Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI

PUNARBHAWA

Nama Kelompok :

1. Gusti Ayu Dwi Sukertiani (3)


2. Ni Kadek Indah Ari Lestari (32)
3. Ni Kadek Risa Selviani (33)
4. Ni Komang Suartini (36)
5. Ni Putu Sri Intan Dita Gayatri (39)

KELAS XI PERHOTELAN I
JURUSAN PERHOTELAN
SMK NEGERI 2 SUKAWATI
2023
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
karunia, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tulisan ini. Tak
lupa pula rasa hormat serta terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan, bantuan, serta motivasi dalam proses
penyusunan karya ini.

Tulisan ini merupakan hasil dari kerja keras, dedikasi, serta upaya kolaboratif
dari berbagai pihak. Dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang ada,
kami berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat serta kontribusi yang
positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta masyarakat pada umumnya.

Kami juga menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu segala kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat kami
harapkan guna perbaikan kedepannya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan
memberikan inspirasi bagi pembaca yang budiman.

Akhir kata, kami berharap semoga tulisan ini dapat diterima dengan baik serta
memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan pengetahuan dan
kebermanfaatan bagi semua pihak.

“Om Shantih, Shantih, Shantih Om”

Sukawati, Oktober 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Punarbhawa ..............................................................................2,3
2.2 Penyebab Terjadinya Punarbhawa...............................................................3,4
2.3 Proses Terjadinya Punarbhawa …………………………………………… 5
2.4 Hubungan Karmaphala Dengan Punarbhawa……………………………... 5,6,7
2.5 Nilai-Nilai Ajaran Punarbhawa…………………………………………… 7,8
2.6 Kitab Suci Hindu Tentang Punarbhawa…………………………………….9
2.7 Cara Membebaskan Diri Dari Punarbhawa………………………………...9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..................................................................................................10
3.2 Saran........................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Punarbhawa merupakan salah satu dari 5 keyakinan umat Hindu yang dimana
dikenal dengan Panca Sradha. Punarbhawa atau reinkarnasi pasti akan dialami
oleh semua makhluk hidup termasuk manusia. Manusia yang belum memahami
akan terus menghuni jagat raya ini sebagai makhluk – makhluk mengerikan
seperti jin dll. Tergantung atas karma yang telah diperbuat selama hidup

Setiap makhluk hidup berupaya dengan keras untuk menginginkan kebebasan.


Sejak roh (jiwa-atman) memasuki tubuh manusia, maka roh akan terikat oleh
badan, yang dipengaruhi oleh Tri Guna. Kebebasan ini haruslah dilakukan
dengan cara menyerahkan diri sepenuhnya (atmanastuti) kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah
mengenai Punarbhawa diantaranya sebagai berikut
1. Apa pengertian dari Punarbhawa?
2. Apa penyebab terjadinya Punarbhawa?
3. Bagaimana proses terjadinya Punarbhawa?
4. Bagaimana hubungan Karmaphala dengan Punarbhawa?
5. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Punarbhawa?
6. Apa saja kitab suci yang berhubungan dengan Punarbhawa?
7. Bagaimana cara membebaskan diri dari Punarbhawa?

1.3Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah ;
1. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mapel Agama Hindu
2. Untuk mengetahui pengertian Punarbhawa

1.4Manfaat Penulisan
Sebagai referensi diri sendiri maupun orang lain mengenai agama Hindu.
Sebagai siswa yang beragama Hindu, kita patut tahu apa saja kisah sejarah
agama Hindu yang ada didunia terutama negara kita Indonesia dan bagaimana
kisah sejarah dari agama-agama tersebut

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Punarbhawa

Punarbhawa disebut pula dengan istilah Samsara yang artinya kelahiran yang
berulang ulang ke dunia. Punarbhawa merupakan salah satu keimanan dari
Agama Hindu. Keimanan Agama Hindu dinamakan Panca Sradha, satu
diantaranya adalah punarbhawa itu sendiri. Untuk menjelaskan pengertian
Punarbhawa dari segi ilmu pengetahuan biasa, adalah tidak mungkin atau
sangat sulit dipahami, karena punarbhawa merupakan suatu kepercayaan
dalam ajaran Agama Hindu.

