Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA HINDHU


HARI RAYA SARASWATI
DOSEN PENGAMPU: I Wayan Jata, S.Sos.,M.Fil.H.

Anggota Kelompok:
Desak Made Chintya Mahadewi Pradnya W (03) 20102035
Ni Kadek Dwilestari (09) 20102041
Ni Putu Risa Sasikirana Weda (15) 20102047
Anak Agung Putu Sebastian Ardika Wibawa (21) 20102053
I Putu Gede Brandon Wira Atmaja (27) 20102059

Semester I ADH B

POLITEKNIK PARIWISATA BALI


ADMINISTRASI PERHOTELAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”,

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yng Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya kami telah dapat menyusun atau menyelesaikan makalah Agama Hindu ini
dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Adapun judul makalah yang kami sajikan ini
adalah “Hari Raya Saraswati”.

Dalam penyusunan makalah ini. Kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan kami dalam mengkaji teori tersebut. Namun sebagai manusia biasa, kami menyadari
bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna, yang dimana tidak luput dari kesalahan
baik itu dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Walaupun demikian, kami sebagai
penulis berusaha untuk sebisa mungkin menyelesaikan makalah ini meskipun tersusun sangat
sederhana.

Semoga kehadiran makalah ini akan memberikan nuansa baru dalam pengajaran
khususnya agama Hindu. Sudah tentu kehadiran makalah ini banyak terdapat kelemahan dan
kekurangannya. Tegur sapa dan kritik yang membangun sangat saya harapkan demi
sempurnanya makalah ini semoga bermanfaat bagi kita semua.

“Om Santi Santi Santi Om”

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan..........................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................................2
BAB 2 KAJIAN TEORI..................................................................................................................3
2.1 Makna dan Inti Perayaan Hari Raya Saraswati.................................................................3
2.2 Banyu Pinaruh...................................................................................................................5
2.3 Soma Ribek.......................................................................................................................7
2.4 Sabuh Mas.........................................................................................................................9
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................11
3.2 Saran................................................................................................................................11
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upacara Dewa Yadnya adalah upacara pemujaan dan persembahan sebagai wujud
bakti kehadapan Hyang Widhi dan segala manifestasi-Nya, yang diwujudkan dalam
bermacam-macam bentuk upakara. Upacara ini bertujuan untuk pengucapan terima kasih
kepada Hyang Widhi atas kasih, rahmat dan karunia-Nya sehingga kehidupan dapat berjalan
damai.

Upacara Dewa Yadnya umumnya dilaksanakan di sanggah-sanggah, pamerajan, pura,


kayangan dan tempat suci lainnya yang setingkat dengan itu. Upacara Dewa Yadnya ada
yang dilakukan setiap hari dan ada juga yang dilakukan secara periodik atau berkala. Contoh
dari upacara Dewa Yadnya yang dilakukan setiap hari adalah puja tri sandya dan yadnya
sesa. Sedangkan upacara Dewa Yadnya yang dilakukan pada hari-hari tertentu seperti:
Galungan, Kuningan, Saraswati, Ciwaratri, Purnama dan Tilem, dan podalan lainnya.

Hari Raya Saraswati juga merupakan hari raya yang berdasarkan Dewa Yadnya. Hari
Raya Saraswati dirayakan setiap 6 bulan sekali, dimana hari raya ini merupakan hari turunnya
ilmu pengetahuan, dan Dewi Saraswati merupakan dewinya ilmu pengetahuan. Sebagai
dewinya ilmu pengetahuan Dewi Saraswati digambarkan sebagai wanita yang berparas cantik
dengan kulit yang putih bersinar. Selain itu Dewi Sarawati juga di gambarkan memiliki
empat tangan yang masing-masing menggemgam empat benda. Keempat benda tersebut
memiliki makna masing-masing yang menggambarkan bagaimana ilmu pengetahuan itu.

Perlu adanya media inisiasi untuk meningkatan karakter yang sejatinya sudah
terbentuk namun belum dioptimalkan. Hari Raya Saraswati sebagai momentum turunnya
ilmu pengetahuan yang menjadi penerang hidup manusia didunia sudah sepatutnya dimaknai
untuk membebaskan diri dari Avidya (kebodohan) dengan Vidya dan menuju pencerahan.
Berbagai media telah digunakan untuk membentuk karakter bangsa, namun sekali lagi, media
yang mampu membentuk karakter dengan tetap mempertahankan etika serta moral yang baik
dari setiap generasi adalah agama. Dalam makalah ini, penyaji berusaha untuk mengungkap
apa sebenarnya makna perayaan Hari Raya Saraswati dalam implementasinya terhadap
karakter dan budaya bangsa.

1
Di Indonesia khususnya di Bali, perayaan ini sudah amat terkenal di kalangan umat
Hindu. Tetapi belum begitu banyak yang memahami apa makna dan inti perayaan suci ini.
Karena tradisi atau upacara ini berasal dari warisan nenek moyang dan adat secara turun-
temurun. Kita hanya meneruskan saja tradisi ini, dan kurang memahami apa makna dan inti
yang sebenarnya. Hari raya Saraswati adalah hari raya turunnya ilmu pengetahuan (vidya)
dan Tuhan Yang Maha Esa melalui sinar suci-Nya Dewi Saraswati. Pada hari ini adalah
waktu yang sangat baik dan tepat untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar
dianugrahkan vidya (ilmu pengetahuan) dan kecerdasan, sehingga kita akan terbebas
dari avidya (kebodohan) dan menuju ke pencerahan atau kebahagiaan abadi.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja rangkaian upacara dari Hari Raya Saraswati?


2. Bagaimana proses dari pelaksanaan Hari Raya Saraswati?
3. Apa makna dari setiap rangkaian pelaksanaan Hari Raya Saraswati?
1.3 Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui rangakaian upacara dari Hari Raya Saraswati


2. Untuk mengetahui proses dari pealksanaan Hari Raya Saraswati
3. Untuk mengatahui makna dari setiap rangkaian pelaksanaan Hari Raya Saraswati
1.4 Manfaat Penulisan

Setelah pembaca membaca mengenai hasil makalah kami, diharapkan mereka mampu
memahami pengertian dan makna filosofis, tujuan, rangkaian pelaksanaan, dan sarana
upacara yang digunakan pada hari Saraswati.

2
BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1 Makna dan Inti Perayaan Hari Raya Saraswati

Gambar 2. 1 Dewi Saraswati

Hari Raya Saraswati adalah hari yang penting bagi umat hindu, khususnya bagi siswa
sekolah dan penggelut dunia pendidikan karena Umat Hindu mempercayai hari Saraswati
adalah turunnya ilmu pengetahuan yang suci kepada umat manusia untuk kemakmuran,
kemajuan, perdamaian, dan meningkatkan keberadaban umat manusia. Hari raya Saraswati
diperingati setiap enam bulan sekali, tepatnya pada hari Saniscara Umanis wuku
Watugunung.

Di Hari Saraswati biasanya di pagi hari para siswa sekolah sudah sibuk
mempersiapkan upacara sembahyang di sekolahnya masing-masing, setelah itu biasanya para
siswa melanjutkan sembahyang ke pura-pura lainnya. Di sekolah, di pura, di rumah maupun
di perkantoran, semua buku, lontar, Pustaka-pustaka dan alat-alat tulis di taruh pada suatu
tempat untuk diupacarai.

Hari Raya Saraswati yaitu Hari Pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati, jatuh pada
tiap-tiap hari Saniscara Umanis wuku Watugunung. Pada hari itu kita umat Hindu merayakan
hari yang penting itu. Terutama para pamong dan siswa-siswa khususnya, serta pengabdi-
pengabdi ilmu pengetahuan pada umumnya. Di dalam legenda digambarkan bahwa Saraswati
3
adalah Dewi/ lstri Brahma. Saraswati adalah Dewi pelindung/ pelimpah pengetahuan,
kesadaran (widya), dan sastra. Berkat anugerah Dewi Saraswati, kita bisa menjadi manusia
yang beradab dan berkebudayaan.

Beliau disimbolkan sebagai seorang dewi yang duduk diatas teratai dengan
berwahanakan se-ekor angsa (Hamsa) atau seekor merak, berlengan empat dengan membawa
sitar/veena dan ganatri di kedua tangan kanan, tangan kiri membawa pustaka/kitab dan
tangan kiri satunya ikut memainkan gitar membawa sitar/veena dan ganatri di kedua tangan
kanan, tangan kin membawa pustaka/kitab dan tangan kiri satunya ikut memainkan veena
atau bermudra memberkahi.

 Makna dan simbol-simbol ini adalah:

1. Berkulit putih, bermakna: sebagai dasar ilmu pengetahuan (vidya) yang putih, bersih
dan suci.
2. Kitab/pustaka ditangan kiri, bermakna: Semua bentuk ilmu dan sains yang bersifat
se-kular. Tetapi walaupun vidya (ilmu pengetahuan spiritual) dapat mengarahkan kita
ke moksha, namun avidya (ilmu pengetahuan sekular jangan diabaikan dulu). Seperti
yang dijelaskan Isavasya-Upanishad: “Kita melampaui kelaparan dan da-haga
melalui avidya, kemudian baru melalui vidya meniti dan mencapai moksha.”
3. Veena, bermakna: seni, musik, budaya dan suara AUM. Juga merupakan simbol
keharmonisan pikiran, budhi, kehidupan dengan alam lingkungan.
4. Akshamala/ganatri/tasbih di tangan kanan, bermakna: Ilmu pengetahuan spiritual itu
lebih berarti daripada berbagai sains yang bersifat secular (ditangan kiri). Akan tetapi
bagaimanapun pentingnya kitab-kitab dan ajaran berbagai ilmu pengetahuan, namun
tanpa penghayatan dan bakti yang tulus, maka semua ajaran ini akan mubazir atau
sia-sia.
5. Wajah cantik jelita dan kemerah-merahan, bermakna: Simbol kebodohan dan
kemewahan duniawi yang sangat memukau namun menye-satkan (avidya).
6. Angsa (Hamsa), melambangkan: Bisa me-nyaring air dan memisahkan mana kotoran
dan mana yang bisa dimakan, mana yang baik mana yang buruk, walaupun berada di
dalam air yang kotor dan keruh maupun Lumpur, (simbol vidya).
7. Merak, bermakna: berbulu indah, cantik dan cemerlang biarpun habitatnya di hutan.
Dan ber-sama dengan angsa bermakna sebagai wahana (alat, perangkat, penyampai
pesan-pesan-Nya).
8. Bunga Teratai/Lotus, bermakna: bisa tumbuh dengan subur dan menghasilkan bunga
yang in-dah walaupun hidupnya di atas air yang kotor.

4
Upacara pada Hari Saraswati, pustaka-pustaka, lontar-lontar, buku-buku dan alat-alat
tulis menulis yang mengandung ajaran atau berguna untuk ajaran-ajaran agama, kesusilaan
dan sebagainya, dibersihkan, dikumpulkan dan diatur pada suatu tempat, di pura, di
pemerajan atau di dalam bilik untuk diupacarai

Adapun Widhi widhana (bebanten/sesajen) yang terdiri dari  beberapa sarana yaitu


diantaranya : peras daksina, bebanten dan sesayut Saraswati, rayunan putih
kuning serta canang-canang, pasepan, tepung tawar, bunga, sesangku (samba = gelas), air
suci bersih dan bija (beras) kuning. Sedangkan pada pemujaan / permohonan Tirtha
Saraswati dilakukan mempergunakan bahan-bahan : air, bija, menyan astanggi dan bunga.

Gambar 2. 2 Banten Saraswati

 Ambil setangkai bunga, pujakan mantra: Om, puspa danta ya namah.


 Sesudahnya dimasukkan kedalam sangku. Ambil menyan astanggi,
dengan mantram“Om, agnir, jyotir, Om, dupam samar payami“.
 Kemudian masukkan ke dalam pedupaan (pasepan).
 Ambil beras kuning dengan mantram : “Om, kung kumara wijaya Om phat“.
 Masukkan kedalam sesangku.
 Setangkai bunga dipegang, memusti dengan anggaranasika,
2.2 Banyu Pinaruh

Banyu Pinaruh, berasal dari kata Banyu (air) dan Pinaruh atau pangewuruh
(pengetahuan). Secara real, umat memang membersihkan badan (mandi), keramas dengan
menggunakan kembang di laut atau sumber-sumber air. Tetapi secara filosofis Banyu Pinaruh
bermakna menyucikan pikiran dengan menggunakan air ilmu pengetahuan, sebagaimana
diuraikan dalam pustaka Bagavadgita sebagai berikut: “Abhir gatrani sudyanti manah

5
satyena sudayanti.” Artinya, badan dibersihkan dengan air sedangkan pikiran dibersihkan
dengan ilmu pengetahuan. Itu mengartikan bahwa, Banyu Pinaruh bukanlah hanya datang
berkeramas atau mandi ke pantai atau sumber air. Tetapi, prosesi itu bermaksud
membersihkan kekotoran atau kegelapan pikiran (awidya) yang melekat dalam tubuh umat
dengan ilmu pengetahuan, atau mandi dengan air ilmu pengetahuan.

Gambar 2. 3 Banyu Pinaruh

Banyu Pinaruh adalah hari yang dilaksanakan sehari setelah Hari Raya Saraswati
yaitu Redite Pahing wuku Sinta. Pada pelaksanaan Banyu Pinaruh ini bertujuan untuk
melakukan pemujaan kepada Dewi Gangga yang dapat dilakukan dengan jalan
membersihkan diri di laut atau di sungai di pagi hari, tepatnya lagi disaat matahari terbit guna
melaksanakan penyucian lahir dan batin. Setelah mandi di laut atau di sungai, umat
berkeramas memakai air kum-kuman yakni air yang berisi berbagai jenis bunga-bunga segar
dan harum. Setelah itu umat mempersembahkan sesajen berupa labaan nasi kuning serta loloh
di merajan, dan setelah menghaturkannya,
kemudian diakhiri dengan nunas lungsuran.

Adapun sarana upakara yang perlu dipersembahkan dalam pelaksanaan Banyu


Pinaruh tersebut yaitu canang dan dupa untuk memohon punyucian lahir batin kepada Hyang
Widhi agar segala kekotoran dilebur dan oleh-Nya diberikan kesucian pikiran, jiwa dan raga.
Selain itu Banyu Pinaruh merupakan hari pertama di tahun baru Pawukon. Tahun yang
perputarannya terdiri dari 210 hari yang diawali dengan wuku Sinta ini, ditandai dengan hari
suci Banyu Pinaruh. Di hari ini, di saat matahari terbit, umat Hindu Dharma memuja
kebesaran-Nya, memohon perlindungan dan kesucian jiwa raganya. Mereka melebur
keletahan selama setahun kalender Bali di laut, di sungai, atau di danau, agar mereka
memperoleh kekuatan untuk melangkah menyongsong hari-hari berikutnya dengan bijak.

Pelaksanaan Banyu Pinaruh dapat juga kita lakukan di rumah dengan mandi yang
bersih. Sebelum mandi kita memohon kehadapan Hyang Widhi untuk diberikan kesucian
lahir dan batin. Setelah ritual di laut, sungai, danau dan sejenisnya selesai, kita keramas

6
dengan memakai air kum-kuman, yakni air yang berisi berbagai bunga-bunga harum. Ritual
ini menyimbulkan kesucian jiwa dan raga, agar harum laksana harum wewangin bunga, dan
adem menyejukkan seperti air. Mandi di laut adalah untuk melebur kekotoran, yang
kemudian dilanjutkan dengan keramas dan mesiram dengan air kumkuman adalah untuk
menyucikan lahir dan batin. Setelah kita selesai, kita tidak boleh mandi atau membilas badan
kita lagi, cukup berganti pakaian bersih, dan melaksanakan persembahyangan di Padmasana
dan Merajan. Di Merajan kita menghaturkan labaan kuning dan loloh, untuk kemudian
disurud bersamaan ketika kita sudah selesai menghaturkannya. Kemudian, dengan khidmat
kedua tangan dicakupkan di atas ubun-ubun, doa-doa pun dipanjatkan. Kemudian, mereka
menghempaskan tubuhnya ke dalam air, mandi dan keramas.

Setelah ilmu pengetahuan itu turun saatnyalah menerima dengan rasa bangga pada
diri, bahwa kita telah memiliki pengetahuan tentang kesejatian hidup itu. Banyu pinaruh yang
berarti air “kaweruh” atau air pengetahuan yang mengalir. Kenapa air? Dalam hal ini
diharapkan manusia berperan sebagai air yang mengalir dalam menjalani kehidupan. Awal
diterimanya pengetahuan berbarengan dengan awal bergantinya wuku sehingga menjadi awal
kembali. Jadi, pengetahuan itu digunakan pada saat wuku itu kembali menemukan awalnya
sehingga kembali di masa yang akan ada nanti.
2.3 Soma Ribek

Sebagai umat Hindu, memang tidak lepas dari upacara. Hal ini dikarenakan kerangka
dasar agama Hindu terdiri dari Tattwa (filsafat), Susila (Etika), dan Upacara itu sendiri.
upacara yang dilaksanakan oleh umat Hindu ada yang berdasarkan perhitungan pawukon dan
ada pula yang berdasarkan perhitungan sasih. Yang berdasarkan perhitungan pawukon
datangnya setiap enam bulan sekali, sedangkan yang berdasarkan sasih datangnya setiap satu
tahun sekali. Salah satu upacara/ rarahinan yang datangnya berdasarkan pawukon yang jatuh
pada Soma Pon wuku Sinta adalah Soma Ribek. Upacara yang dilaksanakan secara berurutan
setelah perayaan Saraswati dan Banyu Pinaruh ini masih berhubungan erat dengan Hari raya
Saraswati itu sendiri.

7
Gambar 2. 4 Dewi Sri

Soma Ribek adalah hari bagaimana pengetahuan itu paling tidak bisa digunakan untuk
tetap membuat “dapur tetap ngepul”. Dalam hal ini adalah bagaimana pengetahuan itu
diisyaratkan bisa digunakan untuk kemakmuran diri serta keluarga. Dalam agama Hindu,
pada hari Soma Ribek menyatakan bahwa Dewi Sri menganugerahkan amertha Tri Upa Boga
yaitu berupa amertha pangan kinum (Boga), amertha berupa sandang (Upa Boga) dan
amertha berupa pangan (Pari Boga) kepada semua makhluk di dunia, khususnya manusia
agar bisa berkembang, mampu membangkitkan cipta, rasa, karsa dan karyanya di dunia
sehingga adanya budaya. Soma Ribek disebut sebagai hari penegdegan Batara Sri atau
piodalan beras karena pelaksanaan upacaranya menggunakan beras, dan beras itu sendiri
merupakan simbol amertha. Sehingga pada hari ini, umat Hindu dilarang untuk untuk
menumbuk padi dan menjual beras. Hal ini tersurat dalam lontar Sundarigama, dan bagi yang
melanggar pantangan tersebut dinyatakan akan dikutuk oleh Ida Batara Sri. “Ikang wang tan
wenang anambuk pari, ngadol beras, katemah denira Batara Sri”. Yang mesti dilakukan
oleh umat manusia saat hari suci Soma Ribek adalah memuja Sang Hyang Tri pramana
(Dewa penguasa tiga situasi dunia) yakni kenyataan, tanda-tanda dan falsafah agama (tatwa).

Pada pelaksanaan Soma Ribek, umat Hindu melakukan upacara (ritual) untuk memuja
kebesaran Bathari Sri yang merupakan sakti dewa wisnu. Dewi Sri yang identik dengan dewi
kemakmuran diyakini memberikan anugrahnya (amertha) melalui beras yang merupakan
makanan pokok bagi manusia. Oleh karena itu, pada saat Soma Ribek diusahakan agar jangan
memperjual belikan beras itu sendiri. Dan apabila dianalogikan dengan kehidupan berbangsa
dan bernegara, Soma Ribek ini tidak ubahnya sebagai hari pangan gaya Bali (Hindu). Pada
hari itulah orang Bali disadarkan tentang betapa pentingnya pangan dalam kehidupan ini.

8
Gambar 2. 5 Banten Soma Ribek

Pelaksanaan hari Soma Ribek umumnya dilaksanakan dengan suatu ritual khusus di
lumbung (tempat penyimpanan padi) atau pulu (tempat menyimpan beras didapur). Kedua
tempat ini diyakini sebagai linggih atau stana Sang Hyang Sri Amertha. Adapun banten atau
sesaji yang dipersembahkan di hari Soma Ribek diantaranya yaitu: nyahnyah geti-geti,
gringsing, raka-raka pisang mas, dan canang lengawangi.
2.4 Sabuh Mas

Sabuh Mas berasal dari kata “Tabuh” yang diartikan turun atau anugerah, sedangkan
Mas berasal dari kata “Maskwindeng” yang diartikan kewibawaan. Hari Sabuh Mas yang di
rayakan pada hari Anggara Wage Wuku Sinta atau hari setelah Soma Ribek merupakan Hari
Pesucian Sang Hyang Mahadewa dengan melimpahkan restunya pada raja berana sebagai
penguasa kekayaan alam seperti logam mulia, (emas, perak), harta, permata, manik dan
sebagainya (dalam artian meyogakan umat jenis sandang). Dalam pelaksanaan pemujaan
kepada Bhatara Mahadewa ini bertujuan untuk memohon kesentosaan serta kemajuan pada
semua makhluk di dunia.

Di dalam lontar Sundarigama, Sabuh Mas sebagai hari untuk memuliakan Raja Brana,
Mas Manik dan Sarwamule Ratna Manik. Adapun sarana upacara yang dipersembahkan pada
Hari Sabuh Mas ini yaitu suci, daksina, peras penyeneng, sesayut yang disebut Amrta sari,
canang lenga wangi, burat wangi dan reresik. Dan tempat upacaranya yaitu di piyasan,
pesambyangan atau sejenis dengan itu di sanggah atau pemerajan.

9
Gambar 2. 6 Banten Sabuh Mas

Di hari Sabuh Mas manusia diamanatkan untuk menyucikan laku diri dan tidak
merasa takabur dengan kesenangan yang bersifat kebendaan. Yang paling diutamakan adalah
memuliakan Ratna Mutu Manikam yang ada dalam diri yakni jiwa kita sendiri. Dalam
pelaksanaan Hari Sabuh Mas, kepada semua umat Hindu disarankan untuk melakukan asuci
laksana, mencurahkan penghargaan penuh dengan rasa syukur atas keberadaan Mas Manik
Raja Berana serta benda-benda berharga lainnya. Kemudian melakukan pembersihan,
pemeriksaan keadaan, serta pemeriksaan keamanan dan pengamanannya. Segalanya berasal
dari ijin dan restu Beliau, oleh karena itu apabila Beliau kehendaki terjadinya sesuatu hal
yang memisahkan kita dari Mas Manik Raja Berana ini, maka siaplah batin kita untuk
melepaskan segalanya tanpa rasa berat hati. Ikatan duniawi seperti Mas Manik Raja Berana
bukanlah ikatan yang lebih berharga dari ikatan kita kepada beliau Sang Hyang Widhi Wasa.

10
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Saraswati sebagai lambang dari ilmu pengetahuan digambarakan sebagai wanita


berparas cantik dengan kulit yang bersinar yang merupakan perlambang bahwa ilmu
pengetahuan suci akan memberikan keindahan dalam diri. Makna pemujaan Dewi Saraswati
adalah untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan memfokuskan pada aspek
Dewi Saraswati (simbol vidya) atas karunia ilmu pengetahuan yang dikaruniakan kepada kita
semua, sehingga kita terbebas dari avidya (kebodohan), agar dibimbing menuju kedamaian
yang abadi.
3.2 Saran

Dengan adanya perayaan Hari Raya Saraswati, diharapkan siswa dan masyarakat
lebih bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Dewi Saraswati
yang merupakan dewinya ilmu pengetahuan, karena atas karunia ilmu pengetahuan yang di
karuniakan kepada kita semua, kita dapat terbebas dari adanya kebodohan.

11
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Dewi Saraswati...........................................................................................................3


Gambar 2. 2 Banten Saraswati.........................................................................................................5
Gambar 2. 3 Banyu Pinaruh.............................................................................................................6
Gambar 2. 4 Dewi Sri......................................................................................................................7
Gambar 2. 5 Banten Soma Ribek....................................................................................................8
Gambar 2. 6 Banten Sabuh Mas......................................................................................................9

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.patrolipost.com/14720/inilah-rangkaian-upacara-dan-makna-rahina-pagerwesi/

https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/makna-hari-saraswati-banyu-pinaruh-soma-
ribek-sabo-mas-dan-pagerwesi-39

http://cakepane.blogspot.com/2015/06/makna-banyu-pinaruh.html

https://bali.tribunnews.com/2019/05/13/soma-ribek-pantang-menumbuk-padi-dan-tidur-
siang-alasannya

http://wayanrudiarta.blogspot.com/2016/06/memahami-makna-soma-ribek.html

http://hindudamai.blogspot.com/2014/10/hari-sabuh-mas-sebagai-hari-sandang.html

13

Anda mungkin juga menyukai