Anda di halaman 1dari 11

PANCA SRADHA

(LIMA KEPERCAYAAN AGAMA HINDU)

Oleh:
1. I Dewa Putu Dwipa Raharja (1813061006) / (05)
2. Kadek Fitri Antari (1813061016) / (13)
3. Ni Made Dwi Puspa Widari (1813061038) / (30)
4. I Nyoman Teguh Suputra (1813061040) / (31)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI HINDU


FAKULTAS DHARMA DUTA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Atas Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha
Esa) yang telah memberikan kami kekuatan serta ke lancaran dalam menyelesaikan makalah
mata kuliah “Tattwa” yang berjudul “Panca Sradha”. Penulis sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Agama Hindu
khususnya tentang ajaran Panca Sradha.
Penulis juga menyadari sepenuhnya, bahwa di dalam makalah ini tentu terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik,
saran dan usulan yang membangun demi perbaikan makalah di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat di pahami serta berguna bagi pembaca. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan atau kata-kata yang kurang berkenan
didalam hati. Sekian dan terimakasih.
Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Denpasar, 22 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................................1
Rumusan Masalah................................................................................1
Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Panca Sradha.........................................................................................2
Bagian-Bagian Panca Sradha..................................................................................2
a. Percaya dengan adanya Brahman......................................................2
b. Percaya dengan adanya Atman..........................................................3
c. Percaya dengan adanya Karmaphala.................................................4
d. Percaya dengan adanya Punarbhawa.................................................4
e. Percaya dengan adanya Moksa..........................................................5
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................................7
Saran 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama Hindu disebut pula dengan Hindu Dharma, Vaidika Dharma (Pengetahuan
Kebenaran) atau Sanatana Dharma (Kebenaran Abadi). Untuk pertama kalinya Agama
Hindu berkembang di sekitar Lembah Sungai Sindhu di India. Agama Hindu adalah agama
yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi Wasa, yang diturunkan ke dunia melalui Dewa
Brahma sebagai Dewa Pencipta kepada para Maha Rsi untuk diteruskan kepada seluruh
umat manusia di dunia. Di dalam ajaran Tattwa diajarkan tentang “ Sradha “ atau
kepercayaan. Sradha dalam agama Hindu jumlahnya ada lima yang disebut dengan “Panca
Sradha“. Kelima keyakinan tersebut adalah percaya dengan adanya Tuhan, percaya dengan
adanya Atman, percaya dengan adanya Karmaphala, percaya dengan adanya Punarbhawa
dan percaya dengan adanya Moksa.
Setiap orang yang menyatakan diri sebagai umat Hindu berkewajiban untuk
mengamalkan ajaran agamanya. Kewajiban mengamalkan ajaran agama seperti ini telah
dilaksanakan secara turun-temurun sejak nenek moyang ada. Kebiasaan nenek moyang ini
diwarisi dari generasi ke generasi berikutnya. Kebenaran dari keyakinannya beragama
seperti itu dipandang memberikan manfaat positif bagi keselamatan dan kelangsungan
hidupnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Panca Sradha?
2. Apa saja bagian-bagian dari Panca Sradha?

1.3 Tujuan
3. Untuk mengetahui pengertian Panca Sradha
4. Untuk mengetahui bagian-bagian dari Panca Sradha

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Panca Sradha


Panca Sradha terdiri dari dua kata yaitu Panca dan Sradha. Panca artinya lima, dan
Sradha berarti keyakinan. Sehingga Panca Sradha merupakan lima keyakinan atau
kepercayaan yang melandasi umat Hindu dalam menjalani kehidupan di dunia. Kepercayaan
umat hindu tersebut dituangkan dalan lima dasar keyakinanyang dikenal dengan Panca
Sradha. Dengan adanya kelima dasar tersebut, manusia dapat menempuh jalan mencapai
Moksa atau terbebas dari seluruh ikatan duniawi. Sebagai umat Hindu, ada tattwa atau dasar
sastra yang menjadi pokok dan landasan bagi para umat untuk mempercayai keberadaan
Tuhannya. Kelima keyakinan tersebut yakni: percaya dengan adanya Tuhan (Brahman),
percaya dengan adanya Atman, percaya dengan adanya Karmaphala, percaya dengan adanya
Punarbhawa dan percaya dengan adanya Moksa. "Craddhaya satyam apnopi, cradham satye
prajapatih" yang artinya “Dengan Sradha orang akan mencapai Tuhan, Beliau menetapkan,
dengan sradha menuju satya”.