Dari segi asal kata, Punarbhawa berasal dari bahasa Sansekerta yaitu "punar
dan bhawa". "Punar" artinya lagi, berulang ulang, sedangkan "Bhawa" berarti
menjadi, menjelma, lahir. Dengan demikian punarbhawa berarti kelahiran
kembali atau reinkarnasi . Kelahiran berulang ulang disebabkan oleh
karmawasana setiap makhluk. Semua perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang dalam kehidupan akan berpahala dan pahala ini akan melekat pada
suksma sarira yaitu badan halus. Lekatan pahala perbuatan itulah yang
dinamakan karmawasana.

Walupun punarbhawa itu sesungguhnya adalah penderitaan yang akan


dirasakan oleh setiap makhluk di dunia ini, tetapi disisi lain punarbhawa itu
juga merupakan sebagai kesempatan untuk melakukan karma yang baik.
Janganlah memandang Punarbhawa itu sebagai penderitaan belaka,
pandangilah ia sebagai suatu akibat yang muncul dari perbuatan kita sendiri
yang harus dipertanggung jawabkan secara jujur. Seseorang yang tidak
menerima adanya penderitaan di dunia ini sesungguhnya ia melawan hukum
kodrat yang mencakup segala yang ada. Maka itu hadapilah semuanya dengan
jiwa yang besar dan tetap momohon bimbingan dari Tuhan Yang Maha Esa

2
Rahasia kelahiran yang berulang-ulang ke dunia disebabkan oleh karma
wasana dari suatu kehidupan yang lain, sebelum seseorang mengetahui
hakikat sang diri. Pengetahuan tersebut diuraikan pada bhagawadgita
sebagai berikut.
Janma Karma ca me divyam
evaṁ yo vetti tatvataḥ,
tyaktvā deham purnarjanma
naiti mām eti so rjuna.
Terjemahannya:
Ia yang mengetahui sebenarnya kelahiran suci dan karya-Ku, ia tidak
lahir lagi, jika meninggalkan badannya, ia datang padaku, O Arjuna.
(Bhagawadgita. IV. 9)

Uraian sloka tersebut menjelaskan bahwa manusia tetap memiliki tujuan


untuk mencapai kesempurnaan menyatu dengan Hyang Widhi Wasa. Kelahiran
tersebut merupakan kesempatan untuk meningkatkan kesempurnaan hidup.
Selain itu guna mengatasi kesengsaraan dan suka duka dengan cara terus
berusaha meningkatkan kualitas diri demi mencapai kesempurnaan agar bisa
melepaskan diri dari keterikatan duniawi yang selanjutnya menyatu dengan
Hyang Widhi Wasa dengan selalu berkarma yang baik. Karena karma dan
phala menjadi satu bagian yang tidak pernah terpisah

2.2 Penyebab Terjadinya Punarbhawa

Penyebab terjadinya punarbhava adalah asubha karma atau perbuatan yang


jelek di masa lampau. Dengaan demikian maka jelaslah untuk mengetahui
proses terjadinya punarbhava di mulai dengan hukum karma atau hukum sebab
akibat. Manusia harus menyadari bahwa tiada akan luput dari pengaruh hukum
karma, karena selama hidup manusia berbuat sesuatu di dunia ini. Dari sejak
lahir, manusia sudah membawa karma wasana atau bekas-bekas perbuatan di
masa lampau yang menentukan watak seseorang. Apabila selama hidupnya
manusia itu perbuatanya baik lebih banyak di bandingkan dengan perbuatan
buruknya maka setelah meninggal rohnya akan di masukkan kealam sorga, di
alam surga roh tersebut menikmati segala keindahan lamanya sesuai dengan
perbuatan baik yang telah di perbuat. Setelah habis waktunya menikmati
keindahan alam surga maka roh itu akan lahir kembali ke dunia ini menjadi
manusia lebih baik dari kelahiran sebelumnya.

3
Lamanya Punarbhava itu ditentukan banyak sedikitnya wasana yang ada pada
atman, bila dilihat dari segifilosofis karma dan Punarbhava itu kedua-duanya
adalah suatu proses yang terjalin erat satu dengan yang lain.Setiap karma yang
dilakukan oleh seseorang di dorong oleh pikiran, indria dan nafsu yang tidak
sesuai dengan garis kebenaran yang diajarkan oleh agama. Akibat yang
ditimbulkan adalah dosa yang harus ditanggung oleh atman maka itu atman
lahir kembali (punarbhava) yang semua disebabkan oleh karma itu sendiri.

