Dosen Pengampu:
Dr. I Nyoman Alit Supandi, S.Ag., M.Pd.H
Oleh:
Nama : Ni Wayan Nik Suniasih
NIM : 2011011049
Absen ; 04
Kelas : PAH 3 Bangli
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
karunianya saya dapat dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Lontar Tutur
Kumara Tattwa”. Walaupun beberapa hambatan yang saya alami selama proses
pengerjaannya, tapi saya berhasil menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Saya pun menyadari di dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh
dari kata sempurna, maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat positif untuk mencapai sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................
1.3 Tujuan ............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
2.1 Penjelasan Hidup dan Pengendalian Diri.......................................
2.2 Hakikat Moksa sebagai tujuan tertinggi dalam agama Hindu........
2.3 Ajaran Sorga dan Kamoksan dalam lontar Tutur Kumaratatwa.....
BAB III PENUTUP.........................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PEMBAHASAN
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami Penjelasan Hidup dan Pengendalian Diri.
2. Untuk mengetahui Hakikat Moksa sebagai tujuan tertinggi dalam agama
Hindu.
3. Untuk mengetahui Ajaran Sorga dan Kamoksan dalam lontar Tutur
Kumaratatwa.
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun yang dimaksud dengan kebebasan atau kelepasan dalam arti moksa
itu adalah bebasnya atau lepasnya Atma dari belengggu ikatan maya, bebas
ari ikatan hukum karma dan samsara atau punarbhawa, sehingga atma dapat
kembali menyatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam Sarvasara
Upanisad, dinyatakan bahwa moksa adalah pelepasan diri atau kebebasan dari
penyamaan sang diri dengan badan. Dalam Niralamba upanisad, disebutkan
bahwa moksa adalah penghancuran dan penghapusan melalui pembedaan
antara yang abadi dengan yang sementara; pemikiran tentang keterikatan
sebagai “miliku” terhadap obyekobyek kenikmatan dan penderitaan dalam
keberadaan duniawi yang bersifat sementara. Secara umum kita ketahui
bahwa sesungguhnya setiap makhluk yang berada pada alam semesta ini
memiliki keinginan untuk membebaskan dirinya dan bersatu kembali dengan
asalnya yang tidak lain adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa. dalam Bhagavad
Gita disebutkan sebagai berikut:
terjemahan:
setelah menyatu dengan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa) Jiva-nya tentram,
tidak ada duka tidak ada keinginan. Memandang semua makhluk sama, dia
mencapai pengabdian kepada-Ku yang tertinggi (Pendit, 2002:330).
Dalam teks Tutur Kumaratatwa dijelaskan bahwa sorga itu adalah tujuan
yang ingin dicapai oleh arwah secara sementara. Menurut Pidarta (1999:6)
bahwa roh orang yang dapat mencapai moksa tidak akan tinggal di sorga
melainkan tinggal dialam Nirwana, manunggal dengan sumber asalnya, yakni
Brahman. Nirwana adalah alam yang konon lebih tinggi dari pada sorga.
Sorga itu akan mampu dicapai bilamana arwah mempunyai Shubakarma
(perbuatan baik). Apabila Shubakarma itu belum bisa menjamin arwah untuk
melakukan perjalanan yang lebih jauh untuk menuju alam yang lebih tinggi
(Nirwana), maka arwah tersebut akan kembali menjelma menjadi manusia
yang mempunya harkat dan martabat lebih tinggi dari pada penjelmaan
sebelumnya.
Apabila dilihat secara paradoksial, sorga akan berpasangan dengan neraka.
Sebagaimana dijelaskan dalan Swargarohanaparwa bahwa ketika Sang
Dharmawangsa tiba di sorga, ia tidak melihat sanak saudaranya di sorga
tetapi sanak saudaranya itu berada di kawah neraka. Manakala Sang
Dharmawangsa mencoba mencelupkan kakinya ke kawah neraka, dalam
sekejap kawah neraka berubah menjadi sorga. Hal ini mengindikasikan
bahwa sorga dan neraka merupakan dua sisi yang tidak dapat terpisahkan, dan
bukanlah akhir dari perjalan untuk mencapai kebebasan yang utama yaitu
moksa.
Dalam Tutur Kumaratatwa disebutkan bahwa rwapaksa itu terdiri atas sorga
dan kamoksan. Sorga diartikan menjelma menjadi raja memimpin negeri.
Kamoksan diartikan tidak menjelma kembali akibat telah hilangnya (mukta)
delapan jenis racun (aṣṭa wiṣya), yaitu seluruh yang dilihat, segala yang
didengar, segala yang dicium, segala yang dihitung, segala yang dirasakan,
segala yang dipikirkan, segala yang diucapkan, dan segala yang dipegang.
Cara untuk menghilangkan delapan racun tersebut adalah mengosongkannya.
Semua itu akan berakhir pada kekosongan, berujud kekosongan. Kekosongan
itulah hakikat Brahman. Penyatuan dengan kekosongan itu dinamakan
kamoksan.
3.1 Kesimpulan
Yang disampaikan dalam Tutur Kumaratatwa yaitu, mendalami hakikat
kamoksan. Pada dasarnya kamoksan merupakan suatu proses yang tidak
dapat dicapai secara sekaligus tetapi dicapai secara bertahap. Kamoksan
merupakan proses penunggalan antara yang ada dengan yang tiada setelah
mengalami pembebasan dari keterikatan duniawi. Sangat mungkin apabila
Tutur Kumaratatwa ditulis sebagai pedoman bagi seseorang untuk mendalami
kamoksan. Hal utama yang harus dilakukan oleh seseorang yang hendak
menuju moksa adalah dengan mengendalikan dasendria, sebagaimana
Bhatara Kumara menjalankan kehidupan sebagai pengembala.