Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HARI RAYA NYEPI

Oleh :

Nama : Ni Komang Wahyuni Septriyanti Putri


No : 22
Kls : X Keperawatan

SMK KESEHATAN PANCA ATMA JAYA


TAHUN AJARAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Makalah yang berjudul “Hari Raya
Nyepi”. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata pelajaran ini.

Dalam penulisan makalah ini, saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan,


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini membantu teman-teman mengetahui


secara garis besar tentang Hari Raya Nyepi. Terima kasih saya ucapkan atas waktunya untuk
membaca makalah kami.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan ........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengertian Hari Raya Nyepi.......................................................................................3
B. Makna Nyepi..............................................................................................................3
C. Sejarah Tahun Baru Saka...........................................................................................4
D. Tujuan Dilaksanakannya Hari Raya Nyepi..............................................................10
E. Ogoh – Ogoh Dalam Pelaksanaan Nyepi ................................................................12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..............................................................................................................14
B. Saran.........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan upacara Yadnya pada hari-hari suci didasari dengan perhitungan.
Perhitungan tersebut ada berdasarkan weweran, pawukon dan berdasarkan pasasihan.
Hari raya Nyepi dilaksanakan berdasarkan perhitungan pasasihan  yang datangnya setiap
tahun yaitu pada penanggal apisan sasih kadasa (Tanggal satu bulan sepuluh).
Hari raya Nyepi merupakan hari suci agama Hindu yang dirayakan setiap satu
tahun sekali. Hari suci ini berdasarkan pada pengalihan Purnama dan Tilem. Hari Raya
Nyepi juga dikenal sebagai Hari Tahun Baru Saka, yang secara resmi telah diakui
sebagai hari libur nasional sejak tahun 1983. Hari Raya Nyepi dirayakan setiap awal
sasih kedasa atau sehari setelah hari tilem kesanga. (Sutresna, 2012;115).
Hari Raya Nyepi adalah hari pergantian tahun Saka (Isakawarsa). Perayaan hari
tahun baru saka yang jatuh pada penanggal apisan sasih Kedasa (eka sukla paksa
Waisak) sehari setelah tilem Kesanga (panca dasi Krsna Paksa Caitra).
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya
merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang
dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru
Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan
ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup,
namun tidak untuk rumah sakit.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hari Raya Nyepi
2. Apa Makna Nyepi
3. Apa Sejarah Tahun Baru Saka
4. Apa Tujuan Dilaksanakannya Hari Raya Nyepi
5. Bagaiman Ogoh – ogoh dalam pelaksanaan Nyepi

1
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Hari Raya Nyepi
2. Untuk Mengetahui Apa Makna Nyepi
3. Untuk Mengetahui Apa Sejarah Tahun Baru Saka
4. Untuk Mengetahui Apa Tujuan Dilaksanakannya Hari Raya Nyepi
5. Untuk Mengetahui Bagaiman Ogoh – ogoh dalam pelaksanaan Nyepi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HARI RAYA NYEPI


Pengertian Nyepi berasal dari kata sepi, simpeng atau hening. Sedangkan hari raya
Nyepi adalah hari raya suci Agama Hindu yang berdasarkan sasih atau bulan dan tahun
masehi yang dirayakan dengan penuh keheningan dengan menghentikan segala aktifitas
yang bersifat duniawi maupun dalam bentuk keinginan dan hawa nafsu. Berusaha
mengendalikan diri agar dapat tenang dan damai lahir bathin dengan menjalankan catur
brata penyepian. Hal ini dapat diatur sesuai dengan keperluan.
Dasar pemikiran adalah bahwa hari raya Nyepi dikenal dengan sebagai tahun baru
saka. Kenapa disebut tahun baru saka. Untuk dapat kita simak dalam sejarah lahirnya
tahun saka. Tahun saka juga disebut saka warsa.
Warsa artinya tahun sedangkan saka adalah nama keluarga raja yang terkenal di
India yang menciptakan kedamaian rakyat.
Pada tahun 78 Masehi di India dinobatkan seorang raja bernama Kaniska. Raja
Kaniska sangat terkenal dibidang pembinaan Agama dan kebudayaan. Beliaulah yang
membuat tahun saka pertama kali dan berkembang sampai ke Indonesia. Pada
kepemimpinan beliau perkembangan Agama dan kebudayaan sangatlah baik yang
menyebabkan pemeluk merasa damai.

B. MAKNA NYEPI
Jika kita renungi secara mendalam perayaan Nyepi mengandung makna dan
tujuan yang sangat dalam dan mulia. Seluruh rangkaian Nyepi merupakan sebuah dialog
spiritual yang dilakukan umat Hindu agar kehidupan ini seimbang dan harmonis
sehingga ketenagan dan kedamaian bisa terwujud. Mulai dari Melasti adalah dialog
manusia dengan Sang Pencipta serta para leluhur. Tawu Agung dengan segala
rangkaiannya merupakan dialog manusia denagan mahluk cptaan Tuhan lainya untuk
menyucukan Buana Alit dan Buana Agung. Pelaksanaan Catur Berata Penyepian
merupakan dialog sang Atman dan Paramatma. Dalam diri manusia ada atman yang
bersumber dari Sang Pencipta. Dan Ngembak Geni dengan Dharma Santhinya
merupakan dialog spiritual atar sesame manusia untuk menjaga keharmonisan dan
kedamaian hidup.

3
C. SEJARAH TAHUN BARU SAKA
Penggunaan Tahun Baru saka diresmikan pada waktu penobatan Raja kaniska I di
india dan perkembangan selanjutnya sampai ke Indonesia adalah sebagai berikut:

a.         Penobatan Raja Kaniska I di India


Suku- suku yang mendiami daerah yang sangat luas di Asia Selatan sangatlah
banyak jumlahnya. Suku- suku bangsa itu dilanda oleh permusuhan yang tiada hentinya.
Suku-suku bangsa itu antara lain; Saka(Scythia), Pahlawa(Partha), Yawana dan Makawa.
Mereka sangat berambisi dan ingin menundukkan satu dan yang lain. mereka silih
berganti  menguasai daerah yang membentang di Asia Selatan itu bahkan sampai ke Asia
Tengah diantaranya; Persia, Lembah Sungai Sindhu, Iran Selatan, Kasmir, India Utara,
dan India Barat yang terkenal dengan daerah sangat subur.
Sekitar tahun 248 sebelum masehi, suku bangsa Pahlawa unggul dalam
peperangan dan menaklukan bangsa Yawana dan Saka. Pada masa berikutnya, bangsa
Saka unggul terhadap bangsa Yueh-chi. Bangsa saka harus berhadapan kembali dengan 
suku bangsa Pahlawa dan di sekitar 138 sampai 12 sebelum masehi, suku bangsa Saka
mengalami masa jaya digjaya. Suku-suku bangsa Saka adalah suku bangsa pengembara
yang terkenal ramah dan riang dalam menghadapi segala tantangan hidup.
Peperangan antara suku bangsa terus berlangsung dan berkepanjangan. Suku
bangsa saka kini gilirannya terdesak dikalahkan oleh suku bangsa lain. menyadari hal ini,
suku bangsa Saka yang terdiri dari beberapa kelompok, diantaranya; saka Tigrakhauda,
Saka Humawarga, dan Saka Taradaraya mengubah arah perjuangannya dari perjuangan
politik dan militer untuk merebut kekuasaan  menjadi perjuangan di bidang kebudayaan.
Hal ini menyebabkan Suku bangsa Saka dengan kebudayaannya itu benar-benar
memasyarakat.
Tahun 125 sebelum masehi, Dinasti Kusuna dari bangsa Yueh-chi memegang
tampak kekuasaan. Nampaknya dinasti Kusuna terketuk hatinya oleh perubahan arah
perjuangan suku bangsa Saka. Kekuasaan yang dipegangnya tidak dipakai untuk
menindas musuhnya melainkan untuk merangkul semua bekas musuhnya dan suku-suku
bangsa yang lain yang ada di India itu serta  mengambil puncak kebudayaan dan suku-
suku  itu seperti pakaian adat/ daerah kesenian dan lain-lain dipersatukan menjadi
kebudayaan Negara(Kerajaan).
Pada tahun 78 masehi, seorang dari Dinasti Kusa bernama Raja Kaniska I naik
tahta kerajaan. Raja ini sangat bijaksana bahkan  pada hari minggu tanggal 21 Maret 79,

