Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK AGAMA HINDU

“PUNARBHAWA”

Dosen :
Made Ayu Wulandari,S.Fil.H.,M.Pd.H

Kelas :
Akuntansi B Malam

Nama Kelompok :
I Gusti Bagus Agung Hendrawan Putra 02/2102622010205
Luh Putu Naraichanaiya Putri Sukarta 09/2102622010212
Ni Putu Sintya Paramitha Indraswari 20/2102622010223
Sayu Kade Mirah Jayanti 24/2102622010227
Ni Komang Janitri Pratiwi 29/2102622010232
Kadek Hirani 32/2102622010235

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2022
A. PENGERTIAN PUNARBHAWA
Di dalam ajaran agama Hindu, berdasarkan bahasa Sanskerta Punarbhawa terbentuk
dari dua kata, yaitu Punar yang artinya lagi dan bhawa artinya menjelma. Dengan
demikian, punarbhawa berarti kelahiran yang terulang ke dunia yang disebabkan oleh
karma dan wasana dari kehidupan seseorang tersebut. Kejadian tersebut sangat rahasia
karena yang bersangkutan atau orang yang terlahir tersebut tidak mampu mengetahui,
siapa sebenarnya dirinya. Rahasia kelahiran yang berulang-ulang ke dunia disebabkan
oleh karma wasana dari suatu kehidupan yang lain, sebelum seseorang mengetahui
hakikat sang diri. Manusia tetap memiliki tujuan untuk mencapai kesempurnaan menyatu
dengan Sang Hyang Widhi Wasa. Kelahiran tersebut merupakan kesempatan untuk
meningkatkan kesempurnaan hidup. Selain itu guna mengatasi kesengsaraan dan suka
duka dengan cara terus berusaha meningkatkan kualitas diri demi mencapai
kesempurnaan agar bisa melepaskan diri dari keterikatan duniawi yang selanjutnya
menyatu dengan Sang Hyang Widhi Wasa dengan selalu berkarma yang baik. Karena
karma dan phala menjadi satu bagian yang tidak pernah terpisah. Di dalam Weda
disebutkan Karma phala ngaran ika palaning gawe hala hayu. Yang artinya karma phala
adalah akibat phala dari baik buruk suatu perbuatan atau karma (Slokantara 68). Hukum
karma ini sesungguhnya sangat berpengaruh terhadap baik buruknya segala makhluk
sesuai dengan perbuatan baik dan perbuatan buruk yang dilakukan semasa hidup. Hukum
karma dapat menentukan seseorang hidup bahagia atau menderita. Jadi, setiap orang
berbuat baik (subha karma), pasti akan menerima hasil dari perbuatan baiknya, demikian
pula sebaliknya.

B. TUJUAN PUNARBHAWA
Tujuan dari punarbhawa yaitu untuk menerima karma pahala yang belum diterima di
masa lalu, tempat untuk menyelamatkan jiwa atma dari segala dosa awidya dan adharma.
Dan untuk mencapai tujuan pengajaran agama hindu terkhir yaitu moksa. Bersatunya
kembali antara atma dengan Brahman. Dengan demikian, diharapkan akan terwujud
kesadaran untuk selalu berbuat baik. Karena sudah menyadari hal tersebut sehingga dapat
memperbaiki karma buruk pada kehidupan sebelumnya, dan selalu berbuat baik dalam
kehidupan yang sekarang. Semua karma tersebut memiliki phala sesuai dengan ajaran
hukum karma. Hukum karma adalah hukum alam semesta yang telah ditetapkan oleh
Sang Hyang Widhi Wasa. Hukum karma itu berlaku bagi siapa saja, di mana saja, dan
kapan saja. Hukum ini berlaku sejak alam ini diadakan dan akan terus berlaku sampai
alam ini pralaya (musnah, lebur).
Adapun manfaat dan nilai yang akan diperoleh dari penghayatan terhadap hukum
Karma pada ajaran punarbhawa adalah sebagai berikut:
1. Disiplin untuk selalu berpikir yang bersih dan suci (manacika parisudha);
2. Disiplin untuk selalu berkata yang baik, sopan, dan benar (wacika parisudha);
3. Disiplin untuk selalu berbuat yang jujur, baik, dan benar (kayika parisudha);
4. Melahirkan kesabaran, ketenangan, dan ketabahan;
5. Keyakinan diri terhadap setiap perbuatan;
6. Pengendalian diri yang ketat;
7. Selalu bersyukur; dan
8. Kebijaksanaan;

