DOSEN PEMBIMBING
IDA AYU GDE WULANDARI,M.Pd.H
Oleh:
Ni Komang Restiti (2311011028)
I Putu Eka Wista Yana (231101194)
KATA PENGANTAR
Om Swastiyastu
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa. Atas berkat dan juga rahmatnya,penulisan makalah ini dapat
Om Santih,Santih,Santih Om
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………….………………………...1
2.1 Rumusan Masalah…………………………………………….……………………….1
3.1 Tujuan ……………………………………...………………………………………………1
BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………………………………….2
2.1 Perayaan Hari Suci Berdasarkan Pawukon………..………………..........2
2.2 Makna Hari Suci Berdasarkan Pawukon….………………………………….3
2.3 Perayaan Hari Suci Berdasarkan Sasih………………………………………..4
3.1 Makna Hari Suci Berdasarkan Sasih……………………………………………5
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………………….6
3.2 Kesimpulan…………………………………………………………………………………6
DAFTAR PUSAKA………………………………………………………………………………………..7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bali memang salah satu di Indonesia yang memiliki keunikan dari sisi tradisi dan
budaya. Perhitungan hari Kalender Bali misalnya, satu pawukon sama artinya dengan
210 hari dan terbagi menjadi 7 harian yang dikenal dengan Wuku dan Wuku berjumlah
30 hari. Perlu juga diketahui jika kalende pawukon tidak mengenal yang namanya
perhitugan phase bula ataupun musim. Kalender pawukon merupakan kalender aritmatik
murni. Angka tahun mulai kalender ini juga tidak tercatat, namun menurut Babadbali
berputar siklik (nemu-gelang) tanpa berhenti. Meski tidak mengenal tahun baru dalam
kalender pawukon, mulainya wuku Sinta dikenal sebagai permulaan siklus pawukon.
Kemudian, wuku Watugunung adalah berakhirnya satu siklus pawukon.
Sasih merupakan perhitungan bulan Bali yang. Sama seperti bulan masehi, Sasih juga
memiliki 12 bagian yang juga dikenal 12 sasih.Hanya saja Sasih dimulai dari bulan
Maret yakni pada Sasih Kesanga atau Tahun Baru Saka yang juga dikenal dengan Nyepi.
Beberapa perhitungan sasih berdasarkan wariga dan penanggalan saka Bali sebagai
berikut: Sasih Wuku: mengikuti jalannya wuku yaitu 2x210 hari = 420 hari. Tiap sasih
umurnya 35 hari.
2.1 Rumusan Masalah
1. Apa saja perayaan dan makna hari suci berdasarkan pawukon?
2. Apa saja perayaan dan makna hari suci berdasarkan sasih ?
3.1 Tujuan
BAB II
Landasan Teori
Secara khusus hari Raya/ Rerahinan keagamaan yang berdasarkan Pawukon (wuku)
yang dibedakan menjadi empat kelompok besar diantaranya :
1. Budha kliwon
2. Tumpek
3. Anggara Kasih
- Banyu Pinaruh (Minggu Paing) => memohon anugrah kpd. Saraswati (air suci pengetahuan)
- Soma Ribek (Senin Pon) => persembahan kpd Sang Hyang Tri Murti
- Pagerwesi (Rabu Kliwon) => Persembahan kpd. Pramesti Guru & Dewata Nawa Sanga
2. Wuku Landep :
- Tumpek Landep (Sabtu Kliwon) => penyucian senjata, persembahan Sang Hyang Pasupati.
3. Wuku Ukir:
4. Wuku Kulantir:
5. Wuku Wariga:
6. Wuku Warigadian:
7. Wuku Sungsang:
8. Wuku Dunggulan:
- Pemecekan Agung (Senin Kliwon) => pemujaan kpd Sang Hyang Prameswara
- Kuningan (Sabtu Kliwon) = pemujaan Sang Hyang Widhi sebelum jam 12.00 (tajeg surya)
- Tumpek Kandang (Sabtu Kliwon) => pemujaan Bhatara Rare Angon, penghormatan tdp
Binatang.
- Tumpek Wayang (Sabtu Kliwon) => hari kesenian, pemujaan tdp Bhatara Iswara
2. Hari Raya Nyepi. Hari Raya Nyepi merupakan pergantian tahun Saka (Saka Warsa)
yang dirayakan setiap setahun sekali, yang jatuh pada sehari sesudah tilem sasih kesanga
pinanggal ping 1 Sasih Kedasa. Nyepi adalah hari suci umat Hindu yang dirayakan setiap
Tahun Baru Saka. Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi
sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender
śaka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah
memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam
manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari
Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu,
khususnya di daerah Bali.
3. Hari Raya Betara Turun Kabeh. Piodalan Ida Bhatara Turun Kabeh adalah upacara
yang melukiskan semua Dewa manifestasi Tuhan berkumpul di Balai Pesamuan Agung
Pura Besakih dan bersatu untuk memberikan anugerah kepada umatnya untuk
menghaturkan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa / Ida Shang Hyang Widhi. Upacara
Batara Turun Kabeh ini dilakukan setiap tahun pada Sasih Kedasa. Adapun tujuan atau
suksmaning pelaksanaan piodalan Ida Bhatara Turun Kabeh dan Penyegjeg Jagat
sebagaimana disebutkan dalam sumber kutipan Puncak Karya Betara Turun Kabeh Dan
Penyegjeg Jagat Besakih, untuk memohon kerahayuan dan keselamatan jagat alam
semesta.