4
Purnama Waisaka kebetulan hari itu gerhana bulan menetapkan panchanga atau kalender
sistem Saka untuk mengenang kejayaan dan hari penobatannya. Sejak saat itulah
ditetapkan perayaan tahun saka.
Diresmikannya tahun saka Kaniska I merupakan tonggak sejarah yang menutup
permusuhan antar bangsa di India sebelumnya. Semenjak saat itu bangkitlah toleransi
antar suku bahkan juga toleransi antar agama. Hal ini dibuktikan dari Raja Kaniska I
yang beragama Hindu, memperhatikan kehidupan dan perkembangan agama Buddha.
Kemasyuran Raja Kaniska I ini ditandai oleh kebijaksanaan dan kearifan politik
dan pelaksanaan pemerintahan.  Baginda Raja tidak saja menyelenggarakan siding-
sidang kabinet demi kelancaran pemerintahan Negara, tetapi juga mendorong
terselenggaranya Mahasabha (Sidang Raya), atau Pesamuan agung Keagamaan, baik
untuk agama Hindu maupun agama Buddha demi memelihara kerukunan dan toleransi
hidup beragama.
 Janam Kaniska yang dimulai sejak naik tahta pada 78 masehi , telah berhasil
mewujudkan stabilitas nasional dan keamanan di bidang politik serta kokohnya toleransi
dan kerukunan  hidup diantara umat beragama Hindu dan Buddha. Kemajuan yang telah
berhasil diwujudkan itu  telah mengantarkan dinasti Kaniska I pada masa kejayaan.  Hel
itu dibuktikan pula dengan adanya hubungan diplomatic dengan negara-negara luar,
seperti: Yunani, Cina, dan India bagian selatan.
Demikian abad Dinasti Kusana dibawah pemerintahan Raja Kaniska I yang telah
membuka jalan bagi kemajuan perkembangan kebudayaan dan agama sehingga India
menjadi salah satu pusat agama dan peradaban manusia di seluruh dunia.
Kaniska telah membuka pintu India selebar-lebarnya bagi negara- negara di Asia
Tengah, asia Timur jauh, dan Asia tenggara termasuk Indonesia untuk perkembangan
peradaban kebudayaan dan agama.
Sejak ditetapkannya tahun saka oleh Raja Kaniska I, tahun ini kemudian dipakai
pula sampai ke India Utara, yang sebelumnya masyarakat memekai tahun candra,
demikian pula di India Timur bahkan terus berkembang sampai ke Nusantara (Bali).
Sejak saat itu terjadilah pembauran perhitungan tahun, antara tahun saka (Yang memakai
perhitungan Surya) dengan tahun yang memakai perhitungan candra yang lazim disebut
Luni-solar Sistem.

5
b.     Penggunaan Tahun Saka di India

Di india terdapat bermacam-macam tahun, diantaranya; Tahun Saka, Tahun


Wikramaditya, Tahun Harsa, Tahun Wikram Samwat (Malawa)Tahun
Malayalam(Kollam) dll.
Adapun nama-nama bulan Tahun saka yang ditetapkan Raja Kaniska I pada 21
Maret 79 adalah;
1)        Chitirai = Mesha = Waisaka = Kadasa (Bali)
2)        Waikasi = Wrisabha =Jyestha = Jyesta (Bali)
3)        Ani = Mithunam = Ashadha = Sada (Bali)
4)        Adi = Kardakam = Badrapada = Srwana = Kasa (Bali)
5)        Aippsi = Simham = Badrapada = Karo (Bali)
6)        Purattasi = Kanni = Aswina = katiga (Bali)
7)        Aippasi =Tulam = Kartika = Kapat (Bali)
8)        Kartigai = Wrischikan = Margasira = Kalima (Bali)
9)        Margali = Dhanu = Pausha = Kanem (Bali)
10)    Tai = Makaram = Magha = kapitu (Bali)
11)    Masi = Kumbham = Phalguna = Kaula (Bali)
12)    Panguni = Minam = Chaitra = Kasanga (Bali)

