Anda di halaman 1dari 11

Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

“Rangkaian Hari Raya Nyepi”

Mata Kuliah : Studi Agama Hindu


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Bawa Atmaja, M.A
Di Susun Oleh ;
Nyoman Sartini 2311041002
Putu Listia Dewi 2311041018
Putu Listiani 2311041019
Luh Mesyani 2311041022
Esa Nova Natasya Saraswati 2311041026
Gede Juni Darmawan 2311041024
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Hari Raya Nyepi ?
2. Apa Yang Melatar Belakangi Sejarah Hari Raya Nyepi ?
3. Bagaimana Proses Rangkaian Pelaksanaan Nyepi ?
4. Apa Makna Dari Hari Raya Nyepi ?
5. Apa Tujuan Dilaksanakannya Hari Raya Nyepi ?
6. Bagaimana Makna Ogoh – ogoh dalam pelaksanaan Nyepi ?
7. Bagaimana Makna Antropologi Rangkaian Nyepi ?
“ Pengertian Hari Raya Nyepi ”

Pengertian Nyepi berasal dari kata sepi, simpeng atau hening. Sedangkan hari raya Nyepi
adalah hari raya suci Agama Hindu yang berdasarkan sasih atau bulan dan tahun masehi yang
dirayakan dengan penuh keheningan dengan menghentikan segala aktifitas yang bersifat duniawi
maupun dalam bentuk keinginan dan hawa nafsu. Berusaha mengendalikan diri agar dapat tenang
dan damai lahir bathin dengan menjalankan catur brata penyepian. Hal ini dapat diatur sesuai dengan
keperluan. Dasar pemikiran adalah bahwa hari raya Nyepi dikenal dengan sebagai tahun baru saka.
Kenapa disebut tahun baru saka. Untuk dapat kita simak dalam sejarah lahirnya tahun saka. Tahun
saka juga disebut saka warsa. Warsa artinya tahun sedangkan saka adalah nama keluarga raja yang
terkenal di India yang menciptakan kedamaian rakyat. Centarna demikian : Pada tahun 78 Masehi di
India dinobatkan seorang raja bernama Kaniska. Raja Kaniska sangat terkenal dibidang pembinaan
Agama dan kebudayaan. Beliaulah yang membuat tahun saka pertama kali dan berkembang sampai
ke Indonesia. Pada kepeminpinan beliau perkembangan Agama dan kebudayaan sangatlah baik yang
menyebabkan pemeluk merasa damai.
“ Latar Belakang Sejarah Hari Raya Nyepi ”

Menurut agama Hindu, alam semesta ini pada mulanya adalah kosong, sunya, tidak
ada apa-apanya. Gelap gulita. Maka, tibalah suatu permulaan dari penciptaan,
sebutir telur dalam Hiranyagharba sakti merupakan benih pertama segala apa yang
terciptakan, disebut Mahadivya, pada awal yuga pertama. Inilah cahaya Brahman,
Mahatman pertama, kekal abadi, tiada terlukiskan, cemerlang memancar ke mana-
mana, ke seluruh penjuru. Ini adalah asal mula paling halus alam benda jasmaniah
dan alam bukan benda atau rohaniah. Dari telur cahaya Brahman ini terlahir
Pitamaha, satu-satunya makhluk disebut Prajapati pertama.
Kemudian, setelah Brahman, Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa), tercipta
sendiri cahaya suci Wiwaswan atau Sambhu. Demikianlah kemudian Brahman
menciptakan surga, ujung surga, planet, angkasa, bulan, udara, ether, air, bumi,
kemudian tahun, musim, sasih (bulan), paksha (tilem dan purnama), siang dan
malam. Demikianlah tercipta segala-galanya, kecuali manusia. Wiwaswan atau
Sambhu sebagai
“ Rangkaian Pelaksanaan Nyepi ”

Perayaan Nyepi terdiri dari beberapa rangkaian upacara yaitu:

1. Melasti

2. Tawur Agung/Tawur Kesanga atau Pengerupukan


3. Amati Geni
4. Amati Lelanguan
5. Amati Karya
6. Amati Lelungan
7. Ngembak Geni
“ Makna Nyepi ”
Jika kita renungi secara mendalam perayaan Nyepi mengandung makna
dan tujuan yang sangat dalam dan mulia. Seluruh rangkaian Nyepi merupakan
sebuah dialog spiritual yang dilakukan umat Hindu agar kehidupan ini seimbang
dan harmonis sehingga ketenagan dan kedamaian bisa terwujud. Mulai dari
Melasti adalah dialog manusia dengan Sang Pencipta serta para leluhur. Tawu
Agung dengan segala rangkaiannya merupakan dialog manusia denagan mahluk
cptaan Tuhan lainya untuk menyucukan Buana Alit dan Buana Agung.
Pelaksanaan Catur Berata Penyepian merupakan dialog sang Atman dan
Paramatma. Dalam diri manusia ada atman yang bersumber dari Sang Pencipta.
Dan Ngembak Geni dengan Dharma Santhinya merupakan dialog spiritual atar
sesame manusia untuk menjaga keharmonisan dan kedamaian hidup.
“ Tujuan Dilaksanakannya Hari Raya Nyepi ”

Adapun tujuan dilaksanakannya hari raya Nyepi dapat dilihat dari berbagai
aspek sebagai berikut:
a. Aspek Religius merupakan suatu proses penyucian Buana Agung dan Buana
alit untuk mewujudkan kesejahtraan dan kebahagiaan lahir bathin (jagadhita
dan moksa) terbina kehidupan yang berlandaskan satyam (kebenaran), siwam
(kesucian), sundaram (keharmonisan)
b. Membiasakan diri untuk melakukan tapa, yoga dan semadi bagi masing –
masing pribadi umat, ini mengandung makna evaluasi perbnuatan dala setahun.
c. Aspek social budaya merupakan wahana untuk intergrasi umat bersama – sama
ngiring Ida Betara dari awal sampai nyejer di Bale Agung.
“ Ogoh – ogoh dalam pelaksanaan Nyepi ”

Apa itu ogoh-ogoh? Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi


keempat mendefinisikan ogoh-ogoh sebagai patung yang terbuat
dari bambu, kertas, dan sebagainya yang berbentuk raksasa dan lain-
lain yang diarak keliling desa pada hari tertentu (biasanya sehari
menjelang Nyepi). Sebagaimana telah dijelasksan, Hari Raya Nyepi
selalu didahului oleh prosesi pengrupuk. Pengrupukan selalu
ditunggu oleh masyarakat terlebih oleh anak-anak muda karena di
malam pengrupukan akan diarak ogoh-ogoh keliling desa dan
keliling kota diiringi gambelan bleganjur, kentogan dan muda mudi
yang ikut mengarak dengan membawa obor.
“ Makna Antropologi Rangkaian Nyepi ”

Di dalam upacara Melasti yang diadakan dua hari sebelum Nyepi, dibayangkan
perjuangan manusia mencari sumber air amerta yang akan menghidupkan terus
semangat mereka dalam menegakkan dharma. Diiringi suara gamelan yang riuh
dan meriah, umat berjalan beriringan membawa seluruh perlengkapan upacara ke
sumber-sumber air maupun menyusuri pantai. Terutama di pesisir pantai Sanur
dan Kuta, diadakan upacara memberi sesaji kepada dewa laut, Baruna. Alunan
monoton dari gamelan dan tabuhan membawa suasana magis dan beberapa orang
mulai mengalami trance. Dialami bahwa seluruh kenyataan menjadi bulat dan
seolah-olah “air amerta” itu sungguh-sungguh diteguk. Upacara berakhir dengan
percikan air suci dari pedanda, diikuti oleh perasaan lengkap di hati umatnya.
Sehari sebelum Nyepi diadakan upacara Butha Yadnya. Umat beriring membawa
obor sambil memukul tabuhan pada senja kala. Kemudian, diadakan juga upacara
memotong hewan korban yang secara simbolis ingin mengungkapkan bahwa bila
manusia sanggup berkorban, ia baru dapat mencapai cita-citanya. Sesajen-sesajen
diberikan bagi Butha Kala.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, pembahasan mengenai Makna Etika Upacara Nyepi Bagi Pengendalian Diri
adalah sebagai berikut:
1. Hari raya Nyepi merupakan salah satu hari raya yang digunakan sebagai penentu jati diri umat Hindu karena
hanya hari raya inilah yang diakui oleh pemerintah.
2. Catur Brata Penyepian merupakan etika Nyepi yang dapat digunakan sebagai evaluasi diri dan pengendalaian
diri.
3. Aspek theology Nyepi merupakan pengewantahan dari moral umat yang mampu.
4. Catur Brata Penyepian merupakan perenungan untuk evaluasi kerja kita selama setahun dan mampu untuk
mengendalikan pikiran dan mengendalikan diri.
5. Kemampuan untuk pengendalian diri berarti perlu suatu jalan untuk mengatasi permasalahan hidup, jalan untuk
penyucian manacika, wacika, dan kayika akhirnya mampu mewujudkan “Jagadhita ya ca iti dharma”.
Any Question?

Anda mungkin juga menyukai