C. KITAB SUCI HINDU TENTANG PUNARBHAWA


Dalam kaitannya dengan punarbhawa itu, ada beberapa kitab hindu yang membahas
tentang Punarbhawa, yang diantaranya:

Bhahunime wyatitani
Janmanitava carjuna
Tam aham weda sarwani
Na twam wettha parantapa
(Bhagawadgita IV.5.)

Artinya:
Banyak kehidupan yang Ku jalani
Demikian pula engkau Arjuna
Semua kelahiran itu aku ketahui
Tapi engkau tidak dapat mengetahuinya

Ajo pisanavya yatma


Bhutanam isvaro pisan
Prakirthim svam adhisthaya
Sambhawany atman mayaya
(Bhagawadgita V.6.)

Artinya:
Meskipun aku telah dilahirkan
Sikap Ku kekal serta menjadi Iswara
Tetapi aku memegang teguh sifatku
Datang menjelma dengan jalan maya

D. HUBUNGAN KARMA PHALA DAN PUNARBHAWA


Dalam ajaran agama Hindu dijelaskan bahwa selama atma masih terikat oleh karma
maka selama itu atma tersebut mengalami punarbhawa. Seseorang yang sudah meninggal
hanya badannya saja yang mati tapi atmanya tidak pernah mati. Atma tersebut akan lahir
kembali dengan badan yang baru. Kelahiran kembali atma ke dunia sesuai dengan karma
phala yang diterima olehnya. Kelahiran kembali dalam ajaran agama Hindu disebut
dengan Punarbhawa, merupakan sesuatu hal yang ditunggu karna berhubungan dengan
Karmaphala yang kita perbuat di kehidupan masa lalu dan Jiwatman yang masih
dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian akan diikuti oleh kelahiran. Akan tetapi
kelahiran kembali juga harus dihindari karena merupakan penghambat dari tujuan Agama
Hindu yaitu Moksa yang merupakan kelepasan atau kebebasan atma (roh) tersebut
kembali menyatu dengan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa) yang kekal dan abadi.

Karma dan Punarbhawa ini merupakan suatu proses yang terjalin erat satu sama lain.
Dapat dikatakan bahwa karma adalah perbuatan yang meliputi segala gerak, baik pikiran,
perkataan maupun tingkah laku. Sedangkan Punarbhawa adalah kesimpulan dari karma
itu yang terwujud dalam penjelmaan tersebut. Setiap karma yang dilakukan atas dorongan
Asuba Karma akan menimbulkan dosa dan Atman akan mengalami neraka serta dalam
Punarbhawa yang akan datang akan mengalami penjelmaan dalam tingkat yang lebih
rendah, sengsara, atau menderita dan bahkan dapat menjadi makhluk yang lebih rendah
tingkatannya. Sebaliknya, setiap karma yang dilakukan berdasarkan Subha Karma akan
mengakibatkan Atman menuju surga dan jika menjelma kembali akan mengalami tingkat
penjelmaan yang lebih sempurna atau lebih tinggi.

Sehingga dapat dikatakan bahwa bila seseorang selalu berbuat baik dalam kehidupan
ini, setelah ia meninggal dunia dikatakan rohnya akan mendapatkan surga dan bila ia
dilahirkan kembali dia akan lahir dari surga. Yang disebut dengan istilah Surga Syuta,
yaitu anak yang lahir dari surga dan penuh dengan kebahagiaan. Sedangkan kalau
sekarang berbuat buruk di dunia ini, setelah meninggal dunia rohnya akan disiksa di
neraka dan apabila dia dilahirkan kembali ia akan lahir neraka yang disebut dengan
istilah Neraka Syuta, yaitu anak yang lahir dari neraka dengan penuh kesengsaraan.