Dalam kehidupan di dunia ini sesungguhnya yang sangat banyak perbuatan


yang di liputi oleh sad ripu, sad atatayi, dan sapta timira, akan membawa
seseorang dalam penderitan, untuk dapat menghilangkan penyebab Punarbhava
itu hendaklah seseorang dapat melenyapkan penyebab penderitaan itu sendiri
dengan jalan selalu berusaha mawas diri kearah yang benar. Adapun tangga
yang patut ditempuh untuk dapat membebaskan diri dari hukum punarbhava itu
adalah kesusilan, dana punya, budi luhur, pengabdian yang suci dan kebajikan
itu sendiri.

Memang kita sulit membebas diri dari hukum punarbhava kecuali kita bisa
melakukan hal-hal yang berdasarkan ajaran agama seperti yang dilakukan
orang-orang suci seperti maharsi, itu pun hanya sebagian orang-orang suci yang
bisa melakukan, karena masih banyak terikat oleh keduniawian.Dalam
kehidupan sehari-hari maupun lingkungan bermasyarakat dapat kita lihat dan
kita rasakan, penyebab terjadinya punarbhawa atau kelahiran kembali seperti:
Adanya perbedaan kondisi kehidupan manusia di dunia seperti kaya-miskin,
bahagia-sengsara, tanpan-cacat, dan sebagainya,walaupun Tuhan / Brahman
diyakini bahwa maha adil, pengasih dan penyayang.Sebab terjadinya
Punarbhawa seperti, ingin memperbaiki diri menuju kesempurnaan agar roh
dapat mencapai Moksa.

Mengenai kebenaran adanya punarbhawa, kitab suci memberikan kesaksian


sebagai berikut :
Bahūni me vyatītāni
janmāni tava cārjuna
Tāny aham veda sarvāni
na tvam vettha parantapa.(Bh. Gita : IV.5)
Artinya :
Banyak kelahirian (kehidupan yang telah kujalani dan demikian pula engkau,O
Arjuna, semua itu Aku ketahui, tetapi engkau tidak dapat mengetahuinya.

4
2.3 Proses Terjadinya Punarbhawa

Terjadinya punarbhava diakibatkan manusia di dunia ini masih melakukan hal-


hal yang tidak baik, selalu mencapai atau mencari yang diinginkan melalui cara
yang tidak baik, seperti mencuri milik orang lain, dll. Dikarenakan manusia di
dunia ini masih diliputi oleh sadripu, sad atatayi, sarta timira, makanya
punarbhava itu selalu ada dalam diri manusia, akibat perbuatan yang
dilakukannya tidak sesuai dengan ajaran agama. Selain itu juga selama isi bumi
masih ada maka proses terjadinya punarbhawa akan tetap ada. Jadi proses
terjadinya Punarbhawa, Setelah roh selesai menikmati hasil perbuatan di alam
Roh atau Bwah Loka,melahirkan kembali roh tersebut. Kelahiran tersebut
sesuai dengan hasil perbuatannya. Jikalau roh disertai dengan hasil perbuatan
baik, maka akan lahir Sorga yang disebut Swarga Syuta dan menjadi mahluk
utama.Setiap karma yang dilakukan atas dorongan indria dan kenafsuan adalah
Asubha Karma karena akibatnya akan menimbulkan dosa, dan atma akan
mengalami Neraka serta selanjutnya akan mengalami punarbhawa dalam tingkat
yang lebih rendah.

Demikian pula sebaliknya bahwa karma yang dilakukan atas dasar Buddhi
Sattvamadalah Buddhi Dharma (Subha Karma) yang menyebabkan atma akan
mendapat surga dan jika menjelma kembali akan mengalami tingkat penjelmaan
yang sempurna dan lebih tinggi. Atma yang menjelma dari surga akan
menjelma menjadi manusia yang hidup bahagia didunia dan kebahagiaan ini
akan dirasakan dalam penjelmaan yang akan datang yang disebut
Surgasyuta.Sedangkan atma yang menjelma dari Neraka akan menjadi makhluk
yang nista,mengalami banyak penderitaan dalam hidup di dunia. Penjelmaan
dalam penderitaan ini disebut kelahiran Neraka Syuta. Jadi dengan demikian
tingkat dan keadaan penjelmaan itu berbeda- beda tergantung dari jenis Subha
dan Asubha Karma yang diperbuatnya

