Anda di halaman 1dari 13

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

PENGANTAR INTGRASI SULAIMAN KURDI, S.Ag. MSI


ILMU

HUBUNGAN ANTARA SAINS DAN AGAMA

OLEH:
KELOMPOK 9

PUTRI AULIA : 220102010157


RISTI NOVIANI : 220102010206
MUHAMMAD FAQIH RAMADANI : 220102010292

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS SYARIAH
PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM
BANJARMASIN
2023
KATA PENGANTAR

‫ْــــــــــــــــــم اﷲِالرَّحْ َم ِن ال َّر ِحيم‬


ِ ‫بِس‬
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat, dan berkah-Nya, dan dengan pertolongan-Nya, sehingga
tugas makalah ini dapat diselesaikan dengan sebagaimana mestinya. Shalawat dan
salam semoga dilimpahkan oleh-Nya kepada junjungan kita Rasulullah Saw, para
Sahabat dan seluruh pengikut Beliau hingga akhir zaman.
Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Hubungan Antara Sains Dan Agama” dengan lancar tanpa suatu
halangan. Penyusunan makalah ini disusun secara sistematis dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini.
Sebab itu kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Bapak
Sulaiman Kurdi, S.Ag. MSI yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk membuat makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Terlepas dari semua itu, kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang membangun dari para pembaca. Sehingga kami dapat mengintropeksi diri
serta memperbaiki kesalahan yang kami lakukan dalam penyusunan makalah ini.
Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
teman-teman. Aamiin…

Banjarmasin, 14 Februari 2023

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
Pengertian Sains.............................................................................................................3
Pengertian Agama..........................................................................................................3
Hubungan Antara Sains dan Agama...............................................................................4
Mengkritisi Hubungan Antara Sains dan Agama............................................................7
BAB III.................................................................................................................................9
PENUTUP............................................................................................................................9
Kesimpulan.....................................................................................................................9
Saran..............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama dan sains sama sama berperan penting bagi manusia.
Keduanya merupakan kebutuhan dasar kehidupan dan sistem manusia.
Agama bagi manusia adalah tuntunan-tuntunan yang menjadi keyakinan bagi
pemeluknya sesuai dengan fitrahnya sejak lahir, antara sifat-sifat religius,
suci, moral, benar, dan sifat-sifat khusus manusia. Keberadaan sains bagi
agama berfungsi sebagai penegasan dan penguatan agama bagi pemeluknya,
karena sains dapat mengungkap alam semesta dan segala rahasia yang ada di
dalamnya. Islam adalah agama yang mencakup semua aspek manusia. Islam
juga dihormati karena semua aturan dibuat untuk menjamin keselamatan
orang-orang di bumi ini di dunia dan di akhirat. Namun, ada juga sebagian
kecil yang meyakini bahwa agama hanya bersifat spiritual dan tidak dapat
dikaitkan dengan sains. Kedua ilmu ini memiliki bidangnya masing-masing.
Meskipun demikian, terlepas dari adanya perbedaan tersebut, masih ada
hubungan kesetaraan yang sangat kuat antara sains dan agama. Perpaduan
antara agama dan sains bukanlah suatu hal yang tidak mungkin, bahkan
kajian tentang hubungan antara sains dan agama tidak pernah ada habisnya.
Sains dan agama selalu berperang untuk memperebutkan predikat, yakni
“Pencari Kebenaran”. Keduanya saling menuduh, ulama berpendapat bahwa
umat beragama terlalu tertutup terhadap temuan-temuan ilmu pengetahuan,
begitu pula sebaliknya.

B. Rumusan Masalah
Pada penyusunannya ada beberapa masalah yang dirumuskan dalam
makalah ini, antara lain:
A. Memaparkan relasi sains dan agama
B. Mengkritisi relasi sains dan agama

1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini ialah,
untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui bagaimana cara memaparkan hubungan antara sains
dan agama.
2. Dapat mengkritisi hubungan antara sains dan agama.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sains
Sains dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin yaitu “scienta” yang
berarti pengetahuan, pengertian, pemahaman yang lurus dan mendalam. Menurut
James Conan, sains dianggap sebagai ide dan skema perhitungan yang terhubung
satu sama lain, dan yang berkembang sebagai persepsi, dan berguna untuk
persepsi tambahan dan eksperimen. Sains adalah informasi yang didapat melalui
penelitian ilmiah. Hal ini menunjukkan bahwa komponen epistemologis dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan sangatlah signifikan. Sains adalah informasi
yang terorganisir secara efisien. 1
Pengertian atas istilah sains secara khusus sebagai Ilmu Pengetahuan Alam
sangatlah beragam. Conant mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep
serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan tumbuh sebagai
hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan
dieksperimentasikan lebih lanjut. Carin & Sund mendefinisikan sains adalah suatu
sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang
terkontrol.2

B. Pengertian Agama
Agama adalah strategi untuk memuja Tuhan Yang Maha Esa dan cara
bagaimana manusia berhubungan dengan masalah-masalah sosial. Selain itu,
agama juga disebut keyakinan yang memiliki makna “hubungan” antara manusia
dengan Tuhan sebagai penciptanya, baik hubungan antara manusia dengan
manusia maupun manusia dengan alam.3 Agama adalah ajaran yang berasal dari
Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun
temurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan tujuan untuk memberi
petunjuk atau pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia
dan di akhirat. Selain itu, kata agama berasal dari bahasa sanskerta "A" berarti
1
Husnul Hidayah, Deni Iriyadi, and Iffan Ahmad Gufron, “Relasi Sains Dan Agama dalam
Perpspektif Ian Graeme Barbour” 13, no. 1 (2022).
2
“Diktat+Pendidikan+Sains.Pdf,” n.d.
3
Wira Hadikusuma, “Mendialogkan Sains Dan Agama Dalam Upaya Resolusi Konflik,” n.d.

3
tidak "GAMA" berarti kacau. Sehingga kata agama berarti “tidak kacau”. Atau
dapat diartikan sebagai suatu peraturan yang bertujuan untuk mencapai kehidupan
manusia ke arah dan tujuan tertentu.4
Sedangkan agama Islam menurut ilmu bahasa (etimologi), kata “Islam”
berasal dari bahasa Arab yaitu kata salima yang berarti selamat, sentosa, dan
damai. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama, yuslimu, Islaman, yang berarti
memelihara dalam keadaan selamat sentosa, dan berarti juga menyerahkan diri,
tunduk, patuh, dan taat. Selain itu Islam mengandung makna yang umum bukan
hanya nama dari suatu agama. Ketundukan, ketaatan, dan kepatuhan merupakan
makna Islam. Hal tersebut menandakan bahwa sesuatu yang tunduk dan patuh
terhadap kehendak Allah adalah Islam. Islam dalam arti terminology atau istilah
adalah agama yang ajaran-ajarannya diberikan Allah kepada manusia melalui para
utusan-Nya (Rasul-rasul). Dengan demikian Islam adalah agama Allah yang
dibawa oleh para Nabi pada setiap zamannya yang berakhir dengan kenabian
Muhammad SAW. Islam ditujukan kepada seluruh manusia tanpa membedakan
ras dan kebangsaan. Agama Islam menjadi dasar dari berbagai persoalan manusia
dengan rujukan utama yang jadi sumber pokoknya Al-Quran. Di dalam Islam
seluruh aspek kebutuhan manusia baik yang bersifat keduniaan atau ketuhanan,
fisik ataupun spiritual, individual maupun social, rasional maupun emosional
mendapatkan perhatian.5

C. Hubungan Antara Sains dan Agama


Di Indonesia, kajian dan pandangan tentang integrasi sains dan Islam
dalam berbagai interdisiplin keilmuan masih marak dibicarakan. Ian G. Barbour
selaku tokoh pengkaji hubungan sains dan agama telah memetakan hubungan
keduanya dengan membuka kemungkinan adanya interaksi di antara keduanya.
Melalui tipologi posisi perbincangan tentang hubungan sains dan agama, dia juga
berusaha menunjukkan keberagaman posisi yang dapat diambil berkenaan dengan
hubungan sains dan agama terhadap disiplin disiplin ilmiah tertentu. Pandangan
ini menempatkan sains dan agama dalam dua ekstrim yang saling bertentangan.
4
Ahmad Asir, “AGAMA DAN FUNGSINYA DALAM KEHIDUPAN UMAT MANUSIA,” n.d.
5
Rohidin, Pendidikan Agama Islam Sebuah Pengantar, n.d.

4
Bahwa sains dan agama memberikan pernyataan yang berlawanan sehingga orang
harus memilih salah satu di antara keduanya. Masing-masing menghimpun
penganut dengan mengambil posisi-posisi yang bersebrangan. Sains menegasikan
keberadaan agama, begitu juga sebaliknya. Keduanya hanya mengakui keabsahan
keberadaan masing-masing. Adapun alasan utama para pemikir yang meyakini
bahwa agama tidak akan pernah bisa didamaikan dengan sains adalah sebagai
berikut:
a) Menurut mereka agama jelas-jelas tidak dapat membuktikan kebenaran
ajaran-ajarannya dengan tegas, padahal sains dapat melakukan itu.
b) Agama mencoba bersifat diam-diam dan tidak mau memberi petunjuk
bukti konkrit tentang keberadaan Tuhan, sementara dipihak lain sains mau
menguji semua hipotesis dan semua teorinya berdasarkan pengalaman6.
Pertentangan antara kaum agamawan dan ilmuwan di Eropa ini
disebabkan oleh sikap radikal kaum agamawan Kristen yang hanya mengakui
kebenaran dan kesucian Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sehingga
siapa saja yang mengingkarinya dianggap kafir dan berhak mendapatkan
hukuman. Di lain pihak, para ilmuwan mengadakan penyelidikan-penyelidikan
ilmiah yang hasilnya bertentangan dengan kepercayaan yang dianut oleh pihak
gereja (kaum agamawan). Akibatnya, tidak sedikit ilmuwan yang menjadi korban
dari hasil penemuan oleh penindasan dan kekejaman dari pihak gereja.7
Menurut Syekh Ahmad Khan seorang tokoh reformis Islam abad ke-19
yang berasal dari India. Beliau memiliki pandangan yang sangat progresif dalam
hubungan antara sains dan agama, terutama antara sains dan Al-Qur'an. Menurut
Syekh Ahmad Khan, sains dan Al-Qur'an tidak bertentangan satu sama lain, tetapi
sebaliknya, keduanya saling melengkapi. Dalam pandangan Syekh Ahmad Khan,
Al-Qur'an bukanlah sebuah buku sains, tetapi ia memberikan pandangan dunia
dan nilai-nilai moral yang sangat penting bagi manusia. Sains, di sisi lain, adalah
cara untuk memahami alam semesta yang diciptakan oleh Allah, dan karenanya,
tidak ada yang bertentangan dengan Al-Qur'an. sBeliau juga berpendapat bahwa

6
jonh Haught, Perjumpaan Sains Dan Agama; Dari Konflik Ke Dialog (mizan, 2004).
7
Haught.

5
penggunaan akal dan penelitian ilmiah adalah penting dalam memahami Al-
Qur'an dan ajarannya. Dengan demikian, sains dan agama bukanlah dua hal yang
terpisah, tetapi keduanya harus digunakan bersama-sama untuk mencapai
pemahaman yang lebih baik tentang alam semesta dan kehendak Tuhan.
Jurnal yang dapat menjadi referensi untuk mempelajari pandangan Syekh
Ahmad Khan tentang relasi sains dan Al-Qur'an adalah "The Educational Theory
of Sir Syed Ahmad Khan" yang ditulis oleh Dr. Mohammad Sarwar. Jurnal ini
membahas pandangan Syekh Ahmad Khan tentang sains dan pendidikan, dan juga
membahas kontribusinya dalam mempromosikan pendidikan modern di India.
Selain itu, buku "The Aligarh Movement and the Making of the Indian Muslim
Mind, 1857-2002" karya Prof. David Lelyveld juga membahas pandangan Syekh
Ahmad Khan tentang sains dan agama.
Adapun pandangan Islam terhadap sains adalah Islam memiliki kepedulian
dan perhatian penuh kepada ummatnya agar terus berproses untuk menggali
potensi-potensi alam dan lingkungan menjadi sentrum peradaban yang gemilang.
Dalam hal ini, tidak ada pertentangan antara sains dan Islam, di mana keduanya
berjalan seimbang dan selaras untuk menciptakan khazanah keilmuan dan
peradaban manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Pandangan Islam terhadap
sains dan teknologi adalah bahwa Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk
maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan
penelitian dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi.
Bagi Islam, sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali
dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini
merupakan anugerah bagi manusia sebagai khalifatullah di bumi untuk diolah dan
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.8

D. Mengkritisi Hubungan Antara Sains dan Agama


Mempertemukan agama dan sains (religiousitas sains) harus dipahami dan
dimaknai sebagai upaya pencerahan ilmu pengetahuan dengan agama sebagai dua
kekuatan yang saling bersinergi. Sinergitas keduanya ada gilirannya akan
8
Mahfudz Junaedi, “MENGKRITISI TIPOLOGI HUBUNGAN SAINS DAN AGAMA IAN G. BARBOUR,”
n.d., 11.

6
membangun peradaban baru yang lebih komunitas dan bermartabat . Namun
kendati demikian pada tataran metodologi agama dan sains masih menimbulkan
perseteruan dan bahkan antara keduanya tidak dapat disatukan, karena Agama
yang merupakan representasi dari wahyu Tuhan dianggap berbeda, terpisah dan
tidak dapat dipersatukan dengan sains yang dihasilkan oleh akal fikiran manusia.
Ian G. Barbour berkomentar bahwa “jika sains dan agama benar-benar
independen, kemungkinan terjadinya konflik bisa dihindari, tetapi hal tersebut
juga berefek pada memupus kemungkinan terjadinya dialog konstruktif dan
pengayaan di antara keduanya. Kita menghayati kehidupan bukan sebagai bagian-
bagian yang saling lepas, melainkan kita merasakan hidup sebagai keutuhan dan
saling terkait meskipun kita membangun berbagai disiplin untuk mempelajari
aspek-aspeknya yang berbeda.”9
Lalu bagaimana dengan pandangan agama Islam terhadap sains? Ternyata islam
memiliki perhatian dan kepedulian yang penuh terhadap ummatnya agar terus
berproses dan berkembang untuk menggali potensi-potensi alam dan lingkungan
agar menjadi sebuah peradaban yang gemilang, mengingat tugas manusia sebagai
Khilafah yang bisa mewujudkan kemakmuran dimuka bumi ini. Dalam konteks
ini tidak ada pertentangan antara sains dan Islam, justru keduanya berjalan
seimbang untuk menciptakan khazanah keilmuan dan peradaban manusia yang
lebih baik lagi dari sebelumnya.
Bagi Islam, sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang
perlu digali dan dicari keberadaannya, ayat-ayat Allah yang tersebar di alam
semesta ini merupakan anugerah bagi manusia sebagai khalifatullah di bumi untuk
diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Pandangan Islam tentang sains
dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama
yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW dalam surah Al-Isra ayat 1-5 dan Ali-
Imran ayat 190-191, ayat tersebut adalah bentuk dukungan yang Allah berikan
kepada hambanya untuk terus menggali dan memperhatikan apa-apa yang ada di
alam semesta ini. Selain itu, Al-Quran juga dapat sebagai inspirasi ilmu untuk
mengembangkan wawasan berpikir sehingga kita mampu menciptakan sesuatu

9
E.R Muhammad, Juru Bicara Tuhan : Antara Sains Dan Agama (Bandung, 2002).

7
yang baru dalam kehidupan. Hanya saja, untuk menemukan hal tersebut,
dibutuhkan kemampuan untuk menggalinya secara lebih mendalam agar potensi
alamiah yang diberikan Tuhan dapat memberikan kemaslahatan sepenuhnya bagi
keselarasan alam dan manusia. Kendati demikian, Al-Quran bukanlah kitab sains,
melainkan Al-Quran adalah pemberi petunjuk, kitab hidayah, atau juga kitab
dakwah. Memang ada memuat hakikat-hakikat ilmiah yang dikemukakan, namun
bukan itu tujuan pokoknya.
Untuk menemukan konsep perdamaian antara Islam dan sains modern, kita
perlu memandang hubungannya dari perspektif konsep Islam tentang alam yang
dipandang secara keseluruhan dan dalam matriksnya tersendiri, sebagaimana
didefenisikan al-Qur’an. Hal ini tidaklah mudah karena begitu kita membawa nas
wahyu ke dalam wacana kontemporer, pasti akan segera muncul sikap-sikap yang
keras dan pintu-pintu perdamaian akan tertutup. Wacana sains dan agama di Barat
dijelaskan dan diterangkan dalam kerangka teologi dan sains, sekurang-kurangnya
tidak dalam arus utamanya. Namun hambatan terbesarnya barangkali adanya
pendapat yang menyejajarkan pandangan Islam dan pandangan fundamentalis
kristenan di Barat yang meletakkan al-Kitab sebagai imbangan dalam wacana
hubungan sains dan agama sehingga pandangan tersebut tidak disukai di dunia
akademis. Namun dengan tetap menyadari hambatan ini, kita harus berpikir
tentang wacana Islam dan sains yang berakar secara murni dalam al-Qur’an.10

BAB III
PENUTUP

10
Junaedi, “MENGKRITISI TIPOLOGI HUBUNGAN SAINS DAN AGAMA IAN G. BARBOUR.”

8
Kesimpulan
Agama dan sains sama sama berperan penting bagi manusia.
Keduanya merupakan kebutuhan dasar kehidupan dan sistem manusia.
Agama bagi manusia adalah tuntunan-tuntunan yang menjadi keyakinan bagi
pemeluknya sesuai dengan fitrahnya sejak lahir, antara sifat-sifat religius,
suci, moral, benar, dan sifat-sifat khusus manusia. Keberadaan sains bagi
agama berfungsi sebagai penegasan dan penguatan agama bagi pemeluknya,
karena sains dapat mengungkap alam semesta dan segala rahasia yang ada di
dalamnya. Kedua ilmu ini memiliki bidangnya masing-masing. Meskipun
demikian, terlepas dari adanya perbedaan tersebut, masih ada hubungan
kesetaraan yang sangat kuat antara sains dan agama. Perpaduan antara agama
dan sains bukanlah suatu hal yang tidak mungkin, bahkan kajian tentang
hubungan antara sains dan agama tidak pernah ada habisnya. Sains dan
agama selalu berperang untuk memperebutkan predikat, yakni “Pencari
Kebenaran”. Keduanya saling menuduh, ulama berpendapat bahwa umat
beragama terlalu tertutup terhadap temuan-temuan ilmu pengetahuan, begitu
pula sebaliknya. Dengan demikian, baik Agama maupun sains sama-sama
mengabdi untuk kepentingan dan kemakmuran manusia dimuka bumi ini.

Saran
Kami menyadari sebagai penulis makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaaan. Jadi kami mengharapkan kritik yang mendukung dan
membangun agar kedepannya makalah ini menjadi lebih baik lagi dan
semoga dapat berguna bagi para pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA
Asir, Ahmad. “AGAMA DAN FUNGSINYA DALAM KEHIDUPAN UMAT
MANUSIA,” n.d.
“Diktat+Pendidikan+Sains.Pdf,” n.d.
Hadikusuma, Wira. “Mendialogkan Sains Dan Agama Dalam Upaya Resolusi
Konflik,” n.d.
Haught, jonh. Perjumpaan Sains Dan Agama; Dari Konflik Ke Dialog. mizan,
2004.
Hidayah, Husnul, Deni Iriyadi, and Iffan Ahmad Gufron. “Relasi Sains Dan
Agama dalam Perpspektif Ian Graeme Barbour” 13, no. 1 (2022).
Junaedi, Mahfudz. “MENGKRITISI TIPOLOGI HUBUNGAN SAINS DAN
AGAMA IAN G. BARBOUR,” n.d., 11.
Muhammad, E.R. Juru Bicara Tuhan : Antara Sains Dan Agama. Bandung, 2002.
Rohidin. Pendidikan Agama Islam Sebuah Pengantar, n.d.

10

Anda mungkin juga menyukai