Anda di halaman 1dari 4

Variabel Non Eksperimental (Variabel sekunder)

Variabel non eksperimental merupakan variabel luar yang akan mempengaruhi penelitian.

Suatu variabel disebut sebagai non eksperimental, kalau memenuhi syarat sebagai berikut;

1. Variabel sanggup kuat terhadap sikap yang diamati

2. Berhubungan dengan pemaparan dan perlakuan yang sedang diteliti atau diberikan dalam penelitian
tersebut

3. Merupakan variabel mediator (intervening variabel) yang menjadi jalur kausalitas antaraperlakukan
dan perubahan perilaku.

Adapun sumber variabel noneksperimental atau varabel sekunder yang sanggup menjadikan invaliditas
sanggup diklasifikasikan dalam 4 macam yaitu;

1. Variabel subjek

Variabe berasal dari atau berada dalam diri subjek penelitian, misalnya; faktor genetic, pendidikan,
pengalaman, dan predisposisi kepribadian

2. Variabel lingkungan

Keadaan lingkungan baik fisik, biologis maupun psikososial yang menghipnotis variabel terikat selama
penelitian berlangsung, contohnya cuaca, sinar, kebisingan, kesibukan, dan suasana sosial.

3. Variabel pengukuran

Keadaan instrument dan metodeyang digunakan. Instrument yang cacat, tidak valid, dan reliable
merupakan sumber invaliditas alat ukur.

4. Variabel peneliti

Faktor subjektifitasdan langkah-langkah yang dilakukan peneliti sehingga menjadikan bias, terutama
pada waktu pemilihan sampel.

Teknik Control Tehadap Variable Sekunder

Kontrol terhadap variable sekunder berarti menghilangkan pengaruh variabel sekunder terhadap
variabel terikat. Kontrol ini dapat dilakukan dengan beberapa cara. Secara umum, ada enam cara yang
dapat dilakukan antara lain : randomisasi, eliminasi, konstansi, VS yang dijadikan VB kedua, kontrol
statistik, dan counterbalancing.

1. Randomisasi
Randomisasi atau random assignment adalah prosedur memasukan secara acak subjek pada sampel
penelitian kedalam setiap kelompok penelitian (dalam hal ini kelompok eksperimen Dan kelompok
kontrol ) sehingga keduanya dapat dianggap setara sebelum dilakukan manipulasi.

2. Eliminasi

Cara selanjutnya untuk mengotrol variabel sekunder adalah dengan menghilangkan atau meniadakan
variabel sekunder itu sendiri saat merancang penelitian. Walaupun demikian, tidak semua variabel
sekunder dapat dikontrol dengan eliminasi, karena tidak semua variabel sekunder dapat dihilangkan
(misal, Karakteristik individu; seperti motivasi, intelegensi, status sosial ekonomi dll atau variabel
sekunder dari luar subjek dimana tidak mungkin diciptakan situasi tanpa adanya variabel sekunder
(misalnya, suhu; tidak mungkin diciptakan ruangan tanpa suhu)). Oleh karena itu teknik control eliminasi
terbatas penggunaannya. Teknik ini lebih mungkin dilakukan pada penelitian eksperimental
laboratorium dibandingkan penelitian eksperimental lapangan.

3. Konstansi

Teknik konstansi disebut juga teknik balancing. Teknik konstansi berarti menghilangkan pengaruh VS
terhadap VT, tetapi tidak berarti VS tersebut tidak ada dalam penelitian. Teknik kontrol ini dapat
dilakukan pada penelitian berdesain between subjek maupun berdesain within subjek.

3.1. Konstansi kondisi

Agar perbedaan VT pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bukan disebabkan kondisi (selain
VB) maka kondisi pada kedua kelompok tersebut haruslah sama. Teknik konstansi dapat digunakan
apabila teknik eliminasi tidak bisa digunakan.

3.2. Konstansi karakterisik subjek

Konstansi karakteristik subjek dilakukan dengan menyamakan karakteristik subjek penelitian pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Ada dua teknik untuk mencapai konstansi karakteristik
subjek penelitian, yaitu matching dan blocking.

Matching dilakukan dengan mengurutkan nilai atau skor dari suatu karakteristik (sebagai VS) untuk
setiap subjek, kemudian dibuat pasangan berdasarkan urutan tersebut, yaitu pasangan pertama: subjek
urutan no 1 dengan subjek no 2; pasangan kedua: subjek urutan no 3 dengan subjek no 4, dst.

Syarat : • Apabila besar atau nilai VS setiap subjek sudah atau dapat diketahui oleh peneliti sebelum
penelitian dilakukan. Misal, VS intelegensi; matching dapat dilakukan apabila skor tes intelegensi setiap
subjek dapat diketahui. Bila tidak dapat diketahui skor IQ setiap subjek, maka matching tidak dapat
dilakukan. • Apabila hanya melibatkan dua kelompok penelitian eksperimental.

