Anda di halaman 1dari 31

TUGAS PENGANTAR STUDY ISLAM

RANGKUMAN 12 MAKALAH

Dosen Pengampu:

Siti Khoiriyah, M.Pd.

Disusun Oleh:

Bella Ayu Kusumahati (20014990)


PAI-3F

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI

BOJONEGORO

2021

1|Rangkuman Bella Ayu Kusumahati (20014990)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterimakasih kepada Ibu Siti Khoiriyah, M.Pd
selaku dosen mata kuliah Pengantar Studi Islam yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan kita. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga makalah
ini bias dipahami dengan baik oleh pembaca dan berguna untuk semua. Kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk kebaikan di masa yang akan datang.

Bojonegoro, 27 Desember 2021

Penyusun

2|Rangkuman Bella Ayu Kusumahati (20014990)


DAFTAR ISI

Hal.
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3

1. STUDI ISLAM SECARA NORMATIF DAN HISTORIS............................................................4

2. SEJARAH PERJALANAN ISLAM DARI MASA KE MASA....................................................6

3. AKIDAH, SYARI’AH DAN AKHLAQ.......................................................................................9

4. METODE AL-QURAN DALAM STUDI ISLAM......................................................................12

5. HADIST DAN POSISI HADIST DALAM MEMAHAMI AJARAN ISLAM SERTA METODE
MEMAHAMINYA.............................................................................................................................14

6. SUMBER KAJIAN ISLAM KE 3 (IJTIHAD)............................................................................17

7. MODEL STUDY AL-QUR’AN KONTEMPORER...................................................................20

8. MODEL STUDI HADIST KONTEMPORER............................................................................22

9. SYARI’AH & FIKIH DALAM MODEL STUDI ISLAM..........................................................24

10. ISLAM DAN TANTANGAN MODERNITAS.......................................................................25

11. ISLAM DAN ISU-ISU ACTUAL (ISLAM DAN RADIKALISME)......................................27

12. JIHAD, AMAR MAKRUF DAN NAHI MUNKAR DALAM ISLAM...................................29

3|Rangkuman Bella Ayu Kusumahati (20014990)


1. STUDI ISLAM SECARA NORMATIF DAN HISTORIS
A. Islam Historis
Islam historis adalah Islam yang membumi atau Islam yang dipahami,
dihayati dan diamalkan oleh masyarakat, yang didalamnya sudah masuk berbagai
unsur atau pengaruh yang berasal dari berbagai sejarah Islam. Dengan demikian,
dalam praktiknya Islam historis ini bisa berbeda dengan Islam normatif
sebagaimana terdapat di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dalam Islam historis tersebut, adanya perbedaan dalam penghayatan dan
pengamalan, ajaran Islam harus dihargai sebagai hasil kreativitas dan inovasi
manusia dalam rangka memahami pesan ajaran Islam. Namun demikian, perbedaan
yang dapat ditoleransi tersebut sebatas perbedaan yang bukan wilayah yang prinsip
seperti akidah, ibadah, dan akhlak. Perbedaan tersebut hanya pada wilayah teknis
dan ijtihadiyah.
Kehadiran Islam historis ini diperlukan untuk menyadarkan umat Islam
tentang perlunya menghargai warisan sejarah dan budaya masa lalu, dan
menggunakannya sebagai bahan inspirasi untuk membangun sejarah dan budaya
masa depan yang lebih gemilang. Melalui Islam historis ini, memungkinkan Islam
dapat beradaptasi, berkolaburasi dan diterima oleh keragaman sejarah dan budaya
masyarakat.Dengan demikian Islam akan terasa lebih dekat, fleksibel, akomodatif,
dan ramah dengan lingkungan sosial budaya.

B. Islam Normatif
Islam normativitas memiliki keyakinan dan klaim yang kuat bahwa Islam
sebagaimana yang terdapat dalam kitab suci adalah mutlak benar, ideal, unggul,
berlaku sepanjang zaman, tidak dapat dibantah.Berbagai ajaran yang terdapat di
dalam Al-Qur’an baik yang berkaitan dengan akidah, ibadah, akhlak, sejarah,
sosial, ekonomi, politik, budaya, dan lainnya pasti benar dan sangat ideal.Setiap
masalah yang muncul dalam berbagai bidang tersebut langsung dihadapkan kepada
Al-Qur’an. Terhadap pendekatan yang demikian itu semua orang Islam pasti
setuju.

Islam yang bercorak normativitas tersebut tentu saja sangat berguna dalam
rangka memelihara dan menjaga kemurnian ajaran Islam sebagaimana terdapat di
dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah, serta dalam rangka membangun keyakinan yang

4|Rangkuman Bella Ayu Kusumahati (20014990)


kuat bahwa ajaran Islam yang terdapat di dalam wahyu Al-Qur’an itu tinggi, dan
tidak ada yang lebih dari padanya (al-islam ya’lu wa laa yu’la alaih).

C. Hubungan Antara Islam Historis Dengan Normatif


Hubungan antara keduanya dapat membentuk hubungan dialektis dan
ketegangan. Hubungan Dialektis terjadi jika ada dialog bolak-balik yang saling
menerangi antara teks dan konteks. Sebaliknya akan terjadi hubungan ketegangan
jika salah satu menganggap yang lain sebagai ancaman.

Menentukan bentuk hubungan yang pas antara keduanya adalah merupakan


separuh jalan untuk mengurangi ketegangan antara kedua corak pendekatan
tersebut. Ketegangan bisa terjadi, jika masing-masing pendekatan saling
menegaskan eksistensi dan menghilangkan manfaat nilai yang melakat pada
pendekatan keilmuan yang dimiliki oleh masing-masing tradisi keilmuan.

5|Rangkuman Bella Ayu Kusumahati (20014990)


2. SEJARAH PERJALANAN ISLAM DARI MASA KE MASA
A. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
1) Teori Gujarat (India)
Kaum saudagar Gujarat datang melalui Selat Malaka dan menjalin kontak
dengan orang-orang lokal di bagian barat Nusantara yang kemudian
melahirkan Kesultanan Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di
Indonesia.
Salah satu bukti yang mendukung teori ini adalah ditemukannya makam Malik
As-Saleh dengan angka 1297. Nama asli Malik As-Saleh sebelum masuk Islam
adalah Marah Silu. Ia merupakan pendiri Kesultanan Samudera Pasai
2) Teori Arab (Mekah)
Menurut Buya Hamka, Islam sudah menyebar di Nusantara sejak abad 7 M.
Hamka dalam bukunya berjudul Sejarah Umat Islam (1997) menjelaskan salah
satu bukti yang menunjukkan bahwa Islam masuk ke Nusantara dari orang-
orang Arab.
Bukti yang diajukan Hamka adalah naskah kuno dari Cina yang menyebutkan
bahwa sekelompok bangsa Arab telah bermukim di kawasan Pantai Barat
Sumatera pada 625 M. Di kawasan yang pernah dikuasai Kerajaan Sriwijaya
itu juga ditemukan nisan kuno bertuliskan nama Syekh Rukunuddin, wafat
tahun 672 M.
3) Teori Persia (Iran)
Abdurrahman Misno dalam Reception Through Selection-Modification:
Antropologi Hukum Islam di Indonesia (2016) menuliskan, Djajadiningrat
berpendapat bahwa tradisi dan kebudayaan Islam di Indonesia memiliki
persamaan dengan Persia.
Salah satu contohnya adalah seni kaligrafi yang terpahat pada batu-batu nisan
bercorak Islam di Nusantara. Ada pula budaya Tabot di Bengkulu dan Tabuik
di Sumatera Barat yang serupa dengan ritual di Persia setiap tanggal 10
Muharam.
4) Teori China
Penyebaran Islam di Indonesia juga diperkirakan masuk dari China. Ajaran
Islam berkembang di China pada masa Dinasti Tang (618-905 M), dibawa
oleh panglima muslim dari kekhalifahan di Madinah semasa era Khalifah
Ustman bin Affan, yakni Saad bin Abi Waqqash.

6|Rangkuman Bella Ayu Kusumahati (20014990)


Jean A. Berlie (2004) dalam buku Islam in China menyebut relasi pertama
antara orang-orang Islam dari Arab dengan bangsa China terjadi pada 713 M.
Diyakini bahwa Islam memasuki Nusantara bersamaan migrasi orang-orang
China ke Asia Tenggara.
Mereka memasuki wilayah Sumatera bagian selatan Palembang pada 879 atau
abad ke-9 M. Bukti lain adalah banyak pendakwah Islam keturunan China
yang punya pengaruh besar di Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di
Jawa.

B. Sejarah Islam pada Masa Penjajahan


1) Masa Kemunduran Islam pada masa penjajahan
Masa Kemunduran Islam pada masa penjajahan pada dasarnya adalah masa
deislamisasi umat oleh kekuasaan pemerintahan. Penjajah mengenalkan agama
mereka (Kristen) melalui pejabat Belanda, lalu Belanda mengirim orang China
ke Jawa untuk mendukung mereka membangun loji dan kekuasaan mereka
seperti di Batavia dan lainnya. Mereka mendirikan gereja, sekolah dan tempat
hiburan untuk sosialisasi agama Kristen, dan mengharuskan kesultanan yang
berada dibawah kendali mereka untuk tidak lagi berdakwah dalam proses
pemerintahannya.

2) Masa Bangkitnya Kesadaran Nasional


Bermula dari pembaruan pemikiran dan pendidikan Islam di Minangkabau,
yang disusul oleh pembaruan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat
Arab di Indonesia, kebangkitan Islam semakin berkembang membentuk
organisasi-organisasi sosial keagamaan seperti Sarikat Dagang Islam (SDI) di
Bogor (1909) dan Solo (1911), Persyarikatan Muhammadiyah di Yogyakarta
(1912) Persatuan Islam (Persis) di Bandung (1920), Nahdatul Ulama (NU) di
Surabaya (1926) dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah di Bukittinggi (1930) dan
parta-partai politik seperti Sarikat Islam (SI) yang merupakan kelanjutan dari
SDI, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) di Padang Panjang (1932) dan
Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun 1938.

3) Cara Jepang Galang Dukungan Umat Islam

7|Rangkuman Bella Ayu Kusumahati (20014990)


Tindakan yang dilakukan Jepang untuk mendekati kaum muslimin menurut
Ahmad Mansur Suryanegara sebenarnya tidak akan menciptakan kesatuan,
hanya menginginkan kerjasama untuk mencapai maksudnya yaitu
(a)menanamkan semangat Nippon, (b) menumbuhkan loyalitas ulama kepada
Jepang, (c)meyakinkan kebencian ulama terhadap sekutu, (d) perang Asia
Timur Raya adalah perang suci, dan (e) menanamkan keyakinan bahwa
Jepang dan Indonesia adalah satu nenek moyang dan satu ras

C. Perkembangan Islam Setelah Kemerdekaan


1) Islam Masa Revolusi dan Demokrasi Liberal
Kedudukan golongan Islam merosot dan dianggap tidak bisa mewakili jumlah
keseluruhan umat Islam yang merupakan mayoritas.
2) Islam Pada Masa Demokrasi Terpimpin
Secara keseluruhan peranan partai Islam mengalami Kemerosotan. Tak ada
jabatan menteri penting yang dipercayakan kepada tokoh Islam dalam masa
Demokrasi Terpimpin ini. Satu-satunya kepentingan Islam yang diluruskan
adalah keputusan MPRS tahun 1960 yangmemberlakukan pengajaran agama
di Universitas dan perguruan tinggi. Legislasi Islam sebagai ideologi negara
dianggap mepmberi pengaruh negatif terhadap pemerintahan
3) Perkembangan Islam Pada Masa Orde Baru (1966-1998)
Islam semakin berkembang pada masa orde baru ini, diantaranya: Bangunan-
bangunan baru Islam (Masjid dan Mushallah), Pembangunan Madrasah,
Pesantren dan juga Universitas Islam, Adanya kegiatan bulan Ramadhan
(Pesantren kilat), Aktivitas Sosial keagamaan, Puisitasi Islam, drama, dan
pegelaran seni Islam lainnya
4) Perkembangan Islam Setelah Reformasi.
Sekarang pada era reformasi, gejala demikian mungkin terulang kembali.
Peran kelompok Islam, baik tokoh Islam maupun mahasiswa Islam dalam
mendorong gerakan reformasi sangat besar. Namun, pada perkembangan
selanjutnya, gerakan reformasi tidak selalu berada dalam pengendalian
kelompok Islam.

8|Rangkuman Bella Ayu Kusumahati (20014990)


3. AKIDAH, SYARI’AH DAN AKHLAQ
A. Aqidah
1. Pengertian Akidah
Akidah dalam pengertian terminologi adalah iman, keyakinan yang menjadi
Pegangan hidup bagi setiap pemeluk agama Islam. Oleh karena itu, akidah
selalu Dikaitkan dengan rukun iman atau arkan al-iman yang merupakan asas
bagi ajaran Agama Islam.
2. Fungsi akidah islam ,diantaranya yaitu :
a. Sebagai pondasi untuk mendirikan bangunan Islam.
b. Merupakan awal dari akhlak yang mulia.
c. Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka
ibadah kita tersebut tidak akan diterima
3. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
a. Ilahiyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan Ilah (Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat
Allah, af’al Allah dan lainnya.
b. Nubuwat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan Nabi dan Rasul, termasuk tentang Kitab-Kitab Allah, mu’jizat,
karamat dan lain sebagainya
c. Ruhaniyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syetan, Roh dan lain
sebagainya
d. Sam’iyyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui lewat Sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan Sunnah) seperti
alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan
lain sebagainya
B. Syariah
1. Pengertian Syariah
Secara etimologis syariah berarti “jalan yang harus diikuti.” Kata syariah
muncul dalam beberapa ayat Al-Qur’an, seperti dalm surah Al-Maidah:48,
asy-Syura: 13, yang mengandung arti “ jalan yang jelas yangmembawa kepada
kemenangan.”(Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin, Ushul Fikih. Hal. 1). Dalam hal
ini agama yang ditetapkan oleh Allah disebutsyariah, dalam artian lughawi
karena umat Islam selalu melaluinya dalam kehidupannya.

9|Rangkuman Bella Ayu Kusumahati (20014990)


2. Perbedaan Syariah dan Fiqih
a. Obyek kajian syariat sifatnya lebih umum karena mencakup akidah,
perbuatan, dan akhlak manusia. Sedangkan fiqih hanya berlaku pada
amaliah perbuatan manusia, tidak membahas persoalan akidah dan akhlak.
b. Bahwa sifat “keniscayaan” hanya berlaku pada syariat karena memang
hakikat syariat ialah taken for granted atau diterima begitu saja sesuai
dengan apa yang dijelaskan oleh Allah. Sedangkan fiqih tidak memiliki
keniscayaan semacam itu karena merupakan produk dari ijtihad masing-
masing mujtahid.
c. Syariat bersifat menyeluruh. Artinya, syariat berlaku bagi manusia
siapapun, di manapun dan kapanpun. Sedangkan fiqih tidak demikian.
C. Akhlaq
1. Pengertian Akhlaq
“Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti
kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta;
demikian pula dengan makhluqun yang berarti yang diciptakan.
2. Tujuan Ahlaq
Tujuan akhlak seccara umum adalah agar terciptanya kehidupan yang tertib,
damai, harmonis, dan saling tolong-menolong.
3. Ruang Lingkup Bidang Studi Akhlak
a. Akhlak terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai
dengan larangan merusak, membinasakan dan menganiyaya diri baik
secara jasmani (memotong dan merusak badan), maupun secara rohani
(membirkan larut dalam kesedihan)
b. Akhlak dalam keluarga meliputi segala sikap dan perilaku dalam keluarga,
contohnya berbakti pada orang tua, menghormati orang tua dan tidak
berkata-kata yang menyakitkan mereka.
c. Akhlak dalam masyarakat meliputi sikap kita dalam menjalani kehidupan
soaial, menolong sesama, menciptakan masyarakat yang adil yang
berlandaskan Al-Qur’an dan hadist.

10 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
d. Akhlak dalam bernegara meliputi kepatuhan terhadap Ulil Amri selama
tidak bermaksiat kepada agama, ikut serta dalam membangun Negara
dalam bentuk lisan maupun fikiran.
e. Akhlak terhadap agama meliputi berimn kepada Allah, tidak
menyekutukan-Nya, beribadah kepada Allah.

11 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
4. METODE AL-QURAN DALAM STUDI ISLAM
A. Al-Quran
Ada lima faktor penting yang menjadi faktor karakteristik Alquran, yaitu:
a. Alquran adalah firman atau kalam Allah SWT, bukan perkataan Malaikat
Jibril (dia hanya penyampai wahyu dari Allah), bukan sabda Nabi Muhammad
SAW. (beliau hanya penerima wahyu Alquran dari Allah), dan bukan
perkataan manusia biasa, mereka hanya berkewajiban mengamalkannya.
b. Alquran hanya diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.
c. Alquran adalah mukjizat, maka dalam sepanjang sejarah umat manusia sejak
awal turunnya sampai sekarang dan mendatang tidak seorangpun yang mampu
menandingi Alquran, baik secara individual maupun kolektif, sekalipun
mereka ahli sastra bahasa dan sependek-pendeknya surat atau ayat.
d. Diriwayatkan secara mutawatir artinya Alquran diterima dan diriwayatkan
oleh banyak orang yang secara logika mereka mustahil untuk berdusta,
periwayatan itu dilakukan dari masa ke masa secara berturut-turut sampai
kepada kita.
e. Membaca Alquran dicatat sebagai amal ibadah
B. Posisi Alquran Dalam Studi Islam
Alqur'an adalah Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang berangsur angsur dalam bahasa arab yang menerangkan hukum hukum,
aqidah, nasehat dan lain lain dan menjadi mukjizat buat Nabi Muhammad SAW
dan menjadi pegangan Ummat Nabi Muhammad SAW. Jadi isi Al-Qur’an
meliputi segala macam persoalan, dan bisa dibahas dari berbagai aspek.
C. Metode Al-quran Dalam Studi islam
a. Tahlili yaitu metode penafsiran al-Qur’an yang dilakukan dengan cara
menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dalam berbagai aspek, serta menjelaskan
maksud yang terkandung didalamnya sehingga kegiatan mufasir hanya
menjelaskan per ayat, surat per surat, makna lafal tertentu, susunan kalimat ,
persesuaian kalimat satu dengan kalimat lain, Asbabun Nuzul yang berkenaan
dengan ayat-ayat yang ditafsirkan.
b. Ijmal  yaitu metode penafsiran al-Qur’an yang dilakukan dengan cara
menjelaskan maksud al-Qur’an sebagai global yang terperinci tafsir Tahlili,
hanya saja penjelasannya disebutkan secara global (Ijmal).

12 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
c. Muqarin yaitu metode penafsiran al-Qur’an yang dilakukan dengan cara
perbandingan(komparatif) dengan menemukan dan mengkaji perbedaan-
perbadaan antara unsur-unsur yang diperbandingkan baik dengan menemukan
unsur yang benar diantara  yang kurang benar , atau  untuk tujuan
memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai masalah yang dibahas
dengan jalan penggabungan (sintesis), unsur-unsur yang berbeda.
d. Maudhu’I yaitu metode penafsiran al-Qur’an yang dilakukan dengan cara
memilih topic tertentu yang hendak dicarikan penjelasannya dalam al-Qur’an
yang berhubungan dengan topik ini, lalu dicarilah kaitan antara berbagai ayat
ini agar satu sama lain bersifat menjelaskan, kemudian ditarik kesimpulan
akhir berdasarkan pemahaman mengenai ayat- ayat yang saling terkait itu.

13 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
5. HADIST DAN POSISI HADIST DALAM MEMAHAMI AJARAN ISLAM
SERTA METODE MEMAHAMINYA
1. Pengertian Hadist
Pengertian hadis secara terbatas diantaranya sebagaimana yang diberikan oleh
Mahmud Tahhan adalah: “Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik berupa
perkataan atau perbuatan atau persetujuan atau sifat”.Sedangkan pengertian hadis
secara luas sebagaimana yang diberikan oleh sebagian ulama seperti Ath Thiby
berpendapat bahwa hadits itu tidak hanya meliputi sabda Nabi, perbuatan dan
taqrir beliau (hadis marfu’), juga meliputi sabda, perbuatan dan taqrir para sahabat
(hadis mauquf), serta dari tabi’in (hadis maqthu’).Sedang menurut ahli ushul,
hadits adalah Segala perkataan, segala perbuatan dan segala taqrir nabi SAW.
yang bersangkut paut dengan hukum.
2. Struktur Hadits
a. Rawi adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab
apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya).
Bentuk jamaknya adalah ruwah dan perbuatannya menyampaikan Hadis
disebut meriwayatkan Hadis.
b. Matan menurut lughat ialah jalan tengah, punggung bumi atau bumi yang
keras dan tinggi. Sedangkan menurut istilah, matan Hadis ialah pembicaraan
(kalam) atau materi berita yang diover oleh sanad yang terakhir
c. Sanad menurut lughah ialah sesuatu yang kita bersandar kepadanya, baik
tembok atau selainnya. Sedangkan menurut istilah, sanad adalah Jalan yang
menyampaikan kita kepada matan Hadis.Ringkasnya sanad Hadis ialah yang
disebut sebelum matan Hadis.
3. Model Periwayatan Hadis
a. Model Periwayatan Hadis
 Periwayatan bil-lafzi, yaitu periwayatan hadis yang redaksi atau matannya
persis sama dengan apa yang diucapkan oleh Nabi.
 Periwayatan bil makna, yaitu periwayatan hadis yang redaksi atau
matannya tidak persis sama dengan apa yang diucapkan Nabi, namun
maknanya sama dengan yang dimaksudkan oleh Nabi
b. Istilah dalam Periwayatan Hadis

14 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
 Muttafaq Alaih (disepakati atasnya) yaitu hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sumber sahabat yang sama, dikenal
dengan Hadits Bukhari dan Muslim
 Akhrajahu syaikhani, artinya hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim
 Akhrajahu tsalatsah, artinya hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud,
Tirmidzi, dan an-Nasa’i.
 Akhrajahu arba’ah, berarti hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud,
Tirmidzi, An-Nasai dan Ibn Majah.
 Akhrajahu khamsah, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud,
Tirmidzi, An-Nasai, Ibn Majah dan Imam Ahmad.
 Akhrajahu Sittah, berarti hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari,
Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah
 Akhrajahu Sab’ah, berarti hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari,
Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai, Ibn Majah, dan Imam Ahmad.
 Akhrajahu Jama’ah, artinya hadis tersebut diriwayatkan oleh banyak
ulama Hadis.
4. Posisi Hadist Dalam Studi Islam
Umat islam sepakat bahwa hadis merupakan sumber ajaran islam kedua setelah al-
qur’an. Kesepakatan mereka didasarkan pada nas, baik terdapat dalam al-qur’an
maupun hadist. Seluruh umat islam telah sepakat bahawa hadist merupakan salah
satu sumber ajaran islam. Ia menempati kedudukan yang sangat penting setelah
Al-Quran. Kewajiban mengikuti hadist bagi umat islam sama wajibnya mengikuti
Al-Quran. Hal ini karena hadist merupakan mubayyin terhadap AlQuran.
5. Fungsi Hadist dalam Studi Islam
a. Al-Hadis memperkokoh isi kandungan Al-Quran
b. Al-Hadis memberi rincian terhadap ayat-ayat yang bersifat umum
6. Macam-Macam Hadist
a. Hadist Shahih
b. Hadist Hasan
c. Hadist Dhaif
7. Metode Studi Hadist
a. Takhrijul Hadits

15 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
at-Takhrij sering diartikan juga dengan al-Istinbat (mengeluarkan), al-Tadrib
(melatih), dan al-Tawjih (memperhadapkan). Secara terminologi yaitu
menyebutkan suatu hadits dengan sanadnya sendiri.dari penjelasan tersebut,
secara umum takhrij hadits mempunyai tujuan untuk menunjukkan sumber
hadits-hadits sekaligus menerangkan hadits tersebut diterima atau ditolak
(kesahihannya).
b. Penelitian Sanad
c. Penelitian Matan

16 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
6. SUMBER KAJIAN ISLAM KE 3 (IJTIHAD)
A. Pengertian Ijtihad
Ijtihad sebagai kata bahasa arab berakar dari bahasa al-juhd, yang berarti althaqah
(daya kemampuan, kekuatan) atau dari kata al-jahd yang berati al-masyaqah
(kesulitan, kesukaran). Sedangkan ijtihad dalam artian terminologi ishuliyah adalah
kemampuan secara maksimal untuk mendapatkan pengetahuan tentang hukum-hukum
syari’at. Dalam arti luas atau umum, ijtihad juga digunakan dalam bidang-bidang lain
agama.
B. Syarat-syarat Mujtahid
1. Mengetahui segala ayat dan sunnah yang berhubungan dengan hukum.
2. Mengetahui masalah-masalah yang telah di ijma’kan oleh para ahlinya
3. Mengetahui Nasikh dan Mansukh.
4. Mengetahui bahasa arab dan ilmu-ilmunya secara sempurna.
5. Mengetahui ushul fiqh
6. Mengetahui rahasia-rahasia tasyrie’ (Asrarusyayari’ah).
7. Menghetahui kaidah-kaidah ushul fiqh
8. Mengetahui seluk beluk qiyas.
C. Macam-macam Ijtihad
1. Ijma’ yaitu kesepakatan atau sependapat dengan suatu hal mengenai hukum syara’
dari suatu peristiwa setelah wafatnya Rasul.
2. Qiyas yaitu menyamakan,membandingkan atau menetapkan hukum suatu kejadian
atau peristiwa yang tidak ada dasar nashnya dengan yang telah ditetapkan
hukunya berdasarkan nash.
3. Ihtisan yaitu menunggalkan hukum yang telah ditetapkan pada suatu peristiwa
atau kejadian yang diteapkan berdasarkan dalil dan syara’
4. Maslahah mursalah Adalah suatu kemaslahatan.
5. Urf Kebiasaan yang dikenal orang banyak dan menjadi tradisi.
6. Istishab Menetapkan hukum terhadap sesuatu berdasar keadaan sebelumnya
sehingga ada dalil yang menyebut perubahan tersebut.
D. Macam-macam Ijtihad menurut tingkatannya
1. Ijtihad Muthalaq Dilakukan dengan cara menciptakan sendiri norma dan kaidah
yang dipergunakan sebagai sistem/metode bagi seorang mujtahid

17 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
2. Ijtihad Muntasib Dilakukan seorang mujtahid dengan cara mempergunakan norma
dan kaidah istinbath imamnya
3. Ijtihad Mazhab atau Fatwa Yaitu Ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid dalam
lingkungan mazhab tertentu.
4. Ijtihad dibidang tarjih Yaitu ijtihad dengan cara mentarjih dari beberapa pendapat
yang ada dalam satu lingkungan mazhab tertentu maupun dari berbagai mazhab.
E. Perubahan Sosial Dan Implikasinya Terhadap Hukum Islam
Terjadinya perubahan-perubahan diakibatkan beberapa faktor, diantaranya sebagai
berikut:
 Bertambah atau berkurangnya penduduk dan perubahan ekosistem yang ada
disekitar manusia.
 Pengaruh kebudayaan masyarakat lain sebagai akibat interaksi budaya.
 Watak masyarakat secara kolektif, gerakan dan revolusi sosial Tekhnologi dan
modernitas.
Dalam kondisi yang seperti ini, jika hukum yang berlaku (ius constitutum) tidak bisa
memberikan jawaban dari setiap masalah-masalah yang terjadi, selanjutnya akan
menimbulkan kekosongan hukum (rechtsvacuum) yang akan menimbulkan kondisi
yang anarkis. Oleh karena itu, hukum dituntut adaptip untuk mengikuti perkembangan
zaman yang ada, begitu juga seorang hakim dalam kondisi yang seperti ini ditantang
untuk mengali hukum baru yang relevan dengan perkembangan jawab untuk mengisi
kekosongan tersebut, sehingga dirasa hukum itu bersifat dinamis

F. Ijtihad Merupakan Suatu Upaya Pengembangan Hukum Islam


1. Pembaharuan adalah upaya menghidupkan ajaran Islam, penyebarannya, dan
mengembalikanya kepada bentuk aslinya pada masa salaf pertama.
2. Pembaharuan demikian mencakup pula upaya memelihara teks-teks suci
keagamaan yang benar dan otentik agar terhindar dari intervensi manusia.
3. Upaya pembaharuan harus diimbangi dengan suatu metode yang benar dalam
memahami teks-teks suci, dan pemahaman demikian dapat ditelusuri melalui
komentar-komentar yang telah dilakukan oleh aliran Sunni.
4. Tujuan penting pembaharuan agama adalah menjadikan hukum Islam sebagai
landasan hukum bagi berbagai aspek kehidupan.
5. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sebuah ijtihad, sehingga agama Islam
dapat menjawab segala permasalahan hukum yang muncul dalam masyarakat

18 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
6. Aspek penting dalam pembaharuan adalah upaya membedakan ajaran agama yang
sebenarnya dengan yang disisipkan kepadanya, baik sisipan yang muncul dari
dalam maupun berupa pengaruh dari luar

19 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
7. MODEL STUDY AL-QUR’AN KONTEMPORER
A. Study Al Qur’an Kontemporer
Istilah masa kontemporer terkait dengan situasi dan kondisi tafsir pada saat ini. Meski
demikian, perkembangan tafsir masa kontemporer tidak bisa terlepas dengan
perkembangannya di masa modern.
Ciri-cirinya, seperti kedudukan Al-Qur'an sebagai pedoman dan penangkapan ruh Al-
Qur'an. Pola prosedural cenderung analitis dan tematik.
B. Metode Tafsir Al-Qur’an Kontemporer
Tafsir sastra Kontemporer adalah Penjelasan Al-Qur’an berdasarkan pemikiran dan
pendapat para ahli tafsir saat ini. Pada masa kontemporer dampak kemajuan ilmu
pengetahuan dan tehnologi menjadi faktor utama yang sangat mempengaruhi.
Kemunculan metode tafsir kontemporer diantaranya dipicu oleh kekhawatiaran yang
akan ditimbulkan ketika penafsiran Al quran dilakukan secara tekstual, dengan
mengabaikan situasi dan latar belakang turunnya suatu ayat sebagai data sejarah yang
penting
a. Metode Tafsir Sastra Al-Qur’an Kontemporer
1. Prinsip yang digunakan Bintu Syathi’ adalah bahwa sebagian ayat al-Qur’an
menafsirkan sebagian ayat yang lain.
2. Metode yang digunakan dalam menganalisis adalah metode munasabah, yaitu
mengaitkan antara kata atau ayat dengan kata atau ayat yang ada didekatnya,
dan bahkan bisa tidak ada didekatnya
3. Prinsip bahwa ‘ibrah atau ketentuan suatu bahasa masalah berdasar atas bunyi
umumnya lafaz atau teks bukan karena adanya sebab khusus.
4. Keyakinan bahwa kata-kata didalam bahasa arab Al-Qur’an tidak ada sinonim.
Satu kata hanya mempunyai satu makna.
Contoh sederhananya adalah bahwa kata al-nas banyak dikaitkan dengan kata
iman dan kafir. Dalam Q.S. Yusuf (12):103 dan al-Ra’du (13):1, dikaitkan
bahwa sebagian besar manusia itu tidak mengerti dan ada juga yang
menyebutkan bahwa sebagian besar manusia itu tidak beriman.
C. Hermeneutika Al-Qur’an Kontemporer
Hermenuetika yaitu metode dalam membaca dan memahami tesk dan makna secara
umum. Aktifitas tersebut sebenrna telah dikenal sejak berkemabngnya berbagai
bidang keilmuan islam tradisional, terutama dalam tradisi tafsir Al-Qur’an. Pesan
Allah SWT yang diturunkan pada tesk Al-Quran melalui nabi Muhammad SAW itu

20 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
tidak hanya kita pahami secara konstektual dan menyeluruh dengan tidak membatasi
diri pada tesk dan konsteks Ketika Al-Qu’an turun.
a. Metode Tafsir Hermeneutika
Hermeneutika pembebasan memahami makna asal dalam konteks kekinian tanpa
menafikan masa silam, dan lebih dari itu yang terpenting penafsiran atau
pemahaman sebuah teks tidak sekedar dalam wacana melainkan benar-benar
mampu menggerakkan sebuah aksi dan perubahan sosial.
Beberapa tahabnya yaitu;
1. Kritik Historis, bertujuan untuk menjamin keaslian teks suci.
2. Proses pemahaman terhadap teks, pemahaman terhadap teks bukan monopoli
atau wewenang suatu lembaga atau agama, bukan wewenang dewan pakar,
dewan gereja, atau lembaga-lembaga tertentu, melainkan dilakukan atas
aturan-aturan tata bahasa dan situasi-situasi kesejarahan yang menyebabkan
munculnya teks
3. Kritik praksis. Menurut Hasan Hanafi, kebenaran teoritis tidak bisa diperoleh
dengan argumentasi tertentu melainkan dari kemampuannya untuk menjadi
sebuah motivasi bagi tindakan.
Contoh ayat Poligami
D. Kontribusi Tafsir Kontemporer Terhadap Pemecahan Persoalan Ummat.
1) Tasir itu harus bersifat solutif dan responsif pada persoalan dan kepentingan
transformasi umat,
2) Harus mengacu pada spirit alquran dan prinsip nilai universal dalam alquran
3) Tafsir sebagai sebuah pemikiran manusia yang tentatif dan relatif maka harus
ada kesesuaian antara tafsir dengan fakta empiris.
4) Tafsir sebagai sebuah produk ilmiah maka harus ada kesesuaian antara hasil
tafsir dengan proposisi–proposisi yang dibangun sebelumnya.

21 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
8. MODEL STUDI HADIST KONTEMPORER
A. Penelitian Hadits (Studi)
1. Perlunya meneliti suatu hadist
Banyak hal yang dapat dijadikan alasan dan pertimbangan dalam
melakukan penelitian hadits, di antaranya yaitu:
a. Banyaknya hadits palsu yang timbul karena kepentingan politik.
b. Adanya kemungkinan bahwa sebagian hadits yang tertulis pada masa
Nabi mengalami kesalahan dalam periwayatan.
c. Banyak sekali kitab hadits yang muncul tetapi dengan metode yang
berbeda.
d. Hadits diriwayatkan secara makna sehingga muncul beragam versi
matan hadits.
e. Selain itu penghimpunan hadits dilakukan, tetapi waktu yang lama
setelah Rasulullah wafat.
B. Metode Studi Hadits Kontemporer
1. Takhrijul Hadits
Langkah-langkahnya :
a. Matla’ al-Hadits Yaitu menelusuri hadits berdasarkan pada awal
lafaz matan. Kitab yang dapat dijadikan acuan dalam metode ini
adalah al-Jami’ al-Shaghir min Hadits al-Basyir al-Nadzir karya al
Suyuthi.
b. Lafaz al-Hadits Menelusuri hadits berdasarkan lafaz dari semua
lafaz yang ada dalam matan hadits. Kitab yang membantu yaitu
Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Hadits al-Nabawi karya A.J.
Wensinck.
c. Rawi al-A’la Menelusuri hadits berdasarkan pada rawi pertama.
Kitab yang membantu di antaranya kitab al-Athraf karya al-Mizi.
d. Maudlu’ al-Hadits Menelusuri hadits berdasarkan pada topik
tertentu. Kitab yang membantu yaitu Miftah Kunuz al-Sunnah
karya A.J. Wensinck.
e. Shifah al-Dhahirah Menelusuri hadits berdasarkan pada sifat-sifat
yang tampak atau kualifikasi jenis hadits. Kitab yang membantu

22 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
kegiatan ini adalah al-Azhar al-Mutanatsirah fi al-Akbar fi al
Mutawatirah, karya al-Suyuthi.
2. Penelitian Sanad
Langkah-langkahnya :
a. Al-I’tibar Al-I’tibar (penyertaan) keseluruhan sanad-sanad hadits
untuk suatu hadits tertentu serta metode periwayatan yang
digunakan oleh masing-masing perawi hadits agar dapat 9
memperoleh gambaran tentang adanya syahid dan muttabi’ dalam
sanad hadits. Setelah itu, membuat bagan atau skema sanad dari
masing-masing mukharij.
b. Meneliti pribadi seorang periwayat metode yang digunakan dalam
meriwayatkan hadits. Pada penelitian ini harus menggunakan acuan
kesahihan sanad hadits tentang sanad yang bersambung, ke-adil-an,
ke-dhabit-an para perawi. Selain itu juga terhindar dari syudzudz
dan illat.
3. Penelitian Matan
Langkah-langkahnya :
a. Melihat kualitas sanad hadits
b. Melihat susunan matan hadits yang semakna
c. Meneliti kandungan matan hadits

23 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
9. SYARI’AH & FIKIH DALAM MODEL STUDI ISLAM
A. Pengertian Syari’ah
Syari’at bermakna umum (identik dengan agama) yang mencakup hukum-liukum
akidah dan amaliah, tetapi kemudian syariat hanya dikhususkan dalam bidang
hukum-hukum amaliah. Bidang kajian syariat hanya terfokus pada hukum-hukum
amaliah manusia dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya, sesama manusia,
dan alam semesta. Adapun sumber syari’at adalah Al-Qur’an yang merupakan
wahyu Allah dan dilengkapi dengan sunah Nabi Muhammad saw
B. Pengertian Fikih
Fikih adalah ilmu tentang hukum-hukum syarak. Kata hukum di sini menjelaskan
bahwa hal-hal yang tidak terkait dengan hukum seperti zat tidak termasuk ke
dalam pengertian fikih. Penggunaan kata syarak dalam definisi tersebut
menjelaskan bahwa fikih itu menyangkut ketentuan syarak, yaitu 'sesuatu yang
berasal dari kehendak Allah
C. Membedakan antara Syari’ah dan Fikih
Syari’ah agama Islam itu satu tetapi pemahaman terhadap agama itu beragam.
Syariah itu agama, sementara fikih adalah bentuk dari pemahaman terhadap
agama. Contoh, ayat riba itu agama (Syari’ah), di mana agama menetapkan riba
itu haram, tetapi pemahaman terhadap sesuatu yang dikategorikan sebagai riba
atau tidak adalah fikih.
D. Hubungan antara Fikih dan Kondisi Sosial Masyarakat
Syari’ah sudah lengkap dan final sehingga dengan menganggap ada bagian
syari’ah yang kurang memadai akan dituduh bid’ah oleh mayoritas umat Islam.
Pandangan semacam ini merupakan penghambat psikologis dalam upaya
merekonstruksi syari’ah, apalagi jika dihadapkan pada ancaman tuntutan hukum
pidana dengan dakwaan murtad (apostasy). Untuk menembus hambatan ini adalah
dengan menunjukkan bahwa sejatinya hukum publik syari’ah bukanlah hukum
yang semua prinsipnya diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw, karena
syari’ah adalah produk proses penafsiran dan penjabaran logis dari teks al-Qur’an
dan Sunnah serta berbagai tradisi lainnya.

24 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
10. ISLAM DAN TANTANGAN MODERNITAS
A. Islam Dan Tantangan Modernitas
Dalam era modern umat Islam sering dihadapkan pada sebuah tantangan, di
antaranya adalah menjawab pertanyaan tentang di mana posisi Islam dalam
kehidupan modern, serta bentuk Islam yang bagaimana yang harus ditampilkan
guna menghadapi modernisasi dalam kehidupan publik, sosial, ekonomi, hukum,
politik dan pemikiran.
Dari cara pandang yang berbeda tersebut, di dunia Islam muncul berbagai macam
bentuk pemikiran ideologis, antara kelompok yang memandang Islam sebagai
model dari sebuah realitas (models of reality) dan kelompok yang memandang
Islam sebagai model untuk sebuah realitas (models for reality). Yang pertama
mengisyaratkan bahwa Agama adalah representasi dari sebuah realitas, sementara
yang kedua mengisyaratkan bahwa Agama merupakan konsep bagi realitas,
seperti aktivitas manusia
B. Memahami Makna Islam dan Modernisasi
Islam dan modernitas sesungguhnya memiliki jalinan satu kesatuan yang tak bisa
dipisahkan. Kendati Islam dan modernitas merupakan dua hal yang berbeda, tetapi
dalam perjalanannya satu sama lain tidak dipahami secara terpisah. “Modernisasi”
dipahami sebagai suatu pendekatan untuk memahami Islam agar bersentuhan
dengan penemuan mutakhir manusia dibidang ilmu pengetahuan sebagai akibat
“modernitas”.
Islam dan modernitas dalam tingkat pemahaman menjadi sesuatu yang integral
dan tidak untuk dipertentangkan, melainkan satu sama lain untuk saling
melengkapi. Yang dimaksud Islam memiliki cakupan rahmatan lil ‘alamin, adalah
bahwa Islam harus bisa ditampilkan dalam konteks zaman mana pun, dan dapat
menyelamatkan siapa saja.
Apabila Islam jika tidak disandingkan dengan gejala modernitas, maka akan
mengalami krisis, dan bahkan kejemuan seiring dengan munculnya tantangan
dunia modern yang tak dapat dibendung. Krisis ini begitu sangat dirasakan, karena
Islam mengemban tugas untuk selalu memberikan jawaban secara tuntas
C. Sikap Umat Islam Dalam Menghadapi Modernisasi
sikap yang dimunculkan untuk menghadapi modernisasi, di kalangan umat Islam
terdapat empat orientasi pemikiran ideologis yang dianggap mewakili kelompok-

25 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
kelompok yang ada: tradisionalis-konservatif, radikal-puritan (fundamentalis),
reformis-modernis, dan sekuler-liberal.

26 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
11. ISLAM DAN ISU-ISU ACTUAL (ISLAM DAN RADIKALISME)
A. Pengertian Radikalisme
Radikalisme adalah adalah pemikiran atau sikap yang ditandai oleh empat hal
yang sekaligus menjadi karakteristiknya, yaitu: pertama, sikap tidak toleran dan
tidak mau menghargai pendapat atau keyakinan orang lain. Kedua, sikap fanatic,
yaitu selalu merasa benar sendiri dan menganggap orang lain salah. Ketiga, sikap
eksklusif, yaitu membedakan diri dari kebiasaan kebanyakan orang. Keempat,
sikap revolusioner, yaitu cenderung menggunakan kekerasan untuk mencapai
tujuan.
B. Faktor Penyebab Radikalisme
1. Faktor Sosial-Politik
2. Faktor Emosi Keagamaan
3. Faktor Kultural
4. Faktor Ideologis Anti Westernisme
5. Faktor Kebijakan Pemerintah
Selain itu, ada yang beranggapan bahwa radikalisme terutama radikalisme islam
muncul disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini.

1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal
C. Nilai-nilai Islam dalam menagkal radikalisme
1. Tawasuth (moderat) mengambil jalan tengah yang lebih bijaksana. Doktrin ini
mengajarkan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk melaksanakan suatu
aktivitas tetapi sebebas apapun manusia masih dibatasi oleh kehendak Tuhan
Yang Maha Kuasa. Artinya dalam menjalankan tugasnya di muka bumi
sebagai penegak agama Allah tidak lantas menjadikan manusia lupa bahwa
kehendak untuk menjadikan manusia beragam adalah mutlak kehendak Allah.
2. Tawazun (keseimbangan). Doktrin ini mengajarkan bahwa manusia dalam
memandang suatu realitas tidak boleh bersifat ektrem baik kekiri atupun ke
kanan. Artinya manusia yang baik tidak terlalu berlebihan pada saat senang
atau benci kepada sesuatu
3. I’tidal (keadilan). Doktrin ini mengajarkan bahwa diantara sesama manusia
harus saling memebrikan kepercayaan dan kepercayaan yang dibangun harus
memberikan peran secara proporsional.

27 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
4. Tatharruf (universsalisme). Doktrin ini mengajarkan setiap manusia agar lebih
mengedepankan pemahaman Islam yang bersifat universal (global). Kebenaran
Islam dilihat dari norma-norma yang bersifat umum seperti keadilan,
kemanusiaan, keselamatan dan kesejahteraan

28 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
12. JIHAD, AMAR MAKRUF DAN NAHI MUNKAR DALAM ISLAM
A. Jihad
1. Pegertian Jihad
Menurut bahasa (etimologi), Al jihad berasal dari kata jahadayajhadu- jahdah
atau juhdan, yaitu keluasan atau kekuatan dan Al jahdu yang berarti berjuang
atau berjerih payah.
2. Hukum Disyariatkannya Jihad
Disyariatkannya jihad yaitu seperti yang dikatakan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah, “Tujuan jihad adalah agar kalimat Allah tinggi, dan agar agama
semua milik Allah, yaitu maksud tujuannya agar agama Allah tegak di bumi.”
3. Hukum Jihad
4. Kaidah dan Syarat Jihad
Hukum jihad adalah fardhu (wajib)
a. Harus dibangun diatas dua syarat yang merupakan dasar dari setiapamal
shalih yang diterima, yaitu ikhlas dan mutabaah.
b. Jihad harus sesuai dengan maksud dan tujuan disyariatkannya jihad,
yaituseorang muslim berjihad agar agama Islam ini tegak dan agar
kalimatAllah menjadi yang paling tinggi.
c. Jihad harus dengan ilmu dan pemahaman tentang agama, karena
jihadtermasuk ibadah yang paling agung dan ketaatan yang paling
muliaseperti yang telah disebutkan.
d. Hendaknya jihad ditunaikan dengan kasih sayang dan kelembutan
kepadamakhluk.
e. Jihad harus dilaksanakan dengan keadilan dan menjauhi permusuhan.
f. Jihad harus dilaksanakan bersama dengan ulil amri.
g. Hendaknya jihad fii sabilillah dilakukan sesuai dengan keadaan
mereka,sedang lemah atau kuat.
h. Jihad harus menghasilkan kebaikan yang jelas, agar tidak ada
kerusakanyang lebih besar.
5. Penyimpangan Jihad
a. Peringatan agar tidak riya (pamer menampakkan keberanian) dalam
berjihad.
b. Peringatan bagi yang berjihad untuk kesenangan duniawi.
c. Larangan untuk membunuh wanita dan anak-anak.

29 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
d. Larangan untuk bunuh diri atau yang disebut intihaar
B. AMAR MAKRUF NAHI MUNKAR
1. Pengertian Amar Makruf Nahi Munkar
Sebuah perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan
mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat. Kewajiban dalam melakukan
amar ma’ruf nahi munkar merupakan kewajiban atas seluruh umat atau disebut
juga fardhu kifayah. Apabila segolongan dari umat melaksanakannya,
gugurlah kewajiban itu dari yang lain.
2. Perintah ber Amar Maruf Nahi Munkar
a. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyerukepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran[3]: 104)
b. Dalil dari As Sunnah Dalil hadis untuk ber amar ma’ruf nahi munkar yaitu
berasal dari AbuSa’id Al Khudri, ia berkata, ”Aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda, Barang siapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka
hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu, maka
dengan lisannya, dan jika tidak mampu maka dengan hatinya dan itulah
selemah-lemahnya iman”.
3. Kaidah amar maruf nahi munkar
a. Syariat adalah pokok dalam menetapkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
b. Memiliki ilmu bashirah tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar
c. Mendahulukan yang paling penting sebelum yang penting
d. Memikirkan dan menimbang antara Maslahat dan Mafsadat
4. Keutamaan dan Manfaat Amar Ma’ruf Nahi Munkar
a. Amar ma’ruf nahi munkar merupakan sifat nabi-nabi dan rasul-rasul
b. Termasuk kewajiban yang paling penting dalam Islam
c. Sebagai sebab keutuhan, keselamatan, dan kebaikan bagi masyarakat
d. Menghidupkan hati
e. Sebagai sebab datangnya pertolongan, kemuliaan, dan diberikannya
kedudukan di bumi
f. Amar ma’ruf nahimunkar termasuk shadaqah
g. Menolak mara bahaya
h. Orang yang mencegah terjadinya kemunkaran akan diselamatkan oleh
Allah SWT

30 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )
i. Termasuk sifat-sifat orang-orang mukmin dan shalih
j. Amar ma’ruf nahi munkar termasuk jihad yang utama
k. Sebagai terapi dari problematika yang ada di setiap zaman dan setiap
negeri
l. Sebab dihapuskannya dosa Amar ma’ruf nahi munkar adalah perkataan
yang baik
C. Hubungan Antara Jihad Dan Amar Maruf Nahi Munkar
Satu keindahan ajaran Islam adalah ajaran jihad, perintah untukmelakukan semua
yang ma’ruf, dan larangan dari semua yang mungkar dalam agama ini. Jihad yang
sebenarnya dimaksudkan untuk menolak tindakan aniaya orang-orang zalim
terhadap hak-hak agama ini dan dakwahnya.
D. Jihad Dan Amar Maruf Nahi Munkar Pada Persoalan Zaman Sekarang
jihad terbesar setelah perang badar kubro adalah jihad melawan hawa nafsu. Jika
diinterprestasikan lebih dalam lagi, selain musuh berupa “hawa nafsu” maka
masuk juga di dalamnya musuh-musuh yang berbentuk pemikiran-pemikiran
liberal,radikalisme,fundamentalisme,aliran sesat dan lain-lain termasuk juga
musuhmusuh media Kini banyak berita atau foto yang memprovokasi banyak
orang sehingga menimbukan kebencian antar sesama atau bahkan pertikaian antar
umat Ditampilkan dan di upload secara besar-besaran padahal belum tentu itu
sesuai fakta.

31 | R a n g k u m a n B e l l a A y u K u s u m a h a t i ( 2 0 0 1 4 9 9 0 )

Anda mungkin juga menyukai