Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rachmad Prishadmoko W

NIM : F.131.21.0166

UTS METPEN EKSPERIMEN

I. 1. Ciri-ciri penelitian eksperimen:


- Penelitian eksperimen melibatkan maniupulasi variabel independen. Variabel
independen adalah variabel yang diubah atau dimanipulasi untuk melihat
efeknya pada variabel dependen. Manipulasi dapat dilakukan dengan
memberikan perlakuan atau intervensi tertentu pada kelompok eksperimen,
sedangkan kelompok kontrol tidak menerima perlakuan atau intervensi yang
sama.
- Pengendalian variabel lainnya: selain variabel independen, ada juga variabel
lain yang mempengaruhi hasil penelitian, yang disebut variabel kontrol.
Dalam penelitian eksperimen, variabel kontrol harus dikendalikan secara ketat
agar tidak mempengaruhi hasil penelitian
- Randomisasi: untuk mengurangi pengaruh faktor yang tidak diinginkan,
peneliti harus menggunakan randomisasi yaitu memilih subjek secara acak
untuk ditempatkan dalam kelompok eksperimen atau kelompok kontrol.
- Pengukuran variabel dependen: penelitian eksperimen mengukur variabel
dependen, yaitu variabel yang ingin diketahui efeknya dari manipulasi variabel
independen
- Analisis statistik: hasil penelitian eksperimen dianalisis menggunakan teknik
statistik untuk menentukan apakah ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
- Penelitian eksperimen harus dapat direproduksi oleh peneliti lain dengan
metode yang sama untuk memverifikasi hasil penelitian.

2. Kelemahan dan Kelebihan penelitian eksperimen di laboraturium:

Kelemahan:

- Keterbatasan kecenderungan pada lingkungkan laboraturium. Karena


penelitian dilakukan di lingkungan yang terkontrol dan terisolasi, hasil
eksperimen mungkin tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya di luar
laboraturium.
- Masalah kepercayaan pada partisipan: partisipan dalam penelitian eksperimen
seringkali tahu bahwa mereka sedang diuji, sehingga mereka mungkin tidak
berperilaku seperti yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
- Sulit untuk mereplikasi situasi: beberapa fenomena atau kejadian tidak dapat
direplikasi di laboraturium seperti situasi social yang kompleks atau kejadian
alam.

Kelebihan:

- Kontrol variabel: dalam penelitian eksperimen di laboraturium, peneliti dapat


mengontrol dan memanipulasi variabel yang relevan, sehingga dapat
menentukan efek dari variabel independen pada variabel dependen.
- Pengamatan yang tepat: dalam lingkungan laboraturium, peneliti dapat
melakukan pengamatan yang tepat dan terukur terhadap partisipan atau
fenomena yang diteliti.
- Reproduksi: penelitian eksperimen di laboraturium dapat direproduksi oleh
peneliti lain, sehingga hasil yang diperoleh dapat diverifikasi dan diuji
kebenarannya.

3. Sumber-sumber permasalahan dalam eksperimen:

- Kesalahan manusia: kesalahan manusia dapat terjadi pada tahap pengambilan


sampel, pengukuran, manipulasi variabel atau analisis data. Kesalahan ini dapat
menyebabkan hasil yang tidak akurat dan dapat mempengaruhi validitas dan
relibilitas penelitan.

- variabilitas ilmiah: variabilitas ilmiah dalam kondisi atau fenomena yang sedang
diteliti dapat mempengaruhi hasil eksperimen dan menyebabkan kesulitan dalam
mengontrol variabel

- Kesalahan pengambilan sampel

- Kegagalan teknologi
-Faktor eksternal seperti lingkungan, cuaca, keadaan kesehatan yang dapat
mempengaruhi hasil eksperimen dan menyebabkan kesulitan mengontrol variabel.

II. 1. Variabel eksperimen dalam konteks ini adalah pembelajaran sains pada anak
usia dini, yang meliputi eksperimen pengenalan dan pencampuran warna, gunung
meletus, dan gejala alam lainnya. Variabel terikatnya adalah kemampuan kognitif
dan pengetahuan sains anak usia dini, yang diukur melalui hasil belajar yang
mencakup aspek-aspek seperti pemahaman konsep, kemampuan berpikir kritis,
dan keterampilan proses sains. Dalam konteks yang lebih luas, variabel terikat
juga mencakup perkembangan seluruh aspek kepribadian anak, termasuk
perkembangan aspek kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik dan motorik.
2. Manipulasi variabel eksperimen yang mungkin dilakukan dalam konteks
pendidikan anak usia dini (PAUD) dengan fokus pada pengembangan aspek
kognitif dan pengetahuan sains.
3. Hipotesis nya adalah sebagaimana yang dinyatakan dalam UU No.20 Tahun
2003 adalah bahwa PAUD adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Seiring dengan itu,
pembelajaran sains pada anak usia dini memiliki peran penting dalam
mengembangkan keterampilan proses sains, memacu kreativitas, meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, dan mengembangkan potensi anak secara optimal.
Hasil observasi awal menunjukan bahwa masih terdapat keterlambatan dalam
kemampuab kognitif dan pengetahuan sains pada sebagian besar anak di kelas B,
sehingga perlu dilakukan upaya-upaya yang tepat untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran sains pada anak usia dini
4. Tujuan: Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran sains untuk
meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini di RA Baiturrahman.
Manfaat: Manfaat teoritis untuk mengembangkan kognitif pada pembelajaran
sains di RA Baiturrahman, sedangkan manfaat praktis penerapan metode
eksperimen pada anak di RA Baiturrahman meningkat dari 61,21% ke 78,86%.

Anda mungkin juga menyukai