Sejak tahun 1958 pemerintah India menetapkan tahun saka sebagai tahun nasional
India, dengan nama bulan dan umurnya seperti berikut:
1)        Chaitra umurnya 30 hari (22 Maret s/d 20 April)
2)        Waisakha umurnya 31 hari (21 April s/d 21 Mei)
3)        Jyestha umurnya 31 hari (22 Mei s/d Juni)
4)        Ashadha umurnya 31 hari (22 Juni s/d 22 Juli)
5)        Srawana umurnya 31 hari (22 Juli s/d 22 agustus)
6)        Bhadrapada umurnya 31 hari (23 Agustus s/d 22 September)
7)        Aswina umurnya 30 hari (23 September s/d 22 Oktober)
8)        Kartika umurnya 30 hari (23 Oktober s/d 21 november)
9)        Agrahayana umurnya 30 hari (22 November s/d 21 Desember)
10)    Pausha umurnya 30 hari (22 Desember s/d 20 Januari)
11)    Magha umurnya 39 hari (21 Januari s/d 19 februari)
12)    Phalguna umurnya 30 hari (20 Februari s/s maret)

6
Tahun Nasional India ini cukup lama memakan waktu untuk memasyarakat,  hal
ini dapat kita maklumi karena Republik India sekarang berawal dari banyak bekas
kerajaan besar dan kecil, yang masing-masing kerajaan itu mempunyai tahun sendiri-
sendiri.
Karena  luasnya wilayah  dan beragamnya tahun di India, walaupun telah
memiliki  tahun nasional, ternyata masyarakat tidak serentak  merayakan  tahun saka itu,
kini tahun baru saka dirayaka tiga kali dalam setahun, yaitu:
1)      Tahun Baru Nasional India (Saka) setiap tanggal 22 Maret;
2)      Penganut Solar System (Meshadi) dengan purnimanta merayakan Tahun Baru Saka
yang bertepatan dengan purnama;
3)      Penganut Lunni-Solar system pada tiap-tiap chaitra amawasya (Tilem Chaitra/
Kesanga) umumnya jatuh pada bulan  Maret, bagi para penganut Chaitradi.

Dengan demikian tahun Wikram Samwat (Malawa) juga tiga kali setahun
merayakan tahun baru mereka, yaitu:
1)   Purnama Waisakha (April) di wilayah Gujarat;
2)   Tilem Chaitra;
3)   Amawasya/Tilem Kartika (Oktober) di wilayah Gujarat.

Hal yang mirip juga terjadi pada tahun Malayalam (Kollam). Tahun baru
Malayalam dirayakan 2 kali dalam setahun, yaitu:
1)   Tanggal 1 Simham (Singa) jatuh rata-rata pada 17 Agustus, dirayakan di wilayah
Malabar selatan;
2)   Tanggal 1 Kunni (Kaniya) jatuh pada pertengahan September, dirayakan di wilayah
Malabar Utara.

Berdasarkan uraian diatas, ternyata 4 macam cara menghitung tahun Baru Saka, Yaitu:
1)   Tahun Nasional India berdasarkan rasi dengan penyesuaian zodiac barat, perubahan
bulannya sekitar tanggal 20, 21, 22, bulan masehi.
2)   Local/ Tradisional India, berdasarkan Rasi, perubahan bulannya sekitar tanggal
13,14,15 dan 16 bulan masehi.
3)   Luni Solar Amanda (Amawasanta) sistem perubahan bulan pada tilem ke tilem (bulan
mati)

7
4)   Luni Solar Purnimanta Sistem, perubahan bulannya pada purnama ke purnama.
Umat Hindu di Indonesia menganut sistem 1 dan 3 di atas dan pada sistem nomor 3 nama
bulan kadang-kadang kurang serasi, disebabkan cara penempatan Malamasa. Di
Indonesia (Bali) penempatan Malamasa pada bulan Jyesta Asadha, sedang di India tidak
demikian karena berpedoman dengan limit waktu.

