Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ni Putu Srikandi

No. Absen : 27

NIM : 1813061031

Prodi : Ilmu Komunikasi Hindu

Semester : IV (Empat)/Pagi

Mata kuliah : Sosiologi Agama

1. Apa Konsekuensi Teoritis Pengertian Agama Seperti yang Dinyatakan Comte?

Auguste Comte (Prancis, 1798-1857) Wawasan Comte terhadap konsekuensi-


konsekuensi agama yang menguntungkan dan ramalannya mengenai tahap positif religius
dalam evolusi manusia menghadapkan pada masalah rumit. Tidak seperti pemikiran -
pemikiran radikal dan revolusioner. Comte menekankan perhatiannya pada keteraturan sosial,
begitu dia malihat sejarah dia mengakui bahwa agama di masa lampau sudah menjadi satu
tonggak keteraturan sosial yang utama.

Agama merupakan dasar untuk 'konsensus universal" dalam masyarakat, dan juga
mendorong identifikasi emosional individu dan meningkatkan altruisme. Tetapi kalau dilihat
dalam perspektif ilmiah (positif) agama didasarkan pada kekeliruan intelektual asasi yang
mula-mula sudah berkembang disaat-saat awal perkembangan intelektual manusia.

Agama Humanitas Comte merupakan satu gagasan utopis untuk merorganisasi


masyarakat secara sempurna. Sosiologi akan menjadi rstu ilmu pengetahuan, hal itu
memungkinkan satu penjelasan tentang kemajuan pengetahuan manusia secara komprehensif
dan mengenai hukum-hukum keteraturan dan kemajuan sosial.

Course of Positive Philosophy (1844) Positivisme bertekad mencampakkan tradisi-


tradisi irrasional dan memperbaharui masyarakat menurut hukum alam, sehingga menjadi
lebih rasional. Gagasannya mengenai penggunaan metode-metode penelitian empiris yang
sama digunakan dalam ilmu fisika dan biologi untuk menganalisa gejala sosial.
2. Apakah Mungkin dalam Proses Perubahan dari Teologi Ke Ilmiah Terjadi
Tumpang Tindih?

Terkadang saling tumpang tindih antara berbagai motif dan pertimbangan. Ilmu
teologi adalah bagan dari ilmu metafisika yang bersandar pada bukti tak langsung sebagai
bagian dari kaidah keilmuan. Rumusan tentang keharusan adanya Tuhan misal tidak
dibuktikan secara langsung dengan pembuktian secara empirik karena Tuhan tidak bisa di
empirikkan. Tetapi menjadikan realitas empirik yang serba terdesain sebagai bukti rasional
keharusan adanya sang pendesain Tuhan. Caranya adalah dengan melihat fakta realitas
kehidupan dunia di mana didalamnya ada kebaikan dan kejahatan yang mustahil terbalaskan
secara sempurna di alam dunia sehingga logis bila harus ada alam akhirat sebagai
kelanjutannya. Jadi realitas kehidupan dunia adalah bukti tak langsung atau bukti rasional
dari difahaminya konsep balasan akhirat.

Anda mungkin juga menyukai