Anda di halaman 1dari 13

D

OLEH :
KELOMPOK 5

KETUA : INDAH YULIA PUTRI

NAMA ANGGOTA : BUNGA RINDI ANTIKA

DELVI DILLA

DINDA DINANTI

HAFIZAH NUR SARAH KHADAFI

NISYA PUTRI HANDAYANI

WINDI AMALIA PUTRI

KELAS : X AP-1

PELAJARAN : SEJARAH INDONESIA


KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,Tuhan pencipta alam semesta
yang menjadikan bumi dan isinya dengan begitu sempurna. Tuhan yang menjadikan setiap apa
yang ada dibumi sebagai penjelajahan bagi kaum yang berfikir. Dan sungguh berkat
limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini demi
memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X AP-1 tentang Sistem Kepercayaan.
Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak.
Diantaranya Orang tua yang telah membiayai dan memenuhi fasilitas selama kami
menyelesaikan makalah ini, ibu Ernawati selaku guru Sejarah Indonesia kami yang telah
memberi kami arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan tugas makalah ini dan tidak lupa
dari dukungan teman-teman semua. Oleh karena itu kami mengucapakan banyak terimakasih.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
sehingga dengan segala kerendahan hati kami mengharapakan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi lebih baiknya kinerja kami yang akan mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang
bermanfaat bagi semua pihak.

MEDAN,12 FEBRUARI 2016

PENYUSUN

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB ISI ....................................................................................................... 1
1.1.Akulturasi kebudayaan Hindu-Buddha terhadap
sistem kepercayaan di Nusantara ............................................... 1
1.2.Sistem kepercayaan masyarakat pada zaman praaksara ............ 2
1.3.Sistem kepercayaan awal masyarakat Indonesia........................ 4
1.4.Latar belakang sistem kepercayaan masyarakat
zaman prasejarah dengan sistem kepercayaan
Hindu-Buddha di Nusantara ..................................................... 5
1.5.Barang-barang peninggalan sistem kepercayaan
zaman praaksara.................................... ..................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 10

ii
BAB ISI

1.1 Akulturasi kebudayaan hindu-buddha terhadap sistem kepercayaan di


Nusantara
Sebelum budaya India masuk, di Indonesia telah berkembang kepercayaan yang
berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat Animisme dan
Dinamisme. Animisme merupakan satu kepercayaan terhadap roh atau jiwa sedangkan
Dinamisme merupakan satu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib.
Dengan masuknya kebudayaan India, penduduk Nusantara secara berangsur-angsur
memeluk agama Hindu dan Buddha, diawali oleh lapisan elite para raja dan keluarganya.
Masuknya agama Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut
agama Hindu-Budha walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan
terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu
penyatuaan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme, totemisme dalam keagamaan
Hindu-Budha. Contoh :
Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari
Singasari yang merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh leluhur masih
terwujud dalam upacara kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100
hari, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari, serta masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh
masyarakat Jawa.

Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami


perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lain mengalami
Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua
kepercayaan yang berbeda menjadi satu.

Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan
agama Hindu -Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut
dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di
Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara
tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India
Sejak masa praaksara, orang-orang di Kepulauan Indonesia sudah mengenal simbol-
simbol yang bermakna filosofis. Sebagai contoh, kalau ada orang meninggal, di dalam

1
kuburnya disertakan benda-benda. Di antara benda-benda itu ada lukisan seorang naik
perahu, ini memberikan makna bahwa orang yang sudah meninggal rohnya akan melanjutkan
perjalanan ke tempat tujuan yang membahagiakan yaitu alam baka. Masyarakat waktu itu
sudah percaya adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh halus. Oleh karena itu, roh
nenek moyang dipuja oleh orang yang masih hidup (animisme).
Setelah masuknya pengaruh India kepercayaan terhadap roh halus tidak punah.
Misalnya dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi atau kuil di India adalah sebagai
tempat pemujaan. Di Indonesia, di samping sebagai tempat pemujaan, candi juga sebagai
makam raja atau untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal. Itulah sebabnya
peripih tempat penyimpanan abu jenazah raja didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa
yang dipujanya. Ini jelas merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan tradisi
pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.
Bentuk bangunan lingga dan yoni juga merupakan tempat pemujaan terutama bagi orang-
orang Hindu penganut Syiwaisme. Lingga adalah lambang Dewa Syiwa. Secara filosofis
lingga dan yoni adalah lambang kesuburan dan lambang kemakmuran. Lingga lambang laki-
laki dan yoni lambang perempuan.

1.2 Sistem kepercayaan masyarakat pada zaman praaksara


Masyarakat zaman praaksara terutama periode zaman neolitikum sudah mengenal
sistem kepercayaan. Mereka sudah memahami adanya kehidupan setelah mati. Mereka
meyakini bahwa roh seseorang yang telah meninggal akan ada kehidupan di alam lain.
Oleh karena itu, roh orang yang sudah meninggal akan senantiasa dihormati oleh
sanak kerabatnya. Terkait dengan itu maka kegiatan ritual yang paling menonjol adalah
upacara penguburan orang meninggal.
Dalam tradisi penguburan ini, jenazah orang yang telah meninggal dibekali berbagai
benda dan peralatan kebutuhan sehari-hari, misalnya barang-barang perhiasan, periuk dan
lain-lain yang dikubur bersama mayatnya. Hal ini dimaksudkan agar perjalanan arwah orang
yang meninggal selamat dan terjamin dengan baik. Dalam upacara penguburan ini semakin
kaya orang yang meninggal maka upacaranya juga semakin mewah. Barang-barang berharga
yang ikut dikubur juga semakin banyak.

2
Sarkofagus atau Kubur Peti Batu

Selain upacara-upacara penguburan, juga ada upacara-upacara pesta untuk mendirikan


bangunan suci. Mereka percaya manusia yang meninggal akan mendapatkan kebahagiaan
jika mayatnya ditempatkan pada susunan batu-batu besar, misalnya pada peti batu atau
sarkofagus.Batu-batu besar ini menjadi lambang perlindungan bagi manusia yang berbudi
luhur juga memberi peringatan bahwa kebaikan kehidupan di akhirat hanya akan dapat
dicapai sesuai dengan perbuatan baik selama hidup di dunia.
Hal ini sangat tergantung pada kegiatan upacara kematian yang pernah dilakukan
untuk menghormati leluhurnya. Oleh karena itu, upacara kematian merupakan manifestasi
dari rasa bakti dan hormat seseorang terhadap leluhurnya yang telah meninggal. Pada Masa
Praaksara, seiring dengan perkembangan kemampuan berpikir, manusia purba mulai
mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya yang disebut sistem
kepercayaan manusia purba/zaman pra aksara. Oleh sebab itu, mereka berusaha mendekatkan
diri dengan kekuatan tersebut. Caranya ialah dengan mengadakan berbagai upacara, seperti
pemujaan, pemberian sesaji, yang paling menonjol upacara penguburan orang meninggal
ataupun upacara ritual lainnya Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya lukisan-lukisan di
dinding goa di Sulawesi Selatan dan juga berbagai alat ritual lainnya yang akan dijelaskan
nanti. Sistem kepercayaan masyarakat Indonesia zaman praaksara diperkirakan tumbuh pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan. Upacara sebagai bentuk ritual kepercayaan
mengalami perkembangan seiring zaman. Mereka melakukan upacara tidak hanya berkaitan
dengan leluhur, akan tetapi berkaitan dengan mata pencaharian hidup yang mereka lakukan.
Misalnya ada upacara khusus yang dilakukan oleh masyarakat pantai khususnya para
nelayan. Upacara yang dilakukan oleh masyarakat pantai ini, yaitu penyembahan kekuatan
yang dianggap sebagai penguasa pantai. Penguasa inilah yang mereka anggap memberikan

3
kemakmuran kehidupannya. Di daerah pedalaman atau pertanian ada upacara persembahan
kepada kekuatan yang dianggap sebagai pemberi berkah terhadap hasil pertanian.

1.3 Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia

1. Kepercayaan kepada nenek moyang

Perkembangan sistem kepercayaan pada masyarakat berawal dari berburu dan


mengumpulkan makanan. Namun dalam perkembangannya mereka mulai berdiam lama dan
tinggal dalam suatu tempat,misalnya di goa-goa baik di tepi pantai maupun di pedalaman.
Pada goa ditemukan sisa budaya mereka yang berupa alat kehidupan. Kadang juga ditemukan
tulang belulang manusia yang telah dikubur. Dari hasil penemuan dapat diketahui bahwa
pada masa itu orang punya pandangan tertentu pada kematian. Orang juga sudah mengenal
penghormatan terakhir pada orang yang sudah meninggal.

Orang punya suatu pandangan bahwa hidup tidak berhenti setelah kematian.Orang
meninggal pasti dianggap pergi ke tempat yang lebih baik.Inti kepercayaan pada roh nenek
moyang terus berkembang dari zaman ke zaman dan secara umum dilakukan tiap masyarakat
dunia. Pada orang meninggal ada sesuatu yang pergi,sesuatu itu disebut roh. Penguburan
kerangka dalam goa termasuk penghormatan terakhir pada orang meninggal.Berdasarkan
hasil peninggalan budaya,sejak masa bercocok tanam berupa bangunan megalithicum dengan
fungsi sebagai tempat pemujaan kepada roh nenek moyang. Disamping itu ditemukan bekal
kubur.Pemberian bekal dimaksudkan sebagai bekal menuju alam lain.Jadi pengaruh Hindu
Budha berpengaruh dalam masyarakat Indonesia.

2. Kepercayaan bersifat Animisme

Animisme merupakan kepercayaan masyarakat pada suatu benda yang memilki ruh
atau jiwa. Awal munculnya di dasari oleh pengalaman dari masyarakat.Misal,pada daerah
terdapat batu besar.Masyarakat yang lewat disamping batu mendengar orang minta
tolong,memanggil-manggil,dll.Peristiwa itu terus berkembang dan masyarakat percaya bahwa
batu besar itu punya jiwa atau ruh. Disamping itu,muncul kepercayaan terhadap benda pusaka
yang dipandang punya jiwa atau ruh,sehingga benda tersebut dianggap dapat memberi
petunjuk tentang berbagai hal. Kepercayaan ini masih berkembang hingga sekarang.Bahkan
tidak hanya masyarakat desa melainkan masyarakat kota.Selain itu benda-benda yang
dipercaya punya roh yaitu,bangunan gedung tua,candi,pohon besar

4
3. Kepercayaan bersifat Dinamisme

Kepercayaan ini memilki perkembangan yang tidak jauh berbeda dari Animisme.
Dinamisme merupakan kepercayaan bahwa tiap benda punya kekuatan gaib.Sejak
berkembang kepercayaan terhadap nenek moyang pada masa bercocok tanam,maka
kepercayaan bersifat dinamisme.Kepercayaan ini didasari pengalaman dari masyarakat
bersangkutan. Pengalaman berkembang turun-temurun dari generasi ke generasi hingga
sekarang.Contoh,Batu cincin di nilai memiliki kekuatan untuk melemahkan lawan.Sehingga
bila batu itu dipakai,lawannya tidak sanggup mengahadapinya. Selain itu benda pusaka
seperti keris atau tombak dipandang memiliki kekuatan gaib untuk memohon turunnya hujan.
Bila keris itu ditancapkan dengan ujung menghadap atas akan mendapat hujan. Kepercayaan
ini mengalami perkembangan dan bahkan hingga sekarang tetap dipercaya oleh masyarakat.

4. Kepercayaan bersifat Monomisme

Kepercayaan ini adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.Kepercayaan


ini muncul berdasar pengalaman dari masyarakat.Melalui pengalaman itu pola pikir manusia
berkembang.Manusia jadi berpikir apa yang terjadi pada dirinya,kemudian mempertanyakan
tentang siapa yang menghidupkan dan mematikan manusia? siapakah yang menciptakan
binatang,bulan dan planet.Pertanyaan ini terus muncul dipikiran manusia,sehingga
disimpulkan di luar dirinya ada suatu kekuatan yang maha besar dan tak tertandingi oleh
kekuatan manusia. Kekuatan ini berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Manusia percaya bahwa
Tuhan Yang Maha Esa adil pencipta alam semesta beserta isinya. Jadi manusia wajib
melestarikan alam semesta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau menjaga
keseimbangan alam semesta agar menjadi tumpuan hidup manusia. Bukan untuk merusaknya.

1.4 Latar Belakang Sistem Kepercayaan Masyarakat Zaman Prasejarah dengan


Sistem Kepercayaan Hindu-Buddha Di Nusantara

Kehidupan religi pada masyarakat Indonesia mulai terlihat pada masa kehidupan
prasejarah Indonesia. Hal itu ditemukan pada masa mesolithikum yang di buktikan dengan
ditemukannya lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua, yang menggambarkan suatu
pengalaman, perjuangan dan harapan hidup. Lukisan-lukisan itu dibuat dengan cara
menggoreskan pada dinding-dinding karang atau gua, atau dengan mempergunakan bahan-

5
bahan cat yang berwarna, merah, hitam atau putih. Sumber inspirasi dari lukisan-lukisan ini
adalah cara hidup mereka yang serba tergantung pada lingkungan alamnya, yaitu hidup
berburu dan mengumpulkan makanan. Dengan demikian lukisan-lukisan tadi
menggambarkan kehidupan sosial ekonomis dan alam kepercayaan masyarakat pada masa itu
yang barang kali pada masa itu telah berkelompok di gua-gua atau di tepi pantai, dan jumlah
hampir sama dengan jumlah kelompok pada masa hidup berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat sederhana.Cap tangan dan latar belakang cat merah. Mungkin mengandung
arti kekuatan atau simbol kekuatan perlindungan untuk mencegah roh jahat dan cap-cap
tangan yang jari-jarinya tidak lengkap, di anggap sebagai tanda adat berkabung.
Menurut Roger dan Galis yang menyelidiki lukisan-lukisan di Irian Jaya, Lukisan-
lukisan itu bertalian dengan upacara-upacara penghormatan nenek moyang, upacara
kesuburan, inisiasi dan mungkin juga untuk keperluan ilmu dukun, untuk meminta hujan dan
kesuburan, atau memperingati suatu kejadian yang penting.
Beberapa lukisan lainya yang ternyata lebih berkembang pada tradisi yang lebih
kemudian dan artinya menjadi lebih terang juga. Diantaranya adalah lukisan-lukisan kadal
seperti yang terdapat dipulau seram dan irian jaya, yang mungkin mengandung arti lambang
kekuatan magis, yaitu dianggap sebagai penjelmaan roh nenek moyang atau kepala suku.
Kepercayaan kepada kadal atau atau binatang melata di kalangan suku-suku bangsa di
Indonesia mulai berkembang kemudian seperti terbukti dari temuan Sarkofagus di Bali.
Masyarakat bercocok tanam memiliki ciri khas yang sesuai dengan perkembangan
penemuan-penemuan barunya. Timbulnya anggapan bahwa tanah merupakan salah satu
unsure penting dalam kehidupan. Nilai-nilai hidup makin berkembang dan manusia pada
waktu itu sudah tidak lagi menggantungkan hidupnya pada alam tetapi sudah mengetahui dan
menguasai alam lingkungan serta aktif membuat perubahan-perubahan. Salah satu segi yang
paling menonjol dalam masyarakat adalah sikap terhadap alam kehidupan sesudah mati.
Kepercayaan bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal, sangat
memengaruhi kehidupan manusia.Roh dianggap mempunyai kehidupan di alamnya tersendiri
sesudah orang meninggal.
Upacara yang paling mencolok adalah upacara pada waktu penguburan terutama bagi
orang-orang yang dianggap terkemuka oleh masyarakat. Pelaksanaan penguburan
dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung, di tempat yang sering dihubungkan
dengan asal usul anggota masyarakat atau tempat-tempat yang sudah dianggap sebagai
tempat tinggal arwah nenek moyang. Orang mati biasanya dibekali dengan macam-macam
barang keperluan sehari-hari seperti perhiasan, periuk, dan lain-lain yang dikubur secara

6
bersama-sama dengan maksud agar perjalanannya ke dunia arwah dan kehidupan selanjutnya
akan terjamin sebaik-baiknya. Jika tempat-tempat tersebut terlalu jauh atau sukar dicapai,
maka cukup dikuburkan di suatu tempat dengan meletakkan badannya di arahkan pada
tempat yang dituju. Tujuannya adalah agar rohnya tidak tersesat dalam perjalanan menuju
tempat arwah nenek moyang atau tempat asal mereka. Kematian dipandang untuk membawa
perubahan esensial dalam kedudukan, keadaan maupun sifat seseorang. Seseorang
bermartabat rendah akan rendah juga kedudukannya di alam akhirat. Biasanya hanya orang-
orang terkemuka atau yang pernah berjasa dalam masyarakat sajalah yang akan mencapai
tempat khusus di alam baka. Tetapi di pihak lain, jasa, amal kebaikan, yaitu bekal untuk
mendapatkan tempat khusus di alam akhirat dapat diperoleh dengan mengadakan pesta-pesta
tertentu yang mencapai titik puncaknya dengan mendirikan bangunan batu-batu besar.
Menempatkannya di dalam tempat yang berbentuk dari susunan batu besar seperti peti kubur
batu, bilik batu, sarkofagus, dan sebagainya. Baik yang diukir maupun dilukis dengan
berbagai lambang kematian, merupakan tindakan yang akan saling menguntungkan kedua
belah pihak yaitu yang mati dan yang ditinggalkan. Jadi batu-batu besar ini menjadi lambang
bagi manusia berbudi baik. Gagasan hidup di alam akhirat berisi keistimewaan yang belum
atau yang sudah didapatkan di dunia fana, hanya akan dapat dicapai di alam akhirat
berdasarkan perbuatan-perbuatan amal yang pernah dilakukan selama hidup manusia di dunia
fana ditambah dengan besarnya upaya penyelenggaraan upacara kematian yang pernah
dilaksanakan.
Berlangsungnya tradisi tersebut sejalan dengan masuknya pengaruh Hindi-Buddha
dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat telah menjalankan tradisinya yang sudah
berlangsung secara turun temurun. Ajaran-ajaran Hindu-Buddha yang disampaikan pada
masyarakat telah memiliki banyak kesamaan konsep kepercayaan yang mereka jalankan
sehari-hari. Dengan masuknya pengaruh sistem kepercayaan Hindu-Buddha ke dalam
kehidupan masyarakat ternyata tidak sepenuhnya masyarakat meninggalkan begitu saja
tradisi yang mereka jalankan. Dengan adanya hal demikian, sistem kepercayaan masyarakat
zaman prasejarah disebabkan oleh pedagang, hingga zaman Hindu-Buddha telah terjadi pola
keberlangsungan yang tidak saling menghilangkan unsur-unsur pokok dalam kehidupan
religinya.

7
1.5 Barang-barang Peninggalan Sistem Kepercayaan Zaman Pra-Aksara

1. Menhir adalah tiang atau tugu batu yang berfungsi sebagai prasasti dan
melambangkan kehormatan arwah nenek moyang.

2. Dolmen adalah meja batu untuk meletakkan sesaji.

3. Peti Kubur Batu adalah lempeng batu besar berbentuk kotak persegi panjang
berfungsi sebagai peti jenazah.

8
4. Sarkofagus, adalah batu besar yang di pahat berbentuk mangkuk terdiri dari dua
keeping yang ditangkupkan menjadi satu. Berfungsi sebagai peti jenazah.

5. Waruga, adalah peti kubur batu berukuran kecil, berbentuk kubus dan memiliki tutup

9
DAFTAR PUSTAKA

https://togapardede.wordpress.com/2013/02/20/wujud-akulturasi-kebudayaan-hindu-budha-
dengan-kebudayaan-indonesia/

http://www.gurusejarah.com/2015/01/akulturasi-kebudayaan-nusantara-dan.html

http://mutaqinzaelaw.blogspot.co.id/2011/01/kontinuitas-sistem-kepercayaan.html

http://www.habibullahurl.com/2015/03/akulturasi-kebudayaan-nusantara-dan-hindu-
budha.html

http://economyscience.blogspot.co.id/2012/08/sistem-kepercayaan-awal-masyarakat.html

http://sejarah-pancamarga.blogspot.co.id/2012/01/sistem-kepercayaan-awal-masyrakat.html

10

Anda mungkin juga menyukai