a. Tahun Saka Zaman Kejayaan Nusantara


Sepanjang sejarah dari ratusan prasasti yang dijumpai,  sejak penggunaan tahun
saka tertua sampai akhir Majapahit prasasti-prasasti itu selalu  mempergunakan tahun
saka. Tiada bukti apapun yang menunjukkan adanya penggunaan tahun selain tahun saka
di Indonesia. Di lain hal agama Hindu yang masuk ke Indonesia melalui berbagai daerah
di India, bahkan ada yang lewat kamboja, ataupun Malaya (Ligor)
Dari berbagai data efisgrafis yang ada menunjukkan bahwa penggunaan tahun saka
di Indonesia khususnya jaman kejayaan nusantara sesungguhnya sudah sangat
memasyarakat/membudaya. Di samping itu berdasarkan tradisi, khususnya di jawa dan
Bali dijumpai pula tokoh Aji Saka yang disebut-sebut sebagai seorang yang
menyebarkan agama Hindu ke Indonesia melalui pengajaran huruf-huruf (aksara) yang
kita kenal (Aksara Jawa dan Bali). Siapakah Aji Saka ?
Berdasarkan huruf-huruf yang diajarkan itu, sumbernya adalah satu, yaitu huruf
Dewanagari. Ada pendapat yang menyatakan bahwa aji Saka datang ke Indonesia, ketika
masa kejayaan pemerintahan Raja Kaniska I yang pada masa itu penggunaan tahun saka
sangat popular di India. Ia diduga seorang sanyasin yang melaksanakan Dharma Yatra ke
Indonesia dan menyebarkan agama Hindu ke Indonesia. Ia seorang Dharma Duta yang
sangat berjasa bagi bangsa Indonesia.
Dari peninggalan yang ada, yakni kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Rakawi
Prapanca diuraikan sepintas tentang perayaan Chaitra yaitu upacara phalguna. Upacara
phalguna dilaksanakan pada akhir bulan (mulai paro petang ke 14) dan perayaan chaitra 
dilaksanakan mulai tanggal 1 sampai tanggal 3.
Pada perayaan chaitra tanggal 1 chaitra dibacakan dibacakan Kitab Rajakapakapa
(Semacam undang-undang Dasar Negara Nusantara Majapahit). Keterangan tentang
perayaan chaitra ini diuraikan dalam pupuh LXXXV sampai dengan pupuh XCIII?.,
Kitab Negara Kertagama. Di samping itu pada bagian akhir dari kekawini ini, Rakawi
Prapanca (pupuh XCIV) menyatakan sedang mengerjakan empat buah kekawin, masing-

8
masing: Tahun Saka, Lambang, Bhismacarana, dan Sugataparwa.disebutkan pula dalam
kekawin: Lambang dan Tahun Saka masih akan dilanjutkan penyusunannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, perayaaan bulan chaitra serta kekawin tahun
saka yang sedang disusun oleh Prapanca menunjukkan adanya perayaan tahun baru saka.
Di Bali perayaan Tahun Baru Saka yang popular disebut Hari Raya Nyepi yang
bersumber pada dua buah naskah /lontar yakni Sundarigama dan Swamandala,
disamping tradisi turun temurun. Tidak kalah pentingnya dan pada akhirnya peranan
PHDI sebagai majelis tertinggi umat Hindu di Indonesia memberikan tuntunan,
pengarahan, pembinaan terhadap umat Hindu di Indonesia.

b. Tahun Baru Saka di Indonesia


Setelah kemerdekaan Republik Indonesia,para tokoh umat Hindu baik dari
kalangan tua maupun muda berkumpul untuk membicarakan penataan kehidupan umat
Hindu di Indonesia. Pertemuan berupa Pesamuan agung  diselenggarakan di Aula
Fakultas Sastra Universitas Udayana tanggal 21 s/d 22 Februari 1959. Pada pertemuan
ini sepakat membentuk  Parisada Hindu Dharma. Pertemuan ini berkelanjutan sampai
diadakannya Dharma Asrama di Champuan Ubud pada tanggal 17 s/d 23 November
1959. Dalam pertemuan ini, salah satu keputusannya adalah menetapkan hari raya tahun
baru saka  yang disebut Hari raya Nyepi.
Parisada Hindu Dharma  dalam berbagai keputusannya, baik keputusan
Mahasabha maupun Pesamuan Agung selslu memperjuangkan Hari Raya Nyepi, Tahun
Baru Saka dapat diakui oleh pemerintah sebagai hari libur nasional. Perjuangan ini tidak
lain adalah agar umat Hindu di seluruh Indonesia dapat melaksanakan upacara hari raya
Nyepi sebaik-baiknya. Pada hari Rabu Kliwon, Wuku Ugu tanggal 19 Januari 1983,
Presiden Soeharto mengeluarkan keputusan Presiden No.3 Tahun 1983 yang menyatakan
bahwa hari Raya Nyepi sebagai Libur Nasional. Keputusan Presiden ini seakan-akan
hadiah tahun baru bagi umat Hindu di Indonesia.
Tahun baru saka di Indonesia dirayakan tanggal 1 bulan Waisakha dengan Pati
agni, yang sebelumnya pada Pancadasi Krsnapada Chaitra masa (hari Tilem bulan
Chaitra) dilaksanakan upacara Tawur Agung Kasanga, Upacara Bhuta Yajna yang
dilaksanakan setiah setahun sekali.perayaan tahun baru saka di Indonesia
mempergunakan perhitungan Luni-solar System, perpaduan antara Suryapramana dengan
Candrapramana.

9
Dilaksanakannya upacara Tawur ini pada hari Tilem Chaitra sesuai pula dengan
yang termuat dalam lontar Sang Hyang Aji Swamandala yang menyatakan : Muah yang
tawur kunang haywa angelaning pamargi ring tilem bulan chaitra, yang terjemahannya :
bila melaksanakan Tawur, hendaknya janganlah mencari hari lain, selain tilem bulan
chaitra. Demikian pula tahun baru dirayakan pada tanggal 1 Waisakha yakni saat
matahari menuju garis Dewayana, yakni waktu yang baik untuk mendekatkan diri kepada
Sang Hyang Widhi, saat itu pula musim hujan telah mulai reda.

D. Tujuan Dilaksanakannya Hari Raya Nyepi

Sebelum membahas tentang tujuan hari raya Nyepi, terlebih dahulu perlu diketahui pula
makna daripada rangkaian upacara yang diselenggarakan sebelum Nyepi, yaitu upacara
melasti dan Tawur Kesanga.
Adapun tujuan dari melasti  dijelaskan pula dalam sumber-sumber berikut ini:
1. Lontar Sang Hyang Aji Swamandala
“…. Anganyutakan laraning jagat, paklesa letehing bhuana….”
Artinya:
….melenyapkan penderitaan masyarakat, melepaskan kepapaan dan kekotoran
alam…
2. Lontar Sundari Gama
“…. Atari chaitra tekaning tilem, ika pesucianing prawatek dewata kabeh, hana ring
telening samudra, amet sarining amertha kamandalu, matangian wenang manusia
kabeh angatura prakerti ring prawatek dewata.”
Terjemahannya:
…. Pada hari bulan chaitra, merupakan hari pensucian para dewata semua, mengambil
air kehidupan yang di tengah-tengah samudera, oleh karena itu patutlah semua
manusia/ umat Hindu melakukan persembahan kepada para dewa.
3. Dalam kitab pedoman Hari raya Nyepi dijelaskan bahwa upacara melasti bertujuan
untuk mensucikan arca, Pratima, Nyasa atau Pralingga yang terbuat dari permata,
kepingan emas/ pripih, kayu dan sebagainya. Arca, Pratima, Nyasa atau Pralingga
tersebut bermacam-macam bentuknya seperti arca Brahma, Arca Wisnu, Arca Siwa,
Ganapati dan sebagainya. Kesemuanya itu merupakan media untuk memusatkan
pikiran dalam rangka memuja Sang Hyang Widhi, Dewa-Dewi, Batara-Batari, dan
roh suci leluhur.

10
Berdasarkan dari sumber tersebut di depan, maka upacara melasti bertujuan untuk
menyucikan bhuwana alit (diri sendiri) dan bhuwana agung (alam semesta), serta arca
pratima dan pralingga sebagai istana dari Sang Hyang Widhi/ manifestasinya,
selanjutnya mohon tittha amertha agar mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan
dalam hidup.
Setelah melaksanakan upacara Melasti barulah melaksanakan upacara Tawur kasanga
sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada  beberapa sumber  antara lain:
1.        Lontar Aji Kasanu
“…. Rring tileming sasih kasanga patut maprakerti caru tawur wastanya…”
Artinya:
… pada Tilem bulan/ sasih kasanga, patut mengadakan upacara Bhuta Yajna yang
disebut tawur.
2.        Lontar Sundari Gama
“…. Ri prawaning Tilem Kasanga agar melaksanakan upacara Bhuta Yajna/ Tawur
Kasanga di perempatan jalan/ desa…”
3.        Pelaksanaan  Bhuta Yajna, disebutkan dalam Agastya Parwa
“…. Bhuta Yajna angaranya tawur kapujaning tuwuh…”
Artinya:
Bhuta Yajna adalah upacara Tawur untuk kesejahteraan makhluk.
4.       Buku Cudamani menyebutkan tujuan bhuta Yajna adalah untuk menetralisir
kekuatan-kekuatan alam, agar perpustakaan alam ini tidak goncang.  Sebenarnya
dalam kehidupan ini manusia terlalu banyak memohon kehadapan ida sang Hyang
Widhi agar selamat dan sejahtera. Secara lahiriah, manusia terlalu banyak meminta,
memohon dan hanya sedikit memberi/mempersembahkan.  Berdasarkan hal tersebut,
maka sudah sewajarnya kita menyampaikan rasa terimaksaih dalam bentuk ritual
yang disebut caru, agar tercapai keseimbangan alam dan keharmonisan alam beserta
isinya. Untuk menetralisir kekuatan alam, agar bergerak seimbang, sehingga
terwujudlah kelestarian alam dan keselamatan serta kesejahteraan semua makhluk
hidup di dunia ini.

Tujuan Brata Khususnya Brata yang dilaksanakan pada hari Raya Nyepi dapat
dijabarkan sebagai berikut:

11
a. Untuk mensucikan diri lahir dan bathin. Usaha mensucikan diri dalam wujud
lahiriah adalah mandi, memakai sabun dan mengenakan pakaian yang bersih,
sedangkan mensucikan diri yang  bersifat bathiniah pada hal-hal yang baik, serta
memuja keagungannya
b. Untuk melaksanakan Yajna dan Bhakti, secara sekala (Nyata), Yajna kita
laksanakan melalui persembahan upakara dan sebelum hari raya nyepi. Sedangkan
secara Niskala (abstrak) kita wujudkan melalui tapa, brata, yoga dan Samadhi.
c. Untuk melaksanakan amulet sarira (Introspeksi) yakni menilai kembali perbuatan
atau keberhasilan dan kegagalan kita dimasa yang lalu. Segala hal yang baik dan
benar perlu dilestarikan dan dikembangkan,sedangkan segala kesalahan dan
keburukan patut dihindarkan
d. Untuk merencanakan program kerja atau langkah selanjutnya sesuai dengan budi
pekerti yang merupakan pancaran dari Sang Hyang Atma yang berstana dalam diri
pribadi.
Dengan melaksanakan Brata Hari raya Nyepi diharapkan seseorang dapat meningkatkan
kualitas hidup dan kehidupannya, jasmani maupun rohani.  Sehari setelah hari raya
Nyepi disebut Ngembak Geni, yang berarti ngelebar brata dan dilanjutkan dengan
Dharma Santi, yaitu saling memaafkan, sebagai tanda terjalinnya hubungan yang
harmonis.

E. Ogoh – ogoh dalam pelaksanaan Nyepi


Apa itu ogoh-ogoh, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi keempat
mendefinisikan ogoh-ogoh sebagai patung yang terbuat dari bambu, kertas, dan
sebagainya yang berbentuk raksasa dan lain-lain yang diarak keliling desa pada hari
tertentu (biasanya sehari menjelang Nyepi).
Sebagaimana telah dijelasksan, Hari Raya Nyepi selalu didahului oleh prosesi
pengrupuk. Pengrupukan selalu ditunggu oleh masyarakat terlebih oleh anak-anak muda
karena di malam pengrupukan akan diarak ogoh-ogoh keliling desa dan keliling kota
diiringi gambelan bleganjur, kentogan dan muda mudi yang ikut mengarak dengan
membawa obor.
Ogoh-ogoh ada sekitar tahun 1980-an. Penggagasnya disebut-sebut adalah
mantan Gubernur Bali, Ida Bagus Mantra yang juga merupakan tokoh budayawan Bali.
Ogoh-ogoh dilambangkan sebagai sifat buruk dalam diri manusia, kebencian,