2.4 Hubungan Karmaphala dengan Punarbhawa

Karmaphala adalah hal yang mendasari proses Punarbhawa atau kehidupan


seseorang di masa depan. Setiap orang yang melakukan keburukan, kejahatan,
dan perilaku yang keji (asubha karma) akan menimbulkan dosa dan atma akan
mengalami proses pengadilan di neraka, serta dalam Punarbhawa atau pada saat
kelahiran kembali orang tersebut akan mengalami penderitaan, kedukaan,
kesengsaraan, bahkan mengalami kelahiran kembali dengan tingkat yang lebih
rendah. Sebaliknya, setiap orang yang melakukan perbuatan yang baik (subha

5
karma) akan mengantarkan atma menuju surga dan jika mengalami kelahiran
kembali akan menjadi insan yang bahagia dan diberikan kemudahan dalam
perjalanan hidupnya.

Hubungan karmaphala dengan punarbhawa dijelaskan dalam


Manawadharmasastra XII. 9 dan XII. 40.
San rajaih Karmadogairyati, sihawaratam narah wacikaih, paksimrgatam
manasair antyajatitam.
Terjemahannya:
Sebagai akibat daripada dosanya yang dilakukan oleh badan, seseorang
akan menjadi benda tak bernyawa kelak dikelahirannya, kemudian
akibat dosa yang dibuat oleh kata-kata akan menjadi burung atau
binatang buas, dan sebagai akibat dosa yang dibuatnya oleh pikiran ia
akan lahir ke kelahiran yang rendah.
(Manawadharmasastra XII. 9)

Dewatwamsattwika yanti, manusyatyvam ca rajasah, tiryah twam tamasa


nityam ityessa triwidha gatih.
Terjemahannya:
Mereka yang memiliki sifat-sifat sattwam akan mencapai alam dewata,
mereka yang memiliki sifat-sifat rajah mencapai alam manusia dan
mereka yang memiliki sifat-sifat tamah akan terbenam pada sifat-sifat
binatang, itulah tiga jenis perbuatan.
(Manawadharmasastra XlI. 40)

Hukum karma dan proses Punarbhawa tidak hanya berlaku untuk manusia saja,
tetapi berlaku pula untuk binatang dan tumbuh-tumbuhan. Dalam teks Agastya
Parwa, dijelaskan bahwa roh dalam proses evolusi sebelum menyatu dengan
Brahman (Tuhan), harus melalui proses peningkatan kelahiran dari yang rendah
menuju proses kelahiran yang lebih tinggi.Roh terendah akan terlahir menjadi
tumbuh-tumbuhan atau tanaman, jika beruntung roh binatang tersebut di
kehidupan selanjutnya akan menjadi manusia. Kemudian dari manusia, jika
mampu melewati hukum karmanya dan sudah tidak terikat dengan hukum
karma, maka roh tersebut akan mengalami Moksa

Dalam konsep Punarbhawa, yang mengalami proses reinkarnasi bukanlah


wujud fisik sebagaimana yang bisa kita lihat saat ini, tetapi jiwa atau roh yang
mengambil wujud tertentu sesuai dengan hasil perbuatan atau karmanya
terdahulu. Setelah meninggal, roh tersebut akan diadili terlebih dahulu sesuai
karma yang diperbuat selama kehidupannya di bumi. Selama hidup di bumi,
manusia pasti akan menanamkan pahala dan melakukan dosa, sangat jarang
hanya melakukan salah satu saja.

6
Oleh karena itu, roh tersebut akan diadili di dua tempat, yaitu surga dan neraka
sesuai dengan besaran pahala atau dosa yang mereka buat. Dalam Garuda
Purana, seorang pendosa akan dilahirkan kembali ke dunia untuk menikmati
hasil perbuatannya. Jika seorang tersebut adalah pembunuh Brahmana, maka
pendosa tersebut akan dilahirkan kembali menjadi seekor anjing. Jika orang
tersebut adalah seorang pembohong, maka di kehidupan selanjutnya akan
dilahirkan sebagai orang yang bisu.

Segala kehidupan ini menyebabkan adanya bekas (wasana) dalam jiwatman.


Dan bekas bekas perbatan (karma wasana) itu ada bermacam-macam, jika
bekas-bekas itu hanya bekas- bekas keduniawian, maka jiwatman akan lebih
cenderung dan gampang di tarik oleh hal-hal keduniawian sehingga jiwatman
itu lahir kembali umpamanya jiwa pada waktu mati ada bekas-bekas hidup
mewah pada jiwatman, di akhirat jiwatman itu masih punya hubungan dengan
kemawahan hidup, sehingga gampang jitwatman itu di tarik kembali ke dunia
kalau tidak ada bekas apa-apa lagi pada jiwatman, sehingga tidak ada lagi yang
menariknya ke dunia fans ini, ia terus bersatu dengan sang hyang widhi waca,
jiwatnman sadar akan hakekatnya sebagai atman yang sama dengan sang hyang
widhi waca dan mencapai tujuan dinamai moksa. Tetapi walaupun tujuan
mutlak manusia adalah moksa yaitu tidak lahir kembali, namun kelahiran kita
ke dunia ini sebagai manusia adalah suatu kesempatan untuk meningkatkan
kesempurnaan hidup guna mengatasi kesengsaraan ini.

2.5 Nilai-nilai Ajaran Punarbhawa

Rahasia tentang kelahiran hanya diketahui oleh Hyang Widhi Wasa


atau Tuhan Yang Maha Esa. Manusia terlahir ke dunia secara berulang -ulang
adalah untuk memperbaiki karmanya, maka itu tampaklah ia dalam
keadaan yang berbeda-beda dari satu kelahiran ke kelahiran berikutnya.

Seperti diuraikan pada Swetaswaiara Upanisad, V.12 (Tim Penyusun, 2012)


berikut ini.
Sthulani suksmani bahuni caiwa, nipani dehi swagunais wrnoti kryagunair
Atma gunai ca tesam samyoga hetur aparo ’pidrstah.
Terjemahannya:
Atman yang berinkarnasi sesuai dengan sifat dan Karma-nya, memilih
sebagai tubuhnya wujud yang kasar atau halus. Dia menjadi tampak
berkeadaan berbeda dari satu inkarnasi ke inkarnasi berikutnya.
(Swetaswatara Upanisad, V.12)

7
Berdasarkan isi sloka tersebut, punarbhawa wajib dimaknai sebagai
kesempatan untuk memperbaiki karma dengan cara berbuat baik, bukan
sebaliknya, yang dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Dengan demikian,
diharapkan akan terwujud kesadaran untuk selalu berbuat baik. Karena
sudah menyadari hal tersebut sehingga dapat memperbaiki karma buruk
pada kehidupan sebelumnya, dan selalu berbuat baik dalam kehidupan yang
sekarang. Maka itu hendaknya seseorang selalu berbuat baik, misalnya
dengan cara selalu berpikir yang baik, berkata yang baik, berperilaku yang
baik, dan menjaga kebersamaan melalui gotong royong. Semua karma
tersebut memiliki phala sesuai dengan ajaran hukum karma.

Hukum karma adalah hukum alam semesta yang telah ditetapkan oleh
Hyang Widhi Wasa. Hukum itu berlaku bagi siapa saja, di mana saja, dan
kapan saja. Hukum ini berlaku sejak alam ini diadakan dan akan terus
berlaku sampai alam ini pralaya (musnah, lebur).

Adapun manfaat dan nilai yang akan diperoleh dari penghayatan


terhadap hukum Karma pada ajaran punarbhawa adalah sebagai berikut:
1. disiplin untuk selalu berpikir yang bersih dan suci (manacika parisudha);
2. disiplin untuk selalu berkata yang baik, sopan, dan benar (wacika parisudha);
3. disiplin untuk selalu berbuat yang jujur, baik, dan benar (kayika parisudha);
4. melahirkan kesabaran, ketenangan, dan ketabahan;
5. keyakinan diri terhadap setiap perbuatan;
6. pengendalian diri yang ketat;
7. selalu bersyukur; dan
8. kebijaksanaan;

Semua nilai tersebut wajib disyukuri dengan cara selalu bhakti kepada
Hyang Widhi Wasa. Karena Beliau telah menetapkan hukum karma phala itu,
sehingga kita selalu berusaha berbuat baik. Hal ini agar jika terlahir kembali,
maka kita dapat menjadi manusia yang memiliki kualitas diri yang baik dan
terus berupaya untuk meningkatkan kualitas diri untuk mencapai kesempurnaan

8
2.6 Kitab Suci Hindu tentang Punarbhawa

Dalam kaitannya dengan punarbhawa itu, ada beberapa kitab hindu yang
membahas tentang Punarbhawa, yang diantaranya :
Bhahunime wyatitani Janmanitava carjuna Tam aham weda sarwani Na twam
wettha parantapa Bhagawadgita IV.5.
Artinya : Banyak kehidupan yang Ku jalani Demikian pula engkau Arjuna
Semua kelahiran itu aku ketaui Tapi engkau tidak dapat mengetahuinya

Ajo pisanavya yatma Bhutanam isvaro pisan


Prakirthim svam adhisthaya Sambhawany atman mayaya Bhagawadgita V.6.
Artinya : Meskipun aku telah dilahirkan Sikap Ku kekal serta menjadi Iswara
Tetapi aku memegang teguh sifatku Datang menjelma dengan jalan maya

2.7 Cara Membebaskan Diri dari Punarbhawa

Untuk dapat terbebas dari kelahiran kembali secara berulang-ulang, seseorang


haruslah berkata, berpikir, dan berbuat yang baik dan tidak melakukan hal yang
bertentangan dengan ajaran dharma. Semua perbuatan, hendaknya sesuai
dengan ajaran dharma.

Adapun cara-cara yang dikatan dapat memebebaskan seseorang dari


punarbhawa.
a) Dengan melakuan tapa, brata, yoga dan Samadhi
b) Mengasihi dan menyayangi terhadap semuamakhluk
c) Bersifat pemaaf dan suka menolong
d) Selalu tenang dalam menghadapi masalah
e) Hormat kepada orang tua dan orang suci
f) Dapat mengendalikan diri dari nafsu
g) Hidup selalu disiplin dan berbakti kepada Tuhan
h) Takut berbuat dosa
i) Selalu bersyukur,puas dan sabar

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Punarbhawa merupakan bahasa sanekerta yang memiliki arti kelahiran
kembali. kelahiran baru, atau kelahiran berulang-ulang. Jika dipisahkan menjadi
dua kata, "punar" dan “bhawa" atau "bhava", maka kata punar berarti lagi atau
sekali lagi, sedangkan bhawa berarti hal menjadi, wujud, keadaan, yang
diadakan, jiwa atau perenungan. Dari pemaparan tadi. maka kata punarbhawa
diartikan sebagai lahir kembali dan punarbhawa juga dapat diartikan sebagai
reinkarnasi, penitisan, atau samiara yakni turun kembali atau menjelma kembali
ke dunia ini

Adanya Punarbhawa menurut ajaran agama Hindu ialah disebabkan oleh adanya
karmawasana. Karmawasana muncul dari perbuatan manusia yang
dipergunakan sebagai pedoman benar dan salah itu dalam ajaran agama Hindu
adalah sabda Tuhan dalam kitab suсi

Punarbhawa memiliki hubungan yang sangat erat dengan hukum karma, karena
adanya punarhbawa oleh karma itu sendiri. Perbuatan yang didorong oleh
pikiran indriya dan nafsu yang gelap dinamakan asubha karma, sedangkan
perbuatan yang didorong oleh pikiran indriya dan nafsu yang sesuai dengan
dharma dinamakan sabha karma. Subha dan asubha karma inilah yang
menyebabkan atma menjelma pada alam yang bertingkat-tingkat seperti sorga
dan neraka yang dipandang oleh semua agama sebagai alam spiritual yang ada.

3.2 Saran
Jadi dalam ajaran agama hindu kita percaya dengan adanya punarbhawa yaitu
kelahiran kembali.Dengan adanya punarbhawa itu berati kita masih keterkaitan
dengan adanya duniawi,untuk itu kita sebagai umat beragama hindu jauhilah
keterkaitan dengan duniawi agar bisa mencapai tujuan akhir yaitu moksa

10
DAFTAR PUSTAKA

https://saivaya.blogspot.com/2018/10/pengertian-konsep-punarbawa-penyebab.html?m=1

http://cakepane.blogspot.com/2015/08/reinkarnasi-penjelmaan-kembali.html?m=1

https://www.kompasiana.com/ayumurniari/6464612e08a8b54cbf677442/pengaruh-karma-
phala-terhadap-proses-punarbhawa-atau-reinkarnasi

http://dianaprashanti.blogspot.com/2017/04/punarbhawa-agama-hindu.html?m=1

11

Anda mungkin juga menyukai