Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH PERLAWANAN MASYARAKAT MUSLIM

TERHADAP KOLONIALISME PORTUGIS DAN BELANDA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam yang diampu
oleh Bapak Drs. Moh Mashur Abadi, M.Fil.l

Disusun Oleh:

JAZILATUI MUNAWAROH (20381032023)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
Sholawat serta serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada nabi besar
Muhammad SAW, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Hubungan Antara Filsafat Dengan Agama" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat umum. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang filsafat bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Imam Bukhori M,Pd selaku
Dosen mata kuliah Filasat Umum. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pamekasan, 25 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar belakang.................................................................................................1

B. Rumusan masalah............................................................................................1

C. Tujuan masalah................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Asal Usul Islam Nusantara..............................................................................3

B. Perkembangan Islam Nusantara......................................................................5

C. Perlawanan Masyarakat Islam nusantara terhadap Kolonialisme Portugis dan


Belanda.................................................................................................................6

BAB III..................................................................................................................10

PENUTUP..............................................................................................................10

A. Kesimpulan....................................................................................................10

B. Saran..............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Makalah ini menjelaskan tentang dinamika kehidupan umat Islam di
Indonesia pada era Kolonialisme . Dalam sejarah, sebelum Eropa datang ke
Indonesia, Islam telah berkembang di Indonesia dan telah menjadi mayoritas
agama sejak abad ke-13 di pulau Sumatera. Di sana, didirikan sebuah Kerajaan
Islam yaitu Samudra Pasai kemudian menjelma menjadi Aceh Kerajaan
Darussalam, selanjutnya, pada awal abad ke-15, Islam pernah mendominasi
wilayah Malaka (sebagai pusat perdagangan Asia Tenggara). Ketika Islam masuk
ke Indonesia, penyebaran Islam dimulai dengan motivasi tinggi. Selain
menyebarkan Islam, mereka juga menyebarkannya perdagangan juga. Peran
penting islam dapat dilacak di Peta Islamisasi yang secara langsung mirip dengan
perkembangan ekonomi dan pendirian jenis-jenis Islam. Di beberapa daerah telah
menjadi pusat perdagangan. Muslim Internasional yang menjadi penting eksponen
dan membuat komunitas di kawasan pantai. Melalui ini komunitas, Islam telah
diperkenalkan kepada masyarakat. Namun sejak penjajah datang ke Indonesia,
situasi perdagangan sempat memburuk berubah. Belanda menjajah Indonesia,
bahkan penyebaran Islam sempat terhenti, karena ulama fokus berjuang melawan
pihak kolonialisme dan imperialisme, dan akibat hal itu pula banyak terjadinya
perang di seluruh daerah indonesia demi mempertahankan tanah air.

B. Rumusan masalah
1. Asal usul islam nusantara

2. Perkembangan islam nusantara

3. Perlawanan Masyarakat muslim nusantara terhadap kolonialisme portugis dan


belanda

1
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui asal usul islam nusantara

2. Untuk mengetahui perkembangan islam nusantara

3. Untuk mengetahui Perlawanan Masyarakat muslim nusantara terhadap


kolonialisme portugis dan belanda

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Asal Usul Islam Nusantara
lslam merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw pada sekitar
abad ke-7 Masehi yang berpusat di Mekah-Madinah. Agama ini berkembang
dengan begitu cepat setelah kurang lebih 23 tahun dari kelahirannya. Setelah
Rasulullah wafat kepemimpinan umat Islam diganti oleh Khalifah Abu Bakar
al-Siddiq, lalu dilanjutkan Khalifah Umar bin Khattab. Pada masa Umar Islam
mulai tersebar ke Syam,Palestina, Mesir, dan Irak. Kemudian pada masa khalifah
Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Bani Umayah, dan Bani Abasiyyah Islam
telah menyebar ke Tiongkok Cina bahkan keseluruh penjuru dunia. Islam
sebagai agama rahmatan lial-‘ālamīnditerima di masyarakat karena ajaran yang
dibawa mudah dimengerti yakni tentang aqidah Didalamnya tidak terdapat
perbedaan antara suku, ras, dan negara. Islam mulai memasuki Nusantara, dan
mulai tersebar ajarannya. Untuk bisa mengetahui kapan dan dimana
penyebarannya harus merujuk kepada sejarah. Sejarah Islam Nusantara
merupakan sebuah topik yang sering diperbincangkan. Meskipun demikian
masih banyak kerancuan fakta tentang masuknya pengaruh Islam ke Indonesia.
Terlepas dari perdebatan dan diskusi yang kemudian muncul, ke-4 teori terkait
masuknya Islam di Indonesia tersebut antara lain Teori India (Gujarat), Teori Arab
(Mekah), Teori Persia (Iran), dan Teori Cina. 1

1. Teori India (Gujarat)

Teori yang dicetuskan oleh G.W.J. Drewes yang lantas dikembangkan oleh
Snouck Hugronje, J. Pijnapel, W.F. Sutterheim, J.P. Moquette, hingga Sucipto
Wirjosuparto ini meyakini bahwa Islam dibawa ke Nusantara oleh para pedagang
dari Gujarat, India, pada abad ke-13 Masehi. Kaum saudagar Gujarat datang
melalui Selat Malaka dan menjalin kontak dengan orang-orang lokal di bagian
barat Nusantara yang kemudian melahirkan Kesultanan Samudera Pasai sebagai
kerajaan Islam pertama di Indonesia. Salah satu bukti yang mendukung teori ini

1
Nor Hasan, “Sejarah Peradaban Islam”, Surabaya: Raja Grafindo, di akses pada tanggal 25 Mei
2021, pada jam 17.37 WIB

3
adalah ditemukannya makam Malik As-Saleh dengan angka 1297. Corak batu
nisan Sultan Malik As-Saleh memiliki kemiripan dengan corak batu nisan di
Gujarat. Selain itu, hubungan dagang antara Nusantara dengan India telah lama
terjalin Ditemukan pula batu nisan lain di pesisir utara Sumatera bertanggal 17
Dzulhijjah 831 H atau 27 September 1428 M. Makam ini memiliki batu nisan
serupa dari Cambay, Gujarat, dan menjadi nisan pula untuk makam Maulana
Malik Ibrahim, salah satu Walisongo, yang wafat tahun 1419.

2. Teori Arab (Mekah)

Teori selanjutnya tentang masuknya Islam di Indonesia diperkirakan berasal dari


Timur Tengah, tepatnya Arab. Menurut Buya Hamka, Islam sudah menyebar di
Nusantara sejak abad 7 M. Hamka dalam bukunya berjudul Sejarah Umat Islam
(1997) menjelaskan salah satu bukti yang menunjukkan bahwa Islam masuk ke
Nusantara dari orang-orang Arab. Bukti yang diajukan Hamka adalah naskah
kuno dari Cina yang menyebutkan bahwa sekelompok bangsa Arab telah
bermukim di kawasan Pantai Barat Sumatera pada 625 M. Teori dan bukti
sebagian dari pedagang Arab tersebut kemudian menikah dengan warga lokal dan
membentuk komunitas muslim. Mereka bersama-sama kemudian melakukan
kegiatan dakwah Islam di berbagai wilayah di Nusantara.

3. Teori persia (Iran)

Teori bahwa ajaran Islam masuk ke Nusantara dari bangsa Persia (atau wilayah
yang kemudian menjadi negara Iran) pada abad ke-13 Masehi didukung oleh
Umar Amir Husen dan Husein Djajadiningra, berpendapat bahwa tradisi dan
kebudayaan Islam di Indonesia memiliki persamaan dengan Persia. Salah satu
contohnya adalah seni kaligrafi yang terpahat pada batu-batu nisan bercorak Islam
di Nusantara. Ada pula budaya Tabot di Bengkulu dan Tabuik di Sumatera Barat
yang serupa dengan ritual di Persia setiap tanggal 10 Muharam. Kesamaan tradisi
tersebut serupa dengan ritual Syiah di Persia yang saat ini merujuk pada negara
Iran. Teori ini cukup lemah karena mayoritas pemeluk Islam di Indonesia adalah
bermazhab Sunni.

4. Teori Cina

4
Penyebaran Islam di Indonesia juga diperkirakan masuk dari Cina. Ajaran Islam
berkembang di Cina pada masa Dinasti Tang (618-905 M), Kraton pernah menjadi
pusatnya para pendakwah muslim dari Cina. Jean A. Berlie (2004) dalam buku
Islam in China menyebut relasi pertama antara orang-orang Islam dari Arab
dengan bangsa Cina terjadi pada 713 M. Bukti lain adalah banyak pendakwah
Islam keturunan Cina yang punya pengaruh besar di Kesultanan Demak,.
Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah, putra Raja Majapahit dari istri
seorang perempuan asal Cina yang telah masuk Islam. Raden Patah yang memiliki
nama Cina, Jin Bun, memimpin Demak bersama Wali Songo sejak 1500 M.2

B. Perkembangan Islam Nusantara


Islam tersebar di Indonesia melalui pedagang yang berdagang ke Indonesia, di
mana masyarakat Indonesia sebelum Islam mayoritas memeluk agama Hindu.
Islam tersebar di Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau abad ketujuh sampai
ke delapan Masehi. Ada tiga tahapan “masa” yang di lalui atau pergerakan islam
sebelum kemerdekaan, yaitu:

1. Pada Masa Kesultanan

Daerah yang sedikit sekali disentuh oleh kebudayaan Hindu-Budha adalah daerah
Aceh, Minangkabau di Sumatera Barat dan Banten di Jawa. Agama islam secara
mendalam mempengaruhi kehidupan agama, social dan politik penganut-
penganutnya sehingga di daerah-daerah tersebut agama islam itu telah
menunjukkan dalam bentuk yang lebih murni. Di kerajaan Banjar dengan masuk
islamnya raja banjar. Perkembangan islam selanjutnya tidak begitu sulit, raja
menunjukkan fasilitas dan kemudahan lainnya yang hasilnya membawa kepada
kehidupan masyarakat Banjar yang benar-benar bersendikan islam. Islam di Jawa,
pada masa pertumbuhannya diwarnai kebudayaan jawa, setelah mendengar
penjelasan Sunan Ampel dan sunan Giri, maksud agam islam dan agama Budha
itu sama, hanya cara beribadahnya yang berbeda. Oleh karena itu ia tidak
melarang rakyatnya untuk memeluk agama baru itu (agama islam), asalkan
dilakukan dengan kesadaran, keyakinan, dan tanpa paksaan atau pun kekerasan.

2
Mudhor, Atho’, “Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001, di akses pada tanggal 25 Mei 2021, pada jam 17.50 WIB

5
2. Pada Masa Penjajahan

Dengan datangnya pedagang-pedagang barat ke Indonesia yang berbeda watak


dengan pedagang-pedagang Arab, Persia, dan India yang beragama islam, kaum
pedagang barat yang beragama Kristen melakukan misinya dengan kekerasan
terutama dagang teknologi persenjataan mereka yang lebih ungggul daripada
persenjataan Indonesia. Tujuan mereka adalah untuk menaklukkan kerajaan-
kerajaan islam di sepanjang pesisir kepulauan nusantara. Pada mulanya mereka
datang ke Indonesia untuk menjalin hubungan dagang, karena Indonesia kaya
dengan rempah-rempah, kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan
tersebut. Pada tahun 1808 pemerintah Belanda mengeluarkan instruksi kepada
para bupati agar urusan agama tidak diganggu, dan pemuka-pemuka agama
dibiarkan untuk memutuskan perkara-perkara dibidang perkawinan dan
kewarisan. Apalagi setelah kedatangan Snouck Hurgronye yang ditugasi menjadi
penasehat urusan Pribumi dan Arab, pemerintahan Belanda lebih berani membuat
kebijaksanaan mengenai masalah islam di Indonesia, ia mengemukakan
gagasannya yang dikenal dengan politik islamnya yg membuat masyarakat
geram.3

C. Perlawanan Masyarakat Islam nusantara terhadap Kolonialisme Portugis


dan Belanda
Sejak kedatangan masyarakat barat ke nusantara keadaan semakin berubah baik
dari segi pemerintahan maupun perekonomian, namun hal itu justru menjadikan
masyarakat barat berkeingin untuk merebut nusantara saat mereka sudah
mendapat kepercayaan dari para sultan maupun raja yang memimpin pada waktu
itu, akibatnya terjadilah perang besar besaran baik dari masyarakat muslim
maupun non muslim melawan penjajah. Berikut adalah penjelasan perang terbesar
dalam sejarah islam nusantara :

1. Perang Suci Fatahillah melawan Portugis

Ketika mengalahkan armada Portugis di Sunda Kelapa pada 1527, Fatahillah,


panglima dan ulama Kerajaan Islam Demak langsung mengganti nama bandar di
3
Thohir, Ajid, “Perkembangan Peradaban di Kawasan Islam”, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004, di
akses pada tanggal 25 Mei 2021, pada jam 17.57 WIB

6
Teluk Jakarta itu menjadi Jayakarta. Nama ini diambil dari surat Al-Fath ayat
pertama yang berbunyi: "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu
kemenangan yang nyata." Kemenangan yang nyata oleh Fatahillah diartikan
sebagai Jayakarta. Fatahillah dan pasukan-pasukannya itu, saat mengenyahkan
Portugis dari bandar Sunda Kelapa menyadari peperangan di Teluk Jakarta ini
merupakan perang suci demi syiar Islam. Karena kedatangan Portugis di
Indonesia tak dapat dipisahkan dari misi Kristen. Apalagi, sebelumnya negara di
Eropa Barat ini telah menguasai Malaka, yang merupakan jalur pelayaran penting
ke Indonesia. Mr Hamid Algadri dalam bukunya 'Politik Belanda terhadap Islam
dan Keturunan Arab di Indonesia', tegas-tegas menyebutkan kedatangan Portugis
di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kelanjutan Perang Salib. Karena menurut
Hamid Algadri, dengan menguasai Indonesia, Portugis ingin memotong rute
perdagangan yang sudah terjalin berabad-abad antara negara-negara Islam di
Timur Tengah dengan Kepulauan Indonesia. Portugis berpendapat akibat
menguasai rute perdagangan rempah-rempah di Kepulauan Indonesia inilah
menjadi sumber kekuatan ekonomi dan politik negara-negara Islam. Perlu
dimaklumi, abad ke-15 dan 16 Portugis dan Spanyol masih terlibat dalam Perang
Salib di Semenanjung Iberia (Spanyol), dengan Portugis menjadi pemimpin
agama Kristen melawan Islam. Perdagangan rempah-rempah waktu itu dari
Kepulauan Indonesia melalui Selat Malaka, sebagian besar diangkut para
pedagang Arab ke Laut Merah. Baru kemudian diperdagangkan ke Eropa. Jadi,
ketika Portugis menaklukkan Selat Malaka dan berupaya menjajah Indonesia,
menurut Hamid Algadri, bukan hanya punya motif dagang, tapi juga agama.
Hampir satu abad setelah Portugis diusir dari Sunda Kelapa, Gubernur Jenderal JP
Coen (1619), saat menaklukkan Pangeran Jayakarta sekaligus membakar keraton
dan sebuah masjid milik pangeran dan anak buahnya. Tapi, pada awal-awal
penjajahan itu Belanda selalu mendapat perlawanan baik dari Pangeran Jayakarta
dan anak buahnya yang bergerilya di hutan-hutan sekitar daerah Jatinegara.
Perlawanan yang lebih dahsyat juga datang dari Kerajaan Islam Mataram, selama
dua kali mengirimkan ekspedisi militer ke Jakarta. Disusul dengan pasukan-

7
pasukan dari Kesultanan Islam Banten. Di Indonesia, Belanda menyadari
kenyataan sebagian besar penduduk negeri yang dijajahnya ini beragama Islam.4

2. Perang Makassar melawan Belanda

Seperti di daerah-daerah lainnya di Nusantara, VOC juga ingin menancapkan


politik perdagangan monopoli di Makassar. Sistem perdagangan yang bertolak
belakang dengan sistem perdagangan masyarakat Nusantara. Tentu saja hal itu
memunculkan perlawanan dari Makassar yang memiliki prinsip sistem terbuka
dalam kedudukannya sebagai pusat perdagangan. Ketika Sultan Hasanudin
menduduki tahta Kesultanan Gowa dan keadaan tetap tidak seperti yang
diharapkan oleh pembesar VOC di Batavia, maka hubungan antara Kesultanan
Gowa dan VOC mulai tegang dan bahkan memburuk. Para pembesar Belanda di
Batavia sangat mengharapkan agar pergantian Sultan Gowa dari Sultan
Muhammad Said kepada Sultan Hasanudin membawa perubahan kebijaksanaan
yang menguntungkan pihak Belanda. Tetapi Belanda sangat kecewa, karena
Kesultanan Gowa tetap menjalankan kebijaksanaan menentang monopoli
perdagangan VOC. Atas persetujuan dan atas izin Sultan Hasanudin, tiga orang
Belanda boleh tinggal di Sombaopu, yakni seorang pembantu, seorang
penerjemah, dan seorang pelaut. Pembantu yang ditinggalkan itulah pada
November 1659 menulis surat ke Batavia. Oleh karena itu, Sultan Hasanudin yang
di dampingi oleh oleh Karaeng Karunrung yang terkenal sangat benci dan tidak
mau berkonpromi dengan VOC tidak mau menuruti isi perjanjian itu. Sehingga
keadaan dan hubungan antara Kesultanan Gowa dan VOC makin tegang.
Bentrokan bersenjata yang lebih hebat tidak dapat dielakkan lagi. Terutama
setelah Aru Palaka ke Batavia meminta bantuan dan dilindungi VOC, hubungan
antara Kesultanan Gowa dan VOC semakin memburuk dan meruncing. Sejak saat
itulah banyak terjadi peristiwa yang menambah tegangnya hubungan antara VOC
dan Kesultanan Gowa. Dapat diketahui dengan jelas betapa curangnya VOC,
mereka hanya pandai mengadu domba orang-orang Indonesia untuk kemudian
berlagak dan bertindak sebagai pahlawan yang gagah berani. Perjuangan Sultan
Hasanudin melawan VOC pada akhirnya menemui kegagalan, sebab VOC
4
Gani, Ruslan Abdul, ”Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia”, Jakarta: Pustaka Antar Kota,
1983, di akses pada tanggal 25 Mei 2021, pada pukul 18.34 WIB

8
mendapat dukungan dari Aru Palaka. Perjanjian Bongaya ini merupakan sebuah
kunci yang penting sekali artinya bagi pihak VOC untuk sewaktu-waktu
mencampuri urusan dalam negeri hampir seluruh kerajaan-kerajaan tidak saja di
Sulawesi Selatan. Campur tangan Belanda yang sangat lihai sedikit demi sedikit
mengurangi dan akhirnya melenyapkan sama sekali keleluasaan dan kedaulatan
kerajaan-kerajaan itu. Perjanjian Bongaya yang sangat merugikan orang-orang
Makassar ini sangat melegakan orang-orang VOC yang sesungguhnya sudah
sangat payah keadaannya. Pasukan-pasukan VOC sangat menyedihkan
keadaannya. Apalagi jumlah orang-orang Belanda yang turut dalam pertempuran-
pertempuran melawan Gowa tidak seberapa jumlahnya, maka dapatlah
dibayangkan betapa gawatnya keadaan Belanda pada saat perjanjian Bongaya
ditandatangani. Berita kemenangan tersebut sampai di Batavia pada tanggal 14
Maret 1668, dan dengan segera pada 15 Maret 1668 menyebarkan isi perjanjian
perdamaian itu di Batavia. Juga kepada Sultan-sultan yang belum takluk kepada
VOC. Maksudnya untuk memberi kesan kepada mereka betapa hebatnya
kekuasaan dan kekuatan VOC. Tindakan mereka ini menunjukkan betapa
pentingnya kemenangan VOC atas Kesultanan Gowa bagi Belanda. Meski
demikian perlawanan bersenjata di seluruh persada Nusantara Indonesia tidak
pernah berhenti. Bahkan Sultan Hasanudin pun kembali bangkit melancarkan
perlawanan dari April 1668 hingga Juni 1669. Kemudian, berlanjut dengan
membantu pemberontakan Trunojoyo, 1675-1680 M.5

5
Gani, Ruslan Abdul, ”Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia”, Jakarta: Pustaka Antar Kota,
1983, di akses pada tanggal 25 Mei 2021, pada pukul 18.34 WIB

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Masuknya Islam ke Wilayah-wilayah Indonesia yaitu diantaranya melalui jalur
perdagangan oleh para saudagar-saudagar muslim yang berasal dari berbagai
belahan Dunia. Mereka sekedar singga untuk berdagang adapun yang menetap
dan menyebarkan kebudayaan mereka kepada warga pribumi. Meskipun terdapat
berbagai teori yang diperdebatkan yang menjelaskan tentang kedatangan islam di
Indonesia, namun terdapat kesamaan diantara teori-teori tersebut yaitu datangnya
Islam yakni Islam sebagai Agama yang berkembang di Nusantara melalui jalan
damai dan Islam tidak mengenal adanya misi melainkan islam sebagai petunjuk
dan bekal bagi Umat manusia.Penyebaran agama Islam sendiri juga melalui
banyak cara antara lain : dengan cara dagang, perkawinan, pendidikan, ajaran
Tasawuf, kesenian dan politik. kondisi Umat Islam ketika Bangsa Belanda dan
Portugis sangat memprihatinkan. Dari segipolitik, Bangsa Indonesia terkhusus
Umat Islam telah dijajah oleh Bangsa Belanda dan Bangsa Portugis. Raja yang
menjadi pelindung rakyat Indonesia telah dikuasai. Bahkan sebagian raja
hanyasebagai alat Bangsa Belanda untuk mempekerjakan rakyat Indonesia. Raja
hanya simbol belaka, sementara kekuasaan dipegang oleh Bangsa Belanda. Umat
Islam selalu dicurigai dan dimata-matai oleh penjajah, Hal ini menimbulkan
pergesekan sosial antara ulama dan penjajah yang menimbulkan sejumlah
peperangan di wilayah Nusantara. Dari segi ekonomi, Umat Islam dipekerjakan
secara paksa dan dengan upah yang minim. Penjajah bahkan memonopoli
perdagangan di Nusantara dengan mengambil keuntungan yang besar. Strata
sosial Bangsa Belanda tentu di atas dibanding dengan masyarakat pribumi.
Masyarakat pribumi hanya berada pada peringkat keempat.

10
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat penulis paparkan, tentu saja masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Serta, tentu saja tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan dari makalah yang telah penulis susun. Penulis mengharapkan banyak
saran dan kritikan dari bapak pembimbing mata kuliah ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari para pembaca yang membangun sangat penulis harapkan, agar
kiranya makalah ini menjadi lebih sempurna. Semoga makalah yang telah penulis
buat ini dapat bermanfaat bagi pemakalah pada khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini. Penulis mohon
maaf atas segala keterbatasan dan kekurangan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA
Gani, Ruslan Abdul, ”Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia” , Jakarta:
Pustaka Antar Kota, 1983, di akses pada tanggal 25 Mei 2021, pada pukul 18.34
WIB

Gani, Ruslan Abdul, ”Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia”, Jakarta:


Pustaka Antar Kota, 1983, di akses pada tanggal 25 Mei 2021, pada pukul 18.34
WIB

Mudhor, Atho’, “Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek”, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001, di akses pada tanggal 25 Mei 2021, pada jam 17.50 WIB

Nor Hasan, “Sejarah Peradaban Islam”, Surabaya: Raja Grafindo, di akses pada
tanggal 25 Mei 2021, pada jam 17.37 WIB

Thohir, Ajid, “Perkembangan Peradaban di Kawasan Islam”, Jakarta: PT. Raja


Grafindo, 2004, di akses pada tanggal 25 Mei 2021, pada jam 17.57 WIB

12

Anda mungkin juga menyukai