provinsi, dimana setiap provinsi memiliki ragam budaya dan adat. Salah satunya bisa dilihat dari pakaian adat. Ada banyak sumber referensi yang bisa kita peroleh yang membahas tentang kebudayaan Indonesia.
Pakaian adat menjadi simbol tersendiri dari
masing-masing daerah. Bisa dikatakan bahwa pakaian adat ini merupakan sebuah warisan yang tak ternilai harganya. Kita sebagai anak bangsa mestilah harus mengetahui tentang adat serta budaya yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu, artikel berikut akan membahas tentang pakaian adat dari semua provinsi di Indonesia. 1. Pakaian Adat Aceh
Aceh, yang memiliki julukan Serambi Mekkah,
ialah sebuah provinsi paling barat Indonesia yang memiliki populasi sekitar 4,5 juta jiwa. Ibu kota provinsi ini yaitu Banda Aceh.
Aceh memiliki pakaian adat yang khas, disebut
sebagai Ulee Balang. Pakaian adat ini memilki filosifi dan nilai-nilai yang cukup dalam, serta juga terdiri dua model, yaitu model untuk laki- laki dan perempuan. Pakaian adat untuk laki-laki disebut Linto Baro: berwarna hitam. Hitam pada pakaian tersebut melambangkan kebesaran.
Sedangkan pakaian adat untuk perempuan
disebut Daro Baro: berwarna cerah, seperti perpaduan merah, kuning, dan lainnya. Pakaian ini biasanya digunakan khusus untuk acara- acara tertentu, seperti acara adat dan acara perkawinan. 2. Pakaian Adat Sumatera Utara Sumatera Utara menempatkan Medan sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas 72.981,23 km² dan memiliki populasi yang cukup besar, yaitu sekitar 14 juta jiwa.
Sumatera Utara terkenal memiliki penduduk
yang heterogen, terdiri dari berbagai suku: Nias, Melayu, Batak, dan lainnya. Namun, suku yang paling mendominasi ialah Batak.
Batak memiliki ciri yang khas, seperti pada
pakaian adatnya yang dikenal sebagai kain ulos. Di kancah nasional, kain ulos inilah yang paling populer bahkan sudah menjadi identitas sebagai pakaian adat (busana khas) Sumatera Utara.
Kain ulos didominasi dengan tiga warna:
merah, hitam, dan putih, serta juga dihiasi dengan variasi tenunan dari benang perak atau emas.
Umumnya, ulos dipakai dalam bentuk
selendang dan sarung, namun sekarang sudah dijumpai dalam bentuk produk suvenir, ikat pinggang, sarung bantal, tas, dan lainnya.
3. Pakaian Adat Riau
Ibu kota Riau yaitu Pekanbaru. Riau ialah sebuah provinsi yang terletak di bagian tengah pulau Sumatera yang memiliki luas wilayah 87.023,66 km² dan memiliki populasi sekitar 6 juta jiwa.
Salah satu yang paling menarik dari Riau yaitu
pakaian adatnya, dikenal sebagai pakaian Melayu Riau. Pakaian ini terdiri dari berbagai jenis, tergantung kondisi dan situasi si pemakai, seperti digunakan untuk acara resmi, atau juga bisa untuk kegiatan sehari-hari.
Untuk penggunaan pada acara resmi, pakaian
ini dibuat dalam dua model, yaitu model untuk laki-laki dan untuk perempuan.
Pakaian resmi untuk laki-laki dikenal sebagai
Baju Kurung Cekak Musang yang dilengkapi dengan kopiah. Sedangkan pakaian resmi untuk perempuan dikenal sebagai Baju Melayu Kebaya Laboh. 4. Pakaian Adat Sumatera Barat
Sumatera Barat ialah sebuah provinsi yang
menempatkan Padang sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah 42.297,30 km² dan populasi sekitar 5 juta jiwa. Julukan yang biasanya dilontarkan pada masyarakat Sumatera Barat yaitu orang Minang. Sedangkan pakai adat dari Sumatera Barat sering disebut sebagai pakaian Minangkabau. Namun, pakaian adat (busana) ini terbagi menjadi dua: pakaian penghulu dan pakaian bundo kanduang.
Pakaian penghulu merupakan busana yang
umumnya digunakan oleh pemangku adat. Pakaian ini melambangkan kebesaran bagi si pemakai. Uniknya, pakaian ini tidak boleh digunakan oleh sembarang orang, dan tidak boleh digunakan sebagai busana harian.
Sedangkan pakaian bundo kanduang
merupakan busana khusus untuk wanita yang sudah diangkat menjadi bundo kanduang. Busana ini terdiri dari tingkolok (penutup kepala), baju kurung, kain sarung, salempang, dan asesori lainnya: anting-anting dan kalung. 5. Pakaian Adat Kepulauan Riau
Kepulauan Riau termasuk provinsi yang
didominasi dengan pulau-pulau. Luas wilayahnya hanya 8.201,72 km² dimana 95% terdiri dari lautan dan 5% daratan. Selain itu, Kepulauan Riau juga merupakan sebuah provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Riau.
Meskipun terbilang baru, provinsi ini memiliki
kebudayaan atau adat yang melekat pada masyarakatnya, seperti yang terlihat pada pakaian adatnya yang dikenal dengan pakaian Kebaya Labuh dan Teluk Belanga.
Sebenarnya, terdapat beberapa pakaian adat
lainnya, namun Kebaya Labuh dan Teluk Belanga dipilih sebagai pakaian adat resmi Kepulauan Riau.
Kebaya Labuh digunakan oleh kaum
perempuan. Bentuknya hampir sama dengan kebaya pada umumnya, namun yang membedakannya yaitu ukurannya lebih panjang dan menjuntai hingga ke lutut.
Sedangkan Teluk Belanga digunakan oleh
kaum laki-laki. Pakaian ini berbentuk polos dan memiliki warna yang tidak mencolok, seperti hitam atau abu-abu. Kebaya Labuh dan Teluk Belanga ini umumnya digunakan pada acara resmi, seperti acara adat. 6. Pakaian Adat Bangka Belitung
Bangka Belitung ialah sebuah provinsi yang
menempatkan Pangkal Pinang sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki dua pulau utama: Pulang Bangka dan Pulau Belitung. Bangkau Belitung merupakan sebuah provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Sumatera Selatan.
Meskipun terbilang baru, provinsi ini memiliki
kebudayaan yang khas, hal ini terlihat dari pakaian adatnya yang terdiri dari baju seting dan kain cual.
Baju seting berbentuk baju kurung biasa yang
terbuat dari kain beludru (kain sutra). Baju ini cenderung berwarna merah dan dipadukan dengan kain cual. Umumnya, pakaian adat ini digunakan pada acara-acara resmi, seperi acara pernikahan dan acara adat.
7. Pakaian Adat Jambi
Provinsi Jambi ialah provinsi yang unik, yang
memiliki nama ibu kota yang sama dengan nama provinsinya. Selain itu, provinsi ini memiliki total luas wilayah 53.435,72 km² dan memiliki populasi sekitar 3,5 juta jiwa.
Kebudayaan Melayu sangat melekat pada
masyarakat Jambi, seperti yang terlihat pada warisan yang masih ada hingga sekarang, yaitu pakaian adatnya yang dikenal dengan pakaian adat Melayu Jambi.
Pakaian adat untuk laki-laki dan perempuan
hampir sama, yaitu berupa baju kurung berbahan dasar kain beludru. Bedanya, laki-laki menambahkan lacak (penutup kepala) sebagai pelengkap. Sedangkan perempuan menambahkan sarung songket dan selendang merah. 8. Pakaian Adat Bengkulu
Sama halnya dengan provinsi Jambi, provinsi
Bengkulu juga memiliki nama ibu kota yang sama dengan nama provinsinya. Selain itu, provinsi ini memiliki luas wilayah 19.788,70 km² dan memiliki populasi sekitar 2 juta jiwa. Bengkulu termasuk provinsi yang memiliki kekayaan akan nilai dan budaya. Hal ini terlihat dari pakaian adatnya, yang dikenal sebagai pakaian Melayu Bengkulu.
Pakaian adat kaum laki-laki didominasi dengan
warna hitam, yang terdiri dari jas, celana panjang, alas kaki, dan dilengkapi dengan tutup kaki.
Sedangkan pakaian adat kaum perempuan
yaitu berupa baju kurung yang memiliki lengan panjang dan dihiasi dengan motif sulam emas. Pakaian ini cenderung didominasi dengan warna-warna tua. 9. Pakaian Adat Sumatera Selatan
Sumatera Selatan, provinsi yang terletak di
bagian selatan Pulau Sumatera, ialah sebuah provinsi yang menempatkan Palembang sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah 87.017,41 km² dan memiliki populasi sekitar 8,3 juta jiwa.
Sumatera Selatan identik dengan kerajaan
Sriwijaya yang telah mewariskan beragam kebudayaan secara turun-temurun. Salah satu warisan tersebut berupa pakaian adat.
Pakaian adat Sumatera Selatan terdiri dari dua
jenis: Aesan Geda dan Aesan Pasangko. Aesan Geda melambangkan kebesaran dan keangungan kerajaan Sriwijaya, serta juga memiliki nilai filosofis swarnadwipa atau pulau emas.
Sedangkan Aesan Pasangko melambangkan
keanggunan. Pakaian ini terdiri dari songket lepus sulam emas, selempang songket, selular (celana), dan songkok emas. Kostum yang lekat dengan adat ini bisa digunakan untuk kaum laki-laki dan perempuan. 10. Pakaian Adat Lampung
Lampung, provinsi yang terletak di bagian
paling selatan Pulau Sumatera, ialah sebuah provinsi yang menempatkan Bandar Lampung sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah 35.587 km² dan memiliki populasi yang cukup besar, yaitu hampir 9 juta jiwa.
Lampung terkenal dengan masyarakat yang
heterogen karena wilayah ini termasuk salah satu tujuan transmigrasi bagi penduduk Jawa. Meskipun begitu, Lampung masih memiliki kebudayaan yang khas dan melekat hingga saat ini. Hal ini bisa dilihat dari pakaian adatnya.
Pakaian adat Lampung merupakan salah satu
peninggalan kebudayaan yang memiliki nilai estetika tinggi. Pakaian ini sering digunakan pada acara-acara sakral, seperti acara adat dan acara perkawinan. Tidak ada nama khusus untuk pakaian ini, umumnya berbahan kain tapis. 11. Pakaian Adat Banten
Banten, terletak di bagian paling barat Pulau
Jawa, ialah sebuah provinsi yang menempatkan Serang sebagai ibu kota. Banten merupakan provinsi hasil pemekaran dari Jawa Barat. Luas wilayahnya 9.160 km² dan memiliki populasi lebih dari 12 juta jiwa.
Salah satu aspek penting dari Banten ialah
pakaian adatnya yang dikenal sebagai baju Penganten. Sesuai namanya, baju ini digunakan oleh pasangan pengantin pada acara pernikahan.
Pengantin pria biasanya menggunakan baju
koko berkerah, penutup kepala, dan kain batik sebagai bawahan. Sedangkan pengantin wanita menggunakan kebaya dan hiasan kepala berupa kembang goyang.
12. Pakaian Adat Betawi (D.K.I.
Jakarta) Jakarta ialah sebuah kota yang ada di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Ibu kota negara Indonesia ini memiliki luas wilayah 661,52 km² dengan populasi sekitar yang cukup besar, sekitar 15 juta jiwa.
Jakarta terdiri dari masyarakat yang heterogen.
Meskipun begitu, Jakarta sangat identik dengan kebudayaan Betawi: ondel-ondel, kerak telor, dan sebagainya.
Hal ini juga terlihat dari pakaian adat Betawi,
yaitu Dandanan Care Haji dan Dandanan Care None Penganten Chine. Pada dasarnya, pakaian ini ialah baju pengantin yang digunakan pada acara pernikahan. Namun, pakaian ini juga sering ditampilkan pada event nasional. 13. Pakaian Adat Jawa Barat
Jawa Barat, terletak di bagian barat Pulau
Jawa, ialah sebuah provinsi yang menempatkan Bandung sebagai ibu kota. Jawa Barat memiliki luas wilayah 35.222,18 km² dengan populasi yang sangat besar, sekitar 43 juta jiwa.
Sama halnya dengan Jakarta, Jawa Barat
sangat identik dengan satu suku, Sunda. Dalam hal berpakaian, masyarakat Sunda mengenakan pakaian yang dilandaskan pada umur, fungsi, dan strata sosial si pemakainya.
Secara umum, ada tiga jenis pakaian adat
Sunda yang masih populer: pakaian rakyat jelata, kaum menengah, dan para bangsawan.
Untuk membedakan pakaian tersebut sangatlah
mudah: pakaian rakyat jelata terlihat sangat sederhana (polos), pakaian kaum menengah terlihat adanya tambahan pernak-pernik, sedangkan pakaian para bangsawan terlihat lebih kompleks dan memiliki nilai estetika tinggi. 14. Pakaian Adat Jawa Tengah
Terletak di bagian tengah Pulau Jawa, Jawa
Tengah ialah sebuah provinsi yang menempatkan Semarang sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah 32.548 km² dengan populasi yang terbilang sangat besar, sekitar 35 juta jiwa.
Salah satu elemen penting pada masyarakat
Jawa Tengah yaitu kebudayaannya. Hal ini bisa tercermin dari pakaian adatnya, dikenal sebagai pakaian Jawi Jangkep dan Kebaya.
Jawi jangkep dikenakan oleh kaum laki-laki,
terdiri dari atasan berupa baju beskap yang memiliki motif bunga, sedangkan bawahannya berupa kain jarik, destar berupa blangkon, dan aksesori lainnya: keris dan cemila (alas kaki).
Sementara itu, Kebaya dikenakan oleh kaum
perempuan, terbuat dari bahan kain katun, beludru, nilon, dan lainnya. Warnanya cenderung cerah: putih, hijau, biru, merah, dan sebagainya. 15. Pakaian Adat D.I. Yogyakarta
Yogyakarta, Daerah Istimewa yang setingkat
dengan provinsi dan terletak di bagian tengah- selatan Pulau Jawa, memiliki luas wilayah 3.185,80 km² dan memiliki populasi sekitar 3 juta jiwa.
Daerah ini merupakan salah satu wilayah yang
kental dengan nilai-nilai adat dan kebudayaan, seperti yang terlihat pada pakaian adatnya. Yogyakarta memilki beragam jenis pakaian adat, namun yang paling populer yaitu pakaian rakyat.
Kaum laki-laki biasanya menggunakan baju
sorjan, kain batik, dan dilengkapi dengan blangkon sebagai penutup kepala. Sedangkan kaum perempuan menggunakan kain batik, kebaya, dan sanggul rambut yang ditata dengan rapi. 16. Pakaian Adat Jawa Timur
Terletak di bagian timur Pulau Jawa, Jawa
Timur ialah sebuah provinsi yang menempatkan Surabaya sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah 47.922 km² dan memiliki populasi yang sangat besar, yaitu sekitar 42 juta jiwa.
Salah satu aspek penting dari Jawa Timur yaitu
terdiri dari masyarakat yang berbudaya. Hal ini bisa dilihat dari peninggalan kebudayaannya berupa pakaian adat yang dikenal sebagai baju pesaan dan baju mantenan.
Baju pesaan dikenal sebagai pakaian adat
masyarakat Madura. Pakaian ini menggambarkan kekuatan dan keberanian suku Madura dalam entitas budaya Jatim. Sedangkan baju mantenan lebih dikenal sebagai baju pengantin yang digunakan pada acara pernikahan. 17. Pakaian Adat Kalimantan Barat
Kalimantan Barat, daerah yang memiliki julukan
Seribu Sungai, ialah sebuah provinsi yang menempatkan Pontianak sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah 146.807 km² dengan populasi sekitar 5 juta jiwa.
Kalimantan Barat didominasi oleh masyarakat
suku Melayu dan Dayak. Kedua suku tersebut memengaruhi kebudayaan dan adat istiadat di provinsi ini, seperti terlihat dari pakaian adatnya yang disebut sebagai King Baba dan King Bibinge. King Baba dan King Bibinge sama-sama terbuat dari kulit kayu dan dilengkapi dengan berbagai aksesori: penutup kepala yang terbuat dari bulu burung, manik-manik, kalung, biji- bijian, dan bahan-bahan alami lainnya.
Bedanya, King Baba digunakan oleh kaum laki-
laki, sedangkan King Bibinge digunakan oleh kaum perempuan.
18. Pakaian Adat Kalimantan
Tengah Kalimantan Tengah menempatkan Palangka Raya sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah 157.983 km² dan memiliki populasi yang terbilang kecil dibanding provinsi lainnya, yaitu sekitar 2 juta jiwa.
Mayoritas masyarakat Kalimantan Tengah ialah
suku Dayak. Hal yang paling unik dari Dayak yaitu pakaian adatnya, disebut sebagai baju sangkarut. Baju ini terbuat dari bahan serat kulit kayu dan berbentuk seperti rompi.
Selain itu, sangkarut dibuat dengan pewarna
alami dan juga dihiasi dengan berbagai aksesori: pernik uang logam kulit trenggiling, dan kancing. Biasanya, sangakrut juga dilengkapi dengan bawahan: cawat, serta senjata tradisional khas Dayak: tombak, perisau, dan mandau. 19. Pakaian Adat Kalimantan Selatan
Terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan,
Kalimantan Selatan ialah sebuah provinsi yang menempatkan Banjarmasin sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah 37.530,52 km² dengan jumlah populasi sekitar 4 juta jiwa.
Kalimantan Selatan didominasi oleh
masyarakat suku Banjar. Banjar sudah menjadi ikon utama di dalam kebudayaan Kalimantan Selatan, hal ini terlihat dari peninggalan kebudayaan yang berupa pakaian adat serta kain khasnya yaitu sasirangan.
Pakaian adat Banjar terdiri dari empat jenis:
Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut, Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan, Pangantin Babaju Kubaya Panjang, dan Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari. Keempat pakaian ini memiliki keunggulan masing-masing. 20. Pakaian Adat Kalimantan Timur
Kalimantan Timur, terletak di bagian ujung timur
Pulau Kalimantan, ialah sebuah provinsi yang menempatkan Samarinda sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah terbesar kedua setelah Papua, yaitu sekitar 129.066,64 km² dengan total populasi hampir 4 juta jiwa.
Mayoritas masyarakat Kalimantan Timur ialah
suku Dayak dan Kutai. Kedua suku ini telah menjadi ikon dalam kebudayaan masyarakat Kaltim. Tak heran, jika kebudayaan menjadi aspek penting dalam kehidupan masyarakatnya, seperti yang tercermin pada pakaian adatnya.
Pakaian Dayak disebut juga Ta’a dan Sapei
Sapaq. Sedangkan pakaian untuk kaum laki- laki disebut Ta’a dan untuk kaum perempuan disebut Sapei Sapaq. Ragam pakaian Dayak ini mempopulerkan kearifan lokal masyarakat Dayak.
Sedangkan pakaian Kutai terdiri dari beberapa
jenis: baju miskat, kustim, takwo, dan sakai. Namun, baju miskat lah yang paling populer, bahakan sudah digunakan sebagai seragam PNS di Kalimantan Timur. Baju miskat terlihat seperti baju Cina. 21. Pakaian Adat Kalimantan Utara
Terletak di bagian utara Pulau Kalimantan,
Kalimantan Utara ialah sebuah provinsi yang menempatkan Tanjung Selor sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah 75.467,70 km² dengan total populasi yang terbilang kecil, yaitu sekitar 600 ribu jiwa.
Provinsi ini berdiri pada tanggal 25 Oktober
2012. Meskipun begitu, kebudayaan yang ada di provinsi ini tidak tertinggal. Sama seperti provinsi Kalimantan lainnya, Kalimantan Utara juga didominasi oleh masyarakat suku Dayak dan sub-subnya.
Kesamaan itu terlihat dari pakaian adat yang
dikenakan, yaitu terlihat menyerupai pakaian adat khas Kalimantan Timur: Ta’a dan Sapei Sapaq. Meskipun begitu, masih terdapat beberapa perbedaan dari Ta’a dan Sapei Sapaq milik Kalimantan Utara.
22. Pakaian Adat Sulawesi Barat
Sulawesi Barat, provinsi yang menempatkan Mamuju sebagai ibu kota, ialah sebuah provinsi hasil pemekaran dari Sulawesi Selatan. Provinsi ini memiliki luas wilayah 16.787,18 km² dengan total populasi yang juga terbilang kecil, yaitu sekitar 1 juta jiwa.
Sulawesi Barat didominasi oleh masyarakat
suku Mandar, Toraja, Bugis, dan Makassar. Dari keempat suku tersebut, yang paling mendominasi yaitu suku Mandar. Oleh karena itu, kebudayaan Sulawesi Barat lebih mengarah pada kebudayaan suku Mandar.
Hal ini tercermin dari pakaian adatnya, yaitu
Pattuqduq Towaine. Busana ini ialah pakaian khas wanita Mandar, terdiri dari baju kurung dan aksesori pendukung yang terbuat dari logam. 23. Pakaian Adat Sulawesi Selatan
Terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan,
Kalimantan Selatan ialah sebuah provinsi yang menempatkan Makassar sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah 45.764,53 km² dengan jumlah populasi sekitar 8 juta jiwa.
Sulawesi Selatan juga terdiri dari masyarakat
yang heterogen, seperti terdapat suku Makassar, Mandar, dan Bugis. Masing-masing suku tersebut memiliki ciri khasnya masing- masing. Namun, pakaian adat yang paling populer di provinsi ini yaitu baju bodo.
Baju Bodo idalah baju yang didesain dengan
sederhana, terlihat dari sedikitnya jahitan yang terdapat pada baju ini. Selain itu, baju ini umumnya digunakan pada acara atau pertunjukan adat saja.
24. Pakaian Adat Sulawesi Tengah
Provinsi dengan luas wilayah 61.841,29 km² atau yang terluas diantara semua provinsi di Pulau Sulawesi, Sulawesi Tengah menempatkan Palu sebagai ibu kota. Selain itu, provinsi ini juga memiliki populasi terbesar kedua di Pulau Sulawesi, yaitu sekitar 3,2 juta jiwa.
Karena Sulawesi Tengah memiliki wilayah yang
sangat luas, tidak heran jika di dalamnya terdapat masyarakat dengan beragam kebudayaan dan suku bangsa, seperti suku Kaili, Mori, Toli-Toli, dan Saluan.
Berbicara mengenai kebudayaan, terutama
pakaian adat, maka yang paling dikenal di Sulteng yaitu pakaian adat Kaili yang disebut Baju Nggembe dan Baju Koje.
Baju Nggembe digunakan oleh kaum
perempuan, sedangkan Baju Koje digunakan oleh kaum laki-laki. Umumnya, pakaian ini hanya digunakan pada upacara adat. 25. Pakaian Adat Sulawesi Tenggara
Terletak di bagian selatan garis khatulistiwa,
Sulawesi Tenggara ialah sebuah provinsi yang menempatkan Kendari sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah 38.140 km² dengan jumlah populasi sekitar 2,5 juta jiwa.
Sulawesi Tenggara umumnya juga terdiri dari
masyarakat yang heterogen, namun masyarakat suku Tolaki yang paling mendominasi provinsi ini.
Tolaki memiliki pakaian adat yang unik dan
khas, pakaian adat tersebut bernama Babu Nggawi dan Babu Nggawi Langgai.
Babu Nggawi ialah pakaian khusus kaum
perempuan, sedangkan Babu Nggawi Langgai digunakan oleh kaum laki-laki. Kedua pakaian adat ini sudah menjadi ikon dari Sulawesi Tenggara, terutama pada eventnasional. 26. Pakaian Adat Sulawesi Utara
Sulawesi Utara, terletak di ujung utara Pulau
Sulawesi, ialah sebuah provinsi yang menempatkan Manado sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah 13.851,64 km² dengan jumlah populasi sekitar 2,7 juta jiwa.
Masyarakat Sulawesi Utara juga termasuk
heterogen, dimana terdapat beberapa suku: Gorontalo, Minahasa, Bolaang Mangondow, dan Sangihe Talaud. Namun, Sangihe Talaud yang populer di Sulawesi Utara, hal ini tercermin dari pakaian adatnya: Laku Tepu.
Laku Tepu terbuat dari bahan serat kofo
(sejenis tanaman pisang) yang memiliki serat kuat. Pakaian ini berbentuk baju lengan panjang dan digunakan bersamaan dengan beberapa aksesori: popehe (ikat pinggang), bandang (selendang), dan paporong (penutup kepala). 27. Pakaian Adat Gorontalo
Sama halnya dengan provinsi Jambi dan
Bengkulu, Gorontalo juga memiliki nama ibu kota yang sama dengan nama provinsinya. Selain itu, provinsi ini memiliki luas wilayah 12.435 km² dan memiliki populasi sekitar 1,1 juta jiwa.
Gorontalo termasuk provinsi baru, didirikan
pada tanggal 22 Desember 2000. Meskipun terbilang baru, Gorontalo memiliki kebudayaan yang kental, seperti yang terlihat pada pakaian adatnya, Mukuta dan Biliu.
Mukuta dan Biliu dapat ditemukan dalam
beberapa warna: kuning, ungu, hijau, dan merah tua. Mukuta digunakan oleh kaum laki- laki, sementara Biliu digunakan oleh kaum perempuan. Pakaian ini biasanya digunakan pada acara perkawinan.
28. Pakaian Adat Maluku
Maluku ialah sebuah provinsi yang menempatkan Ambon sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah 705.645 km² yang sebagian besar didominasi oleh perairan. Sedangkan populasinya sekitar 1,7 juta jiwa.
Masyarakat Maluku sangat kental dengan
kebudayaan, hal ini dapat dilihat dari pakaian adatnya: baju cele, yang identik nilai-nilai kehidupan dari masyarakatnya.
Baju cele terbuat dari bahan kain yang tebal
dan memiliki khas tersendiri, yaitu adanya motif garis-garis geometris dengan warna emas dan perak. Bagi kaum perempuan, baju ini dipadukan dengan kain kebaya, sedangkan bagi laki-laki, baju ini dijadikan menyerupai jas. 29. Pakaian Adat Maluku Utara
Maluku Utara, sebuah provinsi yang merupakan
hasil pemekaran dari Maluku, menempatkan Sofifi sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah 31.982 km² dan memiliki populasi sekitar 1,3 juta jiwa. Maluku Utara termasuk provinsi baru, didirikan pada tanggal 4 Oktober 1999. Meskipun terbilang baru, provinsi ini memiliki sebuah aspek penting yang melekat dalam kebudayaan masyarakatnya, yaitu pakaian adatnya yang disebut Manteren Lamo dan Kimun Gia.
Manteren Lamo digunakan oleh sultan,
sedangkan Kimun Gia digunakan oleh permaisuri pada masa kerajaan Ternate dan Tidore. Pakaian ini juga dilengkapi dengan aksesori berbahan emas: pernik, gelang, cincin, dan mahkota, yang melambangkan kemewahan. 30. Pakaian Adat Bali
Dengan menempatkan Denpasar sebagai ibu
kota, Bali ialah sebuah provinsi yang memiliki luas wilayah 5.636,66 km² dan memiliki populasi sekitar 4,2 juta jiwa. Provinsi ini juga termasuk salah satu pulau di Kepulauan Nusa Tenggara. Bali memiliki kebudayaan yang murni, bahkan masih terlihat hingga saat ini, seperti pada pakaian adatnya. Tidak ada nama khusus untuk pakaian adatnya, namun orang-orang sering menyebut dengan pakaian adat Bali.
Pakaian adat Bali untuk kaum laki-laki biasanya
terdiri dari beberapa aksesori: baju, udeng (ikat kepala), kampuh (saput), dan umpal (selendang pengikat). Sedangkan untuk kaum perempuan terdiri dari beberapa aksesori: sanggul, bunga di atas kepala, dan kebaya. 31. Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat
Termasuk ke dalam gugusan Sunda Kecil dan
merupakan bagian dari Kepulauan Nusa Tenggara, Nusa Tenggara Barat menempatkan Mataram sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah 20.153,15 km² dan memiliki populasi sekitar 4,5 juta jiwa. Mayoritas masyarakat NTB terdiri dari dua suku: Sasak dan Bima. Oleh karena itu, untuk pakain adatnya juga berbeda. Namun, jika berbicara di kancah nasional, pakaian adat yang mewakili NTB ialah Lambung dan Pegon, khas Sasak.
Lambung dikenakan oleh kaum laki-laki,
sedangkan Pegon digunakan oleh kaum perempuan. Umumnya, pakaian adat ini digunakan pada upacara penyambutan tamu, upacara nyongkol, dan upacara mendakin. 32. Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur
Sama halnya dengan NTB, NTT juga termasuk
ke dalam gugusan Sunda Kecil dan bagian dari Kepulauan Nusa Tenggara. Provinsi ini menempatkan Kupang sebagai ibu kota dan memiliki luas wilayah 48.718,10 km² dengan populasi sekitar 5,2 juta jiwa. NTT terdiri dari masyarakat yang heterogen, hal ini terlihat dengan keberadaan beberapa suku: Rote, Helong, Sabu, Atoni, Sumba, Manggarai, dan Lio. Setiap suku memiliki pakaian adat yang berbeda-beda dan sangat khas.
Namun, di kancah nasional, pakaian adat dari
NTT yang populer yaitu pakaian adat suku Rote. Salah satu keunikan dari pakaian ini terletak pada rancangannya: Ti’i langga.
Ti’i langga adalah sebuah penutup kepala yang
berbentuk topi sombrero khas Meksiko. Penutup kepala ini terbuat dari daun lontar kering yang menggambarkan simbol kepercayaan diri dan kewibawaan. 33. Pakaian Adat Papua Barat
Terletak di ujung barat Pulau Papua, Papua
Barat ialah sebuah provinsi yang menempatkan Manokwari sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah 99.671,63 km² dan memiliki populasi sekitar 1,3 juta jiwa.
Papua Barat termasuk provinsi baru: berdiri
pada tanggal 18 April 2007. Provinsi ini memiliki beberapa karakteristik dan kebudayaan yang hampir sama dengan kebudayaan masyarakat Papua: sangat dekat dengan alam.
Salah satu hasil kebudayaan provinsi ini terlihat
dari pakaian adatnya, Ewer. Pakaian adat Ewer terbuat dari bahan alami: jerami yang sudah dikeringkan. Namun, pakaian ini sudah dilengkapi untuk bagian atasnya, sehingga terlihat lebih tertutup.
34. Pakaian Adat Papua
Terletak di bagian tengah Pulau Papua, Papua ialah sebuah provinsi yang menempatkan Jayapura sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas wilayah yang paling besar di Indonesia yaitu 309.934,4 km² dan memiliki populasi sekitar 3,6 juta jiwa.
Papua juga identik dengan alam.
Masyarakatnya sungguh masih sangat bergantung pada alam. Hal ini tercermin juga pada pakaian adatnya, yaitu konteka dan rok rumbai.
Koteka adalah sebuah penutup untuk kemaluan
yang biasanya digunakan oleh kaum laki-laki. Sedangkan rok rumai digunakan oleh kaum perempuan. Rok rumbai dilengkapi dengan beberapa aksesori: hiasan kepala berbahan ijuk, dan anyaman daun sagu.