2.2 Bagian-Bagian Panca Sradha

Bagian-bagian dari Panca Sradha, antara lain:

a. Percaya dengan adanya Tuhan (Brahman)

Keyakinan ini merupakan hal yang paling utama. Jika manusia tidak percaya dengan
adanya Tuhan maka manusia tidak akan bisa percaya dengan hal lainnya. Tuhan merupakan
sumber dari segala sumber kehidupan dan akhir dari segala yang tercipta. Tuhan dijelaskan
dalam sloka yang berbunyi "Ekam eva advityam Brahman" artinya “Tuhan hanya satu tidak
ada yang kedua”. Juga dijelaskan dalam sloka "Eko narayana na dwityo'sti kascit" yang
berarti “hanya ada satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya”. Sehingga dengan melihat
dua sloka tersebut, maka Tuhan itu hanya ada satu dengan beberapa sifatnya yang disebut
Tri Purusa.
b. Percaya dengan adanya Atman
Artinya, setiap mahkluk hidup di dunia ini adalah ciptaan Tuhan serta bagian
dari Tuhan. Atman merupakan sinar suci atau bagian terkecil dari Brahman. Setiap
yang bernafas di dunia ini memiliki Atman sehingga mereka bisa hidup. Atman
adalah sumber hidupnya semua mahkluk baik manusia, hewan dan tumbuhan. Dalam
kitab suci Bhagawadgita (X.20) disebutkan, "Aham Atma gudaseka,
sarwabhutasaya-sthitah, aham adis ca madhyam ca, bhutanam anta eva ca" yang
artinya “Oh Arjuna, aku adalah atma, menetap dalam hati setiap makhluk, aku adalah
permulaan, pertengahan dan akhir daripada semua makhluk”.
Dalam kitab Bhagadgita disebut sifat – sifat atma sebagai berikut :
1) Achodyhya : artinya tak terlukai oleh senjata
2) Adahya : artinya tak terbakar oleh api
3) Akledya : artinya tak terkeringkan oleh angin
4) Acesyah : artinya tak terbasah oleh air
5) Nitya : artinya abadi, kekal
6) Sarwagatah : artinya ada dimana-mana
7) Sthanu : artinya tak berpindah-pindah
8) Acala : artinya tak bergerak
9) Sanatana : artinya selalu sama
10) Adyakta : artinya tak terlahirkan
11) Achintya : artinya tak terpikirkan
12) Awikara : artinya tak berjenis kelamin
Sehingga jelas atma itu sifatnya sempurna. Namun, pertemuan antara atma
dengan badan yang kemudian menimbulkan ciptaan menyebabkan atma dalam
keadaan “ Awidhya “. Awidhya artinya gelap lupa kepada kesadaran . Awidhya
muncul karena pengaruh unsur panca maha butha yang mempunyai sifat duniawi.
c. Percaya dengan adanya Karmaphala
Artinya percaya dengan hasil perbuatan yang telah kita lakukan ataupun yang
akan kita lakukan. Inilah hukum universal yang dipercaya oleh umat Hindu. Jika
dilihat dari sudut waktu, Karma phala dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1) Sancita karma phala : merupakan hasil dari perbuatan manusia dalam
kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan
benih yang menentukan kehidupannya sekarang.
2) Prarabda karma phala : merupakan hasil dari perbuatan manusia pada
kehidupan sekarang (tanpa ada sisanya). Sewaktu masih hidup telah dapat
memetik hasilnya, atas karma yang dibuat sekarang. Prarabda karma phala
dapat diartikan sebagai karma phala cepat.
3) Kriyamana karma phala : adalah pahala dari perbuatan yang tidak dapat
dinikmati langsung pada kehidupan saat berbuat.

d. Percaya dengan adanya Punarbhawa


Punarbhawa berarti kelahiran kembali atau biasa disebut dengan
“Reinkarnasi” atau “Samsara”. Punarbhawa sangat berkaitan erat dengan hukum
Karma Phala. Seperti lingkaran, tak berujung. Hal ini dikarenakan buah perbuatan
yang harus dibayar atau dinikmati belum habis, maka manusia akan terlahir
kembali ke dunia.
Kelahiran dan hidup ini merupakan samsara. Juga merupakan suatu
penderitaan sebagai hukuman yang diakibatkan oleh perbuatan atau karma dimasa
kelahiran yang lalu. Karma-karma lampau akan membuat wasana atau bekas pada
atman. Dan karma wisana (segala gerak atau perbuatan yang tercatat serta melekat
pada suksma sarira dan alam pikiran) inilah yang menentukan lama tidaknya, cepat
lambatnya proses punarbhawa itu. Dalam Wraspati Tattwa 3.35 disebutkan “Yata
Dumadyakem Ikang Janma Mapalenan, Hana Dewa Yoni, Hana Widya Dhara
Yoni, Hana Raksasa Yoni, Hana Daitya Yoni, Hana Nagayoni, Akweh Prakara
Janma, Yata Matang Yan Kepwa Dudu Wesanya”. Artinya “Karma wasana itulah
yang menyebabkan adanya penjelmaan
yang berbeda-beda; ada penjelmaan Dewa (Roh Suci), ada penjelmaan Widyadara (Roh
Bijaksana), ada penjelmaan Raksasa (Yang Angkara Murka), ada penjelmaan Daitya
(Yang Keras Hati), ada pula penjelmaan Naga (Roh yang mempunyai watak berbelit-
belit seperti ular) dan banyak lagi benih-benih penjelmaan atau karma wasana itu, yang
merupakan sumber penjelmaan, oleh karena itulah makannya masing-masing makhluk
berbeda-beda sifatnya”.

e. Percaya dengan adanya Moksa

Moksa merupakan tujuan akhir dari hidup manusia. Dengan mencapai Moksa,
artinya manusia berada dalam tingkatan kebebasan yang abadi serta tidak terikat oleh
Karmaphala dan ikatan duniawi sehingga terhindar pula dari adanya kelahiran kembali
atau Punarbhawa. Moksa dapat dicapai salah satunya melalui Catur Marga, yaitu:
Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, serta Raja Marga Yoga.
Adapun tingkatan-tingkatan Moksa, yaitu:

1) Samipya

Kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di dunia. Hal
ini dapat dilakukan oleh para Yogi atau para Maha Rsi. Beliau dalam melakukan
yoga semadhi dapat melepaskan unsur- unsur maya, sehingga beliau dapat
mendengarkan wahyu Tuhan. Dalam keadaan tersebut, Atman sangat dekat dengan
Tuhan.
2) Sarupya

Kebebasan yang dicapai oleh seseorang di dunia ini karena kelahirannya.


Dimana kedudukan Atman merupakan pancaran dari kemahakuasaan Tuhan.
Contohnya adalah Sri Rama dan Buddha serta Sri Krishna (dalam wujud Awatara)
walaupun Atman telah mengambil suatu perwujudan tertentu namun ia tidak terikat
oleh segala sesuatu yang ada di dunia ini.
3) Slokya

Slokya adalah suatu kebebasan yang telah dicapai oleh atma dimana atma
tersebut telah berada diposisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Dalam
keadaan seperti ini dapat dikatakan bahwa Atma telah mencapai tingkatan Dewa
yang merupakan manifestasi dari Tuhan.
4) Sayujna

Sayujna adalah suatu tingkatan kebebasan yang tertinggi dimana atma telah
dapat bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa (Brahman). Dalam keadaan seperti ini
sebutan “Brahma Atma Akyam” yang artinya Atma dan Brahma sesungguhnya
Tunggal.
Dilihat dari kebebasan yang dicapai oleh Atma, maka Moksa dapat
dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1) Moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh seseorang tetapi masih
meninggalkan bekas berupa mayat atau badan kasar.
2) Adi Moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh sesorang dengan
meninggalkan bekas-bekas berupa abu.
3) Parama Moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh seseorang tanpa
meninggalkan bekas.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setiap orang yang menyatakan diri sebagai umat Hindu berkewajiban untuk
mengamalkan ajaran agamanya. Kewajiban mengamalkan ajaran agama seperti ini telah
dilaksanakan secara turun-temurun sejak nenek moyang ada. Kebenaran dari keyakinannya
beragama seperti itu dipandang memberikan manfaat positif bagi keselamatan dan
kelangsungan hidupnya.
Ajaran Panca Sradha terdiri dari dua kata yaitu Panca dan Sradha. Panca artinya lima
dan Sradha artinya keyakinan. Jadi Panca Sradha artinya lima keyakinan yang dimiliki oleh
umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut adalah percaya dengan adanya Tuhan (Brahman),
percaya dengan adanya Atman, percaya dengan adanya Karmaphala, percaya dengan adanya
Punarbhawa dan percaya dengan adanya Moksa.

3.2 Saran
Mari kita wujudkan bersama-sama tentang bagaimana cara kita sebagai mahasiswa
dan umat Hindu untuk selalu menghayati dan mengamalkan serta melaksanakan apa yang
termuat dalam ajaran Panca Sradha.

7
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, G Putra Kusuma. 2015. Dasar-Dasar Umat Hindu Memeluk Agama Hindu.
http://tentanhindu.blogspot.com/2016/06/dasar-dasar-umat-hindu-memelukagama.html?m=1.
(diakses tanggal 19 Maret 2020)

Noname. 2019. Pengertian dan Bagian Panca Sradha.

https://hanyauntukalian.blogspot.com/2019/09/pengertia-dan-bagian-panca- sradha.html?
m=1. (diakses tangga; 19 Maret 2020)

Anda mungkin juga menyukai