i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Makalah yang berjudul “Hari Raya
Nyepi”. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata pelajaran ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1..............................................................................................................Latar Belakang
....................................................................................................................................1
1.2.........................................................................................................Rumusan Masalah
....................................................................................................................................2
1.3...........................................................................................................................Tujuan
....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Saka?
2. Bagaimana sejarah Tahun Baru Saka?
3. Apa tujuan dari pelaksanaan Hari Raya Nyepi?
4. Bagaimana pelaksanaan Hari Raya Nyepi?
5. Apa makna filosofis Hari Raya Nyepi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hari raya Nyepi adalah salah satu hari raya bagi umat Hindu di Indonesia,
yang diperkirakan jatuh pada bulan Maret pada tahun Masehi. Secara etimologi kata
Nyepi berasal dari kata sepi, yang artinya sunyi. Sesuai dengan tata bahasa Bali, bahwa
konsonan c, j , dan s bila disengaukan menjadi ny, dengan demikian jika kata sepi
disengaukan menjadi kata Nyepi. Berdasarkan penjelasan tersebut, jadi Hari Raya
Nyepi adalah hari raya yang diperingati dengan sepi.
Nyepi merupakan Hari Tahun Baru Saka, yang diperingati oleh umat Hindu di
Bali Khususnya dengan suasana sepi, bagi umat Hindu di Bali pergantian Tahun Caka
selalu dimulai sesudah Tilem pada waktu sasih kasanga (IX), yaitu setelah diadakan
upacara Bhuta Yajna atau Tawur Kesanga.
Dalam beberapa sumber disebutkan sebagai berikut:
1. Lontar Sri Aji Kasanu, menyebutkan bahwa;
“…ring tileming sasih kesanga, patut maprakerti caru Tawur wastanya, sedulur nyepi
awengi.”
Terjemahannya sebagai berikut:
….pada Tilem sasih Kesanga, patut mengadakan Upacara Bhuta Yajna, yaitu caru yang
disebut dengan “Tawur”. Dilanjutkan dengan Nyepi satu malam.
3
melalui suatu upacara, menurut kemampuannya, pada hari purwani tilem, agar
melaksanakan upacara melasti ke laut, mensucikan pratima…melaksanakan Nyepi,
dengan tidak manyalakan api, semua orang tidak boleh melakukan pekerjaan, antara
lain, menghidupkan api di semua tempat
4. Seminar Kesatuan Tapsir Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu tentang Hari Raya
Nyepi (1988)
Hari Raya Nyepi adalah perayaan hari Tahun Baru Saka yang jatuh pada
penanggal apisan sasih kadasa (eka sukla paksa waisak) sehari setelah tilem kesanga
(Panca Dasi Krsa Paksa Chaitra). (Pemda Bali, 1999/2000: 95)
Mengenai Tahun Baru Saka, mulai diresmikan pada penobatan Raja Kaniska
dari Dinasti Kushana pada Tahun 78 Masehi.
Pengguanaan Tahun Saka di Indonesia, berdasarkan prasasti pada zaman dahulu
hanya dikenal Tahun saka saja. Berdasarkan kitab Negara Kertagama, pada jaman
Majapahit, pergantian tahun saka (bulan chaitra ke waisakha) dirayakan secara
nasional.
Sesuai dengan penjelasan dari sumber-sumber tersebut didepan, maka Hari
Raya Nyepi adalah hari untuk merayakan Tahun Baru saka yang dilaksanakan setelah
tilem kesanga. Bukan saja dirayakan oleh umat Hindu di Bali, namun seluruh umat
Hindu di Indonesia wajib melaksanakannya sesuai dengan kondisi daerah masing-
masing.
4
2.2 Sejarah Tahun baru Saka
Penggunaan Tahun Baru saka diresmikan pada waktu penobatan Raja kaniska I
di india dan perkembangan selanjutnya sampai ke Indonesia adalah sebagai berikut:
5
79, Purnama Waisaka kebetulan hari itu gerhana bulan menetapkan panchanga atau
kalender sistem Saka untuk mengenang kejayaan dan hari penobatannya. Sejak saat
itulah ditetapkan perayaan tahun saka.
Diresmikannya tahun saka Kaniska I merupakan tonggak sejarah yang menutup
permusuhan antar bangsa di India sebelumnya. Semenjak saat itu bangkitlah toleransi
antar suku bahkan juga toleransi antar agama. Hal ini dibuktikan dari Raja Kaniska I
yang beragama Hindu, memperhatikan kehidupan dan perkembangan agama Buddha.
Kemasyuran Raja Kaniska I ini ditandai oleh kebijaksanaan dan kearifan politik
dan pelaksanaan pemerintahan. Baginda Raja tidak saja menyelenggarakan siding-
sidang kabinet demi kelancaran pemerintahan Negara, tetapi juga mendorong
terselenggaranya Mahasabha (Sidang Raya), atau Pesamuan agung Keagamaan, baik
untuk agama Hindu maupun agama Buddha demi memelihara kerukunan dan toleransi
hidup beragama.
Janam Kaniska yang dimulai sejak naik tahta pada 78 masehi , telah berhasil
mewujudkan stabilitas nasional dan keamanan di bidang politik serta kokohnya
toleransi dan kerukunan hidup diantara umat beragama Hindu dan Buddha. Kemajuan
yang telah berhasil diwujudkan itu telah mengantarkan dinasti Kaniska I pada masa
kejayaan. Hel itu dibuktikan pula dengan adanya hubungan diplomatic dengan negara-
negara luar, seperti: Yunani, Cina, dan India bagian selatan.
Demikian abad Dinasti Kusana dibawah pemerintahan Raja Kaniska I yang
telah membuka jalan bagi kemajuan perkembangan kebudayaan dan agama sehingga
India menjadi salah satu pusat agama dan peradaban manusia di seluruh dunia.
Kaniska telah membuka pintu India selebar-lebarnya bagi negara- negara di
Asia Tengah, asia Timur jauh, dan Asia tenggara termasuk Indonesia untuk
perkembangan peradaban kebudayaan dan agama.
Sejak ditetapkannya tahun saka oleh Raja Kaniska I, tahun ini kemudian dipakai
pula sampai ke India Utara, yang sebelumnya masyarakat memekai tahun candra,
demikian pula di India Timur bahkan terus berkembang sampai ke Nusantara (Bali).
Sejak saat itu terjadilah pembauran perhitungan tahun, antara tahun saka (Yang
memakai perhitungan Surya) dengan tahun yang memakai perhitungan candra yang
lazim disebut Luni-solar Sistem.
6
B. Tahun Saka Zaman Kejayaan Nusantara
Sepanjang sejarah dari ratusan prasasti yang dijumpai, sejak penggunaan tahun
saka tertua sampai akhir Majapahit prasasti-prasasti itu selalu mempergunakan tahun
saka. Tiada bukti apapun yang menunjukkan adanya penggunaan tahun selain tahun
saka di Indonesia. Di lain hal agama Hindu yang masuk ke Indonesia melalui berbagai
daerah di India, bahkan ada yang lewat kamboja, ataupun Malaya (Ligor)
Dari berbagai data efisgrafis yang ada menunjukkan bahwa penggunaan tahun
saka di Indonesia khususnya jaman kejayaan nusantara sesungguhnya sudah sangat
memasyarakat/membudaya. Di samping itu berdasarkan tradisi, khususnya di jawa dan
Bali dijumpai pula tokoh Aji Saka yang disebut-sebut sebagai seorang yang
menyebarkan agama Hindu ke Indonesia melalui pengajaran huruf-huruf (aksara) yang
kita kenal (Aksara Jawa dan Bali). Siapakah Aji Saka ?
Berdasarkan huruf-huruf yang diajarkan itu, sumbernya adalah satu, yaitu huruf
Dewanagari. Ada pendapat yang menyatakan bahwa aji Saka datang ke Indonesia,
ketika masa kejayaan pemerintahan Raja Kaniska I yang pada masa itu penggunaan
tahun saka sangat popular di India. Ia diduga seorang sanyasin yang melaksanakan
Dharma Yatra ke Indonesia dan menyebarkan agama Hindu ke Indonesia. Ia seorang
Dharma Duta yang sangat berjasa bagi bangsa Indonesia.
Dari peninggalan yang ada, yakni kitab Negarakertagama yang ditulis oleh
Rakawi Prapanca diuraikan sepintas tentang perayaan Chaitra yaitu upacara phalguna.
Upacara phalguna dilaksanakan pada akhir bulan (mulai paro petang ke 14) dan
perayaan chaitra dilaksanakan mulai tanggal 1 sampai tanggal 3.
Pada perayaan chaitra tanggal 1 chaitra dibacakan dibacakan Kitab Rajakapakapa
(Semacam undang-undang Dasar Negara Nusantara Majapahit). Keterangan tentang
perayaan chaitra ini diuraikan dalam pupuh LXXXV sampai dengan pupuh XCIII?.,
Kitab Negara Kertagama. Di samping itu pada bagian akhir dari kekawini ini, Rakawi
Prapanca (pupuh XCIV) menyatakan sedang mengerjakan empat buah kekawin,
masing-masing: Tahun Saka, Lambang, Bhismacarana, dan Sugataparwa.disebutkan
pula dalam kekawin: Lambang dan Tahun Saka masih akan dilanjutkan
penyusunannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, perayaaan bulan chaitra serta kekawin tahun
saka yang sedang disusun oleh Prapanca menunjukkan adanya perayaan tahun baru
saka.
7
Di Bali perayaan Tahun Baru Saka yang popular disebut Hari Raya Nyepi yang
bersumber pada dua buah naskah /lontar yakni Sundarigama dan Swamandala,
disamping tradisi turun temurun. Tidak kalah pentingnya dan pada akhirnya peranan
PHDI sebagai majelis tertinggi umat Hindu di Indonesia memberikan tuntunan,
pengarahan, pembinaan terhadap umat Hindu di Indonesia.
8
chaitra. Demikian pula tahun baru dirayakan pada tanggal 1 Waisakha yakni saat
matahari menuju garis Dewayana, yakni waktu yang baik untuk mendekatkan diri
kepada Sang Hyang Widhi, saat itu pula musim hujan telah mulai reda.
Sebelum membahas tentang tujuan hari raya Nyepi, terlebih dahulu perlu
diketahui pula makna daripada rangkaian upacara yang diselenggarakan sebelum
Nyepi, yaitu upacara melasti dan Tawur Kesanga.
Adapun tujuan dari melasti dijelaskan pula dalam sumber-sumber berikut ini:
1. Lontar Sang Hyang Aji Swamandala
“…. Anganyutakan laraning jagat, paklesa letehing bhuana….”
Artinya:
….melenyapkan penderitaan masyarakat, melepaskan kepapaan dan kekotoran
alam…
2. Lontar Sundari Gama
“…. Atari chaitra tekaning tilem, ika pesucianing prawatek dewata kabeh, hana
ring telening samudra, amet sarining amertha kamandalu, matangian wenang
manusia kabeh angatura prakerti ring prawatek dewata.”
Terjemahannya:
…. Pada hari bulan chaitra, merupakan hari pensucian para dewata semua,
mengambil air kehidupan yang di tengah-tengah samudera, oleh karena itu
patutlah semua manusia/ umat Hindu melakukan persembahan kepada para dewa.
3. Dalam kitab pedoman Hari raya Nyepi dijelaskan bahwa upacara melasti
bertujuan untuk mensucikan arca, Pratima, Nyasa atau Pralingga yang terbuat dari
permata, kepingan emas/ pripih, kayu dan sebagainya. Arca, Pratima, Nyasa atau
Pralingga tersebut bermacam-macam bentuknya seperti arca Brahma, Arca
Wisnu, Arca Siwa, Ganapati dan sebagainya. Kesemuanya itu merupakan media
untuk memusatkan pikiran dalam rangka memuja Sang Hyang Widhi, Dewa-
Dewi, Batara-Batari, dan roh suci leluhur.
Berdasarkan dari sumber tersebut di depan, maka upacara melasti bertujuan untuk
menyucikan bhuwana alit (diri sendiri) dan bhuwana agung (alam semesta), serta arca
pratima dan pralingga sebagai istana dari Sang Hyang Widhi/ manifestasinya,
9
10