Anda di halaman 1dari 14

 

1
KONSEP DASAR LUKA A.
 
PENEGERTIAN
Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang dengan menyebabkan
terganggunya fungsi tubuh shg dengan mengganggu aktivitas sehari-hari Luka adalah rusaknya
struktur & fungsi anatomis normal akibat proses  patologis yang berasal dari internal maupun
eksternal & mengenai organ tertentu Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh
yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,
sengatan listrik atau gigitan hewan (R.Sjamsu Hidayat, 1997) Luka adalah tergggunya
(disruption) integritas normal dari kulit &  jaringan dibawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau
disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superfisial atau dalam (Koiner &
Taylan)
B.
 
KLASIFIKASI LUKA
1.
 
Berdasarkan sifatnya : a.
 
Luka akut Adalah luka yang sembuh sesuai dengan periode waktu yang diharapkan atau dengan
kata lain sesuai dengan konsep penyembuhan luka akut dengan dikatagorikan sebgai :
 
1)
 
Luka akut pembedahan , contoh insisi, eksisi dan skin graft 2)
 
Luka bukan pembedahan, contoh lika bakar 3)
 
Luka akut factor lain , contoh abrasi, laserasi, atau imnjuri pada lapisan kulit superfisial  b.
 
Luka kronis Adalah luka yang proses penyembuhannya mengalami keterlambatan atau  bahkan
kegagalan. Contoh luka dekubitus, luka diabetes dan leg ulcer. 2.
 
Berdasarkan kehilangan jaringan. a.
 
Superficial : luka hanya terbatas pada lapisan epodermis
b.
 
Parsial (partial thickness) luka meliputi epidermi dan dermis c.
 
Penuh(full thickness) luka meliputi epidermis, dermis dan jaringan sub kutan bahan dengan juga
melibatkn otot, tendon, dan tulang 3.
 
Berdasarakan stadium a.
 
Stage 1 Lapisan epidermis utuh, namun terdengan eritema atau perubahan warna  b.
 
Stage 2 Kehlangan kulit superficial dengan kerusakan lapisan epidermis dan dermis, eritema di
jaringan yang nyeri panas, dan edema. c.
 
Stage 3 Kehilangan jaringan sampai dengan jaringan sub kutan, dengan terbentuknya rongga
(cavity), eksudat sedang samapi banyak d.
 
Stage 4 Hilangnya jaringan sub kutan dengan terbentuknya rongga yang melibatkan otot, tendon,
dan atau tulang. Eksudat sedang sampai banyak. 4.
 
Berdasarkan mekanisme terjadinya
a.Luka Insisi (incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam. Misalny ayang
terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptic),  biasanya tertutup oleh sutura atau
setelahseluruh pembuluh darah yang luka di ikat (ligasi).  
b.Luka memar (contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikan oleh cedar pada jaringan lunak, perdarahan dan bengaak
c.Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan  benda lain yang biasanya
dengan benda yang tidak tajam.
d.Luka tusuk (punctured wound), terjadi akibat adanya benda seperti peluru atau pisau yang
masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
e.Luka gores (lacerated wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca / kawat.
f.Luka tembus (penetrating wound), luka yang menembus organ tubuh  biasanya pada bagian
awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada  bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
g.Luka bakar (Combutsio), luka yang disebabkan oleh trauma panas, listrik, kimiawi, radiasi atau
suhu dingin yang ekstrim 5.
 
Berdasarkan penampilan a.
 
 Nekrotik, (hitam), Eschar yang mengeras dan nekrotik, mungkin kering atau lembab  b.
 
Sloughy (kuning), jaringan mati yang fibrous c.
 
Terinfeksi (kehijauan), terdengan tanda-tanda klinis adanya infeksi seperti nyeri, panas, bengkak,
kemerahan dan peningkatan eksudat. d.
 
Granulasi (merah), jaringan granulasi yang sehat e.
 
Epitalisasi (pink), terjadi epitelisasi.
C.
 
PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringanyang mati/rusak dengan
jaringanbaru & sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi Penyembuhan luka meliputi 2 kategori
yaitu : a.
 
Pemulihan jaringan → Regenerasi jaringan pulih seperti semula baik struktur
maupun fungsinya  b.
 
Repair → Pemulihan atau
 penggantian oleh jaringan Ikat ( Mawardi Hasan, 2002) Fase penyembuhan luka terdiri dari 1.
 
Fase koagulasi dan inflamasi (0-3 hari) Koagulasi merupakan respon yang pertama terjadi sesaat
setelah luka terjadi dan melibatkan platelet. Pengeluaran platelet menyebabkan vasokontriksi.
Proses ini bertujuan untuk hemostasis sehingga mencegah  perdarahan lebih lanjut. Fase
inflamasi selanjutnya terjadi beberapa menit setelah luka terjadi  berlanjut sekitar 3 hari. Fase
inflamasi memungkinkan pergerakan leukosit
 
4 (utamanya Neutrifil). Neotrofil selanjutnya memfagosit dan membunuh  bakteri dan masuk ke
matriks fibrin dalam persiapan pembentukkan jaringan  baru. 2.
 
Fase proliferasi / rekonstruksi (2-24hari) Apabila tidak ada infeksi / kontaminasi pada fase
inflamasi, maka  proses penyembuhan selanjutnya memasuki tahapan proliferasi / rekonstruksi.
Tujuan utama fase ini adalah : a.
 
Proses granulasi (untuk mengisi ruang yang kosong pada luka)  b.
 
Angiogenesis (pertumbuhan kapiler baru) Secara klinis akan tampak kemerahan pada luka.
Angiogenesis terjadi  bersamaan dengan fibrioplasia. Tanpa proses angiogenesis sel-sel
penyembuhan tidak dengan bermigrasi, replikasi, melawan infeksi dan  pembentukkan atau
deposit komponen matriks baru. Proses konstriksi (untuk menarik kedua tepi luka agar saling
berdekatan). Menurut Hunt (2003) konstraksi adalajh peristiwa fisiologi yang menyebabkan
terjadinya penutupan pada luka terbuaka. Konstraksi terjadi  bersamaan dengan sintesis kolagen.
Hasil konstraksi dari kolagen akan tampak. 3.
 
Fase Remodilling atau MAturasi (24 hari
 – 
 3 tahun) Fase ini merupakan fase terakhir dan terpanjang pada proses  penyembuhan luka.
Aktifitas sintesis dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan. Serabut-serabut kolagen
meningkat secara berthap dan  bertambah tebal kemudian disokong oehproteinase untuk
perbaikan sepanjang garis luka.kolagen menjadi unsure yang utama pada matriks. Serabut
kolagen menyebardengan saling terikat dan menyatu serta  berangsur=angsur menyokong
pemulihan jaringan.
Akhir dari penyembuhan didengankan parut luka yang matang yang mempunyai kekuatan 80%
disbanding kulit normal.
D.
 
TIPE-TIPE PENYEMBUHAN LUKA
1.
 
Primery Intention Healing Jaringan yang hilang minimal, tepi luka dengan dirapatkan kembali
melalui  jahitan, klip atau plester. 2.
 
Delayed Primery Intention Healing Terjadi ketika luka terinfeksi atau terkena benda asing yang
menghambat  penyembuhan. 3.
 
Secondary Healing Proses penyembuhantertunda dan hanya bisa terjadi melalui proses granulasi,
kontraksi dan epitelisasi. Secondary healing menghasilkan scar. Tipe Penyembuhan Luka 1.
 
Penyembuhan Primer c.
 
Penyembuhan luka tanpa terdengannya proses infeksi & biasanya terjadi  pada luka superfisial.
d.
 
Biasanya tepi luka ditauntukan dengan jahitan e.
 
Penyembuhan primer ini ditandai tidak tampak tanda inflamasi, sesudah 48 jam luka menutup &
tidak terdengan tepi luka pada hari ke 7 & ke 9. 2.
 
Penyembuhan sekunder a.
 
Terjadi pada luka yang luas, tepi luka berjauhan shg terbentuk rongga yang diisi oleh bekuan
darah & jar.nekrotik  b.
 
Ditandai dengan terdengannya : 1)
 
Jar.granulasi Pucat atau tidak ada kemajuan penyembuhan luka, terlalu basah atau terlalu kering
2)
 
Ukuran luka ; tidak berubah atau meluas sesudah pus dikeluarkan 3)
 
eksudat, menebal atau dengan tanpa bau 4)
 
Jar. Epitel : Tidak terdengan atau terdengan disekitar luka
 
6 3.
 
Penyembuhan Tertier Luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan
debridemen, setelah diyakini bersih tepi luka dipertauntukan
E.
 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA
1.
 
Vaskularisasi
mempengaruhi luka karena luka m’b
utuhkan peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel 2.
 
Usia Kecepatan perbaikan sel berlangsung dengan pertumbuhan atau kematangan usia seseorang.
Namun selanjutnya proses penuaan dpt menurunkan sistem  perbaikan sel sehingga dengan
memperlambat proses penyembuhan luka 3.
 
Anemia Memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel membutuhkan kadar
protein yang cukup. Oleh sebab itu org yang mengalami kekurangan kadar Hb dalam darah akan
mengalami proses penyembuhan yang lebih lama. 4.
 
Penyakit Adanya penyakit spt diabetes melitus & ginjal dpt memperlambat proses  penyembuhan
luka 5.
 
 Nutrisi merupakan unsur utama dlm membantu perbaikan sel, terutama karena terdengan
kandungan zat gizi didalamnya. Contoh : vit A diperlukan untuk membantu proses epitelisasi
atau penutupan luka & sintesis kolagen; Vit B kompleks sbg kofaktor pada sistem enzim yang
mengatur metabolisme  protein, karbohidariat & lemak; Vit C dpt berfungsi dbg fibroblas,
mencegah timbulnya infeksi & membentuk kapiler2 darah; Vit K membantu sintesis  protrombin
& berfungsi sbg zat pembekuan darah 6.
 
Kegemukan, obat-obatan, merokok & stres
mempengaruhi proses  penyembuhan luka. Org yang terlalu gemuk, banyak mengkonsumsi
obat2an, merokok atau stres akan mengalami proses penyembuhan yang lebih lama.
 
7 Faktor2 Yang Mengganggu Penyembuhan Luka Efek Fisiologis Implikasi Keperawatan
USIA
 Penuaan dpt menganggu semua tahap  penyembuhan luka Perubahan vaskuler menganggu
sirkulasi kedaerah luka Penurunan fungsi hati menganggu sintesis faktor pembekuan
Instruksikan klien untuk berhati2 agar tidak terjadi cedera Bersiap untuk melakukan perawatan
luka untuk waktu yang lbh lama Respons inflamasi lambat Pembentukan antibodi & limfosit
menurun Jaringan kolagen kurang lunak Jaringan parut kurang elastis Ajarkan tehnik2 perawatan
luka pada orang yang merawat klien dirumah
MALNUTRISI
 Semua fase penyembuhan luka terganggu Stres akibat luka atau trauma yang parah akan
meningkatkan kebutuhan nutrisi Beri diet seimbang yang kaya protein, karbohidariat, lemak,
vit.A & C serta mineral (contoh zink, tembaga) Beri kalori & cairan yang adekuat
OBESITAS
 Jaringan lemak kekurangan suplai darah untuk melawan infeksi bakteri & untuk mengirimkan
nutrisi serta elemen seluler yang berguna dlm penyembuhan luka Observasi adanya tanda2
infeksi luka & eviserasi pada klien dengan obesitas

 
8
GANGGUAN OKSIGENASI
 Tekanan oksigen arteri yang rendah akan menganggu sintesis kolagen &  pembentukan sel epitel
Jika sirkulasi lokal aliran darah buruk,  jaringan gagal memperoleh oksigen yang dibutuhkan
Berikan zat besi yang adekuat. Vit B
12
 & asam folat. Monitor jumlah hematokrit & Hb pada klien yang memiliki luka
MEROKOK 
 Merokok mengurangi jumlah Hb fungsional dlm darah shg menurunkan oksigenasi jaringan
Merokok dpt meningkatkan agregasi trombosit & menyebabkan hiperkoagulasi Merokok
menganggu mekanisme sel normal yang dpt meningkatkan  pelepasan oksigen ke dlm jaringan
OBAT-OBATAN
 Steroid menurunkan respons inflamasi & memperlambat sintesis kolagen Obat2an antiinflamasi
menekan sintesis  protein, kontraksi luka, epitelisasi & inflamasi Penggunaan antibiotik dlm
waktu lama dpt meningkatkan risiko terjadinya superinfeksi Obat2an kemoterapi dpt menekan
fungsi sum2 tulang, menurunkan jumlah leukosit, & mggu respon inflamasi
DIABETES
 Dorong klien untuk tidak merokok dengan cara menjelaskan akibatnya pada  penyembuhan luka
Observasi klien yang menerima obat2an ini dengan hati2 karena tanda2 inflamasi mungkin tidak
akan terlihat jelas Vit. A dengan bekerja melawan efek steroid Instruksikan klien diabetes untuk
 
9 Penyakit kronik menyebabkan timbulnya penyakit pembuluh darah kecil yang dpt mggu
perfusi jaringan Diabetes menyebabkan Hb memiliki afinitas yang lebih besar untuk oksigen shg
Hb gagal melepaskan oksigen ke  jaringan Hiperglikemia mggu kemampuan leukosit utk
melakukan fagositosis &  juga mendorong pertumbuhan infeksi  jamur & ragi yang berlebihan
RADIASI
 
Proses p’bentukan jar. parut vaskuler & fibrosa akn t’jadi pada jar kulit yang
tidak teradiasi Jar. mudah rusak & kekurangan oksigen
STRES LUKA
 Muntah, distensi abdomen & usaha  pernapasan dpt menimbulkan stres pada  jahitan operasi &
merusak lapisan luka Tekanan mendadak yang tidak terduga  pada luka insisi akan menghambat
pembentukan sel endotel & jaringan kolagen mencegah kulit potong atau luka Beri tindakan
pencegahan berupa  perawatan kaki Kontrol gula darah utk mengurangi  perubahan fisiologis
yang berhubungan dengan diabetes Observasi secara ketat adanya komplikasi luka pada klien
yang menjalani  pembedahan setelah dilakukan radiasi Kontrol mual dengan pemberian
antiemetik Jaga kepatenan selang nasogaster & aliran cairan yang keluar utk mencegah
akumulasi sekresi Instruksikan & bantu klien menekan luka abdomen saat klien batuk
Manajemen Luka yang tidak Tepat Psikososial
Buruknya pemahaman & penerimaan trhd program pengobatan Kecemasan yang berkaitan
dengan  perubhan pada pekerjaan, penghasilan, hub. Pribadi & body image Gunakan tekhnik
pembalutan yang tepat Gunakan antiseptik solution dengan tepat Berikan pemahaman yang baik
kepada klien
F.
 
FAKTOR PENYULIT
1.
 
Faktor Petuga Kesehatan a.
 
Cara insisi luka 2.
 
Factor Pasien a.
 
Malnutrisi seperti difesiensi protein, pada usia lanjut  b.
 
Defisiensi vitamin C, menyebabkan gangguan pembentukan kolagen , luka mudah terinfeksi dan
gangguan proses inflamasi. c.
 
Defisiensi vitamin A, mengakibatkan perlambatan proses re-epitelialisasi dan sintesa kolagen. d.
 
Defisiensi vitamin K, mengakibatkan gangguan hemostasis pada fase inflamasi e.
 
Defisiensi Zink (Zn), mengakibatkan gangguan proliferasi sel dan sintesa kolagen f.
 
Penyakit penyerta seperti DM, DVT dan kelainan pembentukkan g.
 
Obat-obatan seperti anti infalation dariugs.
G.
 
MASALAH YANG TERJADI PADA LUKA
1.
 
Infeksi 
, terjadi bila terdengan tanda2 seperti kulit kemerahan, demam atau  panas, rasa nyeri & timbul
bengkak, jaringan di sekitar luka mengeras, serta adanya kenaikan leukosit

 
11 2.
 
Dehiscene 
 ,
 merupakan pecahnya luka sebagian at seluruhnya yang dpt dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti kegemukan, kekurangan nutrisi, terjadinya trauma dll. Sering ditandai dengan kenaikan
suhu tubuh (demam), takikardia & rasa nyeri pada daerah luka
 
3.
 
Eviceration 
 ,
 yaitu menonjolnya organ tubuh bagian dalam kearah luar melalui luka. Hal ini dpt terjadi jika
luka tidak segera menyatu dengan baik akibat proses penyembuhan yang lambat 4.
 
Perdarahan 
 ,
ditandai dengan adanya perdarahan disertai perubahan tanda vital seperti kenaikan denyut nadi,
kenaikan pernapasan, penurunan tekanan darah, melemahnya kondisi tubuh, kehausan, serta
keadaan kulit yang dingin & lembab
H.
 
TEKHNIK PERAWATAN LUKA 1.
 
Pengertian
Adalah suatu tekhnik dalam melakukan perawatan pada gangguan keutuhan  jaringan (luka)
2.
 
Tujuan
a.
 
Memberikan rasa nyaman  b.
 
Mempercepat proses penyembuhan c.
 
Mencegah terjadinya infeksi silang
3.
 
Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka a.
 
Sodium Klorida 0,9 %
Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena alas an ini tidak ada
reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida.  Normal saline aman digunakan untuk kondisi
apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium klorida mempunyai Na dan Cl
yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah merah (Handerson, 1992).
Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida
0,9 %. Ini adalah konsentrasi
 
12 normal dari sodium klorida dan untuk alasan ini sodium klorida disebut  juga normal saline
(Lilley & Aucker, 1999). Merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi
granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka
menjalani  proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga relatif lebih murah
(http://rpromise.com/woundcare/) 
b.
 
Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang dikombinasi dengan
bahan lain Walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna hitam kebiru-biruan, kilau
metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat larut secara keseluruhan
dalam alkohol dan larutan sodium iodide encer. Iodide tinture dan solution keduanya aktif
melawan spora tergantung konsentrasi dan waktu  pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999). Larutan
ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau selaput lendir sehingga
cocok untuk luka kotor dan terinfeksi  bakteri gram positif dan negatif, spora, jamur, dan
protozoa. Bahan ini agak iritan dan alergen serta meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi
menunjukan bahwa antiseptik seperti povodine iodine toxic terhadap sel (Thompson. J, 2000).
Iodine dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa panas pada kulit. Rasa terbakar akan
nampak dengan iodine ketika daerah yang dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat
ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999).
c.
 
Indikasi
Dilakukan pada pasien yang menderita luka baik luka kecil atau luka  besar
4.
 
Persiapan Alat
a.
 
Alat-alat steril (dalam wadah yang steril)
 

 
Pinset anatomis

 
Pinset chirurgis

 
Arteri klem

 
Kain khasa

 
Kapas alkohol/kapas bensin

 
Bengkok/ Nierbeken

 
Waskom kecil

 
Gunting lurus

 
Handscoen/sarung tangan  b.
 
Alat-alat tidak steril

 
Gunting biasa

 
Pembalut sesuai kebutuhan

 
Plester

 
Botol berisi alkohol 70%

 
Cairan pencuci luka : NaCl 0,9%, H
2
O
2

 
Obat desinfektan : bethadine, rivanol

 
Sabun

 
Tempat sampah

 
Sampiran bila perlu
5.
 
Hal-hal yang harus diperhatikan
a.
 
Pertahankan teknik aseptik  b.
 
Jangan terlalu menekan saat melakukan pembersihan luka ( karena dengan merusak
pertumbuhan jaringan granulasi dan sel epitel baru) c.
 
Bersihkan jaringan mati/nekrosis d.
 
Cegah jangan sampai ujung serat khasa melekat pada luka e.
 
Jangan menyinggung perasaan pasien (bila luka bau/kotor) f.
 
Hindarkan hal-hal yang membuat pasien merasa malu
g.
 
Bekerja secara rapi, cepat dan teratur h.
 
Catat hal-hal yang ditemukan (keadaan luka ; warna, bau, pus, infeksi dll) i.
 
Perhatikan keadan umum pasien
 
15
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LUKA
 
A.
 
PENGKAJIAN LUKA
1.
 
Pemeriksaan Kulit Menurut Bursaids (1998), teknik pemeriksaan Kulit dpt dilakukan melalui
metode inspeksi & palpasi. a.
 
Melihat penampilan luka (tanda penyembuhan luka) seperti :

 
Adanya perdarahan

 
Proses inflamasi (kemerahan & pembengkakan)

 
Proses granulasi jaringan (yaitu menurunnya reaks inflamasi pada saat  pembekuan berkurang)

 
Adanya parut atau bekas luka (scar) akibat fibroblas dlm jaringan granulasi mengeluarkan
kolagen yang membentuknya serta  berkurangnya ukuran parut yang merupakan indikasi
terbentuknya keloid.  b.
 
Melihat adanya benda asing atau bahan2 pengontaminasi pada luka mis : tanah, pecahan kaca
atau benda asing lain c.
 
Melihat ukuran, kedalaman & lokasi luka d.
 
Adanya dariainase, pembengkakan, bau yang kurang sedap. & nyeri pada daerah luka
B.
 
DIAGNOSSA KEPERAWATAN
1.
 
Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya perawatan pada daerah luka 2.
 
 Nyeri akibat terputusnya kontinuitas jaringan 3.
 
Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan : Insisi bedah, Cedera akibat zat kimia
 
16
C.
 
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan : 1.
 
Meningkatkan hemostasis luka 2.
 
Mencegah infeksi 3.
 
Mencegah cedera jaringan yang lebih lanjut 4.
 
Meningkatkan penyembuhan luka 5.
 
Mempertahankan integritas kulit 6.
 
Mendengankan kembali fungsi normal 7.
 
Memperoleh rasa nyaman (mengurangi nyeri) Rencana tindakan 1.
 
Mencegah terjadinya infeksi dengan cara menjaga atau mempertahankan agar luka tetap dalam
keadaan bersih 2.
 
Mengurangi nyeri & memperceoat proses penyembuhan luka dengan cara melakukan perawatan
luka secara aseptik
D.
 
EVALUASI
1.
 
Evaluasi terhadap masalah luka secara umum dpt dinilai dari sempurnanya  prose penyembuhan
luka, tidak ditemukan adanya tanda radang, tidak ada  perdarahan, luka dlm keadaan bersih &
tidak ada keloid/skiatrik 2.
 
Mengevaluasi penyembuhan luka secara terus menerus yang dilakukan selama mengganti
balutan, saat terapi diberikan & saat klien berusaha melakukan sendiri perawatan lukanya 3.
 
Mengevaluasi setiap intervensi yang dilakukan untuk mempercepat  penyembuhan luka &
membandingkan kondisi luka dengan data pengkajian 4.
 
Mencari tahu kebutuhan klien & keluarga tentang peralatan bantuan tambahan
 
17 Contoh rencana asuhan keperawatan untuk kerusakan integritas kulit Dx. Kep : Kerusakan
integritas kulit yang berhubungan dengan luka yang terkontaminasi
TUJUAN
 
HASIL YANG DIHARAPKAN
 
INTERVENSI
 
RASIONAL
 Integritas kulit pada area luka operasi meningkat  pada 20 april Luka besih & utuh tanpa
inflamasi, dariainase at maserase pada 18 april Tepi luka saling  berdekatan Jaga agar luka tetap
bersih & kering Ganti balutan sesuai  program termasuk debridemen & pemberian obat2an
Intruksikan klien atau org yang penting bg klien untuk mengkaji & merawat luka. Minta klien
mendemonstrasikannya kembali Penyembuhan luka  bergantung pada keadaan yang bersih &
lembab untuk proses epitelialisasi & deposisi  jar. Granulasi (Atwater, 1989; Cooper,1992)
Pengkajian luka & kulit di sekitarnya secara teratur & akurat merupakan hal yang  penting dlm
rencana asuhan keperawatan untuk manejemen luka ( Cooper, 1992 )
 
17 Contoh rencana asuhan keperawatan untuk kerusakan integritas kulit Dx. Kep : Kerusakan
integritas kulit yang berhubungan dengan luka yang terkontaminasi
TUJUAN
 
HASIL YANG DIHARAPKAN
 
INTERVENSI
 
RASIONAL
 Integritas kulit pada area luka operasi meningkat  pada 20 april Luka besih & utuh tanpa
inflamasi, dariainase at maserase pada 18 april Tepi luka saling  berdekatan Jaga agar luka tetap
bersih & kering Ganti balutan sesuai  program termasuk debridemen & pemberian obat2an
Intruksikan klien atau org yang penting bg klien untuk mengkaji & merawat luka. Minta klien
mendemonstrasikannya kembali Penyembuhan luka  bergantung pada keadaan yang bersih &
lembab untuk proses epitelialisasi & deposisi  jar. Granulasi (Atwater, 1989; Cooper,1992)
Pengkajian luka & kulit di sekitarnya secara teratur & akurat merupakan hal yang  penting dlm
rencana asuhan keperawatan untuk manejemen luka ( Cooper, 1992 )
 
18 Contoh Evaluasi untuk intervensi kerusakan integritas kulit
TUJUAN
 
TINDAKAN EVALUATIF
 
HASIL YANG DIHARAPKAN
 Integritas kulit  pada area luka operasi semakin baik Inspeksi permukaan kulit didekat luka &
disekitar tempat dariain Observasi kondisi luka & karakter dariainase Luka bersih & utuh tanpa
inflamasi, dariainase atau maserasi Tepi luka saling mendekat

Anda mungkin juga menyukai