Anda di halaman 1dari 21

Tugas Makalah Acara

“HARI SUCI”

Dosen Pengampu :
Dr. Drs. Marsono M.Pd.H

Disusun Oleh :
I Putu Mika Pratama Yasa ( 2311011035 )
Anak Agung Gde Sedana Satriya Putra ( 2311011070 )

Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar


Prodi Pendidikan Agama Hindu
Tahun Ajaran 2023/2024

1
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa , karena atas
Asung Kerta Wara Nugraha- Nyalah, tugas makalah yang berjudul “Hari Raya Suci Agama
Hindu” selesai tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa tugas Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun demi
keseempurnaan tugas ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
bekerjasama,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Semoga hasil
Makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om

Hormat Kami

Penyusun Makalah
DAFTAR ISI
COVER…………………………….…………………………………………………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………..……2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………….…3
BAB I PENDAHULUAN…..……………………………………………………………………………………………………………4
1.1 Latar Belakang………………………..……………………………………………………………………………….…….4
1.2 Rumusan Masalah………………………..……………………………………………………………………………….4
1.3 Tujuan………………………………………..…………………………………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………….……………….5-20
2.1 Pengertian Hari Suci……………………………………………………………………………………………………5-6
2.2 Hari Suci Berdasarkan Sasih……………………………..…………………………………………………………6-9
2.3 Hari Suci Berdasarkan Wuku / Pawukon……………………………………………………………………9-20
BAB III PENUTUPAN………………………………………………………………………………………………………..……21
3.1 Kesimpulan………………………………..……………………….……………………………………………….……..21
3.2 Saran…………………………………………………………………………………………………………………….…….21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………..…………..21

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hari besar keagamaan diperingati berdasarkan pergerakan bumi/bulan/matahari
maupun adanya peristiwa yang dipercaya memiliki nilai spiritual/kesakralan tertentu
untuk meningkatkan kualitas prilaku sehari-hari. Memaknai hari raya keagamaan kita
berusaha menekan angka-angka negatif dalam kehidupan sehari-hari.Umat Hindu
memiliki hari-hari suci yang berdasarkan sasih dan pawukon.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu hari suci dalam Agama Hindu ?
2. Bagaimana jika hari suci dilihat dari hitungan Sasih ?
3. Bagaimana jika hari suci dilihat dari hitungan Wuku/Pawukon?

1.3 TUJUAN
1. Agar mengetahui apa itu hari suci
2. Agar lebih mengenal hari suci jika dihitung dengan sasih dan wuku/pawukon
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN HARI SUCI
Hari suci atau rerahinan adalah hari yg diperingati atau di istimewakan berdasarkan
kenyakinan bahwa hari itu mempunyai makna bagi kehidupan seseorang/masyarakat karena
pengaruhnya dan karna nilai-nilai didalamnya. Bila peringatan hari suci itu dilakukan secara rutin
maka acara itu disebut rerahinan. Bila kita pelajari acara rerahinan ini maka hari-hari suci itu ada
pada siklus tertentu, dan mempunyai hari puncak dimana hari puncak itu akan kembali kehari
permulaan.
Hari suci yang dirayakan oleh seluruh umat disebut hari raya atau rerahinan gumi (jagat).
Sedangkan hari suci yang dirayakan oleh kelompok-kelompok tertentu disebut dengan nama
odalan atau piodalan. Piodalan atau pawedalan berasal dari kata Wedal yang artinya lahir. Jadi
pawedalan atau piodalan merupakan hari suci untuk memperingati kelahiran sesuatu (bukan
manusia) atau hari jadi suatu Pura (Karena piodalan biasanya ditujukan untuk tempat suci).
Hari suci adalah hari yang istimewa , karena pada hari-hari suci tersebut para dewa beyoga
untuk menyucikan alam semesta berupa isinya . Beryadnya pada saat ini nilainya sangat baik
dibandingkan hari biasanya dan hari suci sering disebut dengan hari raya karena pada saat ini
diperingati dan dirayakan dengan khusus dan istmewa . Umat hindu sering menyebut dengan “
Rahinan “
Rangkaian pelaksanaan hari suci keagamaan hindu secara garis besar ,pedoman atau patokan
yang dipakai untuk memeringati hari raya keagamaan bagi umat hindu dibedakan menjadi dua
macam yaitu:
1. Berdasarkan atas Perhitungan Sasih ( Pranata Masa ) , seperti hari raya Nyepi dan hari raya
Siwa Latri .
2. Berdasarkan Pawukon (wuku) , yaitu hari raya Galungan , Kuningan , Saraswati dan
Pagerwesi .
Hari raya yang berdasarkan pawukon dibedakan menjadi empat yaitu :
1. Budha kliwon
2. Tumpek
3. Budha wage / Budha kliwon
4. Anggara kasih
Nama – nama dalam satu saka :
1. Srawana / Kasa = Juli

5
2. Badrawada / Karo = Agustus
3. Asuji / Katiga = September
4. Kartika / Kapat = Oktober
5. Margasira / Kalima = November
6. Posya / Kanem = Desember
7. Magha / Kapitu = Januari
8. Phalguna / Kawulu = Februari
9. Caitra / Kasanga = Maret
10. Waisaka / Kadasa = April
11. Jyesta / Jyesta = Mei
12. Ashada / Sada = Juni
Hari raya umat hindu di bedakan manjadi dua, yaitu berdasarkan sasih dan pawukon.
Pambagiannya yaitu, sebagian berikut:

2.2 HARI SUCI YANG DIRAYAKAN BERDASARKAN PERHITUNGAN


SASIH
Rangkaian pelaksanaan hari raya berdasarkan perhitungan sasih
1. Hari Purnama ( bulan penuh )Adalah hari suci yang datangnya setiap satu bulan sekali ,
untuk memohon kejernihan pikiran serta menghormati Sang Hyang Ratih .
2. Hari Tilem ( bulan mati )Adalah hari suci yang datangnya setiap satu bulan sekali , untuk
memohon keselamatan serta menghormati Sang Hyang Surya yang sedang melakukan
yoga.
3. Purnama Kapat ( Purnama kartika )Diyakini sebagai sasih/bulan yang penuh berkah yang
ditandai dengan turunnya hujan . pada hari suci untuk upacara Yadnya atau melakukan
Punia . Pada saat ini beryogalah Sang Hyang Parameswara atau Sang Hyang Purusangkara.
4. Hari Raya Siwa Ratri. Siwa ratri ,berasal dari kata Siwa dan Ratri . Siwa adalah Sang
Hyang Siwa , sedangkan Ratri berarti malam . Jadi Siwa ratri adalah malam Siwa karena
pada saat ini Dewa Siwa beryoga . Siwa ratri dilaksanakan setiap Purwaning Tilem Sasih
Kapitu ( sehari sebelum tilem sasih kapitu / Palguna ).Diceritakan ada seorang pemburu
yang bernama lubdaka yang tinggal disebuah desa terpencil . setiap hari pekerjaannya
berburu binatang. Setiap hari pula ia melakukan Himsa Karma ( Menyakiti dan membunuh
binatang ). Pada suatu hari ia melakukuan perburuan ke tengah hutan,namun ia tak
mendapatkan seekor binatang. Lubdaka tidak putus asa dan terus menyelundup ke tengah
hutan hingga sore hari. Karena hari semakin gelap ia memutuskan untuk menginap di hutan
tersebut. Agar tidak dimakan atau diganggu binatang buas ia naik keatas pohon BILA yang
kebetulan tumbuh dipinggir kolam yang dahannya menjulur di atas kolam tersebut. Untuk
mengghilangkan rasa kantuk ia memetik satu persatu daun pohon itu dan dijatuhkan ke
dalam kolam( 108 daun ). Tanpa disadari munjulah sebuah lingga di tengah kolam tersebut
sebagai tempat berstananya Dewa Siwa melaksanakan tapa,brata, yoga, semedhi.
Perbuatan Lubdaka telah diketahui oleh Dewa Siwa. Karena ia telah mengikuti tapa, yoga,
semadhinya Dewa Siwa., maka Dewa Siwa menghadihainya pengampunan dosa,kelak jika
ia meninggal rohnya akan diterima di alam Siwa ( Siwa Loka ). Keesokan harinya ia pulang
kerumah tanpa membawa hewan buronan satu pun dan apa yan dialaminya di hutan ia
ceritakan kepada istri dan sanak keluarganya. Hari berganti hari, tahun berganti tahun
terlewati akhirnya ia jatuh sakit dan meninggal dunia. Rohnya Lubdaka kemudian
disambut oleh Cikra Bala Dewa Yamadipati, untuk disiksa di neraka sesuai dengan
perbuuatanya setiap hari membunuh hewan dan penuh dosa. Tak lama kemudian datanglah
prajurit Dewa Siwa untuk menjemput rohnya Lubdaka untuk diantar menghadap dewa
Siwa di Siwa Loka. Maka terjadilah perdebatan antara Cikra Bala Dewa Yamadipati
dengan prajurit Dewa Siwa. Akhirnya setelah dijelaskan oleh Dewa Siwa karma baiknya
Lubdaka pada waktu Siwa Ratri melaksanakan tapa, brata, yoga, semadhi maka Cikra Bala
Dewa Yamadipati mengalah, kemudian rohnya diantar ke Siwa Loka ( sorga ) oleh prajurit
dewa Siwa. Demikianlah riwayat Lubdaka walaupun sering berbuat dosa, namun kalau
tekun melakukan tapa, yoga, brata dan semadhi terutama pada saat Siwa Ratri maka dosa-
dosanya dapat dilebur oleh Dewa Siwa.
5. Hari Raya Nyepi
Adalah hari raya untuk menyambut tahun baru Saka.
Rangkaian upacara untuk Hari Raya Nyepi :
1. Panglong 13 Sasih Kasanga
Umat Hindu melaksanakan upaangcara Melasti / Mekiis ke sumber mata air (laut),
yang bertujuan untuk “ ngayudang malaning gumi, angamet tirtha amertha “ . artinya
menghayutkan segala kotoran buana agung dan buana alit kemudia memohon tirtha
amertha ( tirtha kehidupan )
2. Tilem Sasih Kasanga
Melaksanakan Budha yadnya mulai dari tingkat keluarga sampai tingkat propinsi.
Setelah melaksanakan upacara tersebut sore harinya ( sandhikala ) diadakan upacara
ngerupuk dan mengarak ogoh-ogoh sebagai simbois wujud Bhuta Yadnya. Mengarak
ogoh-ogoh bertujuan untuk nyomnya Bhuta Kala agar sifat-sifatny yang negatif
berubah menjadi dewa agar membantu menylamatkanumat manusia.
3. Tanggal Apisan ( tanggal satu ) sasih kadasa
Adalah tahun baru Saka ( hari suci nyepi ). Umat Hindu melaksanakan Catur Brata
Penyepian yaitu :
1. Amati Geni artinya tiidak menyalakan api
2. Amati Karya artinya tidak bekerja
3. Amati Lelungan artinya tidak berpergian
4. Amati Lelanguan artinya tidak mengumbar nafsu ( tidak mendengarkan radio,
tape,TV,dan kegiatan yang menyenangkan lainnya )
5. Ngembak Geni

7
Sehari setelah hari suci Nyepi,umat Hindu saling kunjung-mengunjungi sanak
keluarga
6. Dharma Santi
Setelah hari ngembak geni. Mengenai pelaksanaan Dharma Santi ini disesuaikan
dengan kemempuan dan desa,kala,patra( tempat,waktu dan keadaan )
Disamping itu penentuan hari berdasarkan sasih/masa dapat dibedakan atas dua
bagiaan yaitu:
A. Lahru sasih/ masa adalah musim
kemarau/panas.
B. Rengreng masa/sasih adalah musim
penghujan.
Sasih/masa perbandingannya dengan bulan
masehi sebagai berikut:
1. Sasih Sarwanja atau Sasih Kasa – Bulan Juli.
2. Sasih Badrawada atau Sasih Karo – Bulan agustus.
3. Sasih Asuji Atau Sasih Ketiga – Bulan September.
4. Sasih Kartika atau Sasih Kapat – Bulan Oktober.
5. Sasih Margasira atau Sasih Kelima – Bulan Nopember.
6. Sasih Posya atau Sash Kenem – Bulan Desember.
7. Sasih Magha atau sasih kepitu – Bulan Januari.
8. Sasih Phalguna atau Sasih Kawulu – Bulan Februari.
9. Sasih Caitra atau Sasih Kesange – Bulan Maret.
10. Sasih Waisaka atau Sasih Kedasa – Bulan April.
11. Sasih Jyesta atau Sasih Desta – Bulan Mei.
12. Sasih Ashada atau Sasih Sada – Bulan Juni.
Pengaruh peredaran atau perputaran alam terhadap kehidupan di alam tercermin pada baik
buruknya hari seperti tersebut diatas.
- Lahru masa adalah musim panas atau kemarauyaitu berlangsung antara sasih waisaka, sasih
kedasa sampai sasih ketiga (sekitar bulan april sampai bulan september). - Rengreng masa adalah
musim hujan yang berlangsung antara sasih kapat sampai sasih kesanga (sekitar bulan Oktober
sampai bulan Maret).
Sasih masa yang ditetapkan sebagai hari suci / hari besar agama Hindu serta makna yang
terkandung didalamnya yaitu:
a. Sasih kedasa ditetapkan sebagai awal tahun baru caka, tepatnya penanggal satu
yangdisebut hari Nyepi(Hari raya Hindu yang diakui oleh pemerintah menjadi Hari libur
Nasional).Satu hari sebelum nyepi yakni pada Tilem Sasih Kesanga dilaksanakan Tawur kesanga
ditiap perempatandesa. Sasih kesanga merupakan sasih puncak dan sasih penutup tahun caka.
b. Sasih kapat diyakini sebagai sasih/bulan yang penuh berkah (sasih mule
dayuh)yangditandai dengan mulai turunnya hujan, tanaman mulai subur, tanaman
berbunga/berbuah(musim semi). Pada Purnama Kapat sering dipakai sebagai hari suci/penting
untuk upacara yadnya dan melakukan punia.
c. Sasih kapitu tepatnya pada pangelong keempat belas (Catur Dasi/Kresne Paksa)
ataupurwaning Tilem Kapitu yang dirayakan sebagai hari Payogan Sanghayang Siwa. Pada
pustaka Siwaratri Kalpa dikisahkan perjalanan Lubdaka samapai menembus Siwaloka.
Sasih Kapitu merupakan dimana pada malamnya gelap dan puncaknya pada pangelong keempat
belas, hal ini disimbulkan sebagai tujuh kegelapan yang menyelimuti jiwa manusia . Barang siapa
yang berasil mengatasi kegelapan/ kebodohan, pejalanannya pasti akan sukses dalam mengarungi
kehidupan.
Sasih / bulan yang baik dipakai sebagai dewasa ayu melaksanakan yadnya antara lain :
a. Sasih Kedasa : Dewa Yadnya, Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya.
b. Sasih Kapat : Dewa Yadnya, Manusa Yadnya dan Rsi Yadnya.
c. Sasih Kenem, Sasih Kapitu, Sasih Kesanga : Bhuta Yadnya.

2.3 HARI SUCI YANG DIRAYAKAN BERDASARKAN PEHITUNGAN


WUKU
1. Hari Soma Pon, Wuku Sinta disebut Hari Soma Ribek
Hari ini merupakan Payogan Bhatara Sri. Pemujaan ditujukan kehadapan Bhatara Sri
sebagai sakti dari Bhatara Wisnu. Tujuanya adalah memohon panugrahan berupa
kemakmuran. Pada hari ini umat Hindu sebaiknya pendalaman tentang ajaran-ajaran
kerohanian.
2. Hari Anggara Wage, Wuku Sinta disebut Hari Sabuh Mas
Hari suci ini adalah merupakan hari suci pemujaan ditujukan kehadapan Bhatara
Mahadewa dengan menggunakan sedana berupa emas, manik-manik ataupun kekayaan.
Maknanya adalah agar setiap umat senantiasa menampilkan prilaku dan kepribadian baik
setiap hari.
3. Hari Budha Kliwon Wuku Sinta
disebut Pagerwesi.
Hari ini merupakan payogan Bhatara Siwa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang
Pramesti Guru. Beliau disertai oleh Dewa yang lainya, menciptakan dan mengembangkan
kelestarian kehidupan didunia ini. Para umat hendaknya melakukan pemujaan kehadapan
Sang Hyang Pramesti Guru, memohon pelestarian kehidupan yang abadi. Pemujaan
dituntun oleh Sulinggih atau Pendeta, setelah mengadakan pemujaan umat hendaknya
melaksanakan yoga samadhi.
4. Hari Saniscara Kliwon Wuku Landep, disebut Tumpek Landep.

9
Hari ini adalah merupakan hari pujawali Bhatara Siwa, dan payogan Ida Sang Hyang
Pasupati, umat Hindu hendaknya melakukan pemujaan kehadapan Beliau agar berkenan
menganugrahkan ketajaman pikiran serta ketangguhan dalam menghadapi perjuangan
hidup ini.
5. Hari Redite Umanis Wuku Ukir.
Hari ini merupakan Pujawali Bhatara Guru. Umat sedharma hendaknya melakukan
persembahyangan memuja Ida Bhatara Guru, memohon bimbingan agar dianugrahi
pencerahan rohani sehingga kehidupan ini tentram.
6. Hari Anggara Kliwon Wuku Kulantri, disebut Anggara Kasih.
Hari ini merupakan Pujawali Bhatara Mahadewa. Umat sedharma hendaknya
melaksanakan persembahyangan, memohon kehadapan Bhatara Maha Dewa agar di
anugrahi kesejahteraan dan kebahagiaan dalam hidup ini.
7. Hari Saniscara Kliwon Wuku Wariga.
Hari ini merupakan pujawali Ida Sang Hyang Sangkara. Beliau yang menciptakan dan
melestarikan semua tumbuh-tumbuhan yang dapat memberikan kemakmuran dan
kesejahteraan kehidupan yang abadi dunia ini. Upacara ini dilaksanakan dengan tujuan agar
semua tumbuh-tumbuhan dapat hidup dengan subur dan memberi buah serta buah-buahan
yang bermutu terhadap kehidupan didunia ini. Umat diharapkan melakukan
persembahyangan memuja Ida Sang Hyang Sangkara agar pikiran dapat tumbuh dan
berkembang dengan suci, baik dan benar.
8. Hari Wraspati Wuku Sungsang disebut
Sugihan Jawa.
Hari ini diyakini oleh umat Hindu sebagai hari turunnya para Dewa dah Roh-Roh
pembersihan dan penyucian Bhuana Agung atau Alam Semesta, dilanjutkan dengan
mengadakan persembahyangan memuja Ida Sang Hyang Widhi, para Dewa dan Roh Suci
memohon keselamatan Alam Semesta. Umat juga diharapkan melaksanakan yoga Samadhi
memohon keselamatan menyongsong kemenangan Dharma melawan Adharma.
9. Hari Sukra Kliwon Wuku Sungsang disebut Juga Sugihan Bali.
Hari ini adalah merupakan pembersihan dan penyucian Bhuana Alit ( diri sendiri ),
umat Hindu hendaknya melaksanakan persembahyangan terhadap Ida Sang Hyang Widhi
Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasiNya dan roh suci leluhur untuk memohon
kehadapannya kesucian lahir dan batin.
10. Hari Redite Pahing Wuku Dungulan, juga disebut sebagai Panyekeban.
Hari ini diyakini oleh umat Hindu sebagai hari turunya Sang Hyang Kala Tiga Wisesa
Yang akan menjadi Bhuta Galungan. Sang Bhuta Galungan adalah kekuatan Alam yang
hendak menggoda serta memberikan cobaan umat manusia yang akan merayakan Hari
Raya Galungan " Kemengan Dharma ". Oleh karena itu umat hendaknya melakukan
persembahyangan, memuja kebesaran Tuhan / Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta
manifestasiNya.
11. Hari Soma Pon Wuku Dunggulan, disebut juga hari Penyajaan.
Pada hari ini biasanya, dalam praktik kehidupan sehari-hari para umat membuat jajan
untuk persiapan yang akan dipersiapkan pada hari Galungan. Jajan yang dibuat beraneka
ragam macamwarna, jenis dan nama. Umat hendaknya melaksanakan persembahyangan,
memohon kehadapannya agar dapat lebih sungguh-sungguh meningkatkan pengendalian
dan kesucian diri sehingga berhasil memenangkan kebenaran pada setiap langkah.
12. Hari Anggara Wage Wuku Dungulan, disebut Hari Penampahan Galungan.
Aktivitas yang lebih menonjol pada hari ini adalah acara memotong hewan (Nampah),
dilanjutkan dengan mengolah daging yang diperoleh dari tempat memotong hewan.Olahan
yang dibuat untuk perayaan Galungan.
13. Hari Budha Kliwon Wuku Dungulan, disebut Hari Raya Galungan.
Hari ini merupakan hari pujawali dan Payogan Sang Hyang Dharma. Umat Hindu
melakukan persembahyangan di tempat-tempat suci (Pura Kahyangan Jagat/Desa,
Kawitan, Padharman, Merajan/Sanggah) dan yang lainnya menurut keyakinan
masingmasing. Semua tempat diupacarakan termasuk peralatan rumah tangga.
14. Hari Redite Wage Wuku Kuningan, disebut Hari Ulihan.
Pada hari ini diyakini oleh umat Hindu, bahwa para Dewa dan Roh suci Leluhur
kembali ke PayoganNya masing-masing. Umat Hindu biasanya melaksanakan
persembahyangan kehadapannya karena Beliau telah menganugerahkan umur panjang
kepada kita sekalian. Pemujaan dan persembahyangan pada hari ini bertujuan untuk
menyampaikan rasa hormatdan bhakti serta terima kasih.
15. Hari Soma Kliwon Wuku Kuningan, Hari Pemacekan Agung.
Pada hari ini umat melaksanakan persembahyangan kepada Bhuta Galungan agar
Beliau kembali dan tidak menggoda umat manusia. Tujuannya adalah menyomyakan Sang
Bhuta Galungan beserta kekuatan-kekuatanya. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada
wuktu Sandhikala (sore) hari.
16. Hari Budha Pahing Wuku Kuningan.
Hari ini merupakan pujawali Ida Bhatara Wisnu. Umat hendaknya melaksanakan
persembahyangan ditempat-tempat suci, guna memohon anugrahNya berupa kesejahteraan
Alam Semesta beserta isinya.
17. Hari Sukra Wage Wuku Kuningan disebut Penampahan Kuningan.
Pada hari ini umat Hindu melaksanakan berbagai aktivitas dalam rangka
mempersiapkan diri untuk menyambut hari Kuningan. Persiapan yang dimaksud adalah

11
persiapan rohani, dengan melaksanakan pengendalian diri agar pikiran terlepas dari
pengaruh-pengaruh yang kotor.
18. Hari Saniscara Kliwon Wuku Kuningan, disebut Hari Raya Kuningan, atau
"Tumpek Kuningan".
Umat Hindu meyakini bahwa pada hari ini adalah kembali turunnya para Dewa diiringi
oleh para Leluhur, untuk menyaksikan persembahyangan umatnya.
19. Hari Budha Kliwon Wuku Pahang, disebut Hari Budha Kliwon Pengatwaka.
Hari ini rangkaian terakhir dari pada perayaan Galungan dalam kurun waktu enam
bulan. Pada hari ini sisa upacara selama menyambut Galungan dan Kuningan, seperti :
Lamak, gantung-gantungan, canang dan lainnya dibersihkan dan dibakar pada tempatnya
masingmasing, selanjutnya abunyaditanam.
20. Hari Budha Wage Wuku Kelawu.
Hari ini merupakan pujawali Bhatara Rambut Sedana. Umat mengadakan
persembahan kehadapan Beliau melalui pralingganya seperti emas, perak, permata dan
kekayaan yang lainnya. Juga mengadakan persembahyangan ditujukan kehadapan Bhatara
Rambut Sedana, untuk memohon AnugrahNya berbagai macam bentuk kemakmuran.
21. Hari Saniscara, Kliwon Wuku Uye, disebut Hari Tumpek Kandang.
Pada hari suci ini yang dipuja Ida Bhatara Siwa dalam manifestasiNya sebagai Sang
Rare Angon. Beliau adalah penguasa semua binatang baik kecil maupun yang besar. Pada
hari ini dilaksanakan pemujaan pada tempat suci untuk memohon keselamatan semua
binatang termasuk yang dipelihara. Secara religi para binatangpun dibuat upacara otonan,
agar para binatang itu menjadi selamat adanya.
22. Hari Sukra Wage Wuku Wayang, disebut juga Wananing Cemeng (Alapaksa).
Bedasarkan hitungan Pawukon, hari ini disebut hari pertemuan wuku Wayang dengan
wuku Sinta. Menurut kepercayaan umat hari ini dipandang leteh (kotor). Pada hari ini
pantang dilaksanakan ucara pembersihan / penyucian. Umat di Bali khususnya pada hari
ini biasanya memasang paselag (tanda silang) dihulu hati dengan sarana kapur sirih atau
memasang seselah dari daun pandan dibawah tempat tidur dan keesokan harinya dibuang
dipekarangan rumah yang dilengkapi dengancanang.
23. Hari Sabtu Kliwon Wuku Wayang, disebut Tumpek Wayang.
Hari ini merupakan pujawali Bhatara Iswara. Umat melaksanakan persembahyangan
dan pemujaan dengan sarana kesenian sebagai pralingganya seperti wayang, gong, gender,
gambang dan yang lainnya. Tujuanya adalah mengadakan pemujaan kehadapan Ida
Bhatara Iswara agar beliau memberikan manfaat yang mulai dari saluran aktifitas umat
manusia.
24. Hari Saniscara Umanis Wuku Watugunung, disebut Hari Raya Saraswati.
Hari ini merupakan pujawali Sang Hyang Aji Saraswati. Umat Hindu meyakini bahwa
hari ini merupakan hari turunnya ilmu pengetahuan/Veda. Umat Hindu melakukan
persembahan dan pemujaang dengan menggunakan Pustaka (Lontar, Buku, Prasasti) dan
yang lainnya sebagai pralingga Sang Hyang Aji Saraswati. Tujuannya adalah memohon
kepadanya agar umat di Anugrahi kecerdasan serta selalu dapat berpikir positif dalam
hidup dan kehidupan ini.Pada hari pemuajaan umat diharapkan dapat melaksanakan
Bratha, seperti tidak membaca dan menulis.
25. Hari Redite Pon Wuku Sinta, disebut Hari Banyu Pinaruh.
Pada hari ini umat melaksanakan pembersihan diri, seperti berkemas pada sumber air
pada saat matahari baru terbit dengan menggunakan air kumkuman. Setelah itu
dilaksanakan pemujaan dan persembahyangan ditempat suci, dilanjutkan memohon tirtha
dan menikmati haturan yang telah dipersembahkan.
Rangkaian pelaksanaan hari raya berdasarkan perhitungan Wuku :
1. Hari Raya Pagerwesi
Pagerwesi adalah hari raya untuk memuja Sang Hyang Widhi dengan Prabhawanya sebagai
Sang Hyang Pramesti Guru yang sedang beryoga disertai oleh para dewa dan pitara demi
kesejahteraan dunia dengan segala isinya dan demi kesentosaan kehidupan semua makhluk.
Rangkaian pelaksanaan Hari Raya Pagerwesi :
a. Soma Ribek
Hari pemujaan Sang Hyang Sri Amrtha pada tempt beras dan tempat menyimpan padi.
Dilaksanakan pada Soma Pon Wuku Sinta. Pada saat ini juga memuja Sang Hyang Tri Pramana (
tiga unsur yang memberi kekuatan ) yaitu : Dewi Sri,Dewa Sedana dan Dewi Saraswat. Bratha
hari ini tidak boleh menjual beras , tidak boleh menumbuk padi.
b. Sabuh Mas
Dilaksnakan pada setiap Anggara Wage Wuku Sinta. Pada saat ini hari pesucian Sang
Hyang Mahadewa dengan melimpahkan anugrahnya pada “Raja Brana”( harta benda ) seperti :
emas,perak dan sebagainya
c. Pagerwesi
Dilaksanakan setiap Buda Kliwon Sinta. Menghaturkan bakti kehadapan Sang Hyang
Pramesti Guru di sanggah kemimitan /kemulan yang disertai dengan korban untuk Sang Panca
Maha Bhuta agar Memberi keselamatan manusia
2. Hari Raya Tumpek Landep ( Untuk Senjata )
Dilaksanakan setiap Saniscara Kliwon Wuku Landep,hari pemujaan Sang Hyang Pasupati (
Sang Hyang Siwa ),yaitu Dewa penguasa senjata. Dilakukan upacara pemujaan di “prapen”(
tempat membuat senjata,sarana tranportasi). Tujuan

13
upacara ini adalah agar semua alat-alat tersebut bertuah dan berfungsi sebagaimana mestinya.
3. Hari Raya Galungan dan Kuningan
Hari raya Galungan adalah hari raya untuk memperingati kemenangan dharma melawan
adharma.
Rangkaian pelaksanaan Hari Raya Galungan :
a. Tumpek Wariga (tubuh-tumbuhan)
Dilaksnakan pada Saniscara Kliwon Wuku Wariga. Disebut pula hari Tumpek Uduh,
Tumpek Pengarah, Tumpek Pengatag, Tumpek Bubuh. Upacara selamatan kepada Sang Hyang
Sangkara, sebagai dewa penguasa tumbuh-tumbuhan agar menghasilkan hasil yang melimpah
untuk bekal persiapan hari raya Galungan. Mengaturkan sesajen banten yang berisi bubur sumsum
sebagai lambang kesuburan.
b. Sugihan Jawa
Dilaksanakan setiap Wraspati Wage Wuku Sungsang. Sugihan Jawa adalah hari
pembersihan bhuana agung( alam Semesta )upacar selamatan kepada Sang Hyang Dharma untuk
memohon kesucian alam semesta dan kesucian Bhuana Alit ( umat manusia ) Agar terhindar dari
kesengsaraan.
c. Sugihan Bali
Dilaksanankan setiap Sukra Kliwon Wuku Sungsang. Pada saat ini melakukan upacara
mohon tirtha pembersihan pada Sang Maha Muni ( orang suci ) untuk membersihkan segala papa
pataka yang ada pada diri kita sendiri.
d. Hari Penyekeban
Dilaksanakan pada Redite Paing Wuku Galungan. Pada hari ini nyekeb ( memeram,
pisang atau tape untuk persiapan hari raya Galungan ), sebagai simbol pengekangan diri agar tidak
tergoda Sang Bhuta Galungan. Untuk mengganggu ketentraman bhatin manusia Sang Bhuta
Galungan turun kedunia
e. Hari Penyajaan
Dilaksanakan setiap Soma Pon Wuku Dungulan. Pada hari ini umat hindu membuat jaja
uli,begina dan lainnya. Kata jaja berarti saja yang mengandung maksud sungguh-sungguh akan
melaksanakan hari raya Galungan. Hari ini turun lagi Sang Bhuta Dungulan oleh karena itu Sang
Bhuta Kala bertambah lagi seorang, maka dari itu kita harus lebih waspada lagi.
f. Hari Penampahan Galungan
Dilaksanakan setiap Anggara Wage Wuku Dungulan. Pada hari ini melakukan
penyemblihan ternak atau binatang lainya untuk keperluan Yadnya dan keperluan pesta
menyambut hari raya Galungan. Sang Bhuta Amangkurat turun dengan tujuan menggoda umat
manusia agar batal melaksanakan hari raya Galungan, sehinga godaan semakin meningkat karena
Sang Bhuta Kala yang turun sudah tiga orang. Oleh karena itu kita harus betul-betul menjungjung
tinggi dharma niscaya kita akan menang melawan adharma. Penampahan berasal dari kata “ tampa
“ yng berarti junjung, maksudnya adalah kalau dharma sudah dijunjung maka adharma akan kalah,
hal ini disimbulkan dengan pembantaian babi dan ternak lainnya. Sore harinya dipasang sebuah
penjor Galungan sebagai simbolis gunung Agung atau simbol dari naga. Setelah itu dilakukan
natab banten pabyakaonan untuk menyucikan diri dan diharapkan bhuta matemahan Dewa ( Bhuta
menjadi Dewa ).
g. Hari Raya Galungan
Dilaksanakan setiap Budha Kliwon Wuku Dungulan. Karena bhutakala sudah
ditunfukan pada hari penampahan maka kita merayakan hari raya Galungan dengan riang gembira.
Persembahan-persembahan yang serba utama kepada semua manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa.
Karena dilaksanakan dengan suasana paling ramai dan paling meriah sehingga hari raya Galungan
disebut dengan hari “Pawedalan Jagat” atau hari “Otonan Gumi”.
Hari Raya Galungan lebih semarak lagi kalau jatuh bertepatan dengan hari purnama yang disebut
dengan hari raya galungan Nadi dengan ciri-cirinya adalah bambu batang penjornya bagian bawah
dikerik bersih dan di ujung bambu penjorbagian atas diisi dengan gerincing ( gongseng ) agar dapat
berbunyi ngrincing kalau ditempuh angin,sehingga menimbuulkan suara yang ramai dan meriah.
Tetapi sebaliknya Hari Raya Galungan bertepatan dengan :
1. Sasih Kapitu dan hari Tilem disebut masa Kalarau, pada hari raya galungan ini tidak
dibenarkan menghaturkan banten yang berisi tumpeng.
2. Sasih Kasanga dan kebetulan pula penampahan Galungan bertepatan dengan hari tilem, maka
pada hari raya Galungan tidak boleh makan daging / ikan berdarah dan jika melanggar akan
mengakibatkan merajalelanya penyakit hingga bertahun-tahun, karena dipastu oleh Sang Maha
Kala Raja, sebab Galungan Nara Mangsa namanya. Demikianlah pewarah-warah Sang Hyang
Widhi Wasa yang bergelar Bhatari Putri di Pura Dalem.
h. Hari umanis Galungan
Dilaksanakan setiap Wraspati Umanis wuku Dungulan. Pada hari ini melaksanakan
penyucian diri lahir dan bathin, lalu mengaturkan sesajen kehadapan Sang Hyang Widhi dan segala
manifestasinya, mohon keselamatan bhuana agung dan buana alit. Setelah itu dilanjutkan dengan
mengunjungi sanak keluarga.
i. Hari Pemiridan Guru
Dilaksanakan setiap Saniscara Pon wuku Dungulan. Pada hari ini melakukan
persembahyangan kehadapan para Dewa, mengaturkan parama suksama karena berkat anugrah
beliau kita dapat merayakan hari raya Galungan dengan selamat dan meriah. Pada hari ini para
Dewa kembali ke kahyangan setelah meninggalkan anugrah berupa kedirgayusaan ( panjang umur
).
j. Hari Ulihan

15
Dilaksanakan setiap Redite Wage Wuku Kuningan. Pada hari ini melakukan
persembahyangan kehadapan Sang Hyang Widhi dan segala manisfestasinya dan mengucapkan
syukur atas karunia yang telah dilimpahkan. Pada hari ini pula para dewa ke singgasananya
masing-masing.
k. Hari Pamecekan Agung
Dilaksanakan setiap Soma Kliwon Wuku Kuningan. Pada hari ini mengaturkan sesajen
kehadapan para Bhuta Kala yaitu Sang Kala Tiga Galungan beserta para pengikutnya agar kembali
ketempatnya masing-masing dan memberi keselamatan kepada umat manusia.
l. Hari Penampahan Kuningan
Dilaksanakan setiap Sukra Wage wuku Kuningan. Pada hari ini melakukan
penyembelihan hewan ternak untuk persiapan menyambut Hari Raya Kuningan. Dan membuat
sesajen untuk persiapan persembahyangan hari raya Kuningan keesokan harinya.
m. Hari Raya Kuningan
Dilaksanakan setiap Saniscara Kliwon wuku Kuningan. Pada hari ini melakuka
persembahyangan kepada para dewa, para leluhur dengan mengaturkan sesajen yang berisi nasi
yang berwarna kuning sebagai simbolis kemakmuran. Karena telah dilimpahkan kemakmuran dan
kalau sudah makmur biasanya kita lupa dengan bahaya musuh yang tidak kelihatan akan
mengancam dan lupa mengaturkan sesajen kehadapan Sang Hyang Widhi. Untuk mencegah
bahaya itu maka memasang tamiang,kolem dan endongan sebagai simbolis menolak mala petaka
waktu kita tidur atau terlena dan sebagai pesembahan kepada para dewa yang akan pergi ke
kahyangan. Waktu menghaturkan sesajen nasi kuning sebelum tengah hari.
n. Hari Umanis Kuningan
Dilaksanakan setiap Redite Umanis wuku Langkir. Pada hari ini melakukan kunjungan
keluarga untuk saling maaf-memaafkan sambil berekreasi ke tempat-tempat hiburan bersama
keluarga.
o. Hari Budha Kliwon Pegat warah / Pegat wakan
Dilaksanakan setiap Budha Kliwon wuku Pahang. Pegat warah berarti diam(mona) Jadi
pada hari ini adalah hariyang baik sekali untuk melaksanakan Mona Bratha ( Bratha Dhyana /
Dhyana Pralina ) dan mempesembahkan sesajen kehadapan Sang Hyang Widhi dan segala
manisfestasinya. Sore harinya penjor Galungan dicabut sebagai peranda bahwa rangkaian hari raya
Galungan telah berakhir. Semua hiasan penjor dicabut dan dibakar.
4. Hari Raya Tumpek Kandang ( hewan )
Dilaksanakan setiap Saniscara Kliwon wuku Uye. Pada hari ini menghaturkan sesajen
kehadapan Dewa penguasa ternak yaitu Sang Hyang Rare Angon, dengan tujuan agar ternak
selamat dan bertambah banyak hasilnya. Makna dari upacara ini adalah melestarikan binatang-
binatang agar tidak punah.
5. Hari raya Tumpek Wayang
Dilaksanakan setiap Saniscara Kliwon wuku Wayang. Hari ini adalah puja walinya Sang
Hyang Iswara ( dewa penguasa kesenian ). Tempat mengaturkan sesajen adalah pada wayang,
gong, gambang dan alat-alat seninya. Makna dari hari raya ini adalah sebagai pelestarian dibidang
seni, agar kesenian tidak punah, dan supaya kesenian itu berkembang san metaksu ( berkharisma
)
6. Hari Budha Cemeng Kelau
Dilaksanakan setiap Budha Wage wuku Kelau. Hari ini adalah hari puja wali Sang Hyang
Sedana,dewa penguasa uang. Pada hari ini mengaturkan sesajen dan persembahan kehadapan Sang
Hyang Sedana di peliggih Rambut Sedana atau ditempat menaruh uang, untu memohon
keselamatan dari pada uang dan agar uang tersebut berguna dalam kehidupan untuk kesejahtraan.
7. Hari Sukra Umanis Kelau
Dilaksanakan setiap Sukra Umanis wuku Kelau. Hari ini adalah puja wali Sang Hyang Sri,
sebagai penguasa padi. Pada hari ini mengaturkan sesajen dan persembahan kehadapan Sang
Hyang Sri di lumbung ( tempat menyimpan padi ), di Pulu ( tempat khusus menaruh beras ), agar
padi dan beras kita selamat dan beliau melimpahkan kemakmuran.
8. Hari Raya Saraswati
Dilaksanakan setiap Saniscara Umanis wuku Watugunung. Hari raya untuk memuliakan atau
memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam manisfestasinya sebagai
“ Dewaning pangeweruh ” yaitu Dewa penguasa ilmu pengetahuan suci ( Weda ). Dari ilmu
pengetahuan yang diturunkan oleh Dewi Saraswati inilah timbul berbagai ciptaan-ciptaan baru.
Dewi Saraswati adalah sakti atau kekuatan dari dewa Brahma. Dewi saraswati dilukiskan sebagai
wanita cantik, bertangan empat, masing-masing tangannya memegang : genitri, keropak, wina dan
teratai. Di samping Dewi Saraswati tersebut terdapat burung merak dan angsa.
Semua gambar tersebut mengandung arti dan makna sebagai berikut :
a. Wanita cantik / dewi yang cantik adalah simbol sifat ilmu pengetahuan itu sangat mulia,
lemah lembut dan menarik hati.
b. Genitri adalah simbol bahwa ilmu pengetahuan itu tidak akan ada akhirnya dan selama hidup
ini tidak akan habis-habisnya untuk dipelajari.
c. Kelopak adalah simbol dari gudang ilmu pengetahuan.
d. Wina adalah simbol dari ilmu pengetahuan yang sangat mempengaruhi estetika atau rasa
yang seni.
e. Teratai adalah simbol pengetahuan yang sangat suci.
f. Merak adalah simbol pengetahuen itu memberikan suatu kewibawaan kepada orang yang
telah menguasainya.

17
g. Angsa adalah simbol pengetahuan yang sangat bijaksana untuk membedakan yang baik dan
yang buruk.
Setelah hari raya Saraswati dilasanakan hari Banyu Pinaruh dilaksankan setiap Redite Paing wuku
Sinta sebagai simbol mendapatkan anugrah ilmu pengetahuan suci (weda) Dengan melakukan
penyucian diri dengan mandi di laut atau sumber mata air lainnya setelah itu melakukan
persembahyangan kemudian mohon tirtha Saraswati yang dilanjutkan dengan ngelunsur atau
mohon jajan Saraswati sebagai simbolis mendapatkan anugrah ilmu pengetahuan dari Dewi
Saraswati.
19
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Hari suci adalah hari yang sangat
disucikan oleh umat Hindu, karena berdasarkan keyakinan hari-hari itu mempunyai
makna atau fungsi yang amat penting bagi kehidupan manusia. Dengan melaksanakan
hari suci keagamaan akan memberi pengaruh terhadap manusia dan alam semesta.
Bila peringatan hari suci itu dilaksanakan secara rutin maka acara itu disebut rainan
atau seharihari. Sedangkan hari suci yang dirayakan secara khusus atau istimewa
disebut dengan hari raya. Klasifikasi hari suci keagamaan Hindu dibedakan menjadi 2
yaitu: Berdasarkan perhitungan Sasih dan Pawukon.
3.2 SARAN
Mohon maaf bila masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, karena
seperti kata pepatah Tan Hana Wong Swasta Anulus yang berarti tiada manusia yang
sempurna. Materi dalam makalah ini kami dapat dari berbagai sumber, oleh karena itu
untuk lebih lengkapnya silahkan teman-teman mencari disumber media masa maupun
cetak lainnya. Klungkung Semarapura, Kiranglangkung nunas sinampura.

DAFTAR PUSTAKA
http://sukes.wordpress.com/2009/06/19/hari-suci/
http://wijayamw3.blogspot.com/2013/02/hari-suci-agama-hindu.html
http://suryadistira.blogspot.com/2010/06/hari-suci-berdasarkan-pawukon-bag-1.html

21

Anda mungkin juga menyukai