4. Hari Raya Panca Wali Krama. Panca Wali Krama adalah salah satu bagian dari
upacara bhuta yadnya yang datangnya setiap 10 (sepuluh) tahun sekali, dimana tahun
caka berakhir pada angka “0”. Upacara besar tersebut untuk tahun Saka 1940 jatuh pada
hari Buda Kiwon Matal, tanggal 6 Maret 2019. Berdasarkan Paruman Agung antara
Prajuru Desa Adat Besakih dengan para Pinandita Pura Agung Besakih, Pemerintah
Provinsi Bali, Kabupaten dan Kota se-Bali, Yajamana Karya, Ida Dalem Semara Putra,
Nayaka Praja Provinsi Bali, PHDI Provinsi Bali, MUDP Provinsi Bali dan unsur lainnya
yang dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2019 di Wantilan Kesari Warmadewa
Besakih. Berkenaan dengan hal itu, untuk mendukung kesucian dan suksesnya
pelaksanaan Karya Agung tersebut patut dilaksanakan Yasa Kerthi oleh seluruh umat
Hindu, baik dalam sikap dan perilaku maupun dalam bentuk upacara dan upakaranya.
5. Hari Raya Eka Dasa Ludra. Rahina Tilem mempunyai hubungan yang erat dan
tidak terpisahkan dengan Rahina Purnama, dalam lontar Purwa Gama disebutkan saat
datang purnama dan Tilem hendak lah manusia melaksanakan sembahyang dan upacara
pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi untuk memohon penyucian diri, berkah dan juga
kesejahteraan. Eka Dasa Rudra, dirayakan pada Tilem Kasanga setiap 100 tahun sekali.
Upacara Panca Wali Krama ini dirayakan di Pura Besakih setiap 10 tahun sekali yaitu
pada tahun saka yang berakhiran dengan angka “0”, panglong ping 15 (tilem) sasih
kasanga
Setiap sasih memiliki hari suci atau hari yang dianggap sakral dalam praktik keagamaan
Hindu. Berikut adalah beberapa hari suci yang umum dirayakan dalam agama Hindu
berdasarkan sasih:
Nyepi: Merupakan hari raya cipta, di mana umat Hindu di Bali, Indonesia, merayakan
Tahun Baru Saka. Hari ini ditandai dengan puasa, meditasi, dan kegiatan-kegiatan
keagamaan. Nyepi adalah hari keheningan, di mana orang-orang diharapkan untuk
merenung dan merayakan kebersihan spiritual.
Saraswati Puja: Merupakan perayaan untuk Dewi Saraswati, dewi ilmu pengetahuan,
seni, dan kebijaksanaan. Pada hari ini, umat Hindu melakukan puja (persembahan)
kepada Dewi Saraswati dan memuja buku-buku, alat tulis, dan instrumen musik sebagai
simbol ilmu pengetahuan.
Purnama dan Tilem: Purnama adalah hari purnama atau bulan purnama, di mana umat
Hindu melakukan upacara keagamaan dan puja. Tilem adalah hari amavasya atau bulan
baru, yang juga dirayakan dengan kegiatan keagamaan.
BAB III PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Sebagai umat Hindu, tentu kita sudah tidak asing lagi ketika mendengar istilah
pawukon dan sasih. Jika dalam pelaksanaan kehidupan sehari-hari kita biasa
menggunakan Kalender Masehi sebagai acuan waktu, sedangkan umat Hindu di Bali
menggunakan sistem Kalender Saka. Fungsi dari Kalender Saka Bali yaitu untuk
memberikan kemudahan kepada umat beragama Hindu khususnya dalam mencari suatu
piodalan dan padewasaan. Pawukon dan sasih adalah dua hal yang ada dalam kalender
bali, di mana keduanya sangat penting digunakan untuk menentukan waktu pelaksanaan
berbagai macam hari suci umat Hindu. Pawukon berasal dari kata dasar wuku. Satu tahun
Pawukon terdiri atas 30 wuku yaitu wuku Sinta, Landep, Ukir, Kulantir, Tolu, Gumbreg,
Wariga, Warigadian, Julungwangi, Sungsang, Dungulan, Kuningan, Langkir, Medangsia,
Pujut, Pahang, Krulut, Merakih, Tambir, Medangkungan, Matal, Uye, Menail,
Prangbakat, Bala, Ugu, Wayang, Kelawu, Dukut, Watugunung. Setiap wuku memiliki
masa 7 hari. Dengan demikian, 1 tahun kalender Pawukon berlangsung selama 210 hari.
Perputaran hari dalam 1 wuku disebut sebagai saptawara yang dimulai dari hari Minggu
dan diakhiri pada hari Sabtu. Sasih adalah masa atau bulan, yang artinya dalam setahun
kalender terdiri dari 12 masa.
DARTAR PUSTAKA
https://rohin.stis.ac.id/article/peran-pawukon-dan-sasih-dalam-agama-hinduhttps://
bali.tribunnews.com/2023/04/19/makna-hari-raya-buda-kliwon-ugu-lakukan-hal-ini
- :~:text=muang%20ring%20sanggar.-,Buda%20Kliwon%20merupakan%20hari
%20pesucian%20Sang%20Hyang,yakni%20ngastuti%20Hyang%20Nirmala
%20Jati.&text=Adapun%20bantennya%20yakni%20canang%20yasa,tempat%20tidur
%2C%20dan%20di%20sanggah
https://regional.kompas.com/read/2021/08/28/094851378/makna-hari-raya-saraswati-
peringatan-turunnya-ilmu-pengetahuan-dalam-ajaran?page=all.
https://rohin.stis.ac.id/article/peran-pawukon-dan-sasih-dalam-agama-hindu