Adapun perbuatan orang yang bodoh, senantiasa tetap berlaku menyalahi dharma;
setelah ia lepas dari neraka, menitislah ia menjadi binatang, seperti biri-biri, kerbau dan
lain sebagainya; bila kelahirannya kemudian meningkat, ia menitis menjadi orang yang
hina, sengsara, diombang-ambingkan kesedihan dan kemurungan hati, dan tidak
mengalami kesenangan. Sedangkan orang yang selalu berbuat baik (cubhakarma),
Sarasmuccaya menyebutkan: "Adapun orang yang selalu melakukan karma baik
(cubhakarma), ia dikemudian hari akan menjelma dari sorga, menjadi orang yang tampan
(cantik), berguna, berkedudukan tinggi, kaya raya dan berderajat mulia. Itulah hasil yang
didapatnya sebagai hasil (phala) dari perbuatan yang baik".

Dengan keyakinan adanya Punarbhawa, maka orang harus sadar, bahwa bagaimana
kelahirannya tergantung dari karma wasananya. Oleh karna itu kelahiran kembali ini
adalah kesempatan untuk memperbaiki diri untuk meningkat ke taraf yang lebih tinggi.

E. HUBUNGAN PUNARBHAWA DENGAN TRI RNA


Kelahiran kembali memiliki hubungan yang erat dengan ajaran Tri Rna yaitu tiga
hutang yang harus dibayar sehubungan dengan keberadaan kita.

 Pertama yaitu Dewa Rna merupakan hutang yang harus dibayar kepada Tuhan
Yang Maha Esa yang menyebabkan kita ada di dunia ini.
 Rna yang kedua yaitu hutang yang harus dibayar manusia kepada leluhur
termasuk orang tua kita, karena jasa para Leluhur dan orang Tua kita yang
sehubungan dengan kelahiran kita serta perhatiannya semasa hidup.
 Rna yang ketiga yaitu Hutang yang harus dibayar kepada para Rsi, pendeta, dan
para guru lainya atas bimbingannya selama ini dan mendidik manusia untuk
belajar kebenaran.
 Ketiga hutang tersebut harus dibayar dengan perbuatan-perbuatan yang baik pada
kehidupan sekarang ini.
Contohnya perbutan sederhana yang harus dilakukan untuk membayar hutang tersebut
yaitu:
 Yang pertama hutang kepada Tuhan, dilakukan dengan cara rajin sembahyang dan
saling menghormati, saling menyayangi sesama mahluk ciptaan Tuhan.
 Hutang kepada para leluhur yaitu dengan jalan menghormati dan selalu mengingat
leluhur kita dimanapun kita berada dan apapun yang kita kerjakan serta dengan
menghormati dan menyayangi kedua orang tua kita.
 Hutang yang ketiga yaitu hutang kepada para Rsi atau para guru dengan cara
menghormati dan melaksanakan ajaran-ajaran serta tugas-tugas yang mereka
berikan dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab.

F. PENYEBAB TERJADINYA PUNARBHAWA


Punarbhawa itu sesungguhnya adalah penderitan yang akan dirasakan oleh setiap
mahluk di dunia ini, tetapi di sisi lain Punarbhawa itu juga merupakan sebagai
kesempatan untuk melakukan karma yang baik, adanya Punarbhawa menurut ajaran
agama Hindu disebabkan adanya karmawasana. Karmawasana muncul dari perbuatan
manusia, yang di pergunakan sebagai pedoman benar atau salah itu dalam ajaran agama
Hindu adalah sabda Tuhan dalam kitab suci. Karma pada masa lampau akan membuat
wasana atau bekas pada atman, sehingga dengan demikian muculah Punarbhawa.
Lamanya Punarbhawa itu di tentukan banyak sedikitnya wasana yang ada pada atman,
bila dilihat dari segi filosofis karma dan Punarbhawa itu kedua-duanya adalah suatu
proses yang terjalin erat satu dengan yang lain.
Setiap karma yang dilakukan oleh seseorang di dorong oleh pikiran, indria dan nafsu
yang tidak sesuai dengan garis kebenaran yang diajarkan oleh agama. Akibat yang
ditimbulkan adalah dosa yang harus ditanggung oleh atman maka itu atman lahir kembali
(Punarbhawa) yang semua disebabkan oleh karma itu sendiri. Dalam kehidupan di dunia
ini sesungguhnys yang sangat banyak perbuatan yang di liputi oleh sad ripu, sad atatayi,
dan sapta timira, akan membawa seseorang dalam penderitan, untuk dapat menghilangkan
penyebab Punarbhawa itu hendaklah seseorang dapat melenyapkan penyebab penderitan
itu sendiri dengan jalan selalu berusaha mawas diri kearah yang benar.
Adapun tangga yang patut ditempuh untuk dapat membebaskan diri dari hukum
Punarbhawa itu adalah kesusilan, dana punya, budi luhur, pengabdian yang suci dan
kebajikan itu sendiri. Memang kita sulit membebas diri dari hukum Punarbhawa kecuali
kita bisa melakukan hal-hal yang berdasarkan ajaran agama seperti yang dilakukan orang-
orang suci seperti maharsi, itu pun hanya sebagian orang-orang suci yang bisa melakukan,
karena masih banyak terikat oleh keduniawian.
Dalam kehidupan sehari-hari maupun lingkungan bermasyarakat dapat kita lihat dan
kita rasakan, penyebab terjadinya punarbhawa atau kelahiran kembali seperti: Adanya
perbedaan kondisi kehidupan manusia di dunia seperti kaya-miskin, bahagia-sengsara,
tampan-cacat, dan sebagainya,walaupun Tuhan/Brahman diyakini bahwa maha adil,
pengasih dan penyayang.
Sebab terjadinya Punarbhawa seperti, ingin memperbaiki diri menuju kesempurnaan
agar roh dapat mencapai Moksa. Mengenai kebenaran adanya punarbhawa, kitab suci
memberikan kesaksian sebagai berikut:
Bahūni me vyatītāni
janmāni tava cārjuna
Tāny aham veda sarvāni
na tvam vettha parantapa.
(Bh. Gita: IV.5)

Artinya:
Banyak kelahirian (kehidupan yang telah kujalani dan demikian pula engkau,
O Arjuna, semua itu Aku ketahui, tetapi engkau tidak dapat mengetahuinya.

G. PROSES TERJADINYA PUNARBHAWA


Terjadinya Punarbhawa diakibatkan manusia di dunia ini masih melakukan hal-hal
yang tidak baik, selalu mencapai atau mencari yang diinginkan melalui cara yang tidak
baik, seperti mencuri milik orang lain dan sebagainya. Dikarenakan manusia di dunia ini
masih diliputi oleh sad ripu, sad atatayi, sarta timira, maka dari itu Punarbhawa selalu ada
dalam diri manusia, akibat perbuatan yang dilakukannya tidak sesuai dengan ajaran
agama.
Selain itu, selama isi bumi masih ada maka proses terjadinya punarbhawa akan tetap
ada. Jadi proses terjadinya Punarbhawa, Setelah roh selesai menikmati hasil perbuatan di
alam Roh atau Bwah Loka, roh tersebut akan terlahir kembali. Kelahiran tersebut sesuai
dengan hasil perbuatannya. Jika roh disertai dengan hasil perbuatan baik, maka akan lahir
Sorga yang disebut Swarga Syuta dan menjadi mahluk utama.
H. CARA AGAR ATMA (ROH) DAPAT TERHINDAR DARI RANTAI KELAHIRAN
KEMBALI (REINKARNASI-PUNARBHAWA)
Setiap karma yang dilakukan oleh seseorang di dorong oleh pikiran, indria dan nafsu
yang tidak sesuai dengan garis kebenaran yang diajarkan oleh agama. Akibat yang
ditimbulkan adalah dosa yang harus ditanggung oleh atman maka itu atman lahir kembali
(punarbhawa) yang semua disebabkan oleh karma itu sendiri. Dalam kehidupan di dunia
ini sesungguhnya yang sangat banyak perbuatan yang di liputi oleh sad ripu, sad atatayi,
dan sapta timira, akan membawa seseorang dalam penderitan, untuk dapat menghilangkan
penyebab Punarbhava itu hendaklah seseorang dapat melenyapkan penyebab penderitan
itu sendiri dengan jalan selalu berusaha mawas diri kearah yang benar.
Memang kita sulit membebas diri dari hukum Punarbhawa kecuali kita bisa
melakukan hal-hal yang berdasarkan ajaran agama seperti yang dilakukan orang-orang
suci seperti maharsi, itu pun hanya sebagian orang-orang suci yang bisa melakukan,
karena masih banyak terikat oleh keduniawian. Adapun tangga yang patut ditempuh
untuk dapat membebaskan diri dari hukum Punarbhawa, yaitu:
 Dharma
Dalam ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Catur Parusanta dijelaskan
bahwa tujuan dari kehidupan adalah bagaimana untuk menegakkan Dharma,
setiap tindakan harus berdasarkan kebenaran tidak ada dharma yang lebih tinggi
dari kebenaran. Dalam Bagawad Gita disebutkan bahwa Dharma dan kebenaran
adalah nafas kehidupan. Krisna dalam wejangannya kepada Arjuna mengatakan
bahwa dimana ada Dharma, disana ada kebajikan dan kesucian, dimana kewajiban
dan kebenaran dipatuhi disana ada kemenangan. Orang yang melindungi dharma
akan dilindungi oleh dharma maka selalu tempuhlah kehidupan yang suci dan
terhormat. Saat ini semua orang mengabaikan kebenaran, orang sudah
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, krisis moral sudah meraja lela
dimana mana, kebenaran dan keadilan sudah langka, orang sudah tidak mengenal
budaya malu, semua perbuatannya dianggap sudah benar dan normal. Sebenarnya
Dharma tidak pernah berubah, Dharma telah ada pada zaman dahulu, zaman
sekarang dan zaman yang akan datang, ada sepanjang zaman tetapi setiap zaman
mempunyai karateristik lain-lain dalam melakukan latihan kerohanian (spiritual).

 Pendekatan kepada Sang Hyang Widhi Wasa


Untuk mendekatkan diri kehadapan Yang Widhi Wasa ada beberapa cara yang
dilakukan Umat Hindu yaitu melalui Darana (menetapkan cipta), Dhyana
(memusatkan cipta), dan Semadi (mengheningkan cipta). Dengan melakukan
latihan rohani, terutama dengan penyelidikan bathin, akan dapat menyadari
kesatuan dan menikmati sifat Tuhan yang selalu ada dalam diri kita. Apabila sifat-
sifat Tuhan sudah melekat dalam diri kita maka kita sudah dekat dengan Tuhan
Yang Maha Esa sehingga segala permohonan kita akan dikabulkan dan kita selalu
dapat perlindungan dan keselamatan.

 Kesucian
Untuk memperoleh pengetahuan suci, dan menghayati Hyang Widhi Wasa
dalam keberagaman dinyatakan dalam doa Upanishad yang termasyur: Asatoma
Satgamaya, Tamasoma Jyothir Gamaya, Mrityorma Amritan Gamaya yang
artinya, Tuntunanlah kami dari yang palsu ke yang sejati, tuntunlah kami dari
yang gelap ke yang terang, tuntunlah kami dari kematian ke kekekalan. Setiap kita
melakukan kegiatan-kegiatan, kita biasakan untuk memohon tuntunan kehadapan
Sang Hyang Widhi Wasa agar kita selamat dan selalu dilindungi. Pekerjaan
apapun kita lakukan, apabila kita bekerja demi Tuhan dan dipersembahkan
kehadapan Yang Widhi Wasa, maka pekerjaan tersebut mempunyai nilai yang
sangat tinggi. Dengan menghubungkan pekerjaan tersebut dengan Sang Hyang
Widhi Wasa, maka ia menjadi suci dan mempunyai kemampuan dan nilai yang
tinggi. Tujuan dari kehidupan kita adalah agar atman terbebas dari triguna dan
menyatu dengan Para atman. Didalam Weda disebut yaitu Moksartham Jaga
Dhitaya Ca Iti Dharmah yang artinya adalah tujuan agama (Dharma) kita adalah
untuk mencapai moksa (moksa artham) dan kesejahteraan umat manusia
(jagadhita).
Selain melakukan ketiga hal terebut membebaskan diri dengan punarbhawa juga bisa
dengan menjalankan ajaran Catur Marga. Catur Marga sendiri dalam ajaran agama hindu
berarti empat jalan atau cara umat hindu untuk menghormati dan menuju jalan Tuhan
Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Bagian-bagian dari Catur Marga
yaitu:
 Bhakti Marga Yoga
Adalah proses atau cara mempersatukan atman dengan Brahman dengan
berlandaskan atas dasar cinta kasih yang mendalam kepada Ida Sang Hyang
Widhi dan segala ciptaan-Nya. Kata bhakti berarti hormat, taat, sujud,
menyembah, mempersembahkan, cinta kasih penyerahan diri seutuhnya pada
Sang pencipta. Seorang Bhakta (orang yang menjalani Bhakti marga) dengan
sujud dan cinta, menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa
raganya sebagai yadnya kepada Sang Hyang Widhi. Cinta kasih yang mendalam
adalah suatu cinta kasih yang bersifat umum dan mendalam yang disebut maitri.
Cinta bhaktinya kepada Hyang Widhi yang sangat mendalam, itu juga
dipancarkan kepada semua makhluk baik manusia binatang juga tumbuh-
tumbuhan. Dalam doanya selalu menggunakan pernyataan cinta dan kasih sayang
dan memohon kepada Hyang Widhi agar semua makhluk tanpa kecuali selalu
berbahagia dan selalu mendapat anugrah termulia dari Hyang Widhi. Jadi untuk
lebih jelasnya seorang bhakta akan selalu berusaha melenyapkan kebenciannya
kepada semua makhluk. Sikap yang paling sederhana dalam kehidupan beragama
adalah cinta kasih dan pengabdian yang tulus. Tuhan dipandang sebagai yang
paling disayangi, sebagai ibu, bapak, teman, saudara, sebagai orangtua, sebagai
tamu, dan sebagai seorang anak.

 Karma Marga Yoga


Adalah jalan atau usaha untuk mencapai kesempurnaan atau moksa dengan
karma atau perbuatan yang baik tanpa pamrih. Manfaat karma marga yaitu
kehidupan di dunia ini dibelenggu oleh hukum kerja sehingga kehidupan ini selalu
dituntut untuk bekerja. Tidak seorangpun yang hidup di dunia ini terlepas dari
kerja. Dengan bekerja orang dapat mencapai kebebasan (tujuan hidup yang
tertinggi), asal pekerjaan itu dilakukan dengan tindakan mengikat diri pada
hasilnya.

