Anda di halaman 1dari 12

PUNARBHAWA

Dosen Pengampu:
I Wayan Sujana, S.Ag.,M.Fil.H

KELAS II B
OLEH :
I Putu Kevin Kencana Putra NIM 1713011030
Ni Made Sri Utami Kusumayoni NIM 1713011031
I Wayan Kadik Adnya Vinanta Yatra NIM 1713011051
I Wayan Pebri Muliatmika NIM 1713011059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2018

i
PRAKATA

Puja dan Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi
karena berkat asung kerta wara nugraha-Nya lah penulis akhirnya selesai membuat
makalah yang berjudul “Punarbhawa” . Makalah ini disusun penulis dalam
memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Agama Hindu.

Dalam penyusunan maklah ini, tidak sedikit masalah yang penulis alami,
namun berkat dukungan dan dorongan serta semangat dari orang terdekat, sehingga
penulis mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak I Wayan Sujana selaku dosen pengampu mata kuliah Agama


Hindu yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan makalah ini.
2. Rekan-rekan yang mengambil mata kuliah Agama Hindu di kelas IIB
yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini.

Singaraja, April 2018

penulis

ii
DAFTAR ISI
Cover ........................................................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
Prakata .................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1. Pengertian mengenai percaya akan adanya Punarbawa (Samsara). ............. 2
2. Hakikat Surga dan Neraka dalam Punarbhawa. ........................................... 2
3. Apakah penyebab terjadinya Punarbhawa ? ................................................ 2
4. Bagaimana proses terjadinya Punarbhawa ? ................................................ 2
5. Contoh-Contoh Cerita yang mengandung ajaran Punarbhawa .................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1. Mendeskripsikan pengertian mengenai percaya akan adanya Punarbawa
(Samsara). ............................................................................................................ 2
2. Mendeskripsikan Hakikat Surga dan Neraka dalam Punarbhawa. .............. 2
3. Mendeskripsikan penyebab terjadinya Punarbhawa. .................................. 2
4. Mendeskripsikan proses terjadinya Punarbhawa ......................................... 2
5. Mendeskripsikan contoh-contoh cerita yang mengandung ajaran
Punarbhawa ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Percaya akan adanya Punarbawa (Samsara).................................................. 3
2.2 Hakikat Surga dan Neraka dalam Punarbhawa ............................................. 4
2.3 Penyebab Terjadinya Punarbhava. ................................................................ 5
2.4 Proses Terjadinya Punarbhava ...................................................................... 5
2.5 Contoh-Contoh Cerita yang Mengandung Ajaran Punarbhawa .................... 6
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 8
3.1 Rangkuman ............................................................................................... 8
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah agama berasal dari kata Sanseketa “a” dan “gam”. “A”
berarti tidak dan “gam” artinya pergi. Jadi kata “AGAMA” berarti tidak pergi,
tetap di tempat, langgeng, diwariskan secara turu temurun. Tetapi dalam arti
jiwa kerohanian Agama itu bagi kita adalah Dharma dan kebenaran abadi yang
mencakup seluruh jalan kehidupan manusia.
Agama Hindu disebut juga Hindu Dharma, Vaidika Dharma (
Pengetahuan Kebenaran ) atau Sanatana Dharma ( Kebenaran Abadi ). Untuk
pertama kalinya Hindu berkembang di Lembah Sungai Shindu, India. Agama
Hindu adalah agama yang diwahyukan oleh Ida Sang Hyang Widi, yang
diturunkan ke dunia melalui Dewa Brahma sebagai dewa pencipta kepada para
Maha Rsi untuk diteruskan kepada seluruh umat di dunia.
Tujuan agama Hindu ini adalah untuk mencapai kedamaian rohani dan
kesejahteraan hidup jasmani. Di dalam pustaka suci Weda tersebut
“Moksartham Jaadhitha Ya Ca Iti Dharma” yang artinya dharma dan agama
itu adalah untuk mencapai moksa dan mencapai kesejahteraan hidup makhluk.
Moksa juga disebut “mukti” artinya menapai kebebasan jiwatman atau
kebahagiaan rohani yang langgeng.
Ada tiga kerangka dasar yang membentuk ajaran Agama Hindu yang
sering juga disebut sebagai tiga aspek Agama Hindu. Ketiga kerangka dasar
Agama Hindu yaitu Tattwa ( filsafat), Susila (ethika), dan Upacara (ritual).
Dalam ajaran Tattwa di dalamnya diajarkan “Sradha” atau
kepercayaan. Sradha dalam Agama Hindu ada 5 yang disebut “Panca Sradha”
yaitu :
1. Percaya adanya Sang Hyang Widhi ( Tuhan Yang Maha Esa)
2. Percaya adanya Atma (roh leluhur)
3. Percaya adanya Hukum Karma Phala
4. Percaya adanya Samsara (Punarbhawa)
5. Percaya adanya Moksa.
Salah satu bagian dari Panca Sradha yaitu Punarbhawa. Punarbhawa atau
reinkarnasi pasti akan dialami oleh semua makhluk hidup termasuk manusia.
Manusia yang belum memahami akan terus menghuni jagat raya ini sebagai
makhluk-makhluk yang bisa saja mengerikan, seperti jin, dedemit, gendoruwo dan
lain sebagainya. Tergantung atas karma yang telah diperbuat selama hidup. Jadi,
manusia semestinya tidaklah menyia-nyiakan waktu hidupnya untuk kegiatan yang
tidak bermamfaat dan sia-sia.
Setiap makhluk hidup berupaya dengan keras untuk menginginkan
kebebasan. Sejak roh (jiwa-atman) memasuki tubuh manusia, maka roh akan terikat
oleh badan, yang dipengaruhi oleh Tri Guna. Kebebasan ini haruslah dilakukan

1
dengan cara menyerahkan diri sepenuhnya (atmanastuti) kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka didapatkan
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Pengertian mengenai percaya akan adanya Punarbawa (Samsara).
2. Hakikat Surga dan Neraka dalam Punarbhawa.
3. Apakah penyebab terjadinya Punarbhawa ?
4. Bagaimana proses terjadinya Punarbhawa ?
5. Contoh-Contoh Cerita yang mengandung ajaran Punarbhawa
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka adapun tujuan dari makalah ini yaitu,
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan pengertian mengenai percaya akan adanya Punarbawa
(Samsara).
2. Mendeskripsikan Hakikat Surga dan Neraka dalam Punarbhawa.
3. Mendeskripsikan penyebab terjadinya Punarbhawa.
4. Mendeskripsikan proses terjadinya Punarbhawa
5. Mendeskripsikan contoh-contoh cerita yang mengandung ajaran
Punarbhawa

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Percaya akan adanya Punarbawa (Samsara)


Kata Punarbhawa berasal dari bahasa sanskerta, terdiri dari dua kata yaitu:
kata punar yang berarti lagi, kembali dan bhava yang berati menjelma. Jadi,
Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang yang disebut juga
dengan Penitisan atau Samsara. Di dalam pustaka suci weda dikatakan bahwa
penjelmaan atma (roh) yang berulang ulang (samsriti) ke dunia ini
disebut samsara. Punarbhawa atau samsara ini terjadi diakibatkan oleh adanya
Hukum Karma, dimana karma yang jelek menyebabkan atma (roh) menjelma
kembali untuk memperbaiki perbuatannya yang tidak baik, atau karena atma
itu masih dipengaruhi oleh Karma Wesana (bekas-bekas atau sisa-sisa
perbuatan)atau kenikmatan duniawi sehingga tertarik untuk lahir ke dunia
kembali. Kelahiran ini adalah Samsara (sengsara) sebagai hukuman yang
diakibatkan oleh perbuatan atau karma dikelahiran yang terdahulu. . Jangka
pembebasan diri dari samsara, tergantung pada perbuatan baik kita yang
lampau (atita) yang akan datang (nagata) dan sekarang (wartamana).
Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang, yang disebut juga
penitisan kembali (reinkarnasi) atau Samsara. Di dalam Weda disebutkan
bahwa "Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau didunia
yang lebih tinggi disebut Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini
membawa akibat suka dan duka. Samsara atau Punarbhawa ini terjadi oleh
karena Jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian akan
diikuti oleh kelahiran". Kelahitran kita ke dunia ini sebagai manusia, adalah
suatu kesempatan untuk meningkatkan kesempurnaan hidup guna mengatasi
kesengsaraan ini.
Hal mengenai Punarbhawa diuraikan berkali – kali dalam pustaka
Saramuscaya. Malah dikatakn Dewapun perlu lahir sebagai manusia dulu
untuk dapat mencapai kebebasan abadi (nirwana). Memang kehidupan dalam
dunia ini tidak sedikit kesukaran – kesukaran dan penderitaan – penderitaan
yang disebabkan oleh perbuatan sendiri (Prarabda Karma) ataupun perbuatan
dalam kehidupan yang lebih dahul (Sancita Karma), namun demikian
berbahagialah orang yang dapat menitis menjadi manusia karena dapat
kesempatan atas kesadaran yang suci, berbuat yang lebih baik (Subhakarma)
menentukan hasil baik yang akan datang. Karena hanya didunialah inilah kita
dapat kesempatan untuk melakukan perbuatan guna meningkatkan diri kita itu
sedangkan di dalam dunia lain kita hanya menerima pahalanya (pustaka
Saramuscaya). Dalam agama kita keyakinan akan kebenaran penitisan ini
menimbulkkan:

3
a. Adanya Pitra Yadnya, memberikan korban suci terhadap leluhur
kita, karena kita percaya leluhur kita itu masih hidup di dunia yang
lebih halus.
b. Pelaksanaan – pelaksanaan punia, karena kita percaya bahwa
perbuatan ini membawa kebahagiaan setelah meninggal.
c. Berusaha melenyapkan semua perbuatan yang tidak baik (papa atau
asubha karma) karena jika tidak, akan membawa kita ke alam
neraka, sebagai phala karma yang pasti kita terima pada waktu hidup
ini atau pada waktu penjelmaan yang akan datang.
Bahwa kita mengalami kelahiran dalam hidup yang mendahului hidup ini
dapat ditunjukkan sebagai contoh kenyataan umpamanya :
a. Rasa takut manusia menghadapi kematian, adalah suatu pertanda
bahwa sudah banyak penderitaan yang dialami pada aat matinya
dalam kehidupan yang sudah – sudah.
b. Keedihan si – bayi yang sejak baru lahir untuk menetek susu ibunya
menandakan suatu pengalaman yang ernah dialami pada
kehidupannya yang sudah – sudah.
c. Kenyataan bahwa lahirnya manusia dengan berbagi – bagai
kegemaran dan tidak dapatnya diteliti sebab – sebab dari kegemaran
itu dalam kelahirannya sekarang ini maka itu menunjukkan adanya
pengalaman – pengalaman di dalam kehidupannya yang sudah –
sudah yang tak dapat diingatkan lagi sebagaimana sumbernya.
2.2 Hakikat Surga dan Neraka dalam Punarbhawa
Kata surga dan neraka sering kita dengarkan dalam kehidupan
ini,sulit untuk kita menguraikannya. Dalam ajaran agama yang ,merupakan
wahyu tuhan yang diterima oleh para Maharsi merupakan gambaran rasa cinta
kasih tuhan terhadap smua makhluk ciptaanya. Dengan harapan agar ciptaanya
melakukan perbuatan baik dan menjauhi segala larangan yang telah di
tuangkan dalam kitab WEDA.Dengan demikina apabila kita berbuat yang baik
maka akan mendatangkan ketentraman bathin.Dengan bathin yang tentram
seseorang akan memperoleh kebahagiaan, namun sebaliknya dengan
melakukan perbuatan jahat,hati atau bathin kita tidak tentram.Dengan tidak
tentramnya bathin mereka,maka muncullah kemarahan pada dirinya.Sehingga
dengan rasa marah ini mereka akan kehilangan kontrol dirinya yang
mengakibatkan penderitaan yang di rasakannya.
Perbuatan yang baik maupun yang buruk tidak saja di rasakan di
bumi ini namun hal ini akan di rasakan pula di alam akhirat,setelah atma
terpisah dari badan wadag yang di sebut Stula Sarira. Dalam kitab Wrhspati
Tatwa diuraikan akibat dari atma yang memperoleh neraka, sebagai berikut:

4
Citta Hetuning Nikang Atma Pemukti Swarga,
Citta Hetuning Atma Tibeng Neraka,
Citta Hetuning Pangjanma Manusa,
Citta Hetunya Pamanggihakenkemoksa Mwang Kalepasan Nimitanya Niban.
Artinya:
CITTA (pikiran)menyebabkan atma masuk ke dalam surga.
CITTA pula yang ,menyebabka atma masuk ke dalam neraka .
CITTA pula yang menyebabkan atma lahir mengambil wujud sebagai
binatang.
CITTA pula yang menyebabkan atma lahir mengambil wujud sebagai
manusia.
CITTA pula yang menyebabkan atman mencapai moksa dan
kelepasan,demikian keadaan sebenarnya.
Demikianlah hakekat surga dan neraka,dan yang menjadi sumber dari
segala keinginan yang di dambakan semuanya itu ada pada CITTA
(pikiran)manusia itu sendiri.
2.3 Penyebab Terjadinya Punarbhava.
Perbuatan manusia dapat di bedakan menjadi dua jenis yaitu, sebagai
berikut.
 Subha Karma,suatu perbuatan yang baik berdasarkan Dharma.
 Asubha Karma,suatu perbuatan buruk yang berdasarkan Dharma.
Diantara kedua jenis perbuatan tersebut diatas yang tergolong Asubha
Karma yang berakibat buruk membungkus atau menghalangi perjalanan
jiwatman mencapai moksa (kebebasan yang kekal abadi). Semasih jiwatman
itu berdosa dan di liputi oleh keduniawiaan maka jiwatman harus menebus
dosa-dosanya itu dengan jalan memperbaiki karma buruknya dengan
berkarma yang baik atau SUBHA KARAMA.Tempat untuk memperbaiki
karma ini hanya di dunia ini saja.Oleh sebab itulah jiwatman harus lahir atau
menitis ke dunia ini dengan mengambil wujud atau tubuh yang sesuai dengan
karma wasana jelek yang membungkusnya. Jadi yang menyebabkan
punarbhava atau kelahiran yang berulang-ulang ke dunia ini adalah asubha
karma atau perbuatan buruk yang dilakukan okeh seseorang pada waktu hidup
didunia ini.
2.4 Proses Terjadinya Punarbhava
Penyebab terjadinya punarbhava adalah asubha karma atau perbuatan
yang jelek di masa lampau. Dengaan demikian maka jelaslah untuk mengetahui
proses terjadinya punarbhava di mulai dengan hukum karma atau hukum sebab
akibat. Manusia harus menyadari bahwa tiada akan luput dari pengaruh hukum
karma, karena selama hidup manusia berbuat sesuatu di dunia ini. Dari sejak
lahir, manusia sudah membawa karma wasana atau bekas-bekas perbuatan di
masa lampau yang menentukan watak seseorang. Apabila selama hidupnya
manusia itu perbuatanya baik lebih banyak di bnadingkan dengan perbuatan
buruknya maka setelah meninggal rohnya akan di masukkan kealam sorga, di

5
alam surga roh tersebut menikmati segala keindahan lamanya sesuai dengan
perbuatan baik yang telah di perbuat. Setelah habis waktunya menikmati
keindahan alam surga maka roh itu akan lahir kembali ke dunia ini menjadi
manusia lebih baik dari kelahiran sebelumnya.
Demikianlah seterusnya proses terjadinya punarbhava berulang kali ke
dunia ini sampai semua perbuatan buruknya lenyap di imbangi dengan
perbuatan baiknya. Kalau sudah semua perbuatanya baik berdasarkan dharma
maka selesailah punarbhava yang di alami oleh orang tersebut, akhirnya
jiwatman dapat bersatu dengan asalnya yaitu paramatman. Tetapi sebaliknya
apabila selama hidupnya manusia itu perbuatan buruknya lebih banyak di
bandingkan perbuatan baiknya, setelah meninggal dunia maka rohnya akan di
masukkan ke alam neraka yaitu alam yang penuh kotoran yang sangat
menjijikkan di kawah Weci, Batu Macepak, Tihing Petung, Titi Ugal Agil,
Kayu Curiga Dan Tegal Penangsaran tempat menghukum roh-roh yang
melakukan perbuatan buruk atau dosa di masa hidupnya di dunia ini. Lamanya
roh itu di neraka menjalani hukuman tergantung dari perbuatan buruk atau
asubha karma yang telah di perbuatnya. Setelah selesai menjalankan hukuman
yang setimpal maka roh manusia tersebut menjelma lagi kedunia ini menjadi
makhluk yang derajatnya lebih rendah dari penjelmaan sebelumnya.
2.5 Contoh-Contoh Cerita yang Mengandung Ajaran Punarbhawa
Ada seorang anak yang bernama Santhi Devi , yang di lahirka pada
tanggal 12 Oktober 1926 di Delhi. Santhi Devi dapat menceritakan segala
macam pengalamannya yang dialami waktu kehidupannya yang lampau.
Sampai pada kejadian yang sekecil-kecilnya. Orang tua Santhi Devi semula
tidak percaya dengan apa yang dikatakan olehnya. Orang tuanya menganggap
cerita Santhi itu hanya obrolan anak-anak belaka. Namun karena Santhi sering
menceritakan hal itu kepada orang tuanya, akhirnya timbul niat orang tuanya
untuk membuktikannya. Tenyata apa yang diceritakan oleh anaknya yaitu
Santhi Devi adalah benar setelah ditunjukkannya banyak bukti-bukti seperti :
tempat tinggalnya dulu di Mutra, suaminya yang masih hidup bernama Pandit
Kadar Natcha Chaubuy, dan banyak lagi bukti-bukti lainnya.
Juga pernah diceriatkan bahwa Pitagoras ketika masih kecil ingat
dengan jelas kejadian ketika ia membawa sebuah perisai di dalam sebuah kuil
di Grat yang dilakukan olehnya dalam reinkarnasinya yang dulu bersama
dengan pangeran dari Troya.
Sebagaimana telah dilukiskan oleh Svami Sivananda dalam majalah
Dinine Life dikatakan bahwa tumimbal lahir itu ada. Svami mengatakan
beberapa tahun yang lalu, telah menggemparkan kota Delhi (India). Karena ada
kejadian bahwa ada seorang gadis kecil mengetahui kehidupannya
(reinkarnasinya yang telah lalu).

6
Pada masa disusunnya kitab-kitab brahmana, sebelum upanisad juga disebutkan
tentang adanya kelahiran kembali. Pada mulanya kelahiran itu dipanding sebagai
karunia.
Orang hanya lahir untuk satu kali, akan tetapi timbul permasalahan apa
sebab dalam kehidupannya sekarang sudah terdapat perbedaan nasib. Ada yang
dilahirkan sebagai brahmana, kesatrya, waisya,sudra dan lain-lain. Ada yang
dilahirkan dalam keluarga kaya atau miskin bahkan ada yang lahir dengan berbagai
cacat baik fisik maupun mental. Kelahiran seseorang tergantung dari karma yang
telah dilaksanakan pada masa kehidupan yang lalu. Demikian pula kehidupannya
kini akan menentukan penjelmaannya dimasa yang akan datang. Umat hindu yakin
bahwa penjelmaan sekarang merupakan dari kelanjutan penjelmaan di masa yang
lalu dan akan berlanjut pula pada masa yang akan datang. Penjelmaan berulang
kembali ini di dalam bahasa sansekertanma atau disebut punarbhawa, punarjanma
atau samsara.
Samsara, punarbhawa, punarjanma atau penjelmaan kembali dapat terjadi
ketika atman terbelenggu olah maya. Karena atman terikat oleh maya. Maka atman
itu menjelma menjadi makhluk hidup. Untuk membebaskan diri dari keterikatan ini
hendaknya manusia dapat melaksanakan karma yang baik.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Rangkuman
Dengan keyakinan akan adanya punarbhawa ini, maka orang harus
sadar, bahwa bagaimana kelahiran tergantung dari karma wasananya. Kalau ia
membawa karma yang baik, maka ia akan terlahir kembali menjadi orang yang
bahagia, berbadan sehat, dan berhasil cita-citanya. Sebaliknya, bila orang
membawa karma yang buruk, maka ia akan terlahir menjadi orang yang
menderita. Oleh karna itu, kelahiran kembali ini, adalah kesempatan kita untuk
memperbaiki diri dan meningkat ke taraf yang lebih tinggi.
Kelahiran manusia dikatan berada di tengah-tengah antara surga dan
neraka. Jika kebajikan yang diperbuat, maka tentulah hidupnya akan meningkat,
tetapi jika dosa yang selalu diperbuat, maka pastilah akan jatuh ke neraka. Jadi
setiap kali kelahiran sebagai manusia, patutlah digunakan sebaik-baiknya untuk
meningkatkan hidup ke jenjang yang lebih mulia dan luhur.

8
DAFTAR RUJUKAN

Aurobindo, Sri, The Upanisads, Part one, Sri Aurobindo Ashram Pondicherry,
India, 1981.
Bahadur, K.P. Upanisad Hindu Scriptures Of Spriritual Truth, Heritage, New
Delhi, 1979.
Deussen, Paul, The Philosophy Of The Upanisads Dover Publication, New York,
1905.
Mariana, I Nyoman, Dkk. 1994. Penuntun Belajar Agama Hindu.Bandung:Ganeca
Exact.
Ngurah, I Gusti Made, Dkk. 1999. Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk
Perguruan Tinggi. Surabaya : Paramita.
Tim Penyusun. 1977. Upadesa tentang Ajaran – Ajaran Agama Hindu. Singaraja:
Parisada Hindu Dharma.

Anda mungkin juga menyukai