Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEPERCAYAAN MASYARAKAT MENJELANG DATANGNYA


ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam di Sulawesi


Selatan pada kelas VII AK 2

Dosen Pengampu:

Dr. Wahyuddin G, M.Ag.

Oleh:

Kelompok I

Asrianto NIM. 40200120033

Muh. Zulkifli NIM. 40200120054

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN

ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Allah Swt, karena atas karunianya,
berupa kesehatan dan kesempatan penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan waktu yang tepat, sesuai dengan jadwal perkuliahan yang telah ditentukan.

Tidak lupa pula Sholawat menyertai Salam kami kirimkan kepada Nabi
Muhammad Saw beserta keluarga dan sahabat-sahabat beliau.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dr. Wahyuddin G, M.Ag,


dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari dan mengetahui bahwasanya didalam penyusunan


makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami sangat mengharapkan kritik serta sarannya untuk memperbaiki
kesalahan- kesalahan kami agar makalah ini mendekati kesempurnaan. Semoga
apa yang kami tulis dapat memiliki manfaat kepada semua pihak yang
memerlukan.

Gowa, 18 September 2023

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................5

C. Tujuan..............................................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

A. Kepercayaan Animisme..................................................................................6

B. Kepercayaan Dinamisme.................................................................................7

C. Kepercayaan Dewata Seuwa’e........................................................................8

BAB III..................................................................................................................10

PENUTUP..............................................................................................................10

A. Kesimpulan...................................................................................................10

B. Saran..............................................................................................................10

DAFTAR ISI..........................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kepercayaan atau Religi berasal dari bahasa Latin Religere atau Religare
artinya berhati-hati dan berpegang teguh pada aturan-aturan dasar. Jadi
kepercayaan atau religi berarti kecenderungan batin (rohani) manusia yang terikat
dengan hal- hal yang gaib, suci (kekuatan alam), dan tabu.1

Kepercayaan merupakan gagasan untuk mempercayai Tuhan. Sistem


kepercayaan diyakini oleh masyarakat sebagai pedoman hidup dalam menjalankan
kehidupan sosial keagamaan. Dalam masyarakat, sistem kepercayaan terdapat
fungsi-fungsi yaitu: fungsi psikologis, fungsi ekologis dan fungsi sosial.2

Melacak Kepercayaan masyarakat Sulawesi Selatan sebelum memeluk


Agama Abrahamik3 tidaklah mudah, sebab orang dahulu tidak melabeli
kepercayaan mereka dengan nama-nama agama seperti yang kita ketahui saat ini.4
Masyarakat juga belum mempunyai kartu identitas kependudukan yang
mewajibkan agar kolom agama diisi. Walaupun tidak mudah sisa kepercayaan
orang dahulu masih bisa dilacak melalui struktur kepercayaan, berupa peninggalan
arkeologis, manuskrip, ritus dan ritual. Peninggalan arkeologis masih dapat
disaksikan hari ini adalah saukang. Manuskrip menggambarkan kegiatan
masyarakat dimasa lalu, yang diilustrasikan dalam bahasa sastrawi seperti La
Galigo, Cekkeleq, Sinrilik, dan berbagai naskah Lontara dengan berbagai
genrenya, mulai dari Attoriolong, Assikalaibineng, Pananrang, dan Kutika.

1
Nur Awaliya Maulida, “Agama dan Kepercayaan Masyarakat”, Blog Unnes, 28 November
2015. https://blog.unnes.ac.id/maulida27/2015/11/28/agama-dan-kepercayaan-masyarakat
2
Kanzi Pratama A.N, “Kepercayaan dalam Agama”, Kompasiana, 15 Februari 2021.
https://www.kompasiana.com/amp/kanzi75969/6028afc3d541df97a5f0c94/kepercayaan-dalam-
agama
3
Sebutan teoritis untuk Agama Yahudi, Kristen dan Islam.
4
Andi Rahmat Munawar, To Ugi, (Makassar: Sempugi, 2022), h. 36.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada makalah


ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem kepercayaan Animisme?

2. Bagaimana sistem kepercayaan Dinamisme?

3. Bagaimana sistem kepercayaan Dewata Seuwa’e?

C. Tujuan

Dari beberapa rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui mengenai Animisme.

2. Untuk mengetahui mengenai Dinamisme.

3. Untuk mengetahui mengenai Dewata Seuwa’e.


BAB II

PEMBAHASAN
A. Kepercayaan Animisme

Kepercayaan Animisme diperkenalkan oleh E.B. Tylor seorang antropolog


berkebangsaan Inggris, populer dikenal dimasyarakat akademis lewat bukunya
Primitive Culture. Animisme berasal dari bahasa Latin, anima berarti jiwa,
nyawa, roh atau nafas. Menurut animisme seperti yang dikemukakan oleh E.B.
Tylor, setelah manusia meninggal dunia, jiwa atau roh akan meninggalkan
jasmaninya dan selanjutnya bisa berpindah dan menempati mahkluk-mahkluk
hidup atau benda- benda material. Karena itu, agar roh tadi tidak mengganggu,
maka perlu dilakukan pemujaan pada arwah leluhur atau benda-benda yang
dianggap memiliki kekuatan magis.5

Menurut Harun Nasution, animisme adalah agama yang mengajarkan


bahwa tiap-tiap benda baik yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa
mempunyai roh. Animisme dalam KBBI adalah kepercayaan kepada roh yang
mendiami semua benda (pohon, batu, sungai, gunung, dan sebagainya).

Pendapat-pendapat yang dikemukan Tylor berdasarkan aliran pemikiran


materialisme. Materialisme berasal dari bahasa Latin, materia yang berarti bahan
atau bahan untuk menyusun sesuatu. Materialisme adalah suatu aliran filsafat
yang berisikan ajaran kebendaan dimana benda merupakan sumber segalanya, dan
menolak adanya entitas-entitas non material.6

Pemikiran materialisme yang menolak eksistensi non materi atau gaib,


merupakan awal mula lahirnya atheisme sekaligus dasar untuk menyebut

5
Warren E. Preece (ed), “Animism”, Encyclopedia Britannica, Jilid 1 (Chicago, London, Toronto,
Genewa, Sydney, Tokyo: Encyclopedia Britannia, 1965), h. 987.
6
Urwatul Wusqo, Aliran Filsafat Materialisme, Kompasiana, 14 April 2020.
https://www.kompasiana.com/amp/urwatulwusqo/5e9539cc097f36246d4bdcd3/aliran-filsafat-
materialisme
kepercayaan pada hal gaib adalah animisme. Jika menggunakan pendapat Tylor
mengenai animisme maka, Pertama, istilah animisme digunakan untuk
menunjukkan kepercayaan primitif, penggunaan kata primitif merupakan lawan
kata dari beradab, yang menunjukkan bahwasanya kebudayaan timur merupakan
kebudayaan primitif, sementara orang-orang Eropa yang menjajah dan menjarah
alam bangsa-bangsa primitif disebut beradab karena mengenalkan peradaban maju
(modern).7

Kedua, dalam budaya Bugis pendapat Tylor menghilangkan Tuhan,


“Dewata Seuwwa’e, dalam kehidupan masyarakat Bugis. Ketiga, meniadakan
Waliala atau Wariyala, yang merupakan roh leluhur dalam kehidupan masyarakat
Bugis. Bahwasanya manusia Bugis pra-Islam telah mempercayai adanya
kehidupan setelah kematian.8

B. Kepercayaan Dinamisme

Dinamisme berasal dari bahasa Yunani, dynamis atau dynamos yang


artinya kekuatan atau tenaga. Dinamisme ialah kepercayaan tentang adanya
kekuatan yang terdapat pada berbagai barang, baik yang hidup atau yang mati.
Benda-benda tersebut berupa api, air, pohon, bintang, bebatuan, atau manusia.9

Dinamisme menurut KBBI adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu


mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup.

Kemunculan teori dinamisme merupakan bentuk perbaikan dari teori


animisme, yang dimulai oleh RR Marett, sebagai teori alternatif asal usul agama.

7
Andi Rahmat Munawar, To Ugi, h. 38.
8
Andi Rahmat Munawar, To Ugi, h. 38-39.
9
Debora Danisa Kurniasih Perdana Sitanggang, “Dinamisme Adalah: Pengertian, Contoh, dan
Bedanya dengan Animisme”, Detik Jabar, 16 Agustus 2022. https://www.detik.com/jabar/berita/d-
6237287/dinamisme-adalah-pengertian-contoh-dan-bedanya-dengan-animisme/amp
Dengan perbedaan animisme merujuk kepada roh-roh luluhur, dan dinamisme
pada benda-benda yang dianggap mempunyai kekuataan yang bukan hanya
berasal dari roh semata, tetapi berasal dari kekuatan benda tersebut.

C. Kepercayaan Dewata Seuwa’e.

Dewata dalam KBBI berarti dewa, sifat dewa (kedewaan), Dewata berasal
dari bahasa Sansekerta, Dev yang memiliki arti sinar atau terang. Walaupun
berasal dari bahasa Sansekerta masyarakat Bugis-Makassar kurang mendapat
pengaruh kepercayaan hindu, dan salah satu bukti konkritnya tidak ditemukannya
Candi di wilayah Sulawesi Selatan. Jika ditinjau dalam bahasa Bugis Dewata
Seuwa’e berarti Tuhan Yang Tunggal.

Kepercayaan terhadap Dewata Seuwa’e merupakan kepercayaan yang


dikenal dan diyakini sebelum kedatangan Islam di Sulawesi Selatan, nama-
namanya biasanya disebut Dewata Seuwa’e itu sendiri, To Palanro’e (Sang
Pencipta), dan To Patoto’e (Sang Penentu Nasib).10 To Palanro’e dan To Patoto’e
dapat dilihat pada naskah La Galigo,11 namun dalam naskah Dewata Seuwa’e
tidak disebutkan secara gamblang pada naskah ini, tetapi pada kronik-kronik
kerajaan Bugis dapat ditemukan, serta dalam memanjatkan doa dalam tradisi
mabbaca-baca dilantunkan oleh Pabbaca “Rumpumu Mappalettu ri Dewata
Seuwa’e”.12

Sure’ La Galigo adalah sebuah karya sastra Bugis kuno yang berasal dari
masa pra Islam. Hal ini dibuktikan dengan adanya kepercayaan Bugis kuno, yaitu
kepercayaan terhadap Dewata Seuwa’e. Dengan bukti sisa-sisa kepercayaan lama
yang juga dikisahkan dalam La Galigo, yakni pendeta Bugis kuno, bissu masih

10
Mattulada, Islam di Sulawesi Selatan, dalam Taufik Abdullah (ed). Agama dan Perubahan Sosial
(Jakarta: Rajawali, 1983), h. 229-230.
11
Colliq Pujie, La Galigo menurut NBG 188.
12
Penulis pernah mendengarkan langsung saat prosesi mabbaca-baca tapi menggunakan sinonim
yang sama yakni Puang Seuwa’e.
dijumpai sekarang di Kabupaten Bone dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan dan
tradisi mattompang arajang di Kabupaten Bone.13

Dalam naskah La Galigo tidak ditemukan suatu penjelasan sistematis


tentang sistem kepercayaan Bugis kuno, namun rekonstruksi bisa dilakukan
melalui suatu analis yang seksama terhadap teks-teks La Galigo dan beberapa teks
zaman berikutnya.14

Kepercayaan kepada Dewata Seuwa’e bukan sebatas konsep, tetapi juga


doa-doa yang dipanjatkan. Pada Lontara Sukkuna Wajo direkan doa orang Bugis
sebelum Islam sebagai berikut:
Naiya toba’na toriolo’e arengngeranna naiya Dewata’e makkedai cauka’ Puang
cauka’ Dewata Seuwa. Makkedatoni, elona tudangngi ri pesonaku sanreka’ ri
totoku utajeng pammase. Dua pammase kutajeng, pammase Dewata’e elo’
mattentue. Tanroi telleng linoku telleng mappesonaku ri sagala’e ri Dewata
Seuwa’e. Narekko malasai toriolo’e naillauwi ri Dewata Sauwa’e naripajappa na
sangadinna elo’ mattentu mappesona meni ri passalama tudang riyana.
Makkedatoi pesonaku tenrigangka kutudang ri elo’na ku urai pute.15
Bertaubatlah orang dahulu yang mengingat pada Dewata’e (mereka) berkata saya
memohon ampunan-Mu Tuhan tidak ada kekuatan selain dari-Mu, (mereka)
berkata saya ingin duduk berserah diri dan bersandar pada takdir sambil aku
menunggu karunia dari-Mu dua karunia yang kutunggu, karunia Dewata’e yang
akan menentukan, bersumpah meninggalkan segala duniaku dan berserah diri,
pada Dewata Seuwa’e. Jika orang dulu dalam keadaan sakit, berdoa pada Dewata
Seuwa’e untuk disembuhkan karena semua atas kehendak-Nya kami hanya
berserah diri untuk diselamatkan dan apa yang telah menjadi ketentuan-Nya.
Dalam penyerahan diriku berkata pula, tidak terbatas saya duduk berserah pada
kehendak- Nya dan pengobatan.

13
Andi Muhammad Akhmar, Islamisasi Bugis: Kajian Sastra atas La Galigo versi Bottinna I La
Dewata Sibawa I We Attaweq (BDA), (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2018), h. 487.
14
Christian Pelras, Manusia Bugis, (Makassar: Ininnawa, 2020), h. 101.
15
Husnul Fahimah Ilya, Lontara Sukkuna Wajo: Telaah Ulang Awal Islamisasi di Wajo, (Tangerang
Selatan: LSIP, 2011), h. 81-83.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Kepercayaan merupakan salah satu unsur-unsur kebudayaan, menurut


Koenjaraningrat, kepercayaan dipengaruhi oleh budaya yang dilakukan
masyarakat. Kepercayaan yang dianut oleh suatu masyarakat memiliki ciri khas
tersendiri yang berbeda satu dengan lainnya, yang bersifat unik, serta kurang adil
jika digeneralisasi kepercayaan suatu masyarakat dan dicap sebagai kepercayaan
primitif.

Masyarakat Sulawesi Selatan dengan konsep kepercayaan kepada Dewata


Seuwa’e, memiliki kemiripan dengan agama Islam, yang mengesakan Tuhan.
Sehingga memudahkan para mubaligh menyebarkan agama Islam di Sulawesi
Selatan karena kesamaan ini, dapat disaksikan dialog antara Datuk Sulaiman dan
La Patiware’ Daeng Parebbung, serta Datuk Sulaiman dengan La Sangkuru Patau
Mulajaji mengenai kepercayaan mereka yang tidak saling menyalahi satu sama
lainnya.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami hari, semoga bermanfaat dan menambah


pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah.
DAFTAR ISI
Akhmar, Andi Muhammad. Islamisasi Bugis: Kajian Sastra atas La Galigo versi
Bottinna I La Dewata Sibawa I We Attaweq (BDA). Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor, 2018
A.N, Kanzi Pratama. “Kepercayaan dalam Agama”, Kompasiana, 15 Februari
2021.
https://www.kompasiana.com/amp/kanzi75969/6028afc3d541df97a5f0c94
/kepercayaan-dalam-agama
Ilya, Husnul Fahimah. Lontara Sukkuna Wajo: Telaah Ulang Awal Islamisasi di
Wajo. Tangerang Selatan: LSIP, 2011.
Mattulada. Islam di Sulawesi Selatan, dalam Taufik Abdullah (ed). Agama dan
Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali, 1983.
Maulida, Nur Awaliya. “Agama dan Kepercayaan Masyarakat”, Blog Unnes, 28
November 2015. https://blog.unnes.ac.id/maulida27/2015/11/28/agama-
dan-kepercayaan-masyarakat
Munawar, Andi Rahmat. To Ugi. Makassar: Sempugi, 2022.
Pelras, Christian. Manusia Bugis. Makassar: Ininnawa, 2020.
Preece, Warren E. (ed), “Animism”, Encyclopedia Britannica, Jilid 1. Chicago,
London, Toronto, Genewa, Sydney, Tokyo: Encyclopedia Britannia, 1965.
Pujie, Colliq. La Galigo menurut NBG 188. Terjemahan Muhammad Salim,
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2017.
Sitanggang, Debora Danisa Kurniasih Perdana, “Dinamisme Adalah: Pengertian,
Contoh, dan Bedanya dengan Animisme”, Detik Jabar, 16 Agustus 2022.
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6237287/dinamisme-adalah-
pengertian-contoh-dan-bedanya-dengan-animisme/amp
Wusqo, Urwatul Aliran Filsafat Materialisme, Kompasiana, 14 April 2020.
https://www.kompasiana.com/amp/urwatulwusqo/5e9539cc097f36246d4b
dcd3/aliran-filsafat-materialisme

Anda mungkin juga menyukai