Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yanag telah memberikan rahmat, taufik,
hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat manyelesaikan makalah ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah yang bejudul “kesenian ludruk dijawa
timur” ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Sejarah seni pertunjukan.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing
yang telah memberi bimbingan dan masukan. Kami berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan kita dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan yang lebih
baik. Sebagai manusia biasa, tentu kami memliki banyak kekurangan dalam
menyusun makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.

Lempuing, 11 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KOVER ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Sejarah Ludruk ..................................................................................... 3


B. Pengertian Ludruk ................................................................................ 5
C. Bentuk Media Penyajian Ludruk ......................................................... 5
D. Elemen Pembentuk Pementasan Ludruk .............................................. 5
E. Jenis-jenis ludruk ................................................................................. 6
F. Alat Musik Pementasan Ludruk ........................................................... 7

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 8

A. Kesimpulan .......................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota surabaya memiliki banyak macam kesenian tradisional antara lain


tari remo yaitu tarian selamat datang khas jawa timur yang menggambarkan
karakter dinamis masyarakat surabaya atau jawa timur yang dikemas sebagai
gambaran keberanian seorang pangeran. Biasanya tari ini ditampilkan sebagai tari
pembukaan dari seni ludruk atau wayang kulit jawa timuran. Diantara kesemua
kesenian yang berkembang dikota surabaya terdapat satu kesenian yang menjadi
maskot khas budaya kota surabaya yaitu kesenian ludruk.

Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang cukup


terkenal, yakni seni panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki.
Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup
kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang
kehidupan rakyat sehari-hari (cerita wong cilik), cerita perjuangan dan lain
sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai
musik. Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat
penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya, meski kadang-kadang
ada bintang tamu dari daerah lain seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun
dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat
dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak, peronda, sopir
angkutan umum, dll).

B. Rumusan Masalah
 Bagaimana cerita tentang sejarah ludruk?
 Apa pengertian ludruk?
 Bagaimana bentuk media penyajian ludruk dan elemen pementasan ludruk?

1
 Apa saja jenis-jenis ludruk?
 Apa saja alat musik yang digunakan dalam pementasan ludruk?

C. Tujuan Pembahasan
 Untuk mengetahui tentang cerita sejarah ludruk.
 Dapat mengetahui definisi dari ludruk
 Untuk mengetahui bentuk media penyajian ludruk dan elemen pementasan
ludruk.
 Untuk mengetahui jenis-jenis ludruk dan alat musik yang digunakan dalam
pementasan ludruk.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Ludruk:

Hendrik suprianto mencoba menetapkan secara narasumber yang masih hidup


sampai tahun 1988 menyatakan bahwa ludruk sebagai teater rakyat dimulai tahun
1907, oleh santik dari desa ceweng kecamatan goda kabupaten jombang. Bermula
dari kesenian ngamen yang berisi syair-syair dan tabuhan sederhana, santik
berteman dengan pono dan amir berkeliling dari desa ke desa. Pono mengenakan
pakaian wanita dan wajahnya dirias coret-coretan agar tampak lucu. Dari sinilah
penonton melahirkan kata Wong Lorek, akibat variasi dalam bahasa makna kata
Lorek berubah menjadi kata Lerok. Menurut James L. Peacock seorang peneliti
antropologi yang melakukan penelitian pada tahun 1962-1963 mengatakan bahwa
pertujukan-pertunjukan yang disebut dengan ludruk bandan dan ludruk lerok telah
ada sejak lama yaitu sejak zaman kerjaan majapahit abad XIII dijawa, namun
saksi mata pertama yang menonton pertunjukan yang disebut ludruk itu baru
ditemukan secara tertulis pada tahun 1822. Pertunjukan ludruk dalam tulisan
tersebut diceritakan dan dibintangi oleh dua orang yaitu seorang pemain dagelan
yang bercerita tentang cerita-cerita lucu dan seorang waria.

Saampai tahun 1960-an sosok waria dan pemain dagelan menjadi elemen
yang dominan dalam pertunjukan ludruk. Pada awal abad ke-20, sesuai dengan
pendapat sarjana dan ingatan beberapa informan yang sudah berumur, ada sebuah
bentuk ludruk yang disebut besut yang menampilkan pemain dagelan yang

3
bernama besut yang menari melagukan kidung dan menceritakan dagelan serta
seorang waria yang menari. Sejak tahun 1920 ludruk besut mengalami beberapa
penambahan karakter yaitu penambahan karakter istri yang dimainkan seorang
waria dan karakter paman sang istri, sejak adanya penambahan karakter
pertunjukan tersebut kemudian diberi dengan sebutan ludruk besutan.

Kemudian muncul karakter baru djuragan tjekep yaitu seorang saingan besut
yang kaya raya terkemuka dikampung, sejak kemunculan djuragan tjekep
pertunjukan itu disebut ludruk besep. Periode lerok dan besut tumbuh subur pada
tahun 1920-1930, setelah masa itu banyak bermunculan ludruk didaerah jawa
timur. istilah ludruk sendiri banyak ditentukan oleh masyarakat yang memecah
istilah lerok. Nama lerok dan ludruk terus berdampingan sejak kemunculan
sampai tahun 1955, selanjutnya masyarakat dan seniman pendukungnya
cenderung memilih ludruk. Pada akhirnya abad ke-20 tjak gondo durasim
mengorganisir sebuah rombongan ludruk dengan jumlah anggota yang tidak
terbatas dan mulai memainkan drama pertunjukan yang utuh dengan karakter-
karakter tokoh yang beragam sesuai dengan cerita yang dimainkan dan tidak lagi
menggunakan nama-nama dan peran yang sama disetiap pertunjukan. Tjak gondo
durasim juga menerima penghargaan oleh soetomo sebagai pelopor dalam
memanfaatkan pertunjukan rakyat demi nasionalisme, sembari berucap bahwa
”ludruk merupakan alat bermanfaat untuk membuat ide-ide bisa diterima dalam
pikiran masyarakat”.

Pada tahun 1942 jepang menduduki indonesia dan berhasil mengalahkan


perlawanan belanda serta menduduki jawa selama masa perang dunia II dan
menggunakan ludruk sebagai alat propaganda untuk menyebarkan ide tentang
“kemakmuran bersama asia timur raya”, durasim yang tampil dibawa kontrol
kekuasaan pendudukan jepang melagukan kidung ”pengupon omahe doro, melok
nipon tambah soroh” (pengupon rumah burung dara ikut jepang tambah
sengsara). Sebagai akibatnya menurut satu cerita, durasim disiksa oleh tentara
jepang dan meninggal dunia pada tahun 1944. Setelah itu durasim dipandang oleh

4
masyarakat surabaya sebagai salah satu pahlawan dan namanya diabadikan
menjadi nama gedung pertunjukan dalam taman budaya surabaya.

B. Pengertian Ludruk

Ludruk adalah drama tradisional yang diperankan oleh sebuah grup


seniman dalam sebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan
rakyat sehari-hari kemudian pertunjukannya diselingi dagelan dan diiringi
gamelan.

Jumlah pemain pertunjukan ludruk tidak terbatas tergantung dari kebutuhan


sesuai dengan jalan cerita yang dibawakan. Dapat dikatakan ludruk adalah sebuah
pertunjukan teater yang bercerita tentang kehidupan sehari-hari dan diperankan
oleh pria yang memerankan peran wanita dan pria.

C. Bentuk Media Penyajian Ludruk

Ludruk menggunakan media pentas proscenium frontal, dimana ruangan


pentas terbagi menjadi dua bagian yaitu ruang pentas dan ruang penonton. Antara
dua ruang dibatasi oleh layar depan yang dibuka ketika pertunjukan langsung. Di
kiri kanan layar terdapat dinding sebagai penghalang pandangan langsung ke
dalam ruangan pentas yang tidak boleh terlihat penonton.

D. Elemen Pembentuk Pementasan Ludruk


Ngremo:
Tarian ini biasa dilakukan sebelum pertunjukan ludruk dipentaskan, ditarikan oleh
penari yang mempunyai kemampuan yang luar biasa karena disamping bisa
menari juga bisa melagukan kidungan. Terdapat dua jenis tari ngremo yaitu
ngremo putra dan ngremo putri. Pada zaman ludruk lerok tahun 1950 penari
ngremo putra mengenakan kostum sebagai berikut:
 Penari memakai celana hitam
 Penari memakai baju putih dan berdasi hitam
 Penari memakai kopyah hitam

5
 Pergelangan kaki kanan memakai gongseng (untuk mengatur irama
gendhing)

Pada zaman ludruk tahun 1955 tata kostum mengalami pergeseran seperti
dibawah ini:

 Penari bercelana hitam atau merah


 Penari berbaju dan pada leher mengenakan kace (hiasan leher)
 Penari memakai ikat kepala warna merah
 Pada telinga kiri memakai giwang (anting)
 Kaki kanan memakai gongseng

Penari ngremo putri mengenakan tata busana sebagai penari beskalan bagian
bawah mengenakan sembong seperti teater tradisional topeng malang. Tata cara
penampilan penari ngremo putri yaitu:

a. Hiasan kepala: rambut ditata dengan dipasangi sanggul dan dihiasi


dengan chunduk menthuk yang kadang dihiasi dengan melati.
b. Busana: memakai kemben yang dipadu dengan ilat-ilalat selendang pun
juga menjadi hiasan utama karena tarian ini banyak memainkan
selendang.
c. Bawahan: bawahan penari beskala putri sangan serupa dengan bawahan
penari topeng malangan ditambah dengan kaos kaki putih (tarian-tarian
khas jawa timur banyak menggunakan kaos kaki putih) dan gongseng
(semacam kerincing yang dipasang di kaki berfungsi sebagai ritma saat
kaki dihentakan).
E. Jenis-Jenis Ludruk
1. Jenis ludruk bedasarkan lokasi pementasan yaitu:
 Ludruk tradisional adalah pementasan ludruk yang dilakukan didesa-
desa yang belum dimasuki jaringan listrik. Durasi pertunjukan 6 (enam)
jam.

6
 Ludruk tobong juga dikenal dengan ludruk gedongan biasa dipentaskan
dalam kota-kota besar. Waktu pementasan biasa dimulai pukul 21.00
dengan durasi pertunjukan 3-4 jam.
2. Jenis ludruk bedasarkan media penyajian antara lain:
 Ludruk radio adalah sebuah pertunjukan ludruk yang dipentaskan
melalui siaran radio. Biasa didukung oleh pihak seponsor.
 Ludruk di televisi merupakan pementasan ludruk yang dibuat dan
dikemas selayaknya membuat film dengan konsep pengambilan
selayaknya film.
3. Jenis ludruk bedasrkan elemenyang ditampilkan yakni:
 Ludruk pakem yaitu ludruk yang mementaskan elemen-elemen
pembentuk pementasan dengan lengkap.
 Ludruk padat adalah pementasan ludruk yang menampilkan dua elemen
baku yaitu elemen dagelan dan cerita saja.
 Ludruk transisi merupakan pementasan ludruk yang berisi penuh
dengan dagelan.

F. Alat Musik Pementasan Ludruk

Alat musik yang digunakan dalam kesenian ludruk adalah musik


gamelan yang terdiri dari boning saron, gambang gender, slentem, siter, seruling,
ketuk, kenong, kempul dan gong. Ludruk juga menggunakan musik gending jawa
yang diaransemen sedemikian rupa sehingga iramanya dapat mewakili cerita yang
sedang ditampilkan dipanggung ludruk tersebut. bahkan dalam serangkaian acara
tampil ludruk, ada beberapa tarian diselipkan di dalam atau sebelum cerita
dimulai. Tarian-tarian tersebut diiringi dengan suara gamelan atau gending jawa
yang menawan kedengeran telinga kita. Apalagi ketika masuk ke waktu dagelan,
rasanya pertunjukkan semakin semarak dan menarik.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ludruk adalah drama tradisional yang diperankan oleh sebuah grup


seniman dalam sebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan
rakyat sehari-hari kemudian pertunjukannya diselingi dagelan dan diiringi
gamelan. Ludruk menggunakan media pentas proscenium frontal, dimana ruangan
pentas terbagi menjadi dua bagian yaitu ruang pentas dan ruang penonton.

Elemen pembentuk pementasan ludruk adalah tari ngremo biasa dilakukan


sebelum pertunjukan ludruk dipentaskan, ditarikan oleh penari yang mempunyai
kemampuan yang luar biasa karena disamping bisa menari juga bisa melagukan
kidungan. Terdapat dua jenis tari ngremo yaitu ngremo putra dan ngremo putri.
Jenis-jenis ludruk terdiri dari 3 macam yaitu: jenis ludruk bedasarkan lokasi
pementasan, jenis ludruk bedasarkan media penyajian dan Jenis ludruk bedasrkan
elemenyang ditampilkan. Alat musik yang digunakan dalam kesenian ludruk
adalah musik gamelan yang terdiri dari boning saron, gambang gender, slentem,
siter, seruling, ketuk, kenong, kempul dan gong.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://repostkaskus.blogspot.com/2012/01/10-seni-teater-tradisional-
indonesia.html#ixzz29w1ytJu0

www. elib.unikom.ac.id/download.php?id=145061

www.anneahira.com/gending-jawa.htm

Anda mungkin juga menyukai