Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HARI RAYA NYEPI

Nama : Ni Komang July Trisna Dewi


No : 20
Kls : X Kep

SMK KESEHATAN PANCA ATMA JAYA


TAHUN AJARAN
2022/2023

i
KATA PENGANTAR 
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Makalah yang berjudul “Hari Raya
Nyepi”. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata pelajaran ini.

Dalam penulisan makalah ini, saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan,


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini membantu teman-teman mengetahui


secara garis besar tentang Hari Raya Nyepi. Terima kasih saya ucapkan atas waktunya untuk
membaca makalah kami.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1..............................................................................................................Latar Belakang
....................................................................................................................................1
1.2.........................................................................................................Rumusan Masalah
....................................................................................................................................2
1.3...........................................................................................................................Tujuan
....................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hari Raya Nyepi.......................................................................................3


2.2 Sejarah Tahun Baru Saka...........................................................................................5
2.3 Tujuan Hari Raya Nyepi.............................................................................................9
2.4 Pelaksanaan Hari Raya Nyepi..................................................................................11
2.5 Makna Filosofis Hari Raya Nyepi............................................................................15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................16


3.2 Saran...............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Pelaksanaan upacara Yadnya pada hari-hari suci didasari dengan perhitungan.
Perhitungan tersebut ada berdasarkan weweran, pawukon dan berdasarkan pasasihan.
Hari raya Nyepi dilaksanakan berdasarkan perhitungan pasasihan  yang datangnya
setiap tahun yaitu pada penanggal apisan sasih kadasa (Tanggal satu bulan sepuluh).
Hari raya Nyepi merupakan hari suci agama Hindu yang dirayakan setiap satu
tahun sekali. Hari suci ini berdasarkan pada pengalihan Purnama dan Tilem. Hari Raya
Nyepi juga dikenal sebagai Hari Tahun Baru Saka, yang secara resmi telah diakui
sebagai hari libur nasional sejak tahun 1983. Hari Raya Nyepi dirayakan setiap awal
sasih kedasa atau sehari setelah hari tilem kesanga. (Sutresna, 2012;115).
Pelaksanaan Hari Raya Nyepi diawali dengan upacara melasti dan bhuta
yadnya. Melasti dilaksanakan lima hari atau tiga hari sebelum tilem kesanga. Adapula
yang melaksanakan melasti sehari sebelum tilem kesanga dan perbedaan tersebut sesuai
dengan aturan dan kondisi masyarakat setempat. Upacara Bhuta Yajna dilaksanakan
pada hari tilem sasih kesanga. Melasti bertujuan untuk mensucikan bhuwana agung dan
bhuwana alit, sedangkan bhuta yajna bertujuan untuk mengharmonisasikan unsure-
unsur alam semesta.
Pelaksanaan Hari Raya Nyepi adalah untuk menyambut Tahun baru saka yang
dilandasi dengan kesucian dan keharmonisan sehingga tercapai ketenteraman serta
kesejahteraan hidup lahir dan batin. Dengan demikian, berdasarkan uraian tersebuat di
atas, dengan adanya makalah ini diharapkan agar dapat memahami dan menghayati
Hari Raya Nyepi sehingga dapat menjelaskan secara terperinci mengenai hari raya
nyepi, tahun baru saka, tujuan hari raya nyepi, pelaksanaan hari raya nyepi dan makna
filosofis hari raya nyepi.

1
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Saka?
2.      Bagaimana sejarah Tahun Baru Saka?
3.      Apa tujuan dari pelaksanaan Hari Raya Nyepi?
4.      Bagaimana pelaksanaan Hari Raya Nyepi?
5.      Apa makna filosofis Hari Raya Nyepi?

1.3  Tujuan Penulisan


1.      Untuk mengetahui pengertian Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Saka;
2.      Untuk mengetahui sejarah Tahun Baru Saka;
3.      Untuk mengetahui tujuan dari pelaksanaan Hari Raya Nyepi;
4.      Untuk mengetahui pelaksanaan Hari Raya Nyepi;
5.      Untuk mengetahui makna filosofis Hari Raya Nyepi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Saka

Hari raya Nyepi adalah salah satu hari raya bagi umat Hindu di Indonesia,
yang diperkirakan  jatuh pada bulan Maret pada tahun Masehi. Secara etimologi kata
Nyepi  berasal dari kata sepi, yang artinya sunyi. Sesuai dengan tata bahasa Bali, bahwa
konsonan c, j , dan s bila disengaukan menjadi ny, dengan demikian jika kata sepi
disengaukan menjadi kata Nyepi. Berdasarkan penjelasan tersebut, jadi Hari Raya
Nyepi adalah hari raya yang diperingati dengan sepi.
Nyepi merupakan Hari Tahun Baru Saka, yang diperingati oleh umat Hindu di
Bali Khususnya dengan suasana sepi, bagi umat Hindu di Bali pergantian Tahun Caka
selalu dimulai sesudah Tilem pada waktu sasih kasanga (IX), yaitu setelah diadakan
upacara Bhuta Yajna atau Tawur Kesanga.
Dalam beberapa sumber disebutkan sebagai berikut:
1.        Lontar Sri Aji Kasanu, menyebutkan bahwa;
“…ring tileming sasih kesanga, patut maprakerti caru Tawur wastanya, sedulur nyepi
awengi.”
Terjemahannya sebagai berikut:
….pada Tilem sasih Kesanga, patut mengadakan Upacara Bhuta Yajna, yaitu caru yang
disebut dengan “Tawur”. Dilanjutkan dengan Nyepi satu malam.

2.        Lontar Sundari Gama, menyebutkan bahwa;


“…Atari chaitra tekaning Tilem, ika pasucianing prawatek dewata kabeh, hana ring
telenging Samudera, ametta saring Amerta Kamandalu, matangin wenang manusia
kabeh angaturan prakerti ring prawatek dewata angapi kramanya, nihan Atari
prawaning Tilem Kasanga tag awe akena Bhuta Yajna a ring catus pataningdesa,…
enjangnya ring tilem lasti akena ikang raptima…, enjangnya nyepi amati geni, tan
wenang sajadma anambut gawe saluwirya, agni ring saparaning gnah tan wenang.”
Terjemahannya adalah sebagai berikut:
…. Pada hari Tilem sasih/bulan Chaitra/Kasanga, merupakan hari pensucian para
Dewata semua, mengambil air kehidupan yang ada di tengah-tengah lautan, oleh karena
itu patutlah semua manusia/umat Hindu melakukan persembahan kepada para Dewa,

3
melalui suatu upacara, menurut kemampuannya, pada hari purwani tilem, agar
melaksanakan upacara melasti ke laut, mensucikan pratima…melaksanakan Nyepi,
dengan tidak manyalakan api, semua orang tidak boleh melakukan pekerjaan, antara
lain, menghidupkan api di semua tempat

3.        Kitab Cendamani, menyebutkan sebagai berikut;


Bagi umat Hindu di Bali pergantian Tahun saka selalu dimulai sesudah Tilem
ke sanga (IX), sehingga Hari Raya Nyepi merupakan Hari Raya Tahun Baru Saka. Kata
saka dalam bahasa sansekerta yang artinya tarich/ tahun. Tarich atau Tahun saka kita di
Indonesia selalu dimulai setelah bulan mati (Tilem) ke IX, yaitu sekita bulan Maret
tarich masehi. Mengapa demikian dan mengapa bukan setelah bulan mati  ke XII saja?.

4.        Seminar Kesatuan Tapsir Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu tentang Hari Raya
Nyepi (1988)
Hari Raya Nyepi adalah perayaan hari Tahun Baru Saka yang jatuh pada
penanggal apisan sasih kadasa (eka sukla paksa waisak) sehari setelah tilem kesanga
(Panca Dasi Krsa Paksa Chaitra). (Pemda Bali, 1999/2000: 95)
Mengenai Tahun Baru Saka, mulai diresmikan pada penobatan Raja Kaniska
dari Dinasti Kushana pada Tahun 78 Masehi.
Pengguanaan Tahun Saka di Indonesia, berdasarkan prasasti pada zaman dahulu
hanya dikenal Tahun saka saja. Berdasarkan kitab Negara Kertagama, pada jaman
Majapahit, pergantian tahun saka (bulan chaitra ke waisakha) dirayakan secara
nasional.
Sesuai dengan penjelasan dari sumber-sumber tersebut didepan, maka Hari
Raya Nyepi adalah hari untuk merayakan Tahun Baru saka yang dilaksanakan setelah
tilem kesanga. Bukan saja dirayakan oleh umat Hindu di Bali, namun seluruh umat
Hindu di Indonesia wajib melaksanakannya sesuai dengan kondisi daerah masing-
masing.

4
2.2    Sejarah Tahun baru Saka
Penggunaan Tahun Baru saka diresmikan pada waktu penobatan Raja kaniska I
di india dan perkembangan selanjutnya sampai ke Indonesia adalah sebagai berikut:

A. Penobatan Raja Kaniska I di India


Suku- suku yang mendiami daerah yang sangat luas di Asia Selatan sangatlah
banyak jumlahnya. Suku- suku bangsa itu dilanda oleh permusuhan yang tiada
hentinya. Suku-suku bangsa itu antara lain; Saka(Scythia), Pahlawa(Partha), Yawana
dan Makawa. Mereka sangat berambisi dan ingin menundukkan satu dan yang lain.
mereka silih berganti  menguasai daerah yang membentang di Asia Selatan itu bahkan
sampai ke Asia Tengah diantaranya; Persia, Lembah Sungai Sindhu, Iran Selatan,
Kasmir, India Utara, dan India Barat yang terkenal dengan daerah sangat subur.
Sekitar tahun 248 sebelum masehi, suku bangsa Pahlawa unggul dalam
peperangan dan menaklukan bangsa Yawana dan Saka. Pada masa berikutnya, bangsa
Saka unggul terhadap bangsa Yueh-chi. Bangsa saka harus berhadapan kembali
dengan  suku bangsa Pahlawa dan di sekitar 138 sampai 12 sebelum masehi, suku
bangsa Saka mengalami masa jaya digjaya. Suku-suku bangsa Saka adalah suku bangsa
pengembara yang terkenal ramah dan riang dalam menghadapi segala tantangan hidup.
Peperangan antara suku bangsa terus berlangsung dan berkepanjangan. Suku
bangsa saka kini gilirannya terdesak dikalahkan oleh suku bangsa lain. menyadari hal
ini, suku bangsa Saka yang terdiri dari beberapa kelompok, diantaranya; saka
Tigrakhauda, Saka Humawarga, dan Saka Taradaraya mengubah arah perjuangannya
dari perjuangan politik dan militer untuk merebut kekuasaan  menjadi perjuangan di
bidang kebudayaan. Hal ini menyebabkan Suku bangsa Saka dengan kebudayaannya itu
benar-benar memasyarakat.
Tahun 125 sebelum masehi, Dinasti Kusuna dari bangsa Yueh-chi memegang
tampak kekuasaan. Nampaknya dinasti Kusuna terketuk hatinya oleh perubahan arah
perjuangan suku bangsa Saka. Kekuasaan yang dipegangnya tidak dipakai untuk
menindas musuhnya melainkan untuk merangkul semua bekas musuhnya dan suku-
suku bangsa yang lain yang ada di India itu serta  mengambil puncak kebudayaan dan
suku-suku  itu seperti pakaian adat/ daerah kesenian dan lain-lain dipersatukan menjadi
kebudayaan Negara(Kerajaan).
Pada tahun 78 masehi, seorang dari Dinasti Kusa bernama Raja Kaniska I naik
tahta kerajaan. Raja ini sangat bijaksana bahkan  pada hari minggu tanggal 21 Maret

5
79, Purnama Waisaka kebetulan hari itu gerhana bulan menetapkan panchanga atau
kalender sistem Saka untuk mengenang kejayaan dan hari penobatannya. Sejak saat
itulah ditetapkan perayaan tahun saka.
Diresmikannya tahun saka Kaniska I merupakan tonggak sejarah yang menutup
permusuhan antar bangsa di India sebelumnya. Semenjak saat itu bangkitlah toleransi
antar suku bahkan juga toleransi antar agama. Hal ini dibuktikan dari Raja Kaniska I
yang beragama Hindu, memperhatikan kehidupan dan perkembangan agama Buddha.
Kemasyuran Raja Kaniska I ini ditandai oleh kebijaksanaan dan kearifan politik
dan pelaksanaan pemerintahan.  Baginda Raja tidak saja menyelenggarakan siding-
sidang kabinet demi kelancaran pemerintahan Negara, tetapi juga mendorong
terselenggaranya Mahasabha (Sidang Raya), atau Pesamuan agung Keagamaan, baik
untuk agama Hindu maupun agama Buddha demi memelihara kerukunan dan toleransi
hidup beragama.
 Janam Kaniska yang dimulai sejak naik tahta pada 78 masehi , telah berhasil
mewujudkan stabilitas nasional dan keamanan di bidang politik serta kokohnya
toleransi dan kerukunan  hidup diantara umat beragama Hindu dan Buddha. Kemajuan
yang telah berhasil diwujudkan itu  telah mengantarkan dinasti Kaniska I pada masa
kejayaan.  Hel itu dibuktikan pula dengan adanya hubungan diplomatic dengan negara-
negara luar, seperti: Yunani, Cina, dan India bagian selatan.
Demikian abad Dinasti Kusana dibawah pemerintahan Raja Kaniska I yang
telah membuka jalan bagi kemajuan perkembangan kebudayaan dan agama sehingga
India menjadi salah satu pusat agama dan peradaban manusia di seluruh dunia.
Kaniska telah membuka pintu India selebar-lebarnya bagi negara- negara di
Asia Tengah, asia Timur jauh, dan Asia tenggara termasuk Indonesia untuk
perkembangan peradaban kebudayaan dan agama.
Sejak ditetapkannya tahun saka oleh Raja Kaniska I, tahun ini kemudian dipakai
pula sampai ke India Utara, yang sebelumnya masyarakat memekai tahun candra,
demikian pula di India Timur bahkan terus berkembang sampai ke Nusantara (Bali).
Sejak saat itu terjadilah pembauran perhitungan tahun, antara tahun saka (Yang
memakai perhitungan Surya) dengan tahun yang memakai perhitungan candra yang
lazim disebut Luni-solar Sistem.

6
B. Tahun Saka Zaman Kejayaan Nusantara
    

Sepanjang sejarah dari ratusan prasasti yang dijumpai,  sejak penggunaan tahun
saka tertua sampai akhir Majapahit prasasti-prasasti itu selalu  mempergunakan tahun
saka. Tiada bukti apapun yang menunjukkan adanya penggunaan tahun selain tahun
saka di Indonesia. Di lain hal agama Hindu yang masuk ke Indonesia melalui berbagai
daerah di India, bahkan ada yang lewat kamboja, ataupun Malaya (Ligor)
Dari berbagai data efisgrafis yang ada menunjukkan bahwa penggunaan tahun
saka di Indonesia khususnya jaman kejayaan nusantara sesungguhnya sudah sangat
memasyarakat/membudaya. Di samping itu berdasarkan tradisi, khususnya di jawa dan
Bali dijumpai pula tokoh Aji Saka yang disebut-sebut sebagai seorang yang
menyebarkan agama Hindu ke Indonesia melalui pengajaran huruf-huruf (aksara) yang
kita kenal (Aksara Jawa dan Bali). Siapakah Aji Saka ?
Berdasarkan huruf-huruf yang diajarkan itu, sumbernya adalah satu, yaitu huruf
Dewanagari. Ada pendapat yang menyatakan bahwa aji Saka datang ke Indonesia,
ketika masa kejayaan pemerintahan Raja Kaniska I yang pada masa itu penggunaan
tahun saka sangat popular di India. Ia diduga seorang sanyasin yang melaksanakan
Dharma Yatra ke Indonesia dan menyebarkan agama Hindu ke Indonesia. Ia seorang
Dharma Duta yang sangat berjasa bagi bangsa Indonesia.
Dari peninggalan yang ada, yakni kitab Negarakertagama yang ditulis oleh
Rakawi Prapanca diuraikan sepintas tentang perayaan Chaitra yaitu upacara phalguna.
Upacara phalguna dilaksanakan pada akhir bulan (mulai paro petang ke 14) dan
perayaan chaitra  dilaksanakan mulai tanggal 1 sampai tanggal 3.
Pada perayaan chaitra tanggal 1 chaitra dibacakan dibacakan Kitab Rajakapakapa
(Semacam undang-undang Dasar Negara Nusantara Majapahit). Keterangan tentang
perayaan chaitra ini diuraikan dalam pupuh LXXXV sampai dengan pupuh XCIII?.,
Kitab Negara Kertagama. Di samping itu pada bagian akhir dari kekawini ini, Rakawi
Prapanca (pupuh XCIV) menyatakan sedang mengerjakan empat buah kekawin,
masing-masing: Tahun Saka, Lambang, Bhismacarana, dan Sugataparwa.disebutkan
pula dalam kekawin: Lambang dan Tahun Saka masih akan dilanjutkan
penyusunannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, perayaaan bulan chaitra serta kekawin tahun
saka yang sedang disusun oleh Prapanca menunjukkan adanya perayaan tahun baru
saka.

7
Di Bali perayaan Tahun Baru Saka yang popular disebut Hari Raya Nyepi yang
bersumber pada dua buah naskah /lontar yakni Sundarigama dan Swamandala,
disamping tradisi turun temurun. Tidak kalah pentingnya dan pada akhirnya peranan
PHDI sebagai majelis tertinggi umat Hindu di Indonesia memberikan tuntunan,
pengarahan, pembinaan terhadap umat Hindu di Indonesia.

C. Tahun Baru Saka di Indonesia

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia,para tokoh umat Hindu baik dari


kalangan tua maupun muda berkumpul untuk membicarakan penataan kehidupan umat
Hindu di Indonesia. Pertemuan berupa Pesamuan agung  diselenggarakan di Aula
Fakultas Sastra Universitas Udayana tanggal 21 s/d 22 Februari 1959. Pada pertemuan
ini sepakat membentuk  Parisada Hindu Dharma. Pertemuan ini berkelanjutan sampai
diadakannya Dharma Asrama di Champuan Ubud pada tanggal 17 s/d 23 November
1959. Dalam pertemuan ini, salah satu keputusannya adalah menetapkan hari raya
tahun baru saka  yang disebut Hari raya Nyepi.
Parisada Hindu Dharma  dalam berbagai keputusannya, baik keputusan
Mahasabha maupun Pesamuan Agung selslu memperjuangkan Hari Raya Nyepi, Tahun
Baru Saka dapat diakui oleh pemerintah sebagai hari libur nasional. Perjuangan ini
tidak lain adalah agar umat Hindu di seluruh Indonesia dapat melaksanakan upacara
hari raya Nyepi sebaik-baiknya. Pada hari Rabu Kliwon, Wuku Ugu tanggal 19 Januari
1983, Presiden Soeharto mengeluarkan keputusan Presiden No.3 Tahun 1983 yang
menyatakan bahwa hari Raya Nyepi sebagai Libur Nasional. Keputusan Presiden ini
seakan-akan hadiah tahun baru bagi umat Hindu di Indonesia.
Tahun baru saka di Indonesia dirayakan tanggal 1 bulan Waisakha dengan Pati
agni, yang sebelumnya pada Pancadasi Krsnapada Chaitra masa (hari Tilem bulan
Chaitra) dilaksanakan upacara Tawur Agung Kasanga, Upacara Bhuta Yajna yang
dilaksanakan setiah setahun sekali.perayaan tahun baru saka di Indonesia
mempergunakan perhitungan Luni-solar System, perpaduan antara Suryapramana
dengan Candrapramana.
Dilaksanakannya upacara Tawur ini pada hari Tilem Chaitra sesuai pula dengan
yang termuat dalam lontar Sang Hyang Aji Swamandala yang menyatakan : Muah yang
tawur kunang haywa angelaning pamargi ring tilem bulan chaitra, yang terjemahannya
: bila melaksanakan Tawur, hendaknya janganlah mencari hari lain, selain tilem bulan

8
chaitra. Demikian pula tahun baru dirayakan pada tanggal 1 Waisakha yakni saat
matahari menuju garis Dewayana, yakni waktu yang baik untuk mendekatkan diri
kepada Sang Hyang Widhi, saat itu pula musim hujan telah mulai reda.

2.3    Tujuan Hari Raya Nyepi

Sebelum membahas tentang tujuan hari raya Nyepi, terlebih dahulu perlu
diketahui pula makna daripada rangkaian upacara yang diselenggarakan sebelum
Nyepi, yaitu upacara melasti dan Tawur Kesanga.
Adapun tujuan dari melasti  dijelaskan pula dalam sumber-sumber berikut ini:
1.         Lontar Sang Hyang Aji Swamandala
“…. Anganyutakan laraning jagat, paklesa letehing bhuana….”
Artinya:
….melenyapkan penderitaan masyarakat, melepaskan kepapaan dan kekotoran
alam…
2.         Lontar Sundari Gama
“…. Atari chaitra tekaning tilem, ika pesucianing prawatek dewata kabeh, hana
ring telening samudra, amet sarining amertha kamandalu, matangian wenang
manusia kabeh angatura prakerti ring prawatek dewata.”
Terjemahannya:
…. Pada hari bulan chaitra, merupakan hari pensucian para dewata semua,
mengambil air kehidupan yang di tengah-tengah samudera, oleh karena itu
patutlah semua manusia/ umat Hindu melakukan persembahan kepada para dewa.
3.         Dalam kitab pedoman Hari raya Nyepi dijelaskan bahwa upacara melasti
bertujuan untuk mensucikan arca, Pratima, Nyasa atau Pralingga yang terbuat dari
permata, kepingan emas/ pripih, kayu dan sebagainya. Arca, Pratima, Nyasa atau
Pralingga tersebut bermacam-macam bentuknya seperti arca Brahma, Arca
Wisnu, Arca Siwa, Ganapati dan sebagainya. Kesemuanya itu merupakan media
untuk memusatkan pikiran dalam rangka memuja Sang Hyang Widhi, Dewa-
Dewi, Batara-Batari, dan roh suci leluhur.

Berdasarkan dari sumber tersebut di depan, maka upacara melasti bertujuan untuk
menyucikan bhuwana alit (diri sendiri) dan bhuwana agung (alam semesta), serta arca
pratima dan pralingga sebagai istana dari Sang Hyang Widhi/ manifestasinya,

9
10

Anda mungkin juga menyukai