Anda di halaman 1dari 25

AGAMA HINDU

Disusun Guna Memenuhi UAS Mata Kuliah Perbandingan Agama

Dosen Pengampu : Imamul Huda, M.Pd.I.

Disusun Oleh :

Riska Yun Astanti (23010170088)

Tri Yuliati (23010170324)

Ulfiyatur Rosidah (23010170333)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan Paper ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Perbandingan
Agama dengan judul “Agama Hindu”.
Penulis tentu menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
perbandingan Agama yang telah membimbing dalam menulis paper ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Salatiga, Juni 2019

Penulis

i
Daftar isi

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2

A. Sejarah Agama Hindu ........................................................................ 3


B. Ajaran Dalam Agama Hindu .............................................................. 4
C. Upacara Dalam Agama hindu ............................................................ 12
D. Kitab Suci Dalam Agama Hindu ........................................................ 14
E. Kasta Dalam Agama Hindu ............................................................... 15
F. Tempat Suci agama Hindu ................................................................. 16
G. Sistem Kepercayaan dalam agama hindu ........................................... 17
H. Simbolisme Dalam Agama Hindu ...................................................... 19

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 21

A. KESIMPULAN ................................................................................. 21
B. SARAN ............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Hindu adalah agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk negeri
India sekarang. Agama ini timbul dari bekas-bekas reruntuhan ajaran-ajaran Weda
dengan mengambil pokok pikiran dan bentuk-bentuk rupa India purbakala dan
berbagai kisah dongeng yang bersifat rohani yang telah tumbuh di semenanjung itu
sebelum kedatangan bangsa arya.
Agama ini dinamakan Hindu, sebagaimana yang akan kita ketahui kemudian,
adalah karena didalamnya mengandung adat istiadat, budi pekerti, dan gambaran
orang-orang Hindu. Agama ini juga dinamakan agama Brahma yang wujudnya sejak
permulaan abad ke 8 SM. Yaitu suatu kekuatan yang besar yang mempunyai daya
pengaruh yang tersembunyi yang memerlukan amalan-amalan ibadah seperti
membaca doa-doa, menyanyikan lagu-lagu pemujaan, dan memberikan korban-
korban. Dari Brahma inilah diambil kata “Brahmana” yang merupakan gelar bagi
pemuka-pemuka agama itu yang dipercaya karena ketinggian Ilmunya dan
mempunyai hubungan dengan unsur ketuhanan. Dengan sebab ini, mereka menjadi
pemuka agama (pendeta) yang tidak boleh dilakukan sembarang penyembelihan
kecuali hadapan dan melalui meraka.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah agama Hindu ?
2. Apa Saja Ajaran dalam Agma Hindu ?
3. Apa saja upacara dalam agama Hindu?
4. Apa saja kitab suci agama Hindu ?
5. Bagaimana tingkatan kasta dalam agama Hindu ?
6. Bagaimana Sistem Kepercayaan dalam agama Hindu ?
7. Dimana tempat suci Agama Hindu ?
8. Apa simbolisme agama Hindu ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejarah Agama Hindu.
2. Untuk mengetahui Ajaran yang ada pada Agama Hindu.
3. Untuk mengetahui upacara dalam agama Hindu.
4. Untuk mengetahui kitab suci agama Hindu.

1
5. Untuk mengetahui tingkatan kasta dalam agama Hindu.
6. Untuk mengetahui keanekaragaman dalam agama Hindu.
7. Untuk mengetahui tempat suci agama Hindu.
8. Untuk mengetahui simbolisme agama Hindu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Agama Hindu


Suatu suku bangsa yang terkenal dengan nama Arya, ke luar dari tempat
mereka yang terakhir di Asia Tengah, meneruskan perjalanan dan pengembaraa,
sebagian menuju Eropa di zaman Purba, sebagian memasuki dataran tinggi Iran dan
sebagian lagi menuju punjab daerah India.Ketika mereka sampai di lembah-lembah
sungai Shindu, mereka bertemu dengan penduduk asli itu, yaitu bangsa Dravida.
Bangsa Arya memasuki daerah Punjab dengan peperangan dan kekerasan.
Akhirnya bangsa Dravida dikalahkan oleh bangsa pendatang itu, penduduk yang telah
mereka tahlukan mereka namai “Dasyu” yang berarti Budak, kata dasyu tersebut
diambilkan nama buat kasta syudra.
Setelah bangsa Arya mendapat kemenangan pertama di India, maka datanglah
menyusul berturut-turut kabilah-kabilah bangsa Arya dari Asia Tengah menuju daerah
Punjab atau lembah sungai Shindu sehingga daerah punjab tidak mencukupi untuk
kediaman mereka. Mereka mulai menyebar mencari daerah yang lain memasuki
lembah sungai Gangga dan Yanmu.
Di daerah Punjab mereka masih dapat mempertahankan kemurnian daerah
mereka, belum bercampur dengan Penduduk asli, begitu juga dalam adat istiadat dan
kebudayaan mereka, tetapi didaerah gangga dan yanmu mereka bergaul dengan
penduduk asli.
Dari percampuran bangsa Arya dengan bangsa yang mereka dapati di india,
timbulah suatu bentuk bangsa yang baru yang dikenal dengan sebutan “Hindu”
dibangsakan kepada daerah yang mula-mula mereka dapati di india yaitu lembah
sungai shindu, dan agama yang mereka anutpun dibangsakan pula kepada nama
Hindu itu.1
Jadi, Dalam sejarah agama hindu, tidak diketahui siapa pendiri agama tersebut
secara pasti dan jelas. Kepercayaan dan agama yang dibawa oleh bangsa penakluk
(Arya) itu tidak merta menghapuskan kepercayaan penduduk india setempat (asli),
tetapi berasimilasi, berpadu, bercampur dan mempengaruhi satu sama lain.
1
Agus Hakim, Perbandingan Agama Pandangan Islam mengenai Kepercayaan Majusi-Shabiyah-
Yahudi-Kristen-Hindu-Budha & SIKH, (Bandung:CV Diponegora, 1985), Hlm 126-127.

3
B. Ajaran pada Agama Hindu
1. Om Swastyastu
Makna Om Swastyastu Untuk membina hubungan yang harmonis dan
mempererat persaudaraan dalam pergaulan di masyarakat, agama Hindu
mengajarkan salam persaudaraan dengan ucapan “Om Swastyastu” salam ini
dapat juga digunakan untuk memulai dan mengakhiri setiap kegiatan. Namun
khusus untuk mengakhiri suatu kegiatan dapat pula diucapkan “Om Santi, Santi,
Om “yang artinya “Semoga Damai” “ kata “Om” yang berasal dari kata “A”
merupakan simbol Brahma, sedangkan “U” adalah simbol Wisnu yang merupakan
simbol Syiwa, “ lalu di ucapkan kata AUM atau “OM “ . Pada waktu
mengucapkan salam, kedua tangan dicakupkan kedepan dada dengan ujung jari
mengarah ke atas, tetapi kalau keadaan tidak memungkinkan boleh tidak
dilakukan. Sedangkan yang menerima salam seharusnya menjawab “Om
swastiyastu” dengan sikap yang sama juga.
Dalam ajaran Hindu pengucapan Om Swastyasu (semoga Selamat rahmat
Tuhan Yang Maha Esa) merupakan pengucapan selamat kepada orang-orang
disekelilingnya. Hal ini terkait dengan kegiatan umat Hindu yang memberikan
tiga cara kepada pengikutnya untuk menyembah Tuhan dengan kata-kata suci,
melagukan mantra, dan menggunakan mandala (pola geometriks yang kompleks).
Umat Hindu dapat melakukan di rumah dan juga di kuil. Kata keramat, AUM,
atau OM, adalah kata yang pertama muncul dalam kitab-kitab upannishad, dan
tersusun menjadi tiga unsur bunyi – “a”, “u”, dan “m” –menjadi satu kata yang
disenandungkan dengan alunan suara yang dalam. Orang Hindu percaya bahwa
kalau kata ini diucapkan (Om Swastyasu ) diucapkan, bunyi ini memiliki
kandungan: - Tiga Kitab Veda dari bagian pertama, - Tiga dunia-bumi, atmosfer,
dan langit - Tiga Dewa utama-Brahmana, Wishnu, dan Shiwa. Namun demikian,
bagi kebanyakan umat Hindu, kata keramat ini menyatakan lebih dari pada hal
yang dinyatakan di atas. Mereka meyakini bahwa bunyi itu menjangkau seluruh
alam semesta dan kesatuannya dengan Tuhan. Kata itu dipahami sebagai
pernyataan persetujuan yang kuat tentang Tuhan: “Ya, ada keabadian di balik
dunia yang selalu berubah-ubah.” Bagi umat Hindu merasa senang kalau kata
keramat itu benar-benar dapat dilhat di rumah mereka dan kata ini sering dapat
dijumpai pada benda-benda sehari-hari, misalnya alat penindih kertas. Kata itu

4
digunakan untuk mengahiri kegiatan religius, peribadatan, dan tugas-tugas penting
lain, juga di tempatkan pada awal dan akhir Kitab Suci Hindu. Makna mandala
dalam kategori tersebut adalah geometris yang kompleks, yang digunakan di
dalam ibadat, untuk menghadirkan seluruh kosmos. Dalam upacara kegamaan
yang penting, mandala digambarkan di atas tanah yang diberkati dengan
menggunakan serbuk warna-warni, dan dihapus selain itu. Dan dihapus setelah
itu. Ruang-ruang dalam mandala melambangkan dewa-dewi pujaan pribadi. Di
samping itu Mantra mempunyai peranan penting dalam semua peribadatan Hindu,
sebagaimana halnya dalam peribadatan orangorang Buddha. Mantra adalah suatu
ayat, kata atau sederet katakata yang dipercayai memiliki daya kekuatan ilahi.
Mantra diulangulang untuk meningkatkan pengertian dan kesadaran para peserta
ibadat akan Allah. Mantra dipercayai dapat menjadi pembela pembebasan dari
keduniawian, dan hal-hal sepele yang biasanya menguasai pikiran manusia
kedalam alam spiritual yang sekaligus beraneka ragam. Umat Hindu sering
menyanyikan mantra dengan tenang dalam perjalanan mereka menuju ketempat.2
2. Konsep Ketuhanan Trimurti
Sistem ketuhanan Hindu mendekati paham matrealisme yang mendekati
paham matrealisme yang bersifat naturalis, karena disandarkan pada peristiwa dan
kejadian alam, sehingga segala gejala dan gerak alamiah merupakan manifestasi
dari lambang kekuatan. Tidaklah mengherankan apabila kepercayaan terhadap
kekuatan yang majemuk itu menggiring ketuhanan Hindu kearah politeisme yang
menuju banyak Dewa. Diantara sekian banyak dewa yang dipuja sebagai sumber
kekuatan, hakikatnya terkoordinasi dalam ketuhanan Trimurti.Dalam agama
hindu, kepercayaan adanya Tuhan adalah dasar-dasar keyakinan umat beragama
Hindu yang disebut sebagai Panca Sraddha. Dalam menuju kejalan Tuhan, umat
beragama Hindu perlu menhayati apa yang diajarkan dalam Panca Sraddha karena
pada akhir keyakinan Panca Sraddha ini adalah Moksa yaitu peringkat menuju
Tuhan. Agama Hindu mengajarkan tentang keyakinan adanya Tuhan Yang Maha
Esa sebagaimaa agama-agama lain pada umumnya.
Agama Hindu memiliki dua konsep ketuhanan yaitu: Nirguna Brahman
(Tuhan yang tanpa wujud) yang disebut dengan Brahman, Saguna Brahman
(Tuhan dalam bentuk pribadi) yang merupakan dasar konsep Trimurti. Tuhan

2
Khotimah, Agama Hindu, ( Riau: Daulat Riau, 2013), Hlm. 38-40.

5
dalam agama Hindu adalah Brahman yang merupakan asal dari segala yang ada,
dan yang akan ada, baik yang bersifat nyata (sekala) maupun yang tidak nyata
(niskala). Alam semesta jagad raya ini adalah ciptaan Tuhan sebagai wujud nyata
akan kemahaberadaan Tuhan.
Percaya terhadap adanya Tuhan mempunyai pengertian yakin dan iman
terhadap Tuhan itu sendiri. Yakin dan iman ini merupakan pengakuan atas dasar
keyakinan bahwa sesungguhnya Tuhan itu ada, Maha Esa, Maha Kuasa dan Maha
segalnya. Tuhan Yang Maha Kuasa, disebut juga Hyang Widhi (Brtahman) adalah
Ia yang berkuasa atas segaa yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari,
kuasaNya. Ia sebagai Pencipta, Pemelihara dan Pelebur alam semesta dengan
segala isinya. Tuhan adalah sumber dan awal serta akhir dan pertengahan dari
segala yang ada. Hal ini disabdakan oleh Tuhan (Hyang Widhi) yaitu sebagai
berikut:
“Ethadyinini bhutani Sarvani „ty uphadaraya Aham kritsnasya jagatah
Prabhavah pralayas tathaa. Artinya “ketahuilah bahwa keduanya ini merupakan
kandungan dari semua makhluk, dan aku adalah asal mula dan leburnya alam
raya ini.”
Aham atma gudakesa Sarva bhutasaya sthita Aham adis cha madhayam
cha Bhutanam anta eva cha Artinya: “aku adalah sang diri yang ada dalam hati
semua makhluk, wahai Gudakesa aku adalah permulaan, pertengahan dan
penghabisan dari makhluk semua”.
Yac capi sarva bhutanam Bijam tad aham arjuna Na tad asti vina yat syaan
Maya bhutam caracaram Artinya: “itu juga wahai arjuna yang merupakan benih
dari segala makhluk ini adalah aku: tak sesuatu keberadaan pun, baik yang
bergerak ataupun tidak bergerak, dapat terjadi tanpa aku.”
Tuhan yaitu Hyang Widhi adalah bersifat Maha ada, juga berada disetiap
makhluk hidup, didalam maupun di luar dunia (imanen dan trasenden). Tuhan
Hyang Widhi meresap di segala tempat dan ada dimana-mana (Wyapi wyapaka),
serta tidak berubah dan kekal abadi (niewakara). Didalam Upanishad disebutkan
bahwa Hyang Widhi adalah:
Srotrasya srotram manaso mano Yad Waco ha wacam sa u pranasya
pranah Cakusas caksur atimucya dhirah Pretty asmal local amarta bhawanti.
Artinya: “karena itu, telinganya telinga, pikirannya pikiran dan demikian
sesungguhnya ucapan kata-kata, nafasnya nafas, matanya mata, yang bijaksana,

6
meninggalkan (pandangan yang salah karena ketidak sempurnaannya) dan
meninggalkan dunia ini menjadi abadi”.
Sabda Hyang Widhi tersebut memberi arti bahwa Hyang Widhi adalah
telinga dari semua telinga, pikiran dari semua telinga, pikiran dari segala pikiran,
ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas dan mata dari segala
mata.Namun Hyang Widhi itu bersifat ghaib (mata suksma) dan abstrak tetapi
ada. Di dalam buana Kosa disebutkan sebaga berikut :
Bhatara ciwa sira wyapaka Sira suksama tan keneng angen-angen
Kadiangganing akasa tan kagrahita Dening manah muang indriya. Artinya:
Tuhan (siwa) dia ada dimana-mana, dia sukar dibayangkan, bagaikan angkasa
(ether), Dia tidak ditangkap oleh akal maupun panca indriya. Walaupun amat
ghaib, tetapi tuhan hadir dimana-mana. Beliau bersifat wyapi wyapaka, meresapi
segalanya. Tiada suatu tempat pun yang beliau tiada tempati. Beliau ada disini
dan berada di sana. Tuhan memenuhi jagat raya ini.
Tiga dewa Trimurti berhubungan dengan tiga guna dalam permainan
kosmis dalam penciptaan, pemeliharaan dan pemusnahan (mengembalikan
ciptaannya ke asalnya). Wisnu melambangkan sattavaguna, Siwa melambangkan
sifat tammas, dan Brahma berdiri antara keduanya ini dan melambangkan sifat
rajas.
a. Brahma
Perwujudan Tuhan yaitu Brahma merupakan sumber, benih dan semua
yang ada. Seperti dinyatakan oleh namanya Dia merupakan ketakterhinggaan
tanpa batas, sebagai sumber dari ruang, waktu dan penyebab, yang
memunculkan nama dan wujud. Secara filosofis, Dia merupakan tahap
pertama dari manifestasi tentang pernyataan keberadaan individual (ahankara).
Secara Theologis, dia adalah pencipta (svayambhu). Pribadi awal yang ada
dengan sendirinya. Dia memiliki beberapa julukan yang merupakan petunjuk
akan keberadaanya yang menarik. Dari titik pandang kosmologi, dia adalah
janin keemasan (hiranyagarbha), bola api, sebagai sumber asal mulanya alam
semesta raya ini. Karena segala makhlul yang tercipta ini adlah keturunanya,
maka Dia disebut Prajapati, penguasa anak keturunan atau juga disebut
Pitamaha, sang kakek moyang. Dia juga disebut Widhi san pengatur, dan
Lokesa, penguasa dunia, demikian juga sebagai Dhatr, si pemelihara. Dia jiga
disebut Visvakarma, arsitek alam semesta.Gambaran Brahman memiliki

7
empat kepala yang menghadap empat penjuru(arah) yaitu yang mengatakan
empat weda. Empat Yoga (siklus waktu), dan empat Varna (pembagian
masyarakat yang didasarkan pada sifat, kecederungan dan ketrampilan).
Biasanya, wajahnya memiliki janggut dan mata tertutup dalam meditasi.
Keempat lengannya memegang benda-benda berbeda dalam sikap yang
berbeda pula. Lengan itu menyatakan empat arah. Benda yang dipegang
biasanya berupa aksamala (tasbih), kurca (kwas dari rumput kusa), Struk
(sendok besar), Sruva (sendok biasa), kamandalu (kendi) dan pustaka (buku).
Kombinasi dan susunannya beragam dari ganbaran yang satu dengan yang
lainnya. Tasbih menyatakan waktu, dan kendi sebagai air penyebab, sumber
segala penciptaan. Dengan demikian, Brahman mengendalikan waktu dan
segala penciptaan. Rumpu kusa, sendok besar dan sendok biasa sebagai
pelengkap upacara kurban, menyatakan sistem kurban yang maksudnya
dipergunakan oleh berbagai makhluk untuk saling memelihara. Buku
menyatakan pengetahuan suci. Dia adalah penganugerahan pengetahuan yaitu
seni, ilmiah dan kebijaksanaan. Sikap tangan (mudra) adalah Abhaya
(memberikan perlindungan) dan Varada memberikan berkah. Selain itu, dalam
sikap berdiri (pada kembang Padma) atau dalam sikap duduk (pada atau
mengendarai angsa). Hamsa atau angsa disini menyatakan kemampuan
membedakan dan kebijaksanaan. Kadang-kadang Brahma tampak
mengendarai sebuah kereta yang ditarik oleh tujuh ekor angsa, yang
meyatakan tujuh dunia.
b. Wisnu
Berbeda pula dengan fungsi Wisnu yang juga dikenal Mahavisnu
merupakan dewata kedua Trimurti Hindu. Dia merupakan penyebab dan
kekuatan bathin yang menimbulkan keberadaan ini. Nama lain wisnu yang
sangat umum dan terkenal adalah Narayana, yang berarti:
1) Yang membuat penyebab sebagai tempat tinggalnya.
2) Yang merupakan tempat kediaman seluruh makhluk manusia.
3) Yang membuat hati manusia sebagai tempat kedudukannya
4) Yang merupakan tujuan akhir segenap makhluk dunia.
Penafsiran tentang Narayana yang umum dan terkenal adalah setelah
peleburan alam semesta dari siklus sebelumnya dan sebelum penciptaan
berikutnya, Narayana Tuhan tertinggi, jatuh tertidur pada alas tidur ular sesa

8
(yang juga disebut Ananta), yang mengapung pada air lautan Ksirasamudera
(lautan susu). Salah satu kaki Nya berada di pangkuan Dewi Laksmi,
pendamping Nya yang dengan lembut memijatinya. Ketika dia bermimpi akan
penciptaan berikutnya, sekuntum bunga Padma muncul bersama-sama dengan
Dewa Brahma yang duduk disana. Setelah bangun, Dia menyruh Brahma
untuk mulai dengan kegiatan penciptaan.
Gambaran dewa isnu Wisnu sangat alegoris yaitu dimana lautan
menyatakan air penyebab seebagai sumber segala hidupnya yang tampaknya
juga merupakan konsep yang tidak umum dijumpai dalam agama lainnya.
Atau, karena itu merupakan Ksirasamudera, lautan susu menyatakan wujud
dari Praktri atau alam yang paling murni dalam keadaannya yang tak
terbedakan, dimana putihnya itu menandakan kemurnian. Dari kesamaan kata
Apas (air), adalah kata Amrta (Nectar, yang juga menyatakan kebahagiaan).
Karena itu kita dapat mengatakan bahwa Narayana terapung pada lautan
kebahagiaan yang seharusnya terjadi demikian. Ular sesa atau ananta
dikatakan memiliki seribu kepala dan menopang alam dunia pada tudung
kepalanya. Ananta, yang arti sebenarnya “tanpa akhir” atau “tak terbatas”
sesungguhnya menandakan waktu kosmis yang tak terbatas atau tanpa akhir.
Dunia ciptaan ini mulai muncul dalam keberadaan waktu dan terpelihara
dalam waktu. Inilah makna dari ribuan tudung dari kepala ular kobra yang
menyangga dunia. Ribuan tudung kepala hanya menyatakan pembagian waktu
yang tak terhitung banyaknya. Selain itu, konsep ribuan tudung ular yang
menyangga dunia juga dapat membawa pada penafsiran bahwa ular
menyatakan ruang komis, dimana segalanya ada. Kata Sesa, juga sangat
bermakna, seperti “yang tersisa”, karena penciptaan tak dapat muncul dari
ketiadaan, maka diperkirakan bahwa sesuatu itu “tertinggal” dari penciptaan
sebelumnya, yang membentik benih penciptaan berikutnya.
Dengan demikian, sesa menyatakan totalitas dari jiwa atau roh-roh
individual dalam wujudnya yang halus, yang tertinggal dari siklus sebelumnya
dan yang memerlukan kesempatan berikutnya untuk muncul kembali.Wisnu
senantiasa disikluskan dengan Nilameghasyama, warna biru gelap dengan
bagaikan awan yang mengandung air hujan. Karena ruang kosong tak terbatas
itu tampak sebagai berwarna biru gelap, maka wajarlah apabila wisnu sebagai
kekuatan kosmis yang meliputi segalanya itu dilukis berwarna biru gelap,

9
maka wajarlah apabila wisnu sebagai kekuatan kosmis yang meliputi
segalanya itu dilukis berwarna biru. Selain itu, wujud gambaran wisnu yang
paling umum memiliki satu wajah, empat lengan yang memegang Sankha
(kulit kerang), Cakra (jentera), Gada (pentungan), Padma (kembang seroja)
dan mengenakan kalung permata terkenal Kaustubha yang berayun-ayun pada
gelung rambut Sri vasta pada dada kiri. Dia jua=ga mengenakan rangkaina
bunga atau permata yang bernama Vaijayanti. Empat lengan menyatakan
empata arah mata angin, sehingga merupakan kekuasaan mutlakNya pada
segala arah. Sankha menyatakan lima unsure dasar, Cakra menyatakan pikiran
kosmis, Geda menyatakan kecerdasan kosmis dan berkembang padma
menyatakan dunia yang berkembang ini. Seperti halnya kembang teratai yang
muncul dari dalam air dan kuncup perlahan-lahan mengembang dalam segala
kemegahannya, demikian juga dunia ini berasal dari air penyebab dan secara
bertahap berkembang ini. Dunia hanya dapat tercipta melalui kombinasi lima
unsure, pikiran dan kecerdasan. Karena itu, makna dari keseluruhan
perlambangan ini akan menjadi bahwa wisnu merupakan pencipta dan
penguasa dunia ini. Gelung rambut, srivasta menyatakan segala obyek
kenikmatan, sebagai hasil dari alam. Permata Kaustubha yang bertengger
disana menyatakan si penikmat. Dengan demikian, dunia dualitas ini terdiri
dari si penikmat da yang dinikmati, seperti perhiasan yang dikenakan Wisnu.
Rangkaian bunga-bunga Vaijayanti melambangkan unsurunsur halus (bhuta-
tanmmatra).
c. Siwa
Siwa dianggap memiliki tanggung jawab terhadap penyerapan alam
semesta. Ia merupakan perwujudan dari sifat yang memiliki kecenderungan
menuju pembubaran dan pelenyapan. Air sebenarnya dari Siwa ini namun
pada siapa alam semesta ini “tertidur” setelah pemusnahan dan sebelum siklus
penciptaan berikutnya. Semua yang lahir harus mati. Segala yang dihasilkan
harus diumusnahkan dan dihancurkan. Ini merupakan hukum yang tak dapat
dilanggar. Prinsip yang menyebabkan keterpisahan ini, daya dibalik
penghancuran ini itulah Siwa. Walaupun Siwa ini dilukiskan sebagai
penanggungjawab terhadap penghancuran, namun Siwa juga bertanggung
jawab terhadap penciptaan dan pemeliharaan juga. Hal yang mendasar dari
manifestasi Siwa sebagai pemuda sangat tampan, putih, anggota tubuhnya

10
dilumuri dengan abu tampak kuat dan mengkilat. Dia memiliki tiga buah mata
dimana yang ketiga berada di kening antara kedua alis mata, dengan empat
lengan, dua memegang trisula dan damaru (gendang kecil) sementara dua
lainnya dalam sikap Abhaya (memberi perlindungan) dan varada (mmberi
berkah) Mudra. Dia memiliki mahkota rambut panjang yang digelung, yang
dari rambut itu mengalir sungai Ganga. Dia juga mengenakan bulan sabit
sebagai mahkota. Sehelai kulit macan dan gajah menghiasi badanya sebagai
pakaiannya.
Ada beberapa ekor ular disekujur tubuhnya yang membentuk kalung,
ikat pinggang Yajnopavita (benang suci) dan juga gelang tangan. Juga terdapat
rangkaian tengkorak kepala yang mengelilingi leher birunya.46 Siwa
digambarkan berwarna putih salju, yang benarbenar selaras dengan tempat
kediamannya yaitu Himalaya. Putih menggambarkan sinar yang mengusir
kegelapan, pengetahuan yang melenyapkan kebodohan, ini merupakan
personifikasi dari kesadaran kosmis. Secara rii jika Siwa yang menyatakan
sifat Tamas (sifat kegelapan dan penghancuran) digambarkan putih,
sedangkan Wisnu yang menyatakan sifat Sattva (daya sinar dan pencerahan)
digambarkan sebagai gelap (hitam). Sebenarnya tidak ada yang aneh dalam
hal ini karena fungsi yang saling berlawanan itu tak dapat dipisahkan. Karena
itu siwa digambarkan putih diluar dan gelap di dalam, sementara Wisnu
sebaliknya. Tiga mata dari Siwa menyatakan matahari, bulan dan api, tiga
sumber sinar, kehidupan dan panas. Maka ketiga juga dapat menyatakan mata
pengetahuan dan kebijaksanaan, dari kemahatahuanNya. Gajah sebagai
binatang yang kuat, dengan menggunakan kulitnya sebagai pakaian
menandakan bahwa Siwa telah sepenuhnya menundukkan segala
kecenderungan hewani. Selanjutnya sifat-sifat kemahakuasaan Tuhan dalam
agama Hindu adalah disebut sebagai Asta Aiswarya. Bagianbagian Asta
Aiswara dari pada delapan bagian yakni:
1) Anima adalah Tuhan bersifat maha kecil. Sifat Hyang Widhi ini dapat
memasuki semua benda dan tempat yang paling kecil sekalipun
termasuk pada ruang hampa. Tak ada yang lebih kecil dari Hyang
Widhi.
2) Laghima adalah kemahakuasaan Tuhan yang Maha ringan, ringan
seringan-ringannya. Hyang Widhi mampu terbang kemana saja.

11
3) Mahima adalah tuhan bersifat maha besar, tidak ada sesuatu yang
dapat melampau kebesaran Tuhan. Dengan kemahakuasaan Tuhan
Yang Maha Besar ini segala ruangan terpenuhi oleh tuhan.
4) Prapti adalah berarti datang atau mencapai. Ini adalah kemahakuasaan
tuhan yang dapat mencapai segla tempat dalam waktu yang sama,
segala kehendaknya selalu tercapai serba cepat dan serba jelas.
5) Prakmnya yang berate tercapai segala kehendaknya.
6) Isitwa adalah kemahakuasaan tuhan yang menguasai segalanya dalam
segala hal adalah utama.
7) Wasitwa adalah berarti Maha Kuasa dan mengatasi segalagalanya.
Tidak terpengaruh oleh hokum lahir, hidup dan mati.
8) Yatra Kamawasayitwa yaitu kemahakuasaan tuhan bahwa segala
kehendaknya tak ada yang dapat menentang atau menghalangi tetapi
Dia tetap berkuasan dan mengatasi segala-galanya.

C. Upacara dalam Agama Hindu


Dalam ajaran Hindu upacara keagamaan dimaknai dengan Tri Hita Karana.
Secara bahasa Tri artinya tiga, Hita artinya kehidupan, dan Karana artinya penyebab.
Sedangkan menurut istilah Tri Hita Karana artinya adalah tiga keharmonisan yang
menyebabkan adanya kehidupan yaitu hubungan yang harmonis antara manusia
dengan Tuhan, hubungan harmonis anatara manusia dengan manusia, dan hubungan
harmonis manusia dengan alam. Dalam pelaksanaan upacara kegamaan ini tetap
berlandaskan pada ajaran agama Hindu dan dalam kegiatan upacara keagamaan ini
tetap berlandaskan pada ajaran agama Hindu dan dalam kegiatan upacara keagamaan
berpatokan pada Panca Yadnya. Adapun pelaksanaan Panca Yadnya: 3
1. Upacara Dewa Yadnya
Yadnya artinya upacara persembahan suci yang tulus ikhlas. Upacara Dewa
Yadnya adalah pemuja serta persembahan suci yang tulus ikhlas kehadapan
Tuhannya dan sinar-sinar sucinya yang disebjut dewa-dewi. Adapun pemujaan
kehadapan dewa-dewi ataupun para dewa karena beliau dianggap mempengaruhi
gerak kehidupan didunia ini. Salah satu dari upacara Dewa Yadnya seperti
upacara Hari Raya Saraswati yaitu upacara suci yang dilaksanakan oleh umat

3
Khotimah, Agama Hindu,..., Hlm. 127.

12
Hindu untuk memperingati turunnya ilmu pengetahuan yang dilaksanakan setiap
210 hari yaitu pada hari sabtu. Pemujaan ditunjukkan kepada Tuhan sebagai
sumber ilmu pengetahuan dan dipersonifikasikan sebagai wanita cantik bertangan
empat memegang wina (sejenis alat musik), genitri (semacam tasbih), pustaka
lontar bertuliskan sastra ilmu pengetahuan didalam kotak kecil, serta bunga
teratai yang melambangkan kesucian.
2. Upacara Butha Yadnya
Upacara Butha Yasnya yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas
kehadapan unsur-unsur alam. Butha artinya unsur-unsur alam, sedangkan yadnya
artinya upacara persembahan suci yang tulus ikhlas. Kata “Butha” yang sering
dirangkaikan dengan kata kala”Kala” yang artinya waktu atau energi. Buta kala
artinya unsur alam semesta dan kekutannya. Buta Yadnya adalah pemujaan serta
persembahan suci yang tulus ikhlas ditunjukkan kehadapan Buta Kala yang
tujuannya untuk menjalin hubungan yang harmonis, dan memanfaatkan daya
gunanya. Salah satu upacara Buta Yadnya adalah upacara tawur kesanga
(sembian) menjelang hari raya nyepi. Upacara tawur kesanga adalah upacara suci
yang merupakan persembahan suci yang tulus ikhlas kepada Buta Kala agar
terjalin hubungan yang harmonis dan bisa memberikan kekuatan kepada manusia
dan kehidupan.

3. Upacara Manusia Yadnya


Upacara Manusia Yadnya yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas
kepada manusia. Manusia Yadnya adalah korban suci yang bertujuan untuk
memelihara hidup dan membersihkan lahir batin mausia mulai dari sejak
terwujudnya jasmani didalam kandungan sampai akhir hidup manusia itu.
Pembersihan lahir batin manusia sangat perlu dilakukan selama hidupnya. Karena
keberihan itu dapat menimbulkan adanya kesucian. Kebersihan (kesucian) secara
lahir batin dapat menghindarkan manusia itu sendiri dali jalan sesat. Dengan
kesucian itu manusia akan dapat berfikir, berkata dan berbuat yang benar
sehingga dapat meningkatkan taraf hidup yang lebih sempurna. Unsur-unsur
pembersihan didalam upacara Manusia Yadnya dapat diketahui dengan adanya
upacara-upacara seperti tirta panglukatan atau tirta pembersihan. Tirta ini adalah
air suci yang telah diberkati oleh pandita (pendeta), sehingga air tersebut

13
memiliki twah (wasiat), yang sevara spiritual dapat menimbulkan adanya
kebersihan.
Sedangkan untuk jenis-jenis upacara Manusia Yadnya, diantaranya ada
beberapa yang penting yaitu:
a. Upacara Pagedong-gedong
b. Upacara bayi Lahir
c. Upacara Kepus Puser
d. Upacara Bayi Berumur 42 Hari
e. Upacara Nyambutin
f. Upacara Satu Oton
g. Upacara Meningkat Dewasa
h. Upacara Potong Gigi
i. Upacara perkawinan
4. Upacara Pitra Yadnya
Upacara Pitra yadnya yaitu upacara persembahan suci yang ikhlas bagi
manusia yang sudah meninggal. Pitra artinya arwah manusia yang sudah
meninggal, dan yadnya adalah upacara yang tulus ikhlas. Upacara Pitra Yadnya
adalah upacara suci tang tulus ikhlas dilaksanakan dengan tujuan untuk penyucian
dan meralina (kremasi) serta penghormatan terhadap orang yang telah meninggal
menurut ajaran agama Hindu. Yang dimaksud meralina (kremasi) menurut ajaran
Hindu adalah merubah satu wujud demikian rupa sehingga unsur-unsurnya
kembali kepada semula. Yang dimaksud semula adalah asal manusia dari unsur
alam yang terdiri dari api, tanah dan air, angin dan aksa. Sebagai arana penyucian
digunakan air dan tirta, sedangkan untuk praline digunakan air praline (api alat
kremasi).
5. Upacara Rsi Yadnya
Rsi artinya orang suci sebagai rohaniawan bagi masyarakat Hindu di Bali.
Yadnya artinya upacara suci yang tulus ikhlas. Upacara Rsi Yednya adalah
upacara persembahan suci yang tulus ikhlas sebagai penghormatan serta
pemujaan kepada para Rsi yang telah memberi tuntunan hidup untuk memuja
kebahagiaan lahir batin didunia akhirat.

D. Kitab Suci Agama Hindu


Kitab-kitab yang dipandang sucidalam agama Hindu ada beberapa buah yaitu :

14
1. Kitab Weda
Kitab weda adalah kitab suci asli didalam agama Hindu yaitu kitab yang
dijunjung tinggi oleh bangsa arya, kepada kitab itulah mereka mendasarkan agama
dan pandangan hidup mereka. Akan tetapi, Weda yang mereka anut ketika mula-
mula sampai di India baru terkenal dengan sebutan Trayi widya atau Tiga Weda
yang terdiri dari : Rigweda samaweda dan yajurweda.
Weda artinya pengetahuan yang amat tinggi, kemudian dalam
perkembangannya terdiri dari empat himpunan kitab yaitu Rigweda berisi 1028
atau sukta atau syair pujian terhadap dewa-dewa. Samaweda, sebagian berisi
syair-syair dari rigweda, tetapi seluruhnya memakai tanda-tanda nada untuk dapat
dilagukan dan dinyanyikan. Yajurweda, berisi doa-doa atau pengantar saji-saji
yang dipersembahkan kepada dewa-dewa dengan diiirngi pengajian rigweda dan
nyanyian samaweda antarwaweda birisi mantra-mantra dan jampi-jampi untuk
sihir dan ilmu ghaib, untuk mengusir penyakit, pengikat cinta, menghancurkan
musuh dan sebagainya. Weda tersebut dinamakan Caturweda.

E. Kasta di Agama Hindu


1. Brahmana
Manusia yang terbaik dan paling suci di tanah Hindu yaitu kaum pendeta.
Golongan brahmana berkewajiban mempelajari kitab-kitab Weda dan mengajar
kaumnya, juga memberkati pemberiann korban yang hanya diterima melalui
mereka dan wajiblah seorang brahmana memelihara undang-undang umum dan
agama. Seorang brahmana menerima penghormatan dari semua Tuhan karena
keturunanya.
2. Ksatria
Terdiri dari raja-raja dan panglima-panglima.4 Orang-orang yang telah
memperkaya akal pikiranya dengan kitab-kitab Weda dan sebagainya, mereka
inilah yang layak menjadi pemimpin tentara atau raja-raja atau hakim-hakim bagi
semua manusia. Raja yang diangkat dari golongan ksatria. Raja dihrmati oleh
golongan ksatria sebagai komandan-komandan tentara yang di hormati oleh para
prajuritnya.
3. Waisya

4
Agus Hakim,Perbandingan Agama Pandangan Islam mengenai Kepercayaan Majusi-Shabiyah-
Yahudi-Kristen-Hindu-Budha & SIKH,..., Hlm 132.

15
Merupakan kaum pekerja.5 Golongan waisya haruslah kawin dengan
perempuan dari golongannya juga, haruslah memberikan perhatian yang sungguh-
sungguh terhadap pekerjaanya dan senantiasa memelihara binatang ternak.
Seorang waisya hendaklah mengetahui betul-betul cara menabur benih,
membedakan tanah yang baik dengan tanah yang tidak baik, dan memiliki
pengetahuan yang cukup akan peraturan menimbang dan mengukur.
4. Sudra
Manusia pada tingkatan paling rendah. Seorang sudra sedapat-dapatnya harus
mematuhi perintah golongan brahmana yang menjadi pemuka yang arif akan
kitab-kitab-kitab suci dan terkenal dengan sifat-sifat yang mulia. Dengan
kepatuhan ini diharapkan ia diberi kebahagiaan sesudah matinya dengan suatu
penghidupan baru yang lebih tinggi lagi6.

F. Sistem Kepercayaan dalam Agama Hindu

Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan Hindu di India berkaitan dengan


sistem kepercayaan bangsa Arya yang masuk ke India. Pada dasrnya munculnya
agama Hindu adalah sinkretisme kepercayaan asli masyarakat India (Dravida) dengan
bangsa pendatang (Arya). Bngsa Arya yang telah berada di India mengembangkan
sistem kepercataan dan kemasyarakatan yang sesuai tradisi yang dimilikinya. Sistem
kepercayaan itu berupa penyembahan terhadap dewa yang dipimpin oleh golongan
pendeta atau brahmana. Keyakinan bangsa Arya terhadap kepemimpinan kaum
brahmana dalam melakukan upacara melahirkan kepercayaan brahmanisme.
Golongan brahmana tersebut kemudian menulis ajaran mereka dalam kitab-kitab suci
yang menjadi standar pelaksanaan upacara-upacara keagamaan.

Dilembah sungai Gangga dan Yamuna, sebagian dari bangsa Dravida tersebut
bercampur dengan orang-orang Arya. Diwilayah ini kemudian banyak terjadi
pernikahan diantara bangsa Dravida dan bangsa pendatang. Perkawinan itu
melahirkan generasi baru baru dengan sebutan bangsa Hindu. Dengan demikian

5
Ibidh..., Hlm 132.
6
Ibidh..., Hlm. 140.

16
agama Hindu merupakan sinkretisme antara kepercayaan bangsa Arya dan bangsa
Dravida. 7

Bangsa Arya mempunyai kepercayaan politeisme, yaitu percaya terhadap


banyak dewa yang masing-masing dewa mempunyai peranan dalam kehidupan
masyarakat. Ada tiga dewa utama dalam agama Hindu yang disebut dengan trimurti.
Ketiga dewa tersebutterdiri dari Dewa Brahma (dewa pencipta), Dewa Wisnu (dewa
pelindung), dan Dewa Siwa (dewa perusak).

Dalam agama Hindu diajarkan bahwa hidup didunia merupakan suatu


penderitaan atau kesengsaraan (samsra) sebagai akibat perbuatan yang kurang baik
selama hidup (karma). Untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan, manusia bolem
memperbaiki diri. Kesempatan itu diberikan saat manusia mengalami reinkarnasi
(dilahirkan kembali). Setelah mengalami kesempurnaan, manusia akan lepas dari
penderitaan dan dapat mencapai nirwana. Sedangkan untuk mencapai nirwana,
seseorang harus menjalani dharma, arta, dan kama. Dharma artinya agar orang hindu
memulai hidupnya dengan baik. Arta artinya menjalankan kewajiban sebagaimana
mestinya, dan kama berarti tidak boleh berlebihan dalammerasakan kenikmatan.

Pemujaan terhadap Trimurti merupakan ciri penting dari agama Hindu. Selain
pemujaan terhadap dewa trimurti , para penganut Hindu juga memuja terhasap dewa-
dewa lain. Dalam perkembangannya, penekanan pemujaan terhadap trimurti berbeda-
beda, masyarakat yang menekankan pemujaan kepada Brahma melahirkan aliran
brahmanisme, masyarakat yang menekankan pemujaan kepada Dewa Wisnu
melahirkan aliran waisnaa, dan masyarakat yang memuja Dewa Syiwa melahirkan
aliran syiwaisme. Diantara ketiganya, aliran syiwaisme paling menonjol karena
banyak yang memandang Dewa Siwa sebagai pimpinan dewa. Sehubungan dengan
itu, di India terdapat patung Syiwa Nataraja, yaitu patung Syiwa sebagai penari yang
melambangkan kegiatan Syiwa sebagai penguasa yang mengatur kehidupan manusia.

G. Tempat suci agama Hindu


Tempat suci agama Hindu adalah suatu tempat maupun bangunan yang
dikeramatkan oleh umat Hindu atau umat persembahyangan bagi umat Hindu untuk
memuja Brahman beserta aspek-aspeknya. Di tanah Hindu, banyak kuil yang

7
Sardiman, SEJARAH 2 SMA Kelas IX Program Ilmu Sosial, (Jakarta: Yudhistira, 2008), Hlm. 4.

17
didedikasihkan untuk Dewi-Dewi Hindu, beserta inkarnasinya ke dunia ( awatara ),
seperti misalnya Rama dan Kresna. Di India setiap kuil menitikberatkan pemujaan
terhadap Dewa-Dewi tertentu, termasuk memuja Bhatara Rama dan Bhatara Kresna
sebagai utusan Tuhan untuk melindungi umat manusia.
Tempat suci Hindu memiliki banyak sekali sebutan di berbagai belahan dunia,
dan nama tersebut tergantung dari bahasa yang digunakan. Umumnya berbagai nama
tersebut memiliki arti yang hampir sama,yaitu merujuk pada pengertian “rumah
pemujaan kepada Tuhan”.
Berbagai istilah tempat suci agama Hindu yaitu :
1. Mandir atau Mandira (bahasa Hindu-salah satu bahasa resmi India)
2. Alayam atau kovil (bahasa Tamil)
3. Devasthana atau Gudi (Kannada)
4. Gudi, Devalayam atau Kovela (bahasa Telugu)
5. Puja padal (bahasa Bengali)
6. Ksetram atau Ambalan (bahasa Malayalam)
7. Pura atau Candi (Indonesia, Bali, Jawa, dll) 8
Disamping itu ada beberapa tempat yang dianggap suci oleh agama Hindu
antara lain:
1. Kota Varanasi / banares
Varanasi juga dikenal sebagai Banares atau Banaras dan Kashi adalah sebuah
kota yang terletak ditepi Sungai Gangga di negara bagian India Uttar Pradesh,
320 kilometer (199 mil) tenggara dari ibu kota negara bagian Lucknow. Hal ini
dianggap sebagai kota suci oleh umat Hindu, Budha, dan Jain. Ini adalah salah
satu kota terus menerus dihuni tertua di dunia dan tertua di India.
The Naresh Kashi ( Maharaja of kashi ) adalah pelindung budaya kepala
Varanasi dan merupakan bagian penting dari semua perayaan keagamaan. Budaya
Varanasi sangat erat kaitannya dengan Sungai Gangga dan pentingnya sgama
sungai. Kota ini telah menjadi pusat budaya dan agama di India Utaraselama
beberapa ribu tahun. The Benares Gharana bentuk musik klasik India
dikembangkan di Varanasi, dan banyak terkemuka di India filsuf, penyair, penulis,
dan musisi tinggal atau berada di Varanasi. Gautama Budha memberikan khotbah

8
Tempat Suci Hindu, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.

18
pertamanya di Sartnah terletak dekat Varanasi (Kashi). Oleh umat Hindu kota ini
dianggap sebagai tempat bersemayamnya Dewa Syiwa. 9
2. Sungai Gangga
Gangga atau Ganges (ejaan orang barat) adalah nama seorang Dewi atau
agama Hindu yang dipuja sebagai dewi kesuburan dan pembersih segala dosa
dengan air suci yang dicurahkannya. Ia juga merupakan Dewi sungai Gangga di
India. Dewi Gangga sering dilukiskan sebagai wanita cantik yang mencurahkan
air didalam guci. Umat Hindu percaya bahwa jika mandi di Sungai Gangga pada
saat yang tepat akan memperoleh pengampunan dosa dan memudahkan seseorang
untuk mendapat keselamatan. Banyak orang percaya bahwa hasil tersebut
didapatkan denganmandi di sungai Gangga sewaktu-waktu. Orang-orang
melakukan perjalanan dari tempat yang jauh untuk mencelupkan abu dari jenazah
anggota keluarga mereka ke dalam air sungai Gangga, pencelupan itu dipercaya
sebagai jasa untuk mengantarkan abu tersebut menuju surga. 10

H. Simbolisme dalam Agama Hindu


Dalam setiap agama didunia selalu memiliki lambang-lambang atau simbol-
simbol peribadatan. Demikian halnya yang ada didalam agama Hindu. Perlambangan
dalam agama Hindu disinyalir sangat mendalam dan mulia sehingga setiap tindakan
dalam upacara keagamaan Hindu senntiasa mencerminkan arti spiritual untuk
memusatkan pikiran pada pemujaan dan meditasi kepada Tuhan. Perlambangan itu
bertujuan untuk mengilustrasikan arti dan menjelaskan beberapa simbol yang
umumdari beberapa dewa-dewi Hindu, antara lain: 11
1. Anjali
Yakni gerakan tubuh sebagai bentuk penghormatan dalam salam, gerakannya
ialah dengan menyatukan kedua telapak tangan dengan lembut dan dikuncupkan.
Ketika tangan diletakkan didada, maka digunakan untuk menyapa orang yang
lebih tua. Sedangkan tangan diletakkan diatas kepala, maka ditunjukkan untuk
memberikan penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
2. Bindi atau Bindu

9
Varanasi, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
10
Gangga(Hindu), dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
11
Fardi Arifin, REPRESENTASI SIMBOL CANDI HINDU DALAM KEHIDUPAN MANUSIA: KAJIAN
LINGUISTIK ANTROPOLOGIS, Jurnal Penelitian Humaniora, Vol 16, No. 2, Hlm. 15.

19
Kebiasaan orang Hindu memakai tilak yakni titik merah pada wanita dan titik
memanjang pada pria yang berada didahi mereka. Titik ini dikenal dengan
beragam nama seperti ajna cakra, mata spiritual, dan mata ketiga.
3. Kamper (Camphor)
Memberikan perlambangan pengetahuan spiritual yang bisa memurnikan
pikiran dari seorang pemuja sehingga meninggalkan ketidaksucian dalam
pikirannya.12
4. Ganesa
Ganesa adalah putra dari Dewa Siwa dan Parwati. Ganesa selalu digambarkan
dengan kepala gajah dan perutnya yang buncit karena itu merupakan lambang dari
ilmu pengetahuan. Ganesa juga merupakan dewa peperangan. Dalam setiap candi
Hindu Ganesa selalu diletakkan pada bagian belakang candi supaya untuk
menjaga candi dari serangan musuh yang lewat belakang.
5. Naga
Naga adalaha binatang mitos yang berbentuk ular besar. Hal yang
membedakan ular yang besar dengan naga terdapat dikepalanya. Seekor ular besar
biasa dengan ukuran sebesar apapun tetapi tidak memiliki mahkota dikepalanya
tetaplah hanya sebatas ular. Namun, ular yang bermahkotakan dikepalannya
adalah naga. Naga adalah simbul penjaga keseimbangan bumi, kalau di Jawa
dikenal dengan Sang Hyang Anantoba. Oleh karena itu, naga ini berada dalam
hiasan dibawah Yoni yang dianggap sebagai bumi.

12
http://bali.panduanwisata.id/pura-hindu-bali/memahami-dan-mengerti-arti-dan-lambang-lambang-
pemujaan-hindu/ diakses pada tanggal 14 April 2018, pukul 07.00 WIB.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini
merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Krinten dan
Islam. Agama Hindu merupakan percampuran antara kepercayaan dan
agama yang dibawa bangsa Arya dengan kepercayaan bangsa Dravida atau
bangsa asli India.
Asas agama Hindu adalah kepercayaan bangsa Arya yang telah
mengalami perubahan sebagai hasil dari percampuran mereka dengan
bangsa lain. Terutama bangsa Persi yang sewaktu dalam perjalanan
menuju Hindia.
Hindu lebih merupakan suatu cara hidup daripada kumpulan
kepercayaan. Agama hindu memiliki banyak sekali Tuhan / Dewa. Namun
dari sekian banyak Tuhan, hanya tiga yang terkenal. Ketiga Tuhan tersebut
antara lain Brahmana (Dewa pencipta), Wisnu ( Dewa pemelihara), dan
Syiwa (Dewa Pembinasa). Tuhan-tuhan atau Dewa-Dewa tersebut lebih
dikenal dengan sebutan Trimurti.
Kitab suci agama Hindu ialah kitab Weda. Dalam agama Hindu terbagi
menjadi beberapa kasta, yaitu Brahmana, Ksatria,Waisya dan Sudra. Ritual
dalam agama Hindu antara lain; Sandhyopasana, Upasana Puja, Sanskara,
Yajna Maha Panca.Hari raya dalam agama Hindu antara lain: hari raya
nyepi, hari raya galungan, hari raya kunungsn, dan hari raya saraswati.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Fardi. Reprentasi Simbol Candi Hindu dalam Kehidupan Manusia: Kajian Linguistik
Antropologis. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol 16, No. 2.
Hakim, Agus. 1985. Perbandingan Agama Pandangan Islam mengenai Kepercayaan Majusi-
Shabiyah-Yahudi-Kristen-Hindu-Budha & SIKH. (Bandung:CV Diponegora).
Gangga(Hindu), dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
http://bali.panduanwisata.id/pura-hindu-bali/memahami-dan-mengerti-arti-dan-lambang-
lambang-pemujaan-hindu/ diakses pada tanggal 14 April 2018, pukul 07.00 WIB.
Khotimah. 2013. Agama Hindu. ( Riau: Daulat Riau).
Sardiman. 2008. SEJARAH 2 SMA Kelas IX Program Ilmu Sosial. (Jakarta: Yudhistira).
Tempat Suci Hindu, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Varanasi, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.

22

Anda mungkin juga menyukai