 Jnana Marga Yoga


Jnana artinya kebijaksanaan filsafat (pengetahuan). Yoga berasal dari urat kata
Yuj artinya menghubungkan diri. Jadi jnana yoga artinya mempersatukan
jiwatman dengan paramatman yang dicapai dengan jalan mempelajari dan
mengamalkan ilmu pengetahuan baik science maupun spiritual, seperti hakekat
kebenaran tentang Brahman, Atman. Dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan yang
sejati akan mampu membebaskan diri dari ikatan-ikatan keduniawian. Ada tiga
hal yang penting dalam hal ini yaitu kebulatan pikiran, pembatasan pada
kehidupan sendiri dan keadaan jiwa yang seimbang atau tenang maupun
pandangan yang kokoh tentram damai. Ketiga hal tersebut di atas merupakan
dhyana yoga.

 Raja Marga Yoga


Raja yoga adalah suatu jalan mistik (rohani) untuk mencapai kelepasan atau
moksa. Melalui raja marga yoga seseorang akan lebih cepat mencapai moksa,
tetapi tantangan yang dihadapinya pun lebih berat, orang yang mencapai moksa
dengan jalan ini diwajibkan mempunyai seorang guru kerohanian yang sempurna
untuk dapat menuntun dirinya ke arah tersebut. Adapun tiga jalan pelaksanaan
yang ditempuh oleh para raja yoga yaitu melakukan tapa, brata, yoga, Samadhi.
Tapa dan brata merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu
yang ada dalam diri kita kea rah yang positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab
suci. Sedangkan yoga dan Samadhi adalah latihan untuk dapat menyatukan atman
dengan Brahman dengan melakukan meditasi atau pemusatan pikiran.
Seorang raja yoga akan dapat menghubungkan dirinya dengan kekuatan rohani
melalui astangga yoga yaitu delapan tahapan yoga untuk mencapai kebebasan dari
kelahiran kembali. Astangga yoga diajarkan oleh Maharsi Patanjalai dalam
bukunya yang disebut yoga sutra patanjali. Adapun bagian-bagian dari astangga
yoga adalah sebagai berikut:
(a) Yama yaitu suatu bentuk larangan yang harus dilakukan oleh seseorang
dari segi jasmani yaitu:
 Dilarang membunuh (Ahimsa)
 Dilarang berbohong (Satya)
 Pantang menginginkan sesuatu yang bukan miliknya (Asteya)
 Pantang melakukan hubungan seksual (Brahmacari)
 Tidak menerima pemberian dari orang lain (Aparigraha)
(b) Nyama yaitu pengendalian diri yang bersifat rohani yaitu:
 Sauca (tetap suci lahir bhatin)
 Santosa (selalu puas dengan apa yang datang)
 Swadhyaya (mempelajari kitab-kitab keagamaan)
 Iswara pranidhana (selalu bhakti kepada Tuhan)
 Tapa (tahan uji)
(c) Asana yaitu sikap duduk yang menyenangkan, teratur dan disiplin.
(d) Pranayama yaitu mengatur pernafasan sehingga menjadi sempurna melalui
tiga jalan yaitu:
 Puraka (menarik nafas)
 Kumbhaka (menahan nafas)
 Recaka (mengeluarkan nafas)
(e) Pratyahara yaitu mengontrol dan mengendalikan indriya dari ikatan
obyeknya, sehingga orang dapat melihat hal-hal suci.
(f) Dharana yaitu usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan sasaran yang
diinginkan.
(g) Dhyna yaitu pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan kepada
suatu obyek. Dhyna dapat dilakukan terhadap Ista Dewata.
(h) Samadhi yaitu penyatuan atman.

I. CONTOH CERITA TENTANG BUKTI ADANYA PUNARBHAWA


Diceritakan Kerajaan Kasi mengadakan sayembara untuk menemukan jodoh putri-
putrinya yaitu Dewi Amba, Ambika dan Ambalika. Bisma dari Hastinapura turut pula
dalam sayembara tersebut, Bisma mengikuti sayembara buat mencarikan adiknya
Wicitrawirya istri. Sayembara akhirnya dimenangkan oleh Bisma. Bisma berhasil
mengalahkan peserta lainnya termasuk Raja Salwa. Raja Salwa sebenarnya sudah dipilih
oleh Dewi Amba untuk menjadi suaminya. Hal itu tidak diketahui oleh Bisma. Dewi
Ambapun tidak berani mengatakannya.
Ketiga putri itu diboyong ke Hastinapura untuk dinikahkan kepada Wictrawirya.
Ambika dan Ambalika akhirnya menikah dengan Wictrawirya. Tetapi tidak dengan Dewi
Amba, karena Dewi Amba sudah memilih Raja Salwa sebagai suaminya, sebelum
sayembara dilaksanakan.
Dewi Amba diijinkan untuk pergi menghadap Raja Salwa. Namun Raja Salwa
menolak Dewi Amba. Dewi Amba kembali ke Hastinapura untuk menikah dengan Bisma.
Namun Bisma telah bersumpah untuk tidak menkah seumur hidupnya. Dewi Amba terus
membujuk, memohon kepada Bisma. Bisma menjadi bertambah bingung, dan terus
berusaha menjauhi Amba. Suatu saat Bisma yeng terus dirayu, dibujuk oleh Dewi Amba
mengeluarkan anak panah untuk menakut-nakuti Dewi Amba, agar Dewi Amba pergi
darinya. Dewi Amba menantang Bisma supaya Bisma segera membunuh dirinya. Bisma
terdiam, dan tanpa sengaja anak panah Bisma terlepas dan menembus dada Dewi Amba.
Sebelum Dewi Amba menghembuskan nafasnya, Dewi Amba akan menuntut balas
kematiannya. Ia akan terlahir kembali dan akan membunuh Bisma.
Roh Dewi Amba menitis kepada Srikandi yang akan membunuh Bisma dalam perang
Bharatayuddha. Lahirlah Srikandi anak Raja Drupada dari kerajaan Panchala yang
merupakan reinkarnasi dari Amba.
Dalam perang Bharatayuda Srikandi ikut berperang membela Pandawa. Bisma
memiliki kesaktian yang luar biasa. Tubuhnya tidak akan bisa terlukai oleh senjata
apapun. Hal inilah yang membuat hati para Pandawa putus asa. Dengan nasehat Sri
Kresna, maka ditunjuklah Srikandi untuk mendampingi Arjuna untuk melawan Bisma.
Kutukan Dewi Amba akhirnya memang menjadi kenyataan, saat perang di Kurusetra,
Srikandi turut terjun ke medan laga. Saat Dewi Srikandi sudah berhadapan dengan Bisma,
Bisma merasakan sedang berhadapan dengan Dewi Amba. Dan Bisma menyadari bahwa
waktunya telah tiba, Dewi Amba telah datang menjemputnya. Bismapun teringat kejadian
terdahulu saat kematian Dewi Amba. Pada saat Bisma terlena dengan ingatannya saat
itulah Srikandi membidikkan panahnya dan melukai Bisma. Kemudian Arjuna
menghujani Bisma dengan panahpanahnya sampai akhirnya Bismapun tersungkur.
Walapun demikian Bisma tidak meninggal. Beliau dikaruniai kesaktian untuk dapat
menentukan hari kematiannya.
DAFTAR PUSTAKA

https://static.buku.kemdikbud.go.id/content/pdf/bukuteks/kurikulum21/HINDU-BS-KLS
%20X.pdf
http://diva-yana.blogspot.com/2014/04/punarbhawa-tugas-kuliah.html
http://akuberagama.blogspot.com/2014/01/karma-phala-dan-punarbhawa.html
http://hendry-kamanjaya.blogspot.com/2011/04/kelahiran-kembali-dalam-ajaran-hindu.html
http://kb.alitmd.com/punarbhawa-atau-reinkarnasi-menurut-hindu/
http://sumantre.blogspot.com/2010/10/punarbhawa-reinkarnasi.html?m=1
http://dianaprashanti.blogspot.com/2017/04/punarbhawa-agama-hindu.html
https://pasraman.com/knowledgebase/pelajaran-6-bukti-bukti-adanya-punarbhawa/

Anda mungkin juga menyukai