Sedangkan blocking menyetarakan kelompok penelitian yang terlibat dengan menyamakan jumlah
subjek yang memiliki kategori dari VS yang sama pada setiap kelompok. Blocing tidak membutuhkan
skor atau nilai VS dari setiap subjek, melainkan hanya kategorisasi dari VS. Serta dapat dilakukan
terhadap tingkat pendidikan, agama, tingkat sosial ekonomi, atau suku bangsa.

 Blocking memiliki kelebihan dibandingkan dengan matching.

1. Blocking dapat dilakukan apabila hanya diketahui penggolongan dari VS setiap subjek, sehingga tidak
diperlukan skor VS.

2. Penerapan blocking lebih luas dibandingkan matching karena tidak semua VS merupakan variable
kontinu, misalnya : jenis kelamin atau suku bangsa.

3. Seringkali juga variable kontinu diubah kedalam variable kategori, missal L skor IQ diubah dalam
kategori kurang, rata-rata dan cerdas dengan rentang skor tertentu.

4. Karena tidak melibatkan pasangan subjek seperti matching, maka blocking dapat digunakan pada
penelitian eksperimental dengan 2 kelompok atau lebih.

5. VS yang berupa variable kontinu dapat dikontrol dengan matching atau blocking

6. VS berupa variable kategori hanya dapat dikontrol dengan blocking.

4. Variabel sekunder dijadikan variabel bebas kedua

Seringkali variabel sekunder tidak bisa dihilangkan atau bahkan peneliti yang tidak mau menghilangkan
karena memang ingin melihat pengaruhnya terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, variabel sekunder
dapat dimasukan kedalam penelitian sebagai variabel bebas kedua untuk dapat dilihat bersama dengan
variabel bebas bagaimana pengaruhnya terhadap variabel terikat. Sama seperti VB pertama, VS harus
variabel kategori apabila ingin dijadikan VB kedua (bila variabel kontinyu harus diubah menjadi variabel
kategori).

5. Kontrol statistik

Dalam teknik ini, VS sudah memengaruhi VB terlebih dahulu kemudian baru dikontrol secara statistik,
yaitu dengan mengeluarkan pengaruh VS dari VT dengan menggunakan perhitungan statistik. Rumus
statistik yang digunakan adalah analisis kovarians (analysis of covariance atau disingkat ancova). Syarat
dilakukannya control secara statistik adalah VS harus merupakan variable continue dan skor atau nilai VS
dari setiap subjek penelitian dapat diketahui. Kelebihan kontrol statistik adalah dapat dilakukan apabila
penelitian eksperimental sudah berjalan atau selesai.

6. Counterbalancing

Counterbalancing digunakan untuk mengontrol efek urutan (sequencing effect), yang timbul akibat dari
pembrian beberapa perlakuan pada masing-masing subjek penelitian. Oleh karena itu, teknik control ini
hanya digunakan penelitian eksperimental berdesain within-subject. Digunakan ketika setiap subjek
penelitian mendapatkan lebih dari satu perlakuan

6.1. Intrasubjek counterbalancing


Teknik ini dikenal dengan teknik ABBA counterbalancing. Karena itu apabila ada dua variasi VB, yaitu A
dan B, maka dengan teknik ini setiap subjek akan mendapatkan empat kali perlakuan. Bila jumlah variasi
VB lebih dari dua, misalnya 3 variasi, maka counterbalancing dilakukan dengan teknik ABC-CBA, sehingga
setiap subjek mendapatkan enam buah perlakuan. Kelemahan dari teknik kontol ini adalah waktu yang
dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian menjadi lebih lama dikarenakan setiap perlakuan diberikan
lebih dari sekali pada setiap subjek.

Contoh : Pada penelitian mengenai pengaruh warna kemasan barang terhadap perilaku membeli, warna
kemasan divariasikan menjadi warna hijau dan warna putih. Teknik ABBA counterbalancing dilakukan
dengan memberikan subjek dengan urutan warna kemasan :hijau-putih-putih-hijau.

6.2. Intragroup counterbalancing

Kelemahan dari teknik intrasubjek counterbalancing dapat diatasi dengan menggunakan teknik intra
group counterbalancing. Teknik ini berusaha mengotrol efek urutan melalui kelompok bukan subjek.
Sehingga, teknik ini lebih efisien karena urutan perlakuan yang berbeda diberikan kepada kelompok
yang berbeda.

Contoh : Pada penelitian mengenai pengaruh warna kemasan barang terhadap perilaku membeli, warna
kemasan divariasikan menjadi warna hijau dan warna putih.

Daftar Pustaka:

Latipun. (2015). Psikologi Eksperimen. Malang UMM Press.

Marliani, Rosleny. (2013). Psikologi Eksperimen. Bandung: Pustaka Setia.

Seniati Liche, Yulianto dan Setiadi. (2011). Psikologi Eksperimen. Jakarta: Indeks.

Susanti, Rita dan Fitriyani. (2015). Psikologi Eksperimen. Pekanbaru: ALMujtahadah Press.

Suwanda. (2011). Desain Eksperimen untuk Penelitian Ilmiah. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai