Anda di halaman 1dari 4

SRADHA

(HUKUM KARMA PHALA DAN PUNARBHAWA)


A. PENGERTIAN HUKUM KARMA PHALA
Kata Kharma Phala berasal dari bahasa Sansekerta dari kata Karma dan Phala. Kata Karma berasal dari urat kata Kr yang berarti membuat,
bekerja, menciptakan, membangun, melakukan pekerjaan. Sedangkan kata Phala yang berarti hasil. Jadi, Kharma Phala berarti hasil perbuatan.
Dalam konsep Hindu, berbuat terdiri atas: perbuatan melalui pikiran, perbuatan melalui perkataan, dan perbuatan melalui tingkah laku, hal inilah
yang akan mendatangkan hasil bagi yang berbuat.
Segala sebab yang berupa perbuatan akan membawa akibat berupa hasil dari perbuatan. Semua Karma (perbuatan) tentunya mendatangkan
pahala. Hal inilah yang menyebabkan Hukum Karma Phala disebut juga sebagai Hukum Sebab Akibat.
Ajaran Hukum Karma Phala merupakan ajaran etika yang sangat bermanfaat bagi umat Hindu dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. Orang
yang percaya kepada ajaran Hukum Karma Phala akan termotivasi untuk selalu berbuat baik, karena diyakini bahwa didalam ajaran Hukum
Karma Phala terkandung aksioma yaitu hukum yang tak terbatakan atau bersifat pasti, bersifat universal dan bersifat adil.
Di dalam Kitab Bhagawadgita, Karma dibedakan kedalam dua bentuk, yaitu Subha Karma (perbuatan baik) dan Asubha Karma (perbuatan buruk).
Asubha Karma dibedakan lagi menjadi dua, yaitu Akarma (tidak berbuat) dan Wikarma (perbuatan yang keliru).
B. PEMBAGIAN HUKUM KARMA PHALA
Hasil karma tersebut ada yang dinikmati sekarang dan ada pula yang dinikmati pada kehidupan yang akan datang. Oleh karena itu, Karma Phala
secara umum dapat dibedakan menjadi:
1) Sancita Karma Phala adalah perbuatan kita pada masa yang lalu, yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan
kehidupan yang sekarang.
2) Prarabda Karma Phala adalah phala atau hasil perbuatan kita yang sekarang (pada kehidupan ini) langsung kita nikmati hasilnya sekarang
(pada kehidupan ini) juga.
3) Kryamana Karma Phala adalah phala atau hasil dari perbuatan yang kita lakukan pada masa kehidupan ini, yang tidak sempat dinikmati maka
akan diterima pada kehidupan yang akan datang.
Karma juga dapat dibedakan menurut fungsinya, yaitu:
1) Fungsi karma yang melahirkan
Contohnya: Sesuai dengan benih yang ditanam, demikian pula buah yang dituainya; karena ada penyiksaan maka bisa terlahir sakit-sakitan.
2) Fungsi karma yang mendukung
Contohnya: selain terlahir di keluarga yang miskin, dia juga terlahir dalam keadaan cacat.
3) Fungsi karma yang mengurangi
Fungsi karma yang mengurangi ini berhubungan dengan perbuatan kita saat ini. Contohnya: meskipun miskin dan cacat, orang tersebut
mempunyai sila yang baik.
4) Fungsi karma yang memotong
Karma yang memotong artinya bertentangan dengan yang sedang terjadi. Contohnya: karena sila, ucapan dan tingkah lakunya baik, maka orang
akan simpati kepadanya.
Selanjutnya karma juga dapat dikelompokkan menurut bobotnya yaitu:
1) Bobot karma super berat
Karma super berat yang baik misalnya; orang yang mencapai jhana, setelah meninggal langsung terlahir di alam brahma atau memperoleh paa
yang berarti tercapainya Nibbana. Sedangkan, super berat yang buruk ada 5 (lima) yaitu membunuh ayah, membunuh ibu, membunuh seorang
Arahat, melukai Sammasambuddha, dan memecah belah Sangha.
2) Karma yang muncul pada saat kematian
