Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SENI BUDAYA

TEATER LONGSER

Disusun oleh :

Animiki Bening

VIII – B
Kata Pengantar

            Bismillahirrahmanirrahim.

            Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, tidak lupa pula shalawat dan salam untuk
junjungan kita yakni Muhammad SAW yang mengantarkan kita pada cahaya islam.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka untuk menambah wawasan
serta pengetahuan mengenai Seni Pertunjukkan Longser.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membaca. Sebelumnya
saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2  Rumusan Masalah .................................................................................. 1

1.3  Tujuan .................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN

1.1  Pengertian Longser ................................................................................ 3

1.2  Asal-Usul Longser.................................................................................. 3

1.3  Struktur Pertunjukkan Longser .............................................................. 6

1.4  Bentuk Pergelaran Longser.................................................................... 13

BAB 3 PENUTUP

5.1  Simpulan ................................................................................................ 19

5.2  Saran...................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Penulisan Makalah

Indonesia kaya akan berbagai macam budaya dimana salah satunya pertunjukan


Longser. Longser sering disebut dengan Teater. Teater tradisional atau Teater Rakyat yang
lahir di tengah-tengah rakyat dan masih menunjukkan kaitan dengan upacara adat dan
keagamaan. Artinya pertunjukan hanya dilaksanakan dalam kaitan dengan upacara tertentu,
seperti khitanan, perkawinan, selamatan dan  yang menanggung semua pembiayaan adalah
yang punya hajat dan dapat ditonton gratis oleh undangan dan masyarakat. Tempat
pertunjukan dapat dimana saja seperti halaman rumah, kebun, balai desa, tanah lapang.

Namun,  masyarakat cenderung lebih tertarik kepada hal-hal yang baru yang  bersifat
lebih modern dan melupakan pertunjukan yang bersifat tradisional dari daerahnya. Oleh
sebab itu, Saya ingin membahas  pertunjukkan Longser. Selain itu, saya juga ingin
memperkenalkan seni pertunjukkan Longser.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa Pengertian Pertunjukan Longser ?

2.      Bagaimana Asal-Asul Pertunjukkan Longser ?

3.      Apa Saja Struktur Pertunjukkan Longser ?

4.      Apa Saja Bentuk Pergelaran Longser ?

C. Tujuan

Makalah ini ditulis untuk :


1.      Untuk mendeskripsikan  Pengertian Pertunjukan Longser

2.      Untuk mendeskripsikan Asal-Asul Pertunjukkan Longser

3.      Untuk mendeskripsikan Struktur Longser

4.      Untuk mendeskripsikan Bentuk Pergelaran Longser

D.    Manfaat

Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru saya Bpk.
Indra Budiaji M.Pd.

BAB 2

PEMBAHASAN

A.           Pengertian Longser

Kata Longser  terdiri dari Long (melong)  dan Ser (rasa/gairah seksual) . Longser
 merupakan salah satu jenis teater rakyat yang hidup dan berkembang di daerah Priangan,
khususnya di daerah Bandung.

Dari beberapa sumber disebutkan bahwa sekitar tahun 1915 di Bandung terdapat
sebuah pertunjukan rakyat yang disebut doger.  Dalam perkembangannya, doger  berubah
menjadi lengger  kemudian berubah lagi menjadi longser.

Bentuk pertunjukan longser adalah sebuah teater rakyat yang mengandung unsur tari,
nyanyi, lakon dengan ditambah lelucon. Biasanya, pertunjukan ini dilakukan pada malam hari
di tempat terbuka dengan menggelar tikar. Hal itu membuat penonton membuat setengah
lingkaran seperti tapal kuda. Di tengah arena pun diletakkan oncor sebagai alat penerangan.

B.            Asal- Usul  Longser

Longser merupakan salah satu jenis teater rakyat yang hidup dan berkembang di daerah
Priangan, khususnya di daerah Bandung. Dari beberapa sumber disebutkan bahwa sekitar
tahun 1915 di Bandung terdapat sebuah pertunjukan rakyat yang disebut doger. Dalam
perkembangannya doger berubah menjadi lengger kemudian berubah lagi menjadi longser.
Longser cukup berjaya sekitar tahun 1920-1960-an. Pengertian dari longser belum ditemukan
secara pasti apa artinya. Akan tetapi beberapa keterangan mengaitkan pengertian itu dalam
kirata basa. Di dalam bahasa Sunda, ada yang dinamakan kirata basa (akronim) kependekan
dari dikira-kira tapi nyata. Long dari kata melongyang artinya memandang dan berartinya ada
sesuatu rasa, hasrat, atau gairah seksual. Namun tampaknya pengertian itu hanya dikarang-
karang saja karena belum tentu kebenarannya, terlihat seperti terlalu dipaksakan.

Bentuk pertunjukan longser adalah teater rakyat yang di dalamnya terdapat unsur tari,
nyanyi, lakon yang di dalamnya sarat dengan lelucon. Biasanya dipertunjukkan pada malam
hari di tempat terbuka dengan menggelar tikar. Secara otomatis penonton pun membuat
setengah lingkaran seperti tapal kuda. Di tengah-tengah arena biasanya diletakkan oncor
bersumbu tiga atau lima sebagai alat penerangan. Gamelan diletakkan di belakang yang
sekaligus juga sebagai tempat berganti pakaian oleh anggota rombongan. Walaupun
umumnya pertunjukan malam hari, namun kadang kala dipertunjukkan pula siang hari
dengan istilah lain yaitu lontang.

 Longser biasanya dipertunjukkan dengan cara mengamen, walaupun sekali-kali ada


yang nanggap. Waditra (alat musik) yang digunakan dalam pertunjukan Longser adalah ketuk
, kendang, dua buah saron, kempyang, kempul, goong, kecrek, dan rebab. Dalam
perkembangannya waditra yang digunakan semakin lengkap yaitu ditambah dengan terompet,
bonang, rincik, gambang, dan jenglong yang berlaraskan salendro.

Antara tahun 1920-an hingga tahun 1960-an Longser Bang Tilil terus mengalami
perkembangan hingga mencapai masa puncaknya. Di samping itu, muncul pula kelompok-
kelompok lain seperti Bang Soang, Bang Timbel, Bang Cineur berasal (Cimahi). Bang Kayu
(Batu Karut), Bang Auf (Kamasan, Sumanta (Cikuda). Tahun 1939 terbentuk grup Longser
Pancawarna yang dipimpin oleh Ateng Japar. Ateng Japar pada awalnya bersatu dengan Bang
Tilil tetapi kemