Anda di halaman 1dari 12

JURNAL CAKRAWARTI, VOL. 04 NO.

02 AGS 2021-JAN 2022

PENGARUH GLOBALISASI PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI


DALAM BALI KEKINIAN

I Made Arka
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mahendrdatta
Email : imdarka73@gmail.com

Abstrak - Pelaksanaan hari Raya Nyepi dilaksanakan setiap tahun sekali. Seluruh
masyarakat Hindu melakukan persiapan dalam pelaksanaan tersebut,akan tetapi dalam
pelaksanaannya di masing-masing daerah, umat Hindu menyambut dengan perbedaan
pemahaman dan aktivitas dalam Bali kekinian dengan dipengaruhi globalisasi jaman. Jika
di lihat dari pengertian Nyepi maka Nyepi berasal dari kata sepi yang artinya sunyi, senyap,
lenggang, tidak ada kegiatan. Kemudian Hari Raya Nyepi adalah Tahun Baru Hindu
berdasarkan penanggalan/kalender Saka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti
perayaan tahun baru Masehi (tiap 1 Januari), Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan
menyepi dan melaksanakan catur brata penyepian yang di dalamnya berisi antara lain; (1)
Amati Geni (tidak boleh menghidupkan api), (2) Amati Karya (tidak boleh bekerja), (3)
Amati Lelungan (tidak boleh bepergian keluar rumah), (4) Amati Lelanguan (tidak boleh
melaksanakan hiburan). Di dalam penelitian ini ada beberapa rumusan masalah yang di
bahas oleh penulis untuk mendapatkan informasi dan tata cara dalam rangkaian pelaksanaan
Catur Brata Penyepian.
Kata kunci: globalisasi, kekinian, penyepian

Abstract - The implementation of Nyepi is held every year. All Hindu communities make
preparations in the implementation, but in its implementation in each region, Hindus
welcome differences in understanding and activity in the contemporary Bali, influenced by
globalization. If seen from the meaning of Nyepi, Nyepi comes from a lonely word, which
means quiet, silent, loose, no activity. Then Nyepi is a Hindu New Year based on the Saka
calendar / calendar, which began in 78 AD. Unlike the celebration of the new year (every
January 1), the Saka New Year in Bali begins with seclusion and carrying out the chess
collection, which includes among others; (1) Observe Geni (may not turn on the fire), (2)
Observe the Work (may not work), (3) Observe the Surge (may not travel out of the house),
(4) Observe Lelanguan (may not carry out entertainment). In this study there are several
formulation of the problem discussed by the author to obtain information and procedures in
the series of implementation of Settlement Brata Chess..
Keywords: globmalitazion, current, lonelines

I. Latar Belakang menyelenggarakan Hari Raya Nyepi.


Beberapa bulan lagi tepatnya di bulan Berbagai persiapan yang mulai disiapkan
Maret 2019 umat Hindu akan oleh masyarakat yang ada di Pulau Dewata

I Made Arka 9
JURNAL CAKRAWARTI, VOL. 04 NO. 02 AGS 2021-JAN 2022

ini khusunya dalam menyambut hari pertukaran pandangan dunia, produk,


pengerupukan yang dikaitkan dengan Hari pemikirian, dan aspek-aspek kebudayaan
Raya Nyepi. Setiap Banjar yang ada di Bali lainnya.Sedangkan kekinian mengandung
akan menyiapkan ogoh-ogoh sebagai arti keadaan kini atau sekarang dalam hal
simbul pengusiran Bhuta Kala dan ini penulis melihat dari sudut pandang
kreativitas anak muda yang berada di pengaruh terhadap jaman sekarang bagi
Provinsi Bali ini. Di mulai dari anak-anak masyarakat dalam memaknai suatu sudt
SD, SMP, SMA atau SMK dan Mahasiswa pandang tertentu. Serta penyepian
serta Sekehe Teruna disibukkan dengan mengandung arti tidak melakukan suatu
pembuatan ogoh-ogoh. Mereka mulai kegiatan yang bersifat pekerjaan ataupun
melakukan pertemuan dan mencari prilaku yang dihubungkan dengan suatu
sumbangan untuk proses pembuatan ogoh- aktivitas dalam menahan hawa nafsu pada
ogoh tersebut. Tak jarang juga barang- suatu titik melakukan kosentrasi pikiran
barang bekas di buru untuk dijadikan bahan yang mengakibatkan pengaruh dalam tubuh
dalam pembuatan ogoh-ogoh. Disinilah ide- manusia.
ide akan muncul untuk diimplementasikan Apakah sebenarnya Nyepi tersebut?
agar apa yang menjadi hasil bisa Nyepi berasal dari kata sepi yang artinya
memuaskan konsep yang sudah dirancang. sunyi, senyap, lenggang, tidak ada kegiatan.
Sekilas kita melihat ke belakang ogoh-ogoh Kemudian Hari Raya Nyepi adalah Tahun
mulai dilombakan pada Tahun 2000an, Baru Hindu berdasarkan
pada waktu itu banyak yang berpikir bahwa penanggalan/kalender Saka, yang dimulai
ogoh-ogoh bisa dilombakan dan diikuti sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti
dengan iringan beleganjur music tradisional perayaan tahun baru Masehi (tiap 1
masyarakat Bali. Pada tahun 2000an ogoh- Januari), Tahun Baru Saka di Bali dimulai
ogoh dibuat sangatlah sederhana dan bentuk dengan menyepi dan melaksanakan catur
ogoh-ogoh masih mencirikan figur-figur brata penyepian yang di dalamnya berisi
Bhuta Kala yang berwajah seram. Akan antara lain; (1) Amati Geni (tidak boleh
tetapi seiring dengan waktu perubahan menghidupkan api), (2) Amati Karya (tidak
bentuk ogoh-ogoh dan penggunaan boleh bekerja), (3) Amati Lelungan (tidak
pembuatan mulai berubah yang awalnya boleh bepergian keluar rumah), (4) Amati
menggunakan barang bekas sekarang mulai Lelanguan (tidak boleh melaksanakan
mengunakan barang-barang baru dibeli di hiburan). Sekilas sejarah tentang Nyepi,
toko-toko yang sudah mengetahui bahan- Kita semua tahu bahwa agama Hindu
bahan dalam pembuatan ogoh-ogoh, berasal dari India dengan kitab sucinya
sehingga masyarakat sudah tidak Weda. Di awal abad masehi bahkan
mempedulikan bahan-bahan yang sebelumnya, Negeri India dan wilayah
digunakan ketika di bakar akan sekitarnya digambarkan selalu mengalami
membahayakan masyarakat dari krisis dan konflik sosial
kesehatannya. berkepanjangan.Pertikaian antar suku-suku
Globalisasi yang artinya menurut bangsa, al. (Suku Saka, Pahiava, Yueh Chi,
kamus Bahasa Indonesia adalah proses Yavana dan Malaya) menang dan kalah
integrasi internasional yang terjadi karena silih berganti. Gelombang perebutan

I Made Arka 10
JURNAL CAKRAWARTI, VOL. 04 NO. 02 AGS 2021-JAN 2022

kekuasaan antar suku menyebabkan abad.Dinyatakan Sang Aji Saka disamping


terombang-ambingnya kehidupan telah berhasil mensosialisasikan peringatan
beragama itu. Pola pembinaan kehidupan pergantian tahun saka ini, juga dan
beragama menjadi beragam, baik karena peristiwa yang dialami dua orang
kepengikutan umat terhadap kelompok- punakawan! pengiring atau caraka beliau
kelompok suku bangsa, maupun karena diriwayatkan lahirnya aksara Jawa
adanya penafsiran yang saling berbeda onocoroko doto sowolo mogobongo
terhadap ajaran yang diyakini. padojoyonyo. Karena Aji Saka diiringi dua
Dan pertikaian yang panjang pada orang punakawan yang sama-sama setia,
akhirnya suku Saka menjadi pemenang sama-sama sakti, sama-sama teguh dan
dibawah pimpinan Raja Kaniskha I yang sama-sama mati dalam mempertahankan
dinobatkan menjadi Raja dan turunan Saka kebenaran demi pengabdiannya kepada
tanggal 1 (satu hari sesudah tilem) bulan 1 Sang Pandita Aji Saka.
(caitramasa) tahun 01 Saka, pada bulan Rangkaian peringatan Pergantian
Maret tahun 78 masehi.Dari sini dapat Tahun Saka
diketahui bahwa peringatan pergantian Peringatan tahun Saka di Indonesia
tarikh saka adalah hari keberhasilan dilakukan dengan cara Nyepi (Sipeng)
kepemimpinan Raja Kaniskha I selama 24 jam dan ada rangkaian acaranya
menyatukan bangsa yang tadinya bertikai antara lain:
dengan paham keagamaan yang saling
berbeda.Sejak tahun 78 Masehi itulah 1. Upacara melasti, mekiyis dan melis
ditetapkan adanya tarikh atau perhitungan Intinya adalah penyucian bhuana alit
tahun Saka, yang satu tahunnya juga sama- (diri kita masing-masing) dan bhuana
sama memiliki 12 bulan dan bulan Agung atau alam semesta ini. Dilakukan di
pertamanya disebut Caitramasa, bersamaan sumber air suci kelebutan, campuan,
dengan bulan Maret tarikh Masehi dan patirtan dan segara. Tapi yang paling
Sasih Kesanga dalam tarikh Jawa dan Bali banyak dilakukan adalah di segara karena
di Indonesia. Sejak itu pula kehidupan sekalian untuk nunas tirtha amerta (tirtha
bernegara, bermasyarakat dan beragama di yang memberi kehidupan) ngamet sarining
India ditata ulang.Oleh karena itu amerta ring telenging segara. Dalam Rg
peringatan Tahun Baru Saka bermakna Weda II. 35.3 dinyatakan Apam napatam
sebagai hari kebangkitan, hari paritasthur apah (Air yang murni baik dan
pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan mata air maupun dan laut, mempunyai
dan kesatuan), hari toleransi, hari kekuatan yang menyucikan).
kedamaian sekaligus hari kerukunan 2. Menghaturkan bhakti/pemujaan
nasional. Keberhasilan ini disebar-luaskan Di Balai Agung atau Pura Desa di
keseluruh daratan India dan Asia lainnya setiap desa pakraman, setelah kembali dari
bahkan sampai ke Indonesia.Kehadiran mekiyis.
Sang Pendeta Saka bergelar Aji Saka tiba di
3. Tawur Agung/mecaru
Jawa di Desa Waru Rembang Jawa Tengah
Di setiap catus pata (perempatan)
tahun 456 Masehi, dimana pengaruh Hindu
desa/pemukiman, lambang menjaga
di Nusantara saat itu telah berumur 4,5
keseimbangan. Keseimbangan buana alit,

I Made Arka 11
JURNAL CAKRAWARTI, VOL. 04 NO. 02 AGS 2021-JAN 2022

buana agung, keseimbangan Dewa, umat Hindu agar kehidupan ini selalu
manusia Bhuta, sekaligus merubah seimbang dan harmonis serta sejahtera dan
kekuatan bhuta menjadi div/dewa damai. Mekiyis dan nyejer/ngaturang bakti
(nyomiang bhuta) yang diharapkan dapat di Balai Agung adalah dialog spiritual
memberi kedamaian, kesejahteraan dan manusia dengan alam dan Tuhan Yang
kerahayuan jagat (bhuana agung bhuana Maha Esa, dengan segala manifetasi-Nya
alit).Dilanjutkan pula dengan acara serta para leluhur yang telah disucikan.
ngerupuk/mebuu-buu di setiap rumah Tawur Agung dengan segala rangkaiannya
tangga, guna membersihkan lingkungan adalah dialog spiritual manusia dengan
dari pengaruh bhutakala. Belakangan acara alam sekitar para bhuta demi keseimbangan
ngerupuk disertai juga dengan ogoh-ogoh bhuana agung, bhuana alit.
(symbol bhutakala) sebagai kreativitas seni Pelaksanaan catur brata penyepian
dan gelar budaya serta simbolisasi merupakan dialog spiritual antara din sejati
bhutakala yang akan disomyakan. (Namun (Sang Atma) seseorang umat dengan sang
terkadang sifat bhutanya masih tersisa pada pendipta (Paramatma) Ida Sang Hyang
orangnya). Widhi Wasa. Dalam din manusia ada sang
4. Nyepi (Sipeng) din /atrnn (si Dia) yang bersumber dan sang
Dilakukan dengan melaksanakan Pencipta Paramatma (Beliau Tuhan Yang
catur brata penyepian (amati karya, amati Maha Esa).Sima krama atau dharma Santi
geni, amati lelungan dan amati lelanguan). adalah dialog antar sesama tentang apa dan
bagaimana yang sudah, dan yang sekarang
5. Ngembak Geni serta yang akan datang. Bagaimana kita
Mulai dengan aktivitas baru yang dapat meningkatkan kehidupan lahir batin
didahului dengan mesima krama di kita ke depan dengan berpijak pada
lingkungan keluarga, warga terdekat pengalaman selama ini. Maka dengan
(tetangga) dan dalam ruang yang lebih luas peringatan pergantian tahun baru saka
diadakan acara Dharma Santi seperti saat (Nyepi) umat telah melakukan dialog
ini. spiritual kepada semua pihak dengan Tuhan
Yadnya dilaksanakan karena kita yang dipuja, para leluhur, dengan para
ingin mencapai kebenaran. Dalam Yajur bhuta, dengan diri sendiri dan sesama
Weda XIX. 30 dinyatakan : Pratena diksam manusia demi keseimbangan,
apnoti, diksaya apnoti daksina. Daksina keharmonisan, kesejahteraan, dan
sradham apnoti, sraddhaya satyam apyate. kedamaian bersama. Namun patut juga
Artinya : Melalui pengabdian/yadnya kita diakui bahwa setiap hari suci keagamaan
memperoleh kesucian, dengan kesucian seperti Nyepi tahun 2019 ini, ada saja
kita mendapat kemuliaan. Dengan godaannya. Baik karena sisa-sisa
kemuliaan kita mendapat kehormatan, dan bhutakalanya, sisa mabuknya, dijadikan
dengan kehormatan kita memperoleh kesempatan memunculkan dendam lama
kebenaran. atau tindakan yang lain. Dunia nyata ini
Sesungguhnya seluruh rangkaian memang dikuasai oleh hukum Rwa
Nyepi dalam rangka memperingati Bhineda. Baik-buruk, menang-kalah, kaya-
pergantian tahun baru saka itu adalah miskin, sengsara-bahagia dst. Manusia
sebuah dialog spiritual yang dilakukan oleh

I Made Arka 12
JURNAL CAKRAWARTI, VOL. 04 NO. 02 AGS 2021-JAN 2022

berada di antara itu dan manusia diuji untuk selama sehari penuh (24 jam) sejak jam
mengendalikan diri di antara dua hal yang 06.00 wita sampai dengan jam 06.00 wita
saling berbeda bahkan saling berlawanan. keesokan harinnya, dengan melaksanakan
Sesuai dengan surat pedoman Catur Brata Penyepian:
pelaksanaan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1. Amati Geni, yaitu: tidak menyalakan
1941 yang jatuh pada hari Kamis, 7 Maret api/lampu termasuk api nafsu yang
2019 pada poin D. (Ngerupuk) oleh mengandung makna pengendalian diri
Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi dari segala bentuk angkara murka.
Bali dijelaskan akhir dari pelaksanaan 2. Amati Karya, yaitu: tidak
Upacara Tawur Kesanga terutama di melaksanakan kegiatan fisik/kerja dan
tingkat Desa, Banjar, dan Rumah Tangga yang terpenting adalah melakukan
adalah dengan melaksanakan upacara aktivitas rohani untuk penyucian diri.
Mabuu-buu atau dikenal dengan Ngerupuk. 3. Amati Lelungan, yaitu: tidak
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada berpergian, akan tetapi senantiasa
saat Ngerupuk antara lain: intropeksi diri/mawas diri dengan
1. Ngerupuk agar dilaksanakan dengan memusatkan pikiran astiti bhakti
hikmat, tertib, dan aman sesuai dengan kehadapan Hyang Widhi/Ista Dewata
nilai-nilai kesucian keagamaan serta beliau.
dipimpin oleh Bendesa/Klian Adat dan 4. Amati Lelanguan, yaitu: tidak
Perbekel setempat, sedangkan untuk mengadakan hiburan/rekreasi yang
ditingkat rumah tangga dipimpin oleh bertujuan untuk bersenang-senang,
kepala keluarga. melainkan tekun melatih bathin untuk
2. Sarana pokok Ngerupuk berupa: api mencapai produktivitas rohani yang
(obor), bawang, mesui, dan bunyi- tinggi.
bunyian atau tangguran/beleganjuran. Pelaksanaan Catur Brata Penyepian
Ngerupuk dilaksanakan Nyatur Desa ini supaya diawasi secara ketat dan seksama
(keliling desa/banjar/rumah) atau oleh pecalang Desa/Banjar masing-masing
menyesuaikan dengan kondisi dibawah koordinasi Prajuru Desa/Banjar
setempat. Perlu adanya koordinasi setempat dan menghimbau kepada
dengan desa/banjar sekitar demi Pemerintah Daerah bersama jajarannya
terpeliharanya suasana khidmat, tertib, untuk berkoordinasi dengan umat lain
dan keamanan bersama melalui FKUB (Forum Kerukunan Umat
3. Apabila ada masyarakat membuat Beragama) agar dapat menyesuaikan diri
ogoh-ogoh hendaknya bersifat etis, didalam menyukseskan pelaksanaan Brata
estetis, religious, dan pelaksanaannya Penyepian seperti: tidak ada bunyi pengeras
merupakan tanggung jawab Desa suara saat Sholat dan tidak menyalakan
Pekraman, Banjar, dan lingkungan lampu pada waktu malam hari. Dapat
masing-masing. diberikan pengecualian bagi yang
Disamping itu juga ada keputusan menderita atau sakit dan membutuhkan
terkait dengan brata penyepian dalam poin layanan untuk keselamatan dan hal-hal lain
II menyatakan Nyepi sipeng dilaksanakan dengan alasan kemanusiaan.
pada Hari Kamis tanggal 07 Maret 2019

I Made Arka 13
JURNAL CAKRAWARTI, VOL. 04 NO. 02 AGS 2021-JAN 2022

1.1. Dari uraian diatas ada beberapa hal Metode desain yang digunakan oleh
menjadi rumusan masalah: penulis untuk menghasilkan suatu karya
1. Apakah masyarakat Hindu Bali desain adalah melalui Phototyping yaitu
sudah memahami tatwa dan sastra memperbaiki dan atau memodifikasi desain
ogoh-ogoh dalam rangkaian Hari warisan nenek moyang. Penulis ingin
Raya Nyepi? mencari inspirasi dengan berpikir secara
2. Apakah masyarakat Hindu Bali kritis untuk menghasilkan suatu desain
sudah menggunakan bahan ramah yang belum pernah diciptakan. Penulis
lingkungan dalam pembuatan ogoh- ingin mendapatkan data-data terkait dengan
ogoh? pengaruh gloalisasi pelaksanaan Hari Raya
3. Apakah masyarakat Hindu Bali Nyepi di wilayah Kota Denpasar.
dalam mengiringi ogoh-ogoh sudah 2. Sammpel
menggunakan musik tradisional? Penulis menggunakan simple random
4. Apakah masyarakat Hindu Bali sampling sebagai alat ukur pencarian data
sudah melaksanakan catur brata yang digunakan untuk menunjang
penyepian? penelitian yang akan berlangsung. Teknik
5. Apakah masyarakat Hindu Bali simple random sampling ini adalah teknik
sudah melaksanakan Dharma pengambilan sampel dari anggota populasi
Santhi penyepian? yang dilakukan secara acak tanpa
1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian memperhatikan strata yang ada dalam
1.2.1. Maksud Penelitian populasi itu.
Maksud Penelitian adalah untuk Syarat penggunaan dari teknik
memberikan gambaran yang jelas terkait sampling acak sederhana:
dengan prosesi kegiatan keagamaan tentang a) Teknik ini digunakan jika elemen
perayaan Hari Raya Nyepi dalam Bali populasi bersifat homogeny, sehingga
Kekinian. Dalam pelaksanaan akan terlihat elemen manapun yang terpilih menjadi
sampel dapat mewakili populasi.
masyarakat Hindu yang ada di Kota
Denpasar dalam menyambut perayaan Hari b) Dilakukan jika analisis penelitiannya
Raya Nyepi dikaitkan dengan konsep dan cendrung deskritif dan bersifat umum
tatwa yang ada dalam ajaran Agama Hindu. 3. Instrumen
Instrument-instrumen dalam ilmu
1.2.2. Tujuan Penelitian social sudah ada yang baku (standard),
Tujuan Penelitian adalah agar karena telah teruji validitas dan
masyarakat mengetahui dasar sastra yang reliabilitasnya, tetapi banyak juga yang
dipakai dalam pelaksanaan Hari Raya belum baku bahkan belum ada. Untuk itu
Nyepi untuk melaksanakan rasa bakti maka peneliti harus mampu sendiri
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam instrumen pada setiap penelitian dan
pelaksanaannya akan terungkap manfaat menguji validitas dan reliabilitasnya. Pada
dan kelemahan dalam prosesi Perayaan dasarnya terdapat dua macam instrumen,
Hari Hari Nyepi dalam Bali kekinian. yaitu instrumen yang berbentuk test untuk
II. Metode mengukur prestasi belajar dan instrumen
1. Desain yang nontest untuk mengukur sikap.

I Made Arka 14
JURNAL CAKRAWARTI, VOL. 04 NO. 02 AGS 2021-JAN 2022

Instrumen yang berupa test jawabannya g. Dalam penelitian dengan


adalah “salah atau benar” sedangkan menggunakan test atau angket yang
instrumen sikap jawabannya tidak ada yang bersifat kualitatif yang diutamakan
“salah dan benar” tetapi bersifat “positif adalah respon yang dapat
dan Negatif”. dikuantifikasikan agar dapat diolah
Menurut Nasution (1988) peneliti secara statistic, sedangkan yang
sebagai instrumen penelitian serasi untuk menyimpang dari itu tidak dihiraukan.
penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri 4. Prosedur
sebagai berikut: Dalam penelitian yang dilakukan
a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat proses pemetaan prosedur untuk
bereaksi terhadap segala stimulus dari mendapatkan hasil yang maksimal supaya
lingkungan yang harus hasil penelitian dianggap valid. Prosedur
diperkirakannya bermakna atau tidak yang dilakukan peneliti adalah
bagi peneliti. mendefinisikan dan merumuskan masalah.
b. Peneliti sebagai alat dapat 5. Pengambilan, perolehan dan
menyesuaikan diri terhadap semua pengolahan data
aspek keadaan dan dapat a. Pengambilan Data
mengumpulkan aneka ragam data Pengambilan data dilakukan
sekaligus. secara wawancara, observasi,
c. Tiap sistuasi merupakan keseluruhan. kuesioner dan studi dokumen.
Tidak ada suatu instrumen berupa test b. Perolehan Data
atau angket yang dapat menangkap Perolehan data dilakukan
keseluruhan situasi, kecuali manusia. dengan Probability sampling atau
d. Suatu situasi yang melibatkan random sampling
interaksi manusia, tidak dapat c. Pengolahan Data
dipahami dengan pengetahuan semata. Pengolahan data di lakukan
Untuk memahaminya kita perlu sering melalui penyuntingan (editing),
merasakannya, menyelaminya pengkodean (coding), dan Tabulasi
berdasarkan pengetahuan kita. (tabulating)
e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera 6. Etika pengambilan data
menganalisis data yang diperoleh. Ia Dalam etika pengambilan data
dapat menafsirkannya, melahirkan melakukan penelitian, penulis
hipotesis dengan segera untuk melakukan beberapa pertimbangan
menentukan arah pengamatan, untuk yaitu:
mentest hipotesis yang timbul seketika a. Menghormati martabat
f. Hanya manusia sebagai instrumen b. Berkeadilan
dapat mengambil kesimpulan c. Aspek kerahasian.
berdasarkan data yang dikumpulkan
pada suatu saat dan menggunakan III. Hasil Pembahasan
segera sebagai balikan untuk 3.1. Pemahaman tatwa dan sastra ogoh-
memperoleh penegasa, perubahan, ogoh dalam rangkaian Hari Raya
perbaikan dan pelakan. Nyepi.

I Made Arka 15
JURNAL CAKRAWARTI, VOL. 04 NO. 02 AGS 2021-JAN 2022

Ogoh-ogoh merupakan buta kala 3.2. Penggunaan bahan ramah lingkungan


yang dibuat kemudian natab caru dalam pembuatan ogoh-ogoh.
pabiakalan sebuah ritual yang Pada awal disosialisasikannya
bermakna nyomia, mengembalikan bahan-bahan pembuatan Ogoh-ogoh di
sifat-sifat buta kala ke asalnya. Ritual masyarakat terjadi pro dan kontra
tersebut dilanjutkan dengan mengarak dengan berbagai pertimbangan yang
ogoh-ogoh mengelilingi jalan-jalan terjadi dan memicu perdebatan dalam
desa dan mengitari catus pata sebagai membuat aturan terkait dengan bahan
simbul siklus sacral perputaran waktu yang digunakan agar ramah
menuju ke pergantian Tahun Caka lingkungan. Sosialisasi dilakukan
yang baru. Setelah prosesi untuk menjaga lingkungan agar
pengerupukan tersebut ogoh-ogoh sampah yang dihasilkan tidak
dipralina (dibunuh) dengan di bakar. menyebabkan polusi yang akan
Prosesi Ogoh-ogoh adalah mengakibatkan penyakit pada
sebuah ekspresi kreatif masyarakat masyarakat ketika membakar Ogoh-
Hindu Bali di dalam memaknai ogoh tersebut. Bahan-bahan yang
perayaan pergantian Tahun Caka dilarang digunakan dalam pembuatan
dengan membuat Bhutakala yang Ogoh-ogoh yaitu: steropom, plastic
berwujud: Kala Bang, Kala Ijo, Kala dan sejenisnya. Sesuai dengan
Dengen, Kala Lampah, Kala Ireng dan membakar barang tersebut, asap yang
yang lainnya. dihasilkan sangat membahayakan
Penamaan Ogoh-ogoh diambil kesehatan dan bisa keracunan jika
dari sebutan ogah-ogah dari bahasa menghirup asap tersebut. Untuk itu
Bali yang mempunyai arti sesuatu yang pemerintah dengan cepat
digoyang-goyangkan. Tahun 1983 mensosialisasikan ke masyarakat
menjadi bagian penting dalam sejarah bahaya tentang benda tersebut
Ogoh-ogoh karena pada waktu itu walaupun dalam berkreasi dalam
presiden memutuskan Hari Raya Nyepi membuat Ogoh-ogoh masih ditemukan
menjadi hari libur nasional. Di dalam benda tersebut akan tetapi ketika
babad, tradisi Barong Landung berasal Ogoh-ogoh di lombakan Ogoh-ogoh
dari cerita tentang seorang putri Dalem tersebut tidak masuk dalam penjurian.
Balingkang, Sri Baduga dan Pangeran Masyarakat diharapkan
Raden Datonta yang menikah ke Bali. kepeduliannya untuk mengetahui
Tradisi meiter mengarak dua Ogoh- kesehatan bukan hanya berekspresi
ogoh berupa laki-laki dan perempuan dalam berkesenian tapi juga menjaga
mengelilingi desa tiap sasih ke enam lingkungan agar terhidar dari
sampai ke sanga. Visualisasi wujud kerusakan alam yang terjadi karena
barong Landung inilah yang dianggap ulah manusia. Kesadaran masyarakat
sebagai cikal bakal lahirnya Ogoh- sangat penting guna untuk
ogoh dalam ritual Nyepi. menumbuhkan rasa kepedulian
terhadap alam sesuai dengan konsep

I Made Arka 16
JURNAL CAKRAWARTI, VOL. 04 NO. 02 AGS 2021-JAN 2022

Tri Hita Karana yaitu hubungan gamelan yang tidak dimiliki oleh
manusia dengan alam lingkungannya. pemuda yang berada di lingkungan
3.3. Penggunaan music tradisional dalam Banjar akan tetapi tidak iku sebagai
mengiringi ogoh-ogoh. sekehe teruna di masing-masing
Music tradisional Bali yang banjar.
berupa gamelan Bali menjadi ciri khas Oleh sebab tersebut diatas
terhadap kebudayaan Hindu Bali. perlunya sosialisasi secara berkala
Dengan alunan music yang mengiringi dengan melibatkan instansi terkait
setiap kegiatan keagamaan sudah seperti: Dinas Kebudayaan, Desa
dipastikan mempunyai alunan yang Pakraman, Desa Adat, Pecalang, serta
berbeda dengan gamelan yang ada di sekehe teruna itu sendiri. Pendekatan
Indonesia. Gamelan Bali yang persuasive sangat di perlukan dalam
mengiringi Ogoh-ogoh pada acara mensosialisasikan gamelan Bali ke
pengerupukan akan membakar tingkat yang paling bawah untuk
semangat untuk mengotong dan memberikan pemahaman tentang
kerjasama dalam pengarakan Ogoh- budaya yang harus di jaga
ogoh. Ini menjadi suatu simbul kelestariannya untuk menguatkan jati
keberanian dengan tetabuhan diri kita berbangsa dan bernegara.
beleganjur dan mencirikan bahwa para 3.4. Pelaksanaan Catur Brata Penyepian.
pengarak Ogoh-ogoh mempunyai Sesuai dengan keputusan
semangat yang kuat dalam bergotong Parisada Hindu Dharma Indonesia
royong untuk mengarak Ogoh-ogoh Provinsi Bali bahwa pelaksanaan Catur
tersebut. Brata Penyepian dilaksanakan mulai
Di jaman melinia ini tidak semua 06.00 wita pada tanggal 07 Maret 2019
Sekehe Teruna yang memahami inti sampai dengan 06.00 wita pada tanggal
dari penggunaan alat music tradisional 08 Maret 2019. Pada prinsipnya
untuk menumbuhkan dan sosialisasi sudah dilakukan ke berbagai
mempertahankan budaya Bali yang pihak untuk diketahui dan bekerjasama
sangat kental melekat dalam setiap dengan instansi terkait agar
napas kebudayaan yang ada di pulau pelaksanaan Hari Raya Nyepi bisa
Dewata ini. Pun demikian masih lebih khusyuk demi terjaganya
banyak ditemukan pengarak Ogoh- keamanan dan kenyamanan bersama.
ogoh tidak menggunakan music Akan tetapi berkaca kepada Hari Raya
tradisional gamelan Bali. Ada beberapa Nyepi sebelum di tahun 2018 masih
faktor penyebab tidak digunakan musi ada saja masyarakat yang secara
tradsional gamelan Bali yaitu: masih sengaja melanggar dengan alasan yang
lemahnya pemahaman terhadap tidak masuk akal. Beberapa kejadian
budaya Bali, keinginan masyarakat yang terjadi yang menodai Hari Raya
menampilkan perbedaan dengan yang Nyepi diantaranya ada uamt lain yang
lainnya, terjadinya pengaruh budaya bersepeda dengan alasan mau
asing seperti menggunakan House sembahyang, penggunaan media social
Music sebagai pengiring Ogoh-ogoh, yang masih marak dan menyebarkan

I Made Arka 17
JURNAL CAKRAWARTI, VOL. 04 NO. 02 AGS 2021-JAN 2022

berita yang kurang pas, ada sebagian “Nyunyiang Gumi” artinya


warga yang berjualan di jalan, memberhentikan kegiatan selama 1
penyediaan paket menginap di hotel hari agar alam bisa bernapas lepas
dan sebagainya. Dengan kejadian- dalam sehari tanpa polusi dan
kejadian yang terjadi seperti itu kebisingan.
Parisada Hindu Dharma Indonesia Walaupun sudah ada edaran surat
Provinsi Bali mulai menggencarkan dari Parisada Hindu Dharma Indonesia
sosialisasi dengan berharap pelaksanan Provinsi Bali, masih perlunya
Catur Brata Penyepian bisa kordinasi dengan instansi terkait untuk
berlangsung dengan khusyuk. Parisada pelaksanaan Catur Brata Penyepian
Hindu Dharma Indonesia Provisi Bali agar bersama-sama bisa menjaga
berkoordinasi dengan Komisi kesucian umat Hindu dalam
Penyiaran Indonesia Daerah Bali dan melaksanakan Catur Brata Penyepian
Komisi Informasi Provinsi Bali untuk dapat berjalan lancar tidak ada
membuat aturan yang melarang halangan apapun. Hal-hal ini perlu
penggunaan internet di slot-slot disosialisasikan kepada masyarakat
tertentu agar masyarakat tidak bisa Bali yang nota bene pendatang sudah
mengakses internet yang akan sampai 10% dari jumlah penduduk Bali
digunakan sebagai hiburan, melarang yang beragama Hindu. Untuk itu peran
semua hotel tidak menjual paket serta dari semua pihak untuk menjaga
hiburan di Hari Raya Nyepi, melarang pelaksanaan Catur Brata Penyepian
stasiun Televisi dan Radio mengudara agar penyampaian konsep Hari Raya
dan sebagainya. Dengan surat edaran Nyepi bisa di terima dengan jelas oleh
tersebut diharapkan agar Hari Raya semua pihak.
Nyepi bisa berjalan dengan tertib dan 3.5. Pelaksanaan Dharma Santhi Hari Raya
aman sehingga kondusifitas bisa Nyepi.
terjaga dalam perayaannya. Meskipun Dharma Santhi adalah pertemuan
masih ada hal-hal yang bersifat internal untuk dapat saling memaafkan
dalam menjaga Hari Raya Nyepi masih kesalahan masing-masing serta berjanji
ditemukan yaitu pecalang yang berjaga untuk tidak membuat kesalahan lagi
masih berkeliling wilayah dengan dikemudian hari yang merupakan
alasan menjaga keamanan apalagi bagian dari sad dharma yang dilakukan
warga juga ikut keliling mendampingi pada saat Ngembak Geni dalam rangka
pecalang. Padahal sesuai dengan menyambut tahun baru saka untuk
konsep Catur Brata Penyepian bahwa dapat saling memaafkan baik dari
semua orang tidak boleh keluar dari lingkungan, teman, keluarga maupun
rumah seperti Amati Lelungan yang masyarakat. Kesalahan juga akan dapat
tidak memperbolehkan semua orang menimbulkan rasa tidak suka, rasa
keluar rumah. Hari Raya Nyepi ke tidak suka berpostensi menjadi rasa
depan diharapkan berlangsung lebih benci, dan rasa benci tersebut akan
hikmat lagi sesuai 4 konsep Catur Brata menjadi beban dalam menjalani
Penyepian agar Bali betul-betul bisa kehidupan. Sehingga melepaskan

I Made Arka 18
JURNAL CAKRAWARTI, VOL. 04 NO. 02 AGS 2021-JAN 2022

beban juga suatu hal yang harus Dalam pelaksanaannya Dharma


dilakukan oleh manusia sebagai Santhi masih minim dilaksanakan di
mahluk yang tak akan luput dari tingkat Kabupaten/Kota apalagi di
kesalahan. tingkat desa, Tentu ini akan
Dharma Santhi sangat perlu berpengaruh terhadap pencerahan
dilaksanakan bukan hanya di tingkat Agama Hindu kepada generasi penerus
nasional ataupun provinsi tapi bangsa ini. Beberapa penyebab
disarankan agar pelaksanaan Dharma terhambatnya pelaksanaan Dharma
Santi bisa dilaksanakan di tingkat Santhi yaitu; permasalahan dana,
Kabupaten/Kota atau sampai ke tingkat konsep Dharma Santhi, waktu dan
Desa. Dengan diselenggarakan tempat, narasumber dan sebagainya.
Dharma Santhi maka komunikasi bisa Dalam memulai sesuatu kegiatan
lebih baik dari tingkat paling bawah perlunya perencanaan yang matang
sampai dengan tingkat yang teratas. agar dapat dilaksanakan dengan baik
Untuk itu semua pihak bersama-sama dan mendapatkan hasil yang baik juga.
bisa saling mensupport dalam Dharma Santhi juga bisa
menyelenggarkan Dharma Santhi mengambil tema diskusi kekinian yang
sehingga mendapatkan info-info terjadi di lingkungan masyarakat agar
tentang perkembangan Agama Hindu permasalahan yang terjadi di tingkat
dan terpenting sebagai manusia bisa paling bawah mendapatkan solusi yang
saling mengisi kekurangan satu sama terbaik. Banyak tema yang bisa
lainnya. diangkat menjadi diskusi dalam
Dharma Santhi bertujuan pelaksanaan Dharma Santhi untuk
mengali potensi yang ada di daerah dipecahkan bersama-sama sehingga
masing-masing dengan kekhasannya mendapatkan hasil yang lebih bagus.
ditampilkan sebagai suatu pertunjukan
dan hiburan serta menguatkan nilai-nili IV. Kesimpulan dan Saran
luhur budaya yang dijalani selama ini Kesimpulan
untuk sebuah proses perabadan dunia. Agama Hindu sebagai Agama
Dalam Dharma Santhi bisa terbesar di Pulau Bali dengan berbagai
mendapatkan intuisi-intuisi peradaban karakter dan Adat Istiadat
budaya yang setiap daerah memiliki masyarakatnya diperlukan wadah
istiadat yang berbeda, Dalam Dharma dalam penanganan terkait dengan
Santhi juga bisa diberikan arahan- Agama, Adat Istiadat dan Budaya
arahan tentang beragama menurut untuk memberikan pencerahan dan
Hindu dengan memasukan “Dharma pengamalan yang sesuai dengan Tatwa
Wacana dan Dharma Tula”. Harapan menurut Agama Hindu. Ada beberapa
semua pihak bisa saling mengisi dan hal yang masih menjadi perbedaan
saling membantu dalam dalam menjalankan ritual terkait
pelaksanaannya sehingga bisa berjalan dengan keagamaan di karenakan ada
dengan baik dan terarah. perbedaan yang menyebutkan
penggunaan di masing-masing desa

I Made Arka 19
JURNAL CAKRAWARTI, VOL. 04 NO. 02 AGS 2021-JAN 2022

yaitu Desa Kalapatra, Desa Mawicara, dengan baik akan tetapi tidak
dan sebagainya. Untuk itu diperlukan menghilangkan budaya yang sudah
persepsi yang baik dalam menjalan dijalani berpuluh-puluh tahun.
semua aturan-aturan yang dikaitkan Diharapkan kebiasaan atau adat
dengan tatwa Agama Hindu dengan istiadat yang sudah tidak relevan dalam
tidak mengurangi kebiasaan atau Adat perkembangan jaman bisa dievaluasi
Istiadat yang dijalani selama berpuluh- agar dapat menghasilkan budaya yang
puluh tahun. Maka diperlukan diskusi sesuai dengan kehidupan
dalam menangani berbagai masalah bermasyarakat pada jaman sekarang
yang timbul di masyarakat agar ini.
permasalahan-permasalahan tidak
menimbulkan keresahaan atau memicu Daftar Pustaka
konflik di masyarakat. Donder, I Ketut dan I Ketut Wisarja. 2012.
Teologi Sosial. Surabaya: Paramita.
Saran ISBN 978-602-204-190-0.
Berbagai kejadian yang terjadi di Puja, Gede. 1975. Pengantar Agama Hindu
dalam pelaksanaan penyambutan Hari III WEDA. Jakarta: Mayasari.
Raya Nyepi di masyarakat akan dapat Putra, Ngakan Putu. 2014. Kamu Adalah
menimbulkan kegaduhan di dalam Tuhan. Cetakan Pertama. Jakarta:
kehidupan bermasyarakat berbangsa Madua Hindu. ISBN 978-602-751-
dan bernegara, Jika tidak dilaksanakan 12-4.
dengan landasan Tatwa Agama yang Satria, I Kadek. 2019. Ogoh-ogoh Generasi
ada dalam weda atau kitab suci Agama. Melinial Bali makin Kreatif dan
Penyelesaian konflik dibutuhkan Inovatif. Bali Post No 190 Tahun ke
keseriusan dalam menyelesaikan 71, Minggu Paing, 3 Maret 2019.
permasalahan yang terjadi di Denpasar.
masyarakat dan semua stakeorder Suartana, I Wayan. 2019. Spirit Nyepi dan
diharapkan menjalin komunikasi yang Keuangan Berkelanjutan. Bali Post
baik sehingga tidak menimbulkan No. 191, Tahun ke 71, Senin Pon 4
kekewatiran terhadap kehidupan Maret 2019. Denpasar.
masyarakat sekitarnya. Dalam Suryawan, I Gst Ngr. Bagus. 2019. Nyepi,
penanganan-penanganan konflik Yadnya Agung bagi Kalakala. Bali
pelunya pemerintah bekerjasama Post No 191, Tahun ke 71, Senin Pon
dengan Majelis Agama Hindu yang 4 Maret 2019. Denpasar
sudah mendapat pengakuan oleh Wibawa, Made Aripta. 2007. Kedahsyatan
Negara yaitu Parisada Hindu Dharma Agni Hotra Yajna Suci yang
Indonesia (PHDI) dan Majelis Desa Terlupakan., Jl. Ploto No 2 Denpasar,
Pakraman bersama-sama agar terus Bali 80113: PT Empat Warna
melakukan sosialisasi ke masyarakat di Komunikasi.
masing-masing desa sehingga Yupardhi, W.S. 2010. Langkah-langkah
masyarakat tahu aturan-aturan atau Emas Untuk Hidup Lebih Baik.
tatwa yang harus dijalani dengan Cetakan Pertama.Surabaya: Paramita.
dengan konsep-konsep cara beragama ISBN 978-979-722-921-4.

I Made Arka 20

Anda mungkin juga menyukai