Misalnya, sebelum meninggal, seseorang teringat bahwa dia sering mendengarkan Dhamma, sering bertemu bhikkhu-bhikkhu dan meninggal
dalam keadaan bahagia maka orang tersebut akan terlahir di alam bahagia. Sebaliknya jika kesannya tidak baik, maka akan terlahir di alam
menderita.
3) Bobot yang super ringan atau kecil
Misalnya: pada suatu waktu kita melihat ada paku payung di jalan lalu kita singkirkan supaya tidak mencelakakan orang lain. Apabila bobot yang
super ringan ini muncul pada saat kematian, kita akan merasa bahagia karena telah dapat menolong orang lain, maka kita akan terlahir di alam
bahagia.
Pembagian karma berdasarkan atas macamnya perbuatan atau kerja yang dilakukan oleh manusia yaitu
1) Karma Sangga adalah segala perbuatan atau tugas dan kewajiban yang berhubungan dengan keduniawian hidup di dunia yang menyangkut
kehidupan sosial manusia. Karma Sangga ini dapat dibedakan lagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Karma Kara yaitu apabila seseorang bekerja dengan tenaga jasmaninya dan menerima upah.
2. Karma Kesama yaitu apabila seseorang bekerja dengan tenaga rohaninya dan menerima upah.
2) Karma Yoga adalah perbuatan atau karya yang tidak mengharapkan upah (hasil) karena ia yakin bahwa kerja yang dilakukan itu adalah atas
permintaan Tuhan sesuai dengan ajaran Weda, pendekatan dan upaya penyatuan Atma dengan Paramatman melalui jalan karma.
3) Karma Wesana adalah bekas-bekas atau kesan-kesan dari segala gerak atau perbuatan yang melekat pada suksma sarira atau alam pikiran.
C. PUNARBHAWA
Punarbhawa merupakan salah satu dari lima keyakinan dalam ajaran Agama Hindu. Punarbhawa adalah suatu keyakinan bahwa ada kehidupan
(kelahiran) setelah kematian secara berulang-ulang kali.
Punarbhawa berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu kata punar dan bhawa. Kata punar berarti kembali dan kata bhawa berarti menjadi,
menjelma, lahir. Jadi punarbhawa artinya lahir kembali atau kelahiran yang berulang-ulang yang disebabkan oleh karma wesana setiap makhluk.
Punarbhawa merupakan ajaran yang memberikan motivasi kepada kita untuk hidup selalu optimis dengan memandang bahwa kelahiran ke dunia
merupakan kesempatan yang sangat baik untuk memperbaiki karma sehingga dapat bersatu dengan sumbernya yaitu Ida Sang Hyang Widhi
Wasa. Kelahiran ke dunia merupakan suatu keberuntungan yang luar biasa, maka pergunakanlah kesempatan lahir yang sangat singkat ini untuk
melakukan karma yang baik (subha karma). Oleh karena itu, bagi mereka yang tahu rahasianya kelahiran ini sangat diperlukan untuk
meningkatkan hidup ke jenjang yang lebih baik.
D. HUBUNGAN HUKUM KARMA PHALA DENGAN PUNARBHAWA
Hukum Karma Phala dengan Punarbhawa memiliki hubungan yang sangat erat dan memberikan pengaruh timbal balik. Setiap karma yang
dilakukan atas dorongan asubha karma akan menimbulkan dosa dan Atman akan mengalami neraka serta dalam Punarbhawa yang akan datang
akan mengalami penjelmaan dalam tingkat yang lebih rendah, sengsara, atau menderita dan bahkan dapat menjadi mahluk yang lebih rendah
tingkatannya. Sebaliknya, setiap karma yang dilakukan berdasarkan subhakarma akan mengakibatkan Atman (roh) menuju sorga dan jika
menjelma kembali akan mengalami tingkat penjelmaan yang lebih sempurna atau lebih tinggi. Dari Karma Phala itu akan membentuk kelahiran
seseorang dan demikian juga sebaliknya, Punarbhawa akan berdampak terhadap karma/perbuatan seseorang.

Anda mungkin juga menyukai