Anda di halaman 1dari 6

17 Agustus di Gunung Bromo

Terdengar suara gemuruh seperti mesin pesawat


terbang. Manakala langkah kaki menginjak anak tangga
satu persatu.

Semakin ke atas langkah kaki semakin terasa berat


untuk digerakkan. Terkadang tiupan angin dingin
menerpa badan serta membawa kepulan asap putih
membungbung tinggi ke angkasa.

Itulah pengalaman ketika traveling ke Gunung Bromo


bersama teman-teman saya, Fadil,Musa,Bagus,Eko,Riki
dan Dani.

Walaupun waktu itu kami tidak bisa menikmati


keindahan spot-spot kawasan Bromo-Tengger
seluruhnya karena keterbatasan waktu. Tetapi sudah
mengobati rasa rindu tentang cerita dan pesona
Gunung Bromo yang penuh legenda.
Gunung Bromo yang secara geografis berada
dalam empat lingkup kabupaten. Yaitu
Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang
dan Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. 
Dengan ketinggian 2.392 meter dari atas
permukaan laut. Termasuk dalam satu kawasan
Bromo Tengger Semeru National Park. Di
kawasan itu terdapat beberapa obyek wisata
yang bisa dikunjungi seperti, Gunung Semeru,
Gunung Tengger, Gunung Batok, beberapa
danau dan Gunung Bromo sendiri.

Ketika itu kami tidak langsung menuju Bromo


tetapi terlebih dahulu mampir ke ke salah satu
rumah teman saya. Sehubungan rumah kami
cukup jauh-jauh semua kami sepakat untuk
bertemu di rumah Musa karena jarak nya agak
dekat dengan daerah Gunung Bromo.

Kami berangkat pukul 23.00 malam,agar disana


tidak lagi mengantri untuk membeli tiket (dulu
loket bukak jam 03.00-17.00 wib tapi sekarang
sudah bisa di pesan online)
Malam itu awan sangat cerah,hingga bulan
terihat bulat sekali.
Tiba disana kami pukul 01.30 wib ,hmm masih
nunggu setengah jam lagi.
Hawa yang sangat dingin menusuk tulang.

Jam menunjukkan pukul 03.00 wib,pintu loket


sudah buka kami langsung untuk mengantri

Ketika sudah mendapatkan tiket kami langsung


berangkat lagi ke penanjakan,spot sunrise
terbaik menurutku,walau disana pasti
ramai,apalagi pas tanggal 17 Agustus
Ramai nya minta ampun.

Menjelang jalan berbukit terlihat kaldera


lautan pasir serta jejeran pegunungan.  Gunung
Batok, dan Gunung Bromo. Menghadap ke
utara hingga timur, berjajar Gunung Lingga
(Penanjakan), Brak, Lengkong, dan Gunung
Ringgit. Sementara di bagian selatan, Gunung
Pundak Lembu menjulang. Tampak juga
Gunung Semeru sebagai  latar masih terlihat
gagah. Rangkaian pegunungan itu membentuk
pemandangan alam yang memesona.
Walaupun itu saat malam hari,kami tetap
menikmati keindahannya.
Akhirnya kami sudah sampai di penanjakan
Bromo tepat pukul 04.00,disana kita ke warung
dulu untuk membeli kopi agar badan hangat
karena suhu di sana sangat dingin walaupun
memakai jaket dobel.

Selesai sudah menghangat kan badan,kami


langsung ke spot sunrise,disana sangat
membludak.untung kami masih dapat tempat
untuk menikmati sunrise di penanjakan.

Mengambil foto adalah hal yang wajib karena


itulah modal untuk ber-eksitensi di sosial
media.

Ketika puas mengambil foto kami jam


menunjukkan pukul 07.00 pagi,awan sudah
cerah terlihat asap putih membumbung tinggi
dari kawah Bromo. Untuk menuju kawah
pengunjung harus berjalan kaki sekitar 2
kilometer dari pangkalan jeep yang ada disana.
Atau naik kuda dengan ongkos Rp25.000,-
pulang-pergi ditunggui. Memang, kalau jalan
kaki bagi yang tidak terbiasa lumayan
melelahkan. Karena jalur jalan mendekati
kawah akan semakin menanjak. Untuk sampai
di puncak kawah Bromo pengunjung harus
menaiki 250 anak tangga.
Ketika mendekati kawah kami disambut oleh
suara gemuruh. Seperti bunyi mesin pesawat
terbang. Ternyata bunyi itu berasal dari energi
di dalam kawah yang bergolak. Karena
mungkin masih aman sehingga banyak juga
turis lokal maupun asing naik ke atas kawah.
Dan kami pun sempat naik sampai ke bibir
kawah itu. Tetapi harus hati-hati, sebab jarak
pandang dari bibir kawah ke dasar cukup
sempit. Hanya dibatasi pagar tembok pendek
di sekelilingnya.

Setelah cukup melihat-lihat kawah Bromo.


Kami melanjutkan perjalanan menuju Padang
Savana. Tiba di tanah lapang Padang Savana,
sudah banyak pengunjung dan berjejer
kendaraan jeep pengantar para wisatawan.
Menyapu pandangan ke sekeliling terlihat
perbukitan cantik yang hijau menyegarkan.
Kami pun tak mensia-siakan kesempatan baik
itu dan bergegas mencari spot-spot bagus
untuk mengambil gambar.

Dari Padang Savana kemudian jalan-jalan


dilanjutkan ke Pasir Berbisik. Yaitu lautan pasir
yang luas. Beruntung ketika itu kawasan Bromo
paginya sedikit diguyur hujan. Sehingga tiupan
angin tidak menimbulkan debu pasir
berterbangan. Karena keterbatasan waktu.
Puas menikmati pesona kawasan Bromo dan
sekitarnya kami segera pulang menuju rumah
masing masing.

Disitulah perjalanan pertama saya ke Gunung


Bromo

Anda mungkin juga menyukai