12
keserakahan, kemabukan, iri hati, ketamakan, loba yang mengkristal selama satu tahun.
Setelah diarak, ogoh-ogoh itu akan dibakar/ dimusnahkan sebagai simbol penyucian
sifat-sifat buruk manusia. Dan, di tahun yang baru, diharapkan terlahir kembali, bersih,
dan selalu berbuat Dharma sesuai ajaran agama.
Sebagai daerah yang kaya akan seni dan budaya, kesenian dan kebudayaan yang
berkembang di daerah Bali banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai luhur agama Hindu. Hal
ini disebabkan oleh adanya keinginan umat Hindu di Bali untuk memisualisasikan nilai-
nilai ajaran agama Hindu. Dalam perayaan Tahun baru Saka atau Nyepi, ogoh-ogoh
memiliki peranan sebagai simbol atau visualisasi prosesi penetralisiran kekuatan-
kekuatan negatif atau kekuatan bhuta. Ogoh-ogoh yang dibuat pada perayaan Nyepi ini
merupakan perwujudan Bhuta Khala, yakni unsur alam yang terdiri dari air, api, cahaya,
tanah, dan udara yang divisualkan dalam wujud yang menyeramkan, karena jika
kekuatan alam itu berlebihan tentunya akan menjadi kekuatan yang merusak.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Hari raya Nyepi merupakan salah satu hari raya yang digunakan sebagai penentu jati
diri umat Hindu karena hanya hari raya inilah yang diakui oleh pemerintah.
2. Menjelang Hari Raya Nyepi, masyarakat Hindu menjalani sejumlah ritual khas yang
pada hakikatnya merupakan upaya pensucian diri dan lingkungan sekitar. Pada satu
hari sebelum Nyepi, masyarakat menyucikan diri dan perangkat peribadahan di pura
melalui Upacara Melasti. Sementara, satu hari sebelum Nyepi, dilakukan ritual Buta
Yadnya (Bhuta Yajna). Buta Yadnya merupakan rangkaian upacara untuk
menghalau kehadiran Bhuta Kala yang merupakan manifestasi unsur-unsur negatif
dalam kehidupan manusia. Dalam rangkaian Buta Yadnya, terdapat tradisi pawai
Ogoh-ogoh yang tekenal menjadi festival tahunan yang semarak dan menjadi daya
tarik pariwisata
3. Partisipasi umat Islam dalam perayaan atau pawai Ogoh-ogoh ini bisa dilihat dari
ramainya meraka dalam menyaksikan seni budaya ini. Bahkan pemerintah juga ikut
memberi dukungan berupa fasilitas, dana maupun akomodasi. Ini membuktikan
bahwa dengan adanya pawai Ogoh-ogoh di Mataram menciptakan energi positif bagi
kalangan umat beragama, toleransi yang terjalin antar umat beragama di Mataram
menjadikan setiap kalangan masyarakat beragama disana sangat harmonis

B. Saran
Melihat kemajuan kreativitas masyarakat Hindu di setiap banjar menjadi nilai jual
yang positif untuk pemerintah dan Pulau Lombok. Dikarenakan karya seni budaya yang
dihasilkan umat Hindu ini sudah menjadi daya tarik wisatawan baik lokal maupun
mancanegara. Bahkan apresiasi masyarakat yang non Hindu sangatlah membatu dalam
pelaksaan pawai Ogoh-ogoh ini, semangat para pemuda dan pumudi dari berbagai
kalangan menjadi bukti toleransi keberagaman yang kuat di pulau tercinta yaitu Lombok.
Saran yang dapat disampaikan adalah Dengan keanekaragaman budaya pada masing-
masing agama, diharapkan dapat dipisahkan antara budaya dan ibadat sehingga menjadi
pengobar semangat toleransi antar umat beragama, saling menghargai dan saling
melengkapi dalam kehidupan berbangsa dan beragama.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36118/1/KHEMAS%20AULIA
%20ULWAN%20-%20FUF.pdf. (diunduh tanggal 07 September 2022)

https://www.academia.edu/36721255/PAPER_MENGENAI_HARI_RAYA_NYEPI.
(diunduh tanggal 07 September 2022)

15

Anda mungkin juga menyukai