Anda di halaman 1dari 63

34 Pakaian Adat

beserta Nama dan


Asal Provinsinya di
Indonesia

PAKAIAN ADAT – Indonesia terdiri dari 34


provinsi, dimana setiap provinsi memiliki ragam
budaya dan adat. Salah satunya bisa dilihat
dari pakaian adat. Ada banyak sumber
referensi yang bisa kita peroleh yang
membahas tentang kebudayaan Indonesia.

Pakaian adat menjadi simbol tersendiri dari


masing-masing daerah. Bisa dikatakan bahwa
pakaian adat ini merupakan sebuah warisan
yang tak ternilai harganya.
Kita sebagai anak bangsa mestilah harus
mengetahui tentang adat serta budaya yang
ada di Indonesia. Oleh sebab itu, artikel berikut
akan membahas tentang pakaian adat dari
semua provinsi di Indonesia.
1. Pakaian Adat Aceh

Aceh, yang memiliki julukan Serambi Mekkah,


ialah sebuah provinsi paling barat Indonesia
yang memiliki populasi sekitar 4,5 juta jiwa. Ibu
kota provinsi ini yaitu Banda Aceh.

Aceh memiliki pakaian adat yang khas, disebut


sebagai Ulee Balang. Pakaian adat ini memilki
filosifi dan nilai-nilai yang cukup dalam, serta
juga terdiri dua model, yaitu model untuk laki-
laki dan perempuan.
Pakaian adat untuk laki-laki disebut Linto Baro:
berwarna hitam. Hitam pada pakaian tersebut
melambangkan kebesaran.

Sedangkan pakaian adat untuk perempuan


disebut Daro Baro: berwarna cerah, seperti
perpaduan merah, kuning, dan lainnya. Pakaian
ini biasanya digunakan khusus untuk acara-
acara tertentu, seperti acara adat dan acara
perkawinan.
2. Pakaian Adat Sumatera Utara
Sumatera Utara menempatkan Medan sebagai
ibu kota. Provinsi ini memiliki luas 72.981,23
km² dan memiliki populasi yang cukup besar,
yaitu sekitar 14 juta jiwa.

Sumatera Utara terkenal memiliki penduduk


yang heterogen, terdiri dari berbagai suku:
Nias, Melayu, Batak, dan lainnya. Namun, suku
yang paling mendominasi ialah Batak.

Batak memiliki ciri yang khas, seperti pada


pakaian adatnya yang dikenal sebagai kain
ulos. Di kancah nasional, kain ulos inilah yang
paling populer bahkan sudah menjadi identitas
sebagai pakaian adat (busana khas) Sumatera
Utara.

Kain ulos didominasi dengan tiga warna:


merah, hitam, dan putih, serta juga dihiasi
dengan variasi tenunan dari benang perak atau
emas.

Umumnya, ulos dipakai dalam bentuk


selendang dan sarung, namun sekarang sudah
dijumpai dalam bentuk produk suvenir, ikat
pinggang, sarung bantal, tas, dan lainnya.

3. Pakaian Adat Riau


Ibu kota Riau yaitu Pekanbaru. Riau ialah
sebuah provinsi yang terletak di bagian tengah
pulau Sumatera yang memiliki luas wilayah
87.023,66 km² dan memiliki populasi sekitar 6
juta jiwa.

Salah satu yang paling menarik dari Riau yaitu


pakaian adatnya, dikenal sebagai pakaian
Melayu Riau. Pakaian ini terdiri dari berbagai
jenis, tergantung kondisi dan situasi si pemakai,
seperti digunakan untuk acara resmi, atau juga
bisa untuk kegiatan sehari-hari.

Untuk penggunaan pada acara resmi, pakaian


ini dibuat dalam dua model, yaitu model untuk
laki-laki dan untuk perempuan.

Pakaian resmi untuk laki-laki dikenal sebagai


Baju Kurung Cekak Musang yang dilengkapi
dengan kopiah. Sedangkan pakaian resmi
untuk perempuan dikenal sebagai Baju Melayu
Kebaya Laboh.
4. Pakaian Adat Sumatera Barat

Sumatera Barat ialah sebuah provinsi yang


menempatkan Padang sebagai ibu kota.
Provinsi ini memiliki luas wilayah 42.297,30 km²
dan populasi sekitar 5 juta jiwa. Julukan yang
biasanya dilontarkan pada masyarakat
Sumatera Barat yaitu orang Minang.
Sedangkan pakai adat dari Sumatera Barat
sering disebut sebagai pakaian Minangkabau.
Namun, pakaian adat (busana) ini terbagi
menjadi dua: pakaian penghulu dan pakaian
bundo kanduang.

Pakaian penghulu merupakan busana yang


umumnya digunakan oleh pemangku adat.
Pakaian ini melambangkan kebesaran bagi si
pemakai. Uniknya, pakaian ini tidak boleh
digunakan oleh sembarang orang, dan tidak
boleh digunakan sebagai busana harian.

Sedangkan pakaian bundo kanduang


merupakan busana khusus untuk wanita yang
sudah diangkat menjadi bundo kanduang.
Busana ini terdiri dari tingkolok (penutup
kepala), baju kurung, kain sarung, salempang,
dan asesori lainnya: anting-anting dan kalung.
5. Pakaian Adat Kepulauan Riau

Kepulauan Riau termasuk provinsi yang


didominasi dengan pulau-pulau. Luas
wilayahnya hanya 8.201,72 km² dimana 95%
terdiri dari lautan dan 5% daratan. Selain itu,
Kepulauan Riau juga merupakan sebuah
provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi
Riau.

Meskipun terbilang baru, provinsi ini memiliki


kebudayaan atau adat yang melekat pada
masyarakatnya, seperti yang terlihat pada
pakaian adatnya yang dikenal dengan pakaian
Kebaya Labuh dan Teluk Belanga.

Sebenarnya, terdapat beberapa pakaian adat


lainnya, namun Kebaya Labuh dan Teluk
Belanga dipilih sebagai pakaian adat resmi
Kepulauan Riau.

Kebaya Labuh digunakan oleh kaum


perempuan. Bentuknya hampir sama dengan
kebaya pada umumnya, namun yang
membedakannya yaitu ukurannya lebih panjang
dan menjuntai hingga ke lutut.

Sedangkan Teluk Belanga digunakan oleh


kaum laki-laki. Pakaian ini berbentuk polos dan
memiliki warna yang tidak mencolok, seperti
hitam atau abu-abu. Kebaya Labuh dan Teluk
Belanga ini umumnya digunakan pada acara
resmi, seperti acara adat.
6. Pakaian Adat Bangka Belitung

Bangka Belitung ialah sebuah provinsi yang


menempatkan Pangkal Pinang sebagai ibu
kota. Provinsi ini memiliki dua pulau utama:
Pulang Bangka dan Pulau Belitung. Bangkau
Belitung merupakan sebuah provinsi baru hasil
pemekaran dari provinsi Sumatera Selatan.

Meskipun terbilang baru, provinsi ini memiliki


kebudayaan yang khas, hal ini terlihat dari
pakaian adatnya yang terdiri dari baju seting
dan kain cual.

Baju seting berbentuk baju kurung biasa yang


terbuat dari kain beludru (kain sutra). Baju ini
cenderung berwarna merah dan dipadukan
dengan kain cual. Umumnya, pakaian adat ini
digunakan pada acara-acara resmi, seperi
acara pernikahan dan acara adat.

7. Pakaian Adat Jambi

Provinsi Jambi ialah provinsi yang unik, yang


memiliki nama ibu kota yang sama dengan
nama provinsinya. Selain itu, provinsi ini
memiliki total luas wilayah 53.435,72 km² dan
memiliki populasi sekitar 3,5 juta jiwa.

Kebudayaan Melayu sangat melekat pada


masyarakat Jambi, seperti yang terlihat pada
warisan yang masih ada hingga sekarang, yaitu
pakaian adatnya yang dikenal dengan pakaian
adat Melayu Jambi.

Pakaian adat untuk laki-laki dan perempuan


hampir sama, yaitu berupa baju kurung
berbahan dasar kain beludru. Bedanya, laki-laki
menambahkan lacak (penutup kepala) sebagai
pelengkap. Sedangkan perempuan
menambahkan sarung songket dan selendang
merah.
8. Pakaian Adat Bengkulu

Sama halnya dengan provinsi Jambi, provinsi


Bengkulu juga memiliki nama ibu kota yang
sama dengan nama provinsinya. Selain itu,
provinsi ini memiliki luas wilayah 19.788,70 km²
dan memiliki populasi sekitar 2 juta jiwa.
Bengkulu termasuk provinsi yang memiliki
kekayaan akan nilai dan budaya. Hal ini terlihat
dari pakaian adatnya, yang dikenal sebagai
pakaian Melayu Bengkulu.

Pakaian adat kaum laki-laki didominasi dengan


warna hitam, yang terdiri dari jas, celana
panjang, alas kaki, dan dilengkapi dengan tutup
kaki.

Sedangkan pakaian adat kaum perempuan


yaitu berupa baju kurung yang memiliki lengan
panjang dan dihiasi dengan motif sulam emas.
Pakaian ini cenderung didominasi dengan
warna-warna tua.
9. Pakaian Adat Sumatera Selatan

Sumatera Selatan, provinsi yang terletak di


bagian selatan Pulau Sumatera, ialah sebuah
provinsi yang menempatkan Palembang
sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas
wilayah 87.017,41 km² dan memiliki populasi
sekitar 8,3 juta jiwa.

Sumatera Selatan identik dengan kerajaan


Sriwijaya yang telah mewariskan beragam
kebudayaan secara turun-temurun. Salah satu
warisan tersebut berupa pakaian adat.

Pakaian adat Sumatera Selatan terdiri dari dua


jenis: Aesan Geda dan Aesan Pasangko.
Aesan Geda melambangkan kebesaran dan
keangungan kerajaan Sriwijaya, serta juga
memiliki nilai filosofis swarnadwipa atau pulau
emas.

Sedangkan Aesan Pasangko melambangkan


keanggunan. Pakaian ini terdiri dari songket
lepus sulam emas, selempang songket, selular
(celana), dan songkok emas. Kostum yang
lekat dengan adat ini bisa digunakan untuk
kaum laki-laki dan perempuan.
10. Pakaian Adat Lampung

Lampung, provinsi yang terletak di bagian


paling selatan Pulau Sumatera, ialah sebuah
provinsi yang menempatkan Bandar Lampung
sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas
wilayah 35.587 km² dan memiliki populasi yang
cukup besar, yaitu hampir 9 juta jiwa.

Lampung terkenal dengan masyarakat yang


heterogen karena wilayah ini termasuk salah
satu tujuan transmigrasi bagi penduduk Jawa.
Meskipun begitu, Lampung masih memiliki
kebudayaan yang khas dan melekat hingga
saat ini. Hal ini bisa dilihat dari pakaian
adatnya.

Pakaian adat Lampung merupakan salah satu


peninggalan kebudayaan yang memiliki nilai
estetika tinggi. Pakaian ini sering digunakan
pada acara-acara sakral, seperti acara adat
dan acara perkawinan. Tidak ada nama khusus
untuk pakaian ini, umumnya berbahan kain
tapis.
11. Pakaian Adat Banten

Banten, terletak di bagian paling barat Pulau


Jawa, ialah sebuah provinsi yang
menempatkan Serang sebagai ibu kota. Banten
merupakan provinsi hasil pemekaran dari Jawa
Barat. Luas wilayahnya 9.160 km² dan memiliki
populasi lebih dari 12 juta jiwa.

Salah satu aspek penting dari Banten ialah


pakaian adatnya yang dikenal sebagai baju
Penganten. Sesuai namanya, baju ini
digunakan oleh pasangan pengantin pada
acara pernikahan.

Pengantin pria biasanya menggunakan baju


koko berkerah, penutup kepala, dan kain batik
sebagai bawahan. Sedangkan pengantin
wanita menggunakan kebaya dan hiasan
kepala berupa kembang goyang.

12. Pakaian Adat Betawi (D.K.I.


Jakarta)
Jakarta ialah sebuah kota yang ada di
Indonesia yang memiliki status setingkat
provinsi. Ibu kota negara Indonesia ini memiliki
luas wilayah 661,52 km² dengan populasi
sekitar yang cukup besar, sekitar 15 juta jiwa.

Jakarta terdiri dari masyarakat yang heterogen.


Meskipun begitu, Jakarta sangat identik dengan
kebudayaan Betawi: ondel-ondel, kerak telor,
dan sebagainya.

Hal ini juga terlihat dari pakaian adat Betawi,


yaitu Dandanan Care Haji dan Dandanan Care
None Penganten Chine. Pada dasarnya,
pakaian ini ialah baju pengantin yang
digunakan pada acara pernikahan. Namun,
pakaian ini juga sering ditampilkan
pada event nasional.
13. Pakaian Adat Jawa Barat

Jawa Barat, terletak di bagian barat Pulau


Jawa, ialah sebuah provinsi yang
menempatkan Bandung sebagai ibu kota. Jawa
Barat memiliki luas wilayah 35.222,18 km²
dengan populasi yang sangat besar, sekitar 43
juta jiwa.

Sama halnya dengan Jakarta, Jawa Barat


sangat identik dengan satu suku, Sunda. Dalam
hal berpakaian, masyarakat Sunda
mengenakan pakaian yang dilandaskan pada
umur, fungsi, dan strata sosial si pemakainya.

Secara umum, ada tiga jenis pakaian adat


Sunda yang masih populer: pakaian rakyat
jelata, kaum menengah, dan para bangsawan.

Untuk membedakan pakaian tersebut sangatlah


mudah: pakaian rakyat jelata terlihat sangat
sederhana (polos), pakaian kaum menengah
terlihat adanya tambahan pernak-pernik,
sedangkan pakaian para bangsawan terlihat
lebih kompleks dan memiliki nilai estetika tinggi.
14. Pakaian Adat Jawa Tengah

Terletak di bagian tengah Pulau Jawa, Jawa


Tengah ialah sebuah provinsi yang
menempatkan Semarang sebagai ibu kota.
Provinsi ini memiliki luas wilayah 32.548 km²
dengan populasi yang terbilang sangat besar,
sekitar 35 juta jiwa.

Salah satu elemen penting pada masyarakat


Jawa Tengah yaitu kebudayaannya. Hal ini bisa
tercermin dari pakaian adatnya, dikenal sebagai
pakaian Jawi Jangkep dan Kebaya.

Jawi jangkep dikenakan oleh kaum laki-laki,


terdiri dari atasan berupa baju beskap yang
memiliki motif bunga, sedangkan bawahannya
berupa kain jarik, destar berupa blangkon, dan
aksesori lainnya: keris dan cemila (alas kaki).

Sementara itu, Kebaya dikenakan oleh kaum


perempuan, terbuat dari bahan kain katun,
beludru, nilon, dan lainnya. Warnanya
cenderung cerah: putih, hijau, biru, merah, dan
sebagainya.
15. Pakaian Adat D.I. Yogyakarta

Yogyakarta, Daerah Istimewa yang setingkat


dengan provinsi dan terletak di bagian tengah-
selatan Pulau Jawa, memiliki luas wilayah
3.185,80 km² dan memiliki populasi sekitar 3
juta jiwa.

Daerah ini merupakan salah satu wilayah yang


kental dengan nilai-nilai adat dan kebudayaan,
seperti yang terlihat pada pakaian adatnya.
Yogyakarta memilki beragam jenis pakaian
adat, namun yang paling populer yaitu pakaian
rakyat.

Kaum laki-laki biasanya menggunakan baju


sorjan, kain batik, dan dilengkapi dengan
blangkon sebagai penutup kepala. Sedangkan
kaum perempuan menggunakan kain batik,
kebaya, dan sanggul rambut yang ditata
dengan rapi.
16. Pakaian Adat Jawa Timur

Terletak di bagian timur Pulau Jawa, Jawa


Timur ialah sebuah provinsi yang
menempatkan Surabaya sebagai ibu kota.
Provinsi ini memiliki luas wilayah 47.922 km²
dan memiliki populasi yang sangat besar, yaitu
sekitar 42 juta jiwa.

Salah satu aspek penting dari Jawa Timur yaitu


terdiri dari masyarakat yang berbudaya. Hal ini
bisa dilihat dari peninggalan kebudayaannya
berupa pakaian adat yang dikenal sebagai baju
pesaan dan baju mantenan.

Baju pesaan dikenal sebagai pakaian adat


masyarakat Madura. Pakaian ini
menggambarkan kekuatan dan keberanian
suku Madura dalam entitas budaya Jatim.
Sedangkan baju mantenan lebih dikenal
sebagai baju pengantin yang digunakan pada
acara pernikahan.
17. Pakaian Adat Kalimantan Barat

Kalimantan Barat, daerah yang memiliki julukan


Seribu Sungai, ialah sebuah provinsi yang
menempatkan Pontianak sebagai ibu kota.
Provinsi ini memiliki luas wilayah 146.807 km²
dengan populasi sekitar 5 juta jiwa.

Kalimantan Barat didominasi oleh masyarakat


suku Melayu dan Dayak. Kedua suku tersebut
memengaruhi kebudayaan dan adat istiadat di
provinsi ini, seperti terlihat dari pakaian adatnya
yang disebut sebagai King Baba dan King
Bibinge.
King Baba dan King Bibinge sama-sama
terbuat dari kulit kayu dan dilengkapi dengan
berbagai aksesori: penutup kepala yang terbuat
dari bulu burung, manik-manik, kalung, biji-
bijian, dan bahan-bahan alami lainnya.

Bedanya, King Baba digunakan oleh kaum laki-


laki, sedangkan King Bibinge digunakan oleh
kaum perempuan.

18. Pakaian Adat Kalimantan


Tengah
Kalimantan Tengah menempatkan Palangka
Raya sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki
luas wilayah 157.983 km² dan memiliki populasi
yang terbilang kecil dibanding provinsi lainnya,
yaitu sekitar 2 juta jiwa.

Mayoritas masyarakat Kalimantan Tengah ialah


suku Dayak. Hal yang paling unik dari Dayak
yaitu pakaian adatnya, disebut sebagai baju
sangkarut. Baju ini terbuat dari bahan serat kulit
kayu dan berbentuk seperti rompi.

Selain itu, sangkarut dibuat dengan pewarna


alami dan juga dihiasi dengan berbagai
aksesori: pernik uang logam kulit trenggiling,
dan kancing. Biasanya, sangakrut juga
dilengkapi dengan bawahan: cawat, serta
senjata tradisional khas Dayak: tombak,
perisau, dan mandau.
19. Pakaian Adat Kalimantan
Selatan

Terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan,


Kalimantan Selatan ialah sebuah provinsi yang
menempatkan Banjarmasin sebagai ibu kota.
Provinsi ini memiliki luas wilayah 37.530,52 km²
dengan jumlah populasi sekitar 4 juta jiwa.

Kalimantan Selatan didominasi oleh


masyarakat suku Banjar. Banjar sudah menjadi
ikon utama di dalam kebudayaan Kalimantan
Selatan, hal ini terlihat dari peninggalan
kebudayaan yang berupa pakaian adat serta
kain khasnya yaitu sasirangan.

Pakaian adat Banjar terdiri dari empat jenis:


Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut,
Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan,
Pangantin Babaju Kubaya Panjang, dan
Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari.
Keempat pakaian ini memiliki keunggulan
masing-masing.
20. Pakaian Adat Kalimantan Timur

Kalimantan Timur, terletak di bagian ujung timur


Pulau Kalimantan, ialah sebuah provinsi yang
menempatkan Samarinda sebagai ibu kota.
Provinsi ini memiliki luas wilayah terbesar
kedua setelah Papua, yaitu sekitar 129.066,64
km² dengan total populasi hampir 4 juta jiwa.

Mayoritas masyarakat Kalimantan Timur ialah


suku Dayak dan Kutai. Kedua suku ini telah
menjadi ikon dalam kebudayaan masyarakat
Kaltim. Tak heran, jika kebudayaan menjadi
aspek penting dalam kehidupan
masyarakatnya, seperti yang tercermin pada
pakaian adatnya.

Pakaian Dayak disebut juga Ta’a dan Sapei


Sapaq. Sedangkan pakaian untuk kaum laki-
laki disebut Ta’a dan untuk kaum perempuan
disebut Sapei Sapaq. Ragam pakaian Dayak ini
mempopulerkan kearifan lokal masyarakat
Dayak.

Sedangkan pakaian Kutai terdiri dari beberapa


jenis: baju miskat, kustim, takwo, dan sakai.
Namun, baju miskat lah yang paling populer,
bahakan sudah digunakan sebagai seragam
PNS di Kalimantan Timur. Baju miskat terlihat
seperti baju Cina.
21. Pakaian Adat Kalimantan Utara

Terletak di bagian utara Pulau Kalimantan,


Kalimantan Utara ialah sebuah provinsi yang
menempatkan Tanjung Selor sebagai ibu kota.
Provinsi ini memiliki luas wilayah 75.467,70 km²
dengan total populasi yang terbilang kecil, yaitu
sekitar 600 ribu jiwa.

Provinsi ini berdiri pada tanggal 25 Oktober


2012. Meskipun begitu, kebudayaan yang ada
di provinsi ini tidak tertinggal. Sama seperti
provinsi Kalimantan lainnya, Kalimantan Utara
juga didominasi oleh masyarakat suku Dayak
dan sub-subnya.

Kesamaan itu terlihat dari pakaian adat yang


dikenakan, yaitu terlihat menyerupai pakaian
adat khas Kalimantan Timur: Ta’a dan Sapei
Sapaq. Meskipun begitu, masih terdapat
beberapa perbedaan dari Ta’a dan Sapei
Sapaq milik Kalimantan Utara.

22. Pakaian Adat Sulawesi Barat


Sulawesi Barat, provinsi yang menempatkan
Mamuju sebagai ibu kota, ialah sebuah provinsi
hasil pemekaran dari Sulawesi Selatan.
Provinsi ini memiliki luas wilayah 16.787,18 km²
dengan total populasi yang juga terbilang kecil,
yaitu sekitar 1 juta jiwa.

Sulawesi Barat didominasi oleh masyarakat


suku Mandar, Toraja, Bugis, dan Makassar.
Dari keempat suku tersebut, yang paling
mendominasi yaitu suku Mandar. Oleh karena
itu, kebudayaan Sulawesi Barat lebih mengarah
pada kebudayaan suku Mandar.

Hal ini tercermin dari pakaian adatnya, yaitu


Pattuqduq Towaine. Busana ini ialah pakaian
khas wanita Mandar, terdiri dari baju kurung
dan aksesori pendukung yang terbuat dari
logam.
23. Pakaian Adat Sulawesi Selatan

Terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan,


Kalimantan Selatan ialah sebuah provinsi yang
menempatkan Makassar sebagai ibu kota.
Provinsi ini memiliki luas wilayah 45.764,53 km²
dengan jumlah populasi sekitar 8 juta jiwa.

Sulawesi Selatan juga terdiri dari masyarakat


yang heterogen, seperti terdapat suku
Makassar, Mandar, dan Bugis. Masing-masing
suku tersebut memiliki ciri khasnya masing-
masing. Namun, pakaian adat yang paling
populer di provinsi ini yaitu baju bodo.

Baju Bodo idalah baju yang didesain dengan


sederhana, terlihat dari sedikitnya jahitan yang
terdapat pada baju ini. Selain itu, baju ini
umumnya digunakan pada acara atau
pertunjukan adat saja.

24. Pakaian Adat Sulawesi Tengah


Provinsi dengan luas wilayah 61.841,29 km²
atau yang terluas diantara semua provinsi di
Pulau Sulawesi, Sulawesi Tengah
menempatkan Palu sebagai ibu kota. Selain itu,
provinsi ini juga memiliki populasi terbesar
kedua di Pulau Sulawesi, yaitu sekitar 3,2 juta
jiwa.

Karena Sulawesi Tengah memiliki wilayah yang


sangat luas, tidak heran jika di dalamnya
terdapat masyarakat dengan beragam
kebudayaan dan suku bangsa, seperti suku
Kaili, Mori, Toli-Toli, dan Saluan.

Berbicara mengenai kebudayaan, terutama


pakaian adat, maka yang paling dikenal di
Sulteng yaitu pakaian adat Kaili yang disebut
Baju Nggembe dan Baju Koje.

Baju Nggembe digunakan oleh kaum


perempuan, sedangkan Baju Koje digunakan
oleh kaum laki-laki. Umumnya, pakaian ini
hanya digunakan pada upacara adat.
25. Pakaian Adat Sulawesi
Tenggara

Terletak di bagian selatan garis khatulistiwa,


Sulawesi Tenggara ialah sebuah provinsi yang
menempatkan Kendari sebagai ibu kota.
Provinsi ini memiliki luas wilayah 38.140 km²
dengan jumlah populasi sekitar 2,5 juta jiwa.

Sulawesi Tenggara umumnya juga terdiri dari


masyarakat yang heterogen, namun
masyarakat suku Tolaki yang paling
mendominasi provinsi ini.

Tolaki memiliki pakaian adat yang unik dan


khas, pakaian adat tersebut bernama Babu
Nggawi dan Babu Nggawi Langgai.

Babu Nggawi ialah pakaian khusus kaum


perempuan, sedangkan Babu Nggawi Langgai
digunakan oleh kaum laki-laki. Kedua pakaian
adat ini sudah menjadi ikon dari Sulawesi
Tenggara, terutama pada eventnasional.
26. Pakaian Adat Sulawesi Utara

Sulawesi Utara, terletak di ujung utara Pulau


Sulawesi, ialah sebuah provinsi yang
menempatkan Manado sebagai ibu kota.
Provinsi ini memiliki luas wilayah 13.851,64 km²
dengan jumlah populasi sekitar 2,7 juta jiwa.

Masyarakat Sulawesi Utara juga termasuk


heterogen, dimana terdapat beberapa suku:
Gorontalo, Minahasa, Bolaang Mangondow,
dan Sangihe Talaud. Namun, Sangihe Talaud
yang populer di Sulawesi Utara, hal ini
tercermin dari pakaian adatnya: Laku Tepu.

Laku Tepu terbuat dari bahan serat kofo


(sejenis tanaman pisang) yang memiliki serat
kuat. Pakaian ini berbentuk baju lengan
panjang dan digunakan bersamaan dengan
beberapa aksesori: popehe (ikat pinggang),
bandang (selendang), dan paporong (penutup
kepala).
27. Pakaian Adat Gorontalo

Sama halnya dengan provinsi Jambi dan


Bengkulu, Gorontalo juga memiliki nama ibu
kota yang sama dengan nama provinsinya.
Selain itu, provinsi ini memiliki luas wilayah
12.435 km² dan memiliki populasi sekitar 1,1
juta jiwa.

Gorontalo termasuk provinsi baru, didirikan


pada tanggal 22 Desember 2000. Meskipun
terbilang baru, Gorontalo memiliki kebudayaan
yang kental, seperti yang terlihat pada pakaian
adatnya, Mukuta dan Biliu.

Mukuta dan Biliu dapat ditemukan dalam


beberapa warna: kuning, ungu, hijau, dan
merah tua. Mukuta digunakan oleh kaum laki-
laki, sementara Biliu digunakan oleh kaum
perempuan. Pakaian ini biasanya digunakan
pada acara perkawinan.

28. Pakaian Adat Maluku


Maluku ialah sebuah provinsi yang
menempatkan Ambon sebagai ibu kota.
Provinsi ini memiliki luas wilayah 705.645 km²
yang sebagian besar didominasi oleh perairan.
Sedangkan populasinya sekitar 1,7 juta jiwa.

Masyarakat Maluku sangat kental dengan


kebudayaan, hal ini dapat dilihat dari pakaian
adatnya: baju cele, yang identik nilai-nilai
kehidupan dari masyarakatnya.

Baju cele terbuat dari bahan kain yang tebal


dan memiliki khas tersendiri, yaitu adanya motif
garis-garis geometris dengan warna emas dan
perak. Bagi kaum perempuan, baju ini
dipadukan dengan kain kebaya, sedangkan
bagi laki-laki, baju ini dijadikan menyerupai jas.
29. Pakaian Adat Maluku Utara

Maluku Utara, sebuah provinsi yang merupakan


hasil pemekaran dari Maluku, menempatkan
Sofifi sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki luas
wilayah 31.982 km² dan memiliki populasi
sekitar 1,3 juta jiwa.
Maluku Utara termasuk provinsi baru, didirikan
pada tanggal 4 Oktober 1999. Meskipun
terbilang baru, provinsi ini memiliki sebuah
aspek penting yang melekat dalam kebudayaan
masyarakatnya, yaitu pakaian adatnya yang
disebut Manteren Lamo dan Kimun Gia.

Manteren Lamo digunakan oleh sultan,


sedangkan Kimun Gia digunakan oleh
permaisuri pada masa kerajaan Ternate dan
Tidore. Pakaian ini juga dilengkapi dengan
aksesori berbahan emas: pernik, gelang, cincin,
dan mahkota, yang melambangkan
kemewahan.
30. Pakaian Adat Bali

Dengan menempatkan Denpasar sebagai ibu


kota, Bali ialah sebuah provinsi yang memiliki
luas wilayah 5.636,66 km² dan memiliki
populasi sekitar 4,2 juta jiwa. Provinsi ini juga
termasuk salah satu pulau di Kepulauan Nusa
Tenggara.
Bali memiliki kebudayaan yang murni, bahkan
masih terlihat hingga saat ini, seperti pada
pakaian adatnya. Tidak ada nama khusus untuk
pakaian adatnya, namun orang-orang sering
menyebut dengan pakaian adat Bali.

Pakaian adat Bali untuk kaum laki-laki biasanya


terdiri dari beberapa aksesori: baju, udeng (ikat
kepala), kampuh (saput), dan umpal (selendang
pengikat). Sedangkan untuk kaum perempuan
terdiri dari beberapa aksesori: sanggul, bunga
di atas kepala, dan kebaya.
31. Pakaian Adat Nusa Tenggara
Barat

Termasuk ke dalam gugusan Sunda Kecil dan


merupakan bagian dari Kepulauan Nusa
Tenggara, Nusa Tenggara Barat menempatkan
Mataram sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki
luas wilayah 20.153,15 km² dan memiliki
populasi sekitar 4,5 juta jiwa.
Mayoritas masyarakat NTB terdiri dari dua
suku: Sasak dan Bima. Oleh karena itu, untuk
pakain adatnya juga berbeda. Namun, jika
berbicara di kancah nasional, pakaian adat
yang mewakili NTB ialah Lambung dan Pegon,
khas Sasak.

Lambung dikenakan oleh kaum laki-laki,


sedangkan Pegon digunakan oleh kaum
perempuan. Umumnya, pakaian adat ini
digunakan pada upacara penyambutan tamu,
upacara nyongkol, dan upacara mendakin.
32. Pakaian Adat Nusa Tenggara
Timur

Sama halnya dengan NTB, NTT juga termasuk


ke dalam gugusan Sunda Kecil dan bagian dari
Kepulauan Nusa Tenggara. Provinsi ini
menempatkan Kupang sebagai ibu kota dan
memiliki luas wilayah 48.718,10 km² dengan
populasi sekitar 5,2 juta jiwa.
NTT terdiri dari masyarakat yang heterogen, hal
ini terlihat dengan keberadaan beberapa suku:
Rote, Helong, Sabu, Atoni, Sumba, Manggarai,
dan Lio. Setiap suku memiliki pakaian adat
yang berbeda-beda dan sangat khas.

Namun, di kancah nasional, pakaian adat dari


NTT yang populer yaitu pakaian adat suku
Rote. Salah satu keunikan dari pakaian ini
terletak pada rancangannya: Ti’i langga.

Ti’i langga adalah sebuah penutup kepala yang


berbentuk topi sombrero khas Meksiko.
Penutup kepala ini terbuat dari daun lontar
kering yang menggambarkan simbol
kepercayaan diri dan kewibawaan.
33. Pakaian Adat Papua Barat

Terletak di ujung barat Pulau Papua, Papua


Barat ialah sebuah provinsi yang menempatkan
Manokwari sebagai ibu kota. Provinsi ini
memiliki luas wilayah 99.671,63 km² dan
memiliki populasi sekitar 1,3 juta jiwa.

Papua Barat termasuk provinsi baru: berdiri


pada tanggal 18 April 2007. Provinsi ini memiliki
beberapa karakteristik dan kebudayaan yang
hampir sama dengan kebudayaan masyarakat
Papua: sangat dekat dengan alam.

Salah satu hasil kebudayaan provinsi ini terlihat


dari pakaian adatnya, Ewer. Pakaian adat Ewer
terbuat dari bahan alami: jerami yang sudah
dikeringkan. Namun, pakaian ini sudah
dilengkapi untuk bagian atasnya, sehingga
terlihat lebih tertutup.

34. Pakaian Adat Papua


Terletak di bagian tengah Pulau Papua, Papua
ialah sebuah provinsi yang menempatkan
Jayapura sebagai ibu kota. Provinsi ini memiliki
luas wilayah yang paling besar di Indonesia
yaitu 309.934,4 km² dan memiliki populasi
sekitar 3,6 juta jiwa.

Papua juga identik dengan alam.


Masyarakatnya sungguh masih sangat
bergantung pada alam. Hal ini tercermin juga
pada pakaian adatnya, yaitu konteka dan rok
rumbai.

Koteka adalah sebuah penutup untuk kemaluan


yang biasanya digunakan oleh kaum laki-laki.
Sedangkan rok rumai digunakan oleh kaum
perempuan. Rok rumbai dilengkapi dengan
beberapa aksesori: hiasan kepala berbahan
ijuk, dan anyaman daun sagu.

Anda mungkin juga menyukai