Di Susun Oleh ;
Nyoman Sartini 2311041002
Putu Listia Dewi 2311041018
Putu Listiani 2311041019
Luh Mesyani 2311041022
Esa Nova Natasya Saraswati 2311041026
Gede Juni Darmawan 2311041024
Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan
Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya, akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas
yaitu “Makalah Mengenai Hari Raya Nyepi” Dimana dalam pembuatan makalah ini adalah
bertujuan unuk menambah pengetahuaan kami di bidang keagamaan hari – hari besar agama
Hindu .
Saya menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk
itu kami mengharapkan saran dan masukan yang positif demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya saya meminta maaf jika ada kesalahan atau kekurang sempurnaan dalam makalah
ini. Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih dan mudah – mudahan makalah ini sangat
bermanfaat bagi seseorang yang membacanya
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Hari Raya Nyepi ...................................................................................... 2
2.2 Latar Belakang Sejarah Hari Raya Nyepi .................................................................. 3
2.3 Rangkaian Pelaksanaan Nyepi ................................................................................... 4
2.4 Makna Nyepi.............................................................................................................. 8
2.5 Tujuan Dilaksanakannya Hari Raya Nyepi................................................................ 8
2.6 Ogoh – ogoh dalam pelaksanaan Nyepi .................................................................... 9
2.7 Makna Antropologi Rangkaian Nyepi ..................................................................... 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 11
3.2 Saran ....................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui lebih dalam mengenai hari raya nyepi
2. Mengetahui makna apa saja yang terdapat dalam hari raya nyepi
3. Mengetahui sejarah hari raya nyepi
4. Mengetahui makna ogoh – ogoh dalam hari raya Nyepi
1
BAB II
PEMBAHASAN
Nyepi jatuh pada Penanggal Apiisan Sasih Kedasa (Tanggal 1 Bulan ke 10 Tahun
Caka). Umat Hindu merayakan Nyepi selama 24 jam, dari matahari terbit (jam 6 pagi)
5
sampai jam 6 pagi besoknya. Umat diharapkan melaksanakan Catur Brata Penyepian
yaitu:
1. Amati Geni
Tidak boleh menyalakan api. Amati geni mempunyai makna ganda yaitu tidak
melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan menghidupkan api. Disamping
itu juga merupakn uopaya mengendalikan sikap perilaku agar tidak dipegaruhi
oleh api amarah (kroda) dan api serakah (loba). Menurut Tattwa Hindu (filsafat)
yang memakai symbol Geni tidak disimbolkan sebagai kekuatan Dewa Brahma
yang sebagai pencipta. Penciptaan terkait denga hasil pemikiran seseorang disisni
perlu diadakannya perenungan, apakah kita sudah menghasilkan pemikiran untuk
kebaikan umat ataukah sebaliknya. Pernyataan tersebut terungkap dalam berbagai
Pustaka Suci Hindu yang menyatakan bahwa “Keunggulan mnausia
sebagai mahluk ciptaan Tuhan, terletak pada proses pemikiran seseorang yang
dapat membedakan sikap perilaku yang baik dan buruk (Sarasmuscaya : Sloka
82). Alat kendali proses berpikir paling utama menurut ajaran Agama Hindu
adalah keyakinan terhadap karma phala (Sarasmuscaya : Sloka 74). Mengacu
pada etika Berata Penyepian diatas sudah menampakan pelaksanaan amati Geni
merupakan suati symbol pengendalian diri.
2. Amati Lelanguan
Artinya tidak boleh bersenang – senang. Amati lelanguan yang dimaksud
merupakan kegiatan seseorang mulat sarira atau nawas diri terhadap kegiatan
yang berkaitan dengan wacika. Wacika adalah perkataan yang benar yang dalam
ineraksi dengan sesame maupun dengan Tuhan sudah dilaksanakan atau belum.
Menurut tattwa Hindu dalam pustaka suciyang terungkap dalam Sarasamuscaya
dan Kekawin Nitisastra mengajarkan sebagi berikut:
1. Kata – kata menyebabkan sukses dalam hidup;
2. Kata – kata menyebabkan orang gagal dalam hidup;
3. Kata – kata menyebabkan orang mendapat hasil sebagai sumbu
kehidupan dan
4. Kata – kata menyebabkan orang memiliki relasi.
6
Mengacu pada pemikiran diatas manusia Hindu telah diajarkan agar tetap
melaksanakan wacika yang parisudha yang artinya:
a) Proses interaksi social (komunikasi) tidak boleh berkata kasar,
b) Mencacai maki dan juga tidak boleh menyebabkan orang tersinggu dan
menderita (Sarasamuscaya; Sloka 75),
Uraian diatas memberikan kita suatu pelajaran bahwa perkataan (wacika) yang
diparisudha itulah yang patut dipahami dan menata sikap perilaku seseorang agar
hidup ini aman dan bahagia.
3. Amati Karya
Artinya tidak boleh bekerja. Amati karya sebagai etika Nyepi yang
bermaknakan sebagai evaluasi diri dalam kaitan dengan karya (kerja) merenung
hasih kerja dalam setahun dan sesebelumnya sudahkah bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Aktualialisasi amati karya dalam konteks hari raya
merupakan perenungan pikiran yang religious yang mengajarkan umat Hindu
dalam evaluasi hasil kerja sebagai berikut, yaitu sisihkan hasil kerja untuk
yadnya,
Ø Untuk Hyang Widhi
Ø Untuk Rsi
Ø Untuk Leluhur maupun
Ø Untuk Budhi.
Hal tertera dalam pustaka suci Atharwa Weda III. 24.5 dan Sarasamuscaya
Sloka 262, yadnya itu merupakan implementasi dari ajaran Tri Rna. Diajarkan
pula melalui yadnya dapat terjadi proses penyucian diri manusia baik secara
rohani maupun jasmani.
Amati karya bermakna gada yang artinya tidak bekerja dimaknai sebagai
kesempatan untuk mengevaluasi kerja kita ap[akah aktifitas kerja itu sudah
berlandaskan dharma atau sebaliknya. Kerja yang baik (subha karma) dapat
menolong manusia terhindar dari penderitaan. Berdasarakan uraian diatas ajaran
agama Hindu memandang kerja sebagai yadnya dan titah Hyang Widhi.
4. Amati Lelungan
Artinya tidak boleh bepergian. Amati lelungan merupakan salah satu dari
empat brata penyepian yang berpunsi sebagai evaluasi diri dan sebagai sumber
pengendalian diri. Amati lelengan berarti menghentikan bepergian ke luar rumah,
maka pada saat Nyepi jalan raya sangat sepi. Dalam konteks yang lebih luas
7
berarti evaluasi diri. Evaluasi kerja berhubungan dengan Tuhan, sesama, dan
alam sekitar apakah sudah baik atau belum, sehingga kita dapat menilai hasil
kerja seobyetif mungkin. Mutu meningkat untuk kebaikan atau merosot, langkah
selanjutnya bisa menentukan sikap. Diharapkan agar lebih memantapkan kualitas
kerja untuk hidup manusia.
3. Ngembak Geni
Berasal dari kata ngembak yang berarti mengalir dan geni yang berarti api
yang merupakan symbol dari Brahma (Dewa Pencipta) maknanya pada hari ini
tapa berate yang kita laksanakan selama 24 jam (Nyepi) hari ini bisa diakhiri dan
kembali beraktifitas seperti biasa, memulai hari yang baru untuk berkarya dan
mencipta alias berkreatifitas kembali sesuai swadharma/kewajiban masing –
masing. Ngembak geni biasanya diisi dengan kegiata mengunjungi kerabat atau
saudara untuk bertegur sapa dan bermaaf – maafan.
Sebagai daerah yang kaya akan seni dan budaya, kesenian dan kebudayaan
yang berkembang di daerah Bali banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai luhur agama
Hindu. Hal ini disebabkan oleh adanya keinginan umat Hindu di Bali untuk
memisualisasikan nilai-nilai ajaran agama Hindu. Dalam perayaan Tahun baru Saka
atau Nyepi, ogoh-ogoh memiliki peranan sebagai simbol atau visualisasi prosesi
penetralisiran kekuatan-kekuatan negatif atau kekuatan bhuta. Ogoh-ogoh yang dibuat
pada perayaan Nyepi ini merupakan perwujudan Bhuta Khala, yakni unsur alam yang
terdiri dari air, api, cahaya, tanah, dan udara yang divisualkan dalam wujud yang
menyeramkan, karena jika kekuatan alam itu berlebihan tentunya akan menjadi
kekuatan yang merusak.
9
2.7 Makna Antropologi Rangkaian Nyepi
Di dalam upacara Melasti yang diadakan dua hari sebelum Nyepi, dibayangkan
perjuangan manusia mencari sumber air amerta yang akan menghidupkan terus
semangat mereka dalam menegakkan dharma. Diiringi suara gamelan yang riuh dan
meriah, umat berjalan beriringan membawa seluruh perlengkapan upacara ke sumber-
sumber air maupun menyusuri pantai. Terutama di pesisir pantai Sanur dan Kuta,
diadakan upacara memberi sesaji kepada dewa laut, Baruna. Alunan monoton dari
gamelan dan tabuhan membawa suasana magis dan beberapa orang mulai mengalami
trance. Dialami bahwa seluruh kenyataan menjadi bulat dan seolah-olah “air amerta”
itu sungguh-sungguh diteguk. Upacara berakhir dengan percikan air suci dari
pedanda, diikuti oleh perasaan lengkap di hati umatnya.
Sehari sebelum Nyepi diadakan upacara Butha Yadnya. Umat beriring membawa
obor sambil memukul tabuhan pada senja kala. Kemudian, diadakan juga upacara
memotong hewan korban yang secara simbolis ingin mengungkapkan bahwa bila
manusia sanggup berkorban, ia baru dapat mencapai cita-citanya. Sesajen-sesajen
diberikan bagi Butha Kala. Di sini, Butha Kala adalah kekuatan-kekuatan negatif
yang menguasai manusia yang menghasilkan kekacauan dan penderitaan di dunia ini.
kekuatan ini diajak berdamai dan dengan jalan ini manusia mencapai keselarasannya.
Dalam konteks kita sekarang ini, kemarahan, pemerkosaan martabat manusia, nafsu
berperang, pencemaran lingkungan, eksploitasi alam, kerasukan industri, adalah
unsur-unsur yang dapat dipersonifikasikan ke dalam tokoh mitologis itu.
Pada Hari Raya Nyepi, aspek ideal dari penghayatan harmoni antropokosmis dialami.
Pada saat sepi itu, manusia menghayati kesatuan buana alit dan buana agung seperti
pernah terjadi. Matra yang dibayangkan terjadi pada saat awal sekarang dibayangkan
hadir saat kini. Kejadian primordial itu juga menjadi orientasi bagi tindakan manusia
di masa kini, menjadi etika yang menentukan perasaan-perasaan manusia, baik sedih
maupun gembira. Perbuatan agresif manusia seperti permusuhan, peperangan,
kemarahan, kebencian, dianggap akan menggoncangkan atau bahkan merusak
keselarasan.
Dalam suasana semadi pada Hari Raya Nyepi ini, manusia ingin mengambil bagian
dalam keheningan alam yang harmonis, alam yang berjalan menurut siklus yang
selaras. Inilah makna terdalam yang ingin dicapai umat Hindu dalam menjalani Hari
Raya Nyepi dan ini pula makna dalam diri umat manusia: harmoni antara dirinya dan
alamya.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, pembahasan mengenai Makna Etika Upacara Nyepi
Bagi Pengendalian Diri adalah sebagai berikut:
1 Hari raya Nyepi merupakan salah satu hari raya yang digunakan sebagai
penentu jati diri umat Hindu karena hanya hari raya inilah yang diakui oleh
pemerintah.
2 Catur Brata Penyepian merupakan etika Nyepi yang dapat digunakan
sebagai evaluasi diri dan pengendalaian diri.
3 Aspek theology Nyepi merupakan pengewantahan dari moral umat yang
mampu.
4 Catur Brata Penyepian merupakan perenungan untuk evaluasi kerja kita
selama setahun dan mampu untuk mengendalikan pikiran dan mengendalikan
diri.
5 Kemampuan untuk pengendalian diri berarti perlu suatu jalan untuk
mengatasi permasalahan hidup, jalan untuk penyucian manacika, wacika, dan
kayika akhirnya mampu mewujudkan “Jagadhita ya ca iti dharma”.
3.2 Saran
Saran yang saya ajukan mengenai tata cara pelaksanaan Nyepi yang dapat
dilaksanakan oleh umat Hindu di seluruh Indonesia yaitu:
1 Disarankan dalam melaksanakan Catur Brata Penyepian agar melaksanakan
secara hikmat dan khusuk.
2 Dalam melaksanakan hari raya Nyepi disarankan agar seluruh umat Hindu
tidak melanggar Catur Brata Penyepian.
3 Disarankan bagi umat lain selain umat Hindu agar menghargai pelaksanaan
hari raya Nyepi di Bali pada khususnya dan di seluruh Indonesia pada
umumnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
12