI BANYAK OPSI
Terdapat tiga jenis pokok dari banyaknya oposisi:
1. Suatu indikasi yang menunjukkan kurang pentingnya audit.
2. Pihak yang diaudit bertindak dalam suatu gaya konfrontasional, misalnya
catatan-catatan yang tidak tersedia.
3. Pihak yang diaudit menolak untuk mengambil berbagai tindakan selama atau
setelah audit, dan operasi terus dijalankan seperti sebelumnya.
PELAKSANAAN AUDIT PARTISIPATIF
Telah menjadi suatu hal yang umum dalam audit bahwa inti dari kinerja audit yang
baik berasal dari pendekatan keperilakuan. Elemen-elemen keperilakuan tersebut
meliputi:
1. Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diaudit bidang mana yang akan
diaudit.
2. Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit dalam
menilai pemrogram audit dan pelaksanaan audit.
3. Peroleh persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi
4. Dapatkan persetujuan atas isi laporan.
5. Memasukkan informasi nyata pada laporan audit.
PENGGUNAAN PENGETAHUAN KEPERILAKUAN DALAM AUDIT
Auditor internal dalam setiap pekerjaannya selalu berhubungan dengan
karyawan yang ada di organisasi. Pengalaman dan pemahaman atas
aspek-aspek keperilakuan serta pertimbangan terkait memberikan
kepada auditor alat audit yang kuat. Selain masalah perilaku yang
diaudit, auditor internal juga perlu memahami budaya organisasi. Untuk
budaya organisasi, unsur-unsurnya tercermin antara lain dalam:
1. Komitmen karyawan
2. Kualitas pelatihan dan pengembangan staf
3. Identitas perusahaan seperti kebijakan
4. Pembuatan keputusan
5. Fokus Manajemen.
Persepsi Auditor dan keperilakuan
Persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia.
Orang-orang bertindak atas dasar persepsi mereka dengan mengabaikan apakah persepsi itu
mencerminkan kenyataan yang sebenarnya

Dalam lingkup yang luas, persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan pengetahuan sebelumnya
dalam memperoleh dan menginterpretasikan stimulus yang ditunjukan oleh panca indra . Dengan kata
lain , persepsi merupakan kombinasi antara factor utama dunia luar (stimulus visual) dan diri manusia itu
sendiri (pengetahuan sebelumnya)

Leavitt H. J. (1978) membedakan persepsi menjadi dua pandangan yaitu pandangan secara sempit dan
luas. Pandangan yang sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan, sebagaimana seseorang melihat
sesuatu sedangkan persepsi yang luas mengartikannya sebagai bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu
Dapat disimpulkan bahwa persepsi setiap individu mengenai suatu objek atau peristiwa sangat

tergantung pada kerangka ruang dan waktu yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh dua

faktor, yaitu faktor dalam diri seseorang dan faktor dunia luar.

Robins (2008) secara implisit mengatakan bahwa persepsi suatu individu terhadap objek sangat

mungkin memiliki perbedaan dengan persepsi individu lain terhadap objek yang sama.
Referensi Jurnal
Jurnal 1
Identitas jurnal

Judul : PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR DALAM PELAKSANAAN PROGRAM AUDIT


Penulis : Adanan Silaban
Jurnal : Jurnal kuntansi , Volume XV, No 02, Mei 2012 Halaman : 308-320
Tujuan :
Mendiskusikan tipe dari perilaku disfungsional audit dalam pelaksanaan
program audit. Untuk mencapai tujuan ini, dibutuhkan tinjauan pada peneliti-
peneliti di lapangan sebelumnya. Penelitian ini mengindikaasikan faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku disfungsional auditor dan arah penelitian
selanjutnya. Hasil dari peneliti-peneliti sebelumnya menunjukkan adanya kaitan
pada kualitas audit yang menurun sebagai konsekuensi dari perilaku
disfungsional yang dilakukan auditor dalam program audit.
Teknik analisis data :
Mereka menggunakan analisis regresi berganda untuk mengkonstruksikan suatu model untuk
menjelaskan perilaku audit disfungsional. Variabel independen pada penelitian tersebut meliputi;
penekanan anggaran waktu (budget emphasis), ketercapaian anggaran waktu, gaya kepemimpinan
supervisor (leadership consideration dan leadership structure), komitmen organisasional dan komitmen
profesional. Hasil studi mereka menunjukkan penekanan anggaran waktu, ketercapaian anggaran,
pertimbangan kepemimpinan (leadership consideration) dan struktur kepemimpinan (leadership
structure) berpengaruh signifikan terhadap perilaku audit disfungsional. Sedangkan komitmen
organisasional dan profesional ditemukan tidak berpengaruh signifikan.
 
Hasil Penelitian :
Hasil-hasil penelitian yang ada menunjukkan auditor kadang-kadang melakukan perilaku disfungsional
dalam pelaksanaan program audit (Alderman dan Deirtick, 1982; Kelley dan Margheim, 1990; Pierce dan
Sweeney, 2004; Basuki dan Mahardani, 2006). Perilaku audit disfungsional adalah setiap tindakan yang
dilakukan auditor selama pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi kualitas audit baik secara
langsung maupun tidak langsung (Kelley dan Margheim, 1990; Otley dan Pierce, 1996a). Faktor utama
untuk melakukan perilaku tersebut adalah tekanan anggaran waktu yang dirasakan auditor dalam
pelaksanaan program audit.
Referensi Jurnal
Jurnal2
Identitas jurnal

Judul : ANALISIS FAKTOR PERSONALDAN PERTIMBANGAN ETIS TERHADAP AUDITOR PADA


SITUASI KONFLIK AUDIT
Penulis : Siti Lailatul Khoiriyah
Tahun : 2013
Jurnal : Accounting Analysis Journal ,Volume 2 No(4)
 
Teknik Pengambilan sample :
Dengan metode Convenience Sampling yaitu metode penelitian yang memilih
sampel dari populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti dengan
pertimbangan waktu penelitian dan kondisi pada saat dilakukan penelitian.
 
Tujuan :
Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh pertimbangan etis sebagai
variabel moderating pada hubungan antara faktor-faktor personal terhadap
perilaku auditor pada situasi konflik audit baik secara simultan maupun parsial.
Faktor-faktor personal yang dimaksud adalah locus of control, pengalaman
kerja, jenis kelamin, dan persepsi tingkat sanksi.

Teknik analisis data :


Metode analisis data menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA) atau
uji interaksi karena penelitian ini menggunakan variabel moderating.

Hasil Penelitian :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara locus of control,
pengalaman kerja auditor, jenis kelamin, persepsi tingkat sanksi dan
pertimbangan etis secara bersama-sama berpengaruh pada perilaku auditor
pada situasi konflik audit. Namun, variabel pertimbangan etis tidak dapat
memoderasi hubungan antara masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial.
Daftar Pustaka
Lubis, Arfan Ikhsan. (2017). Akuntansi Keprilakuan Multiparadigma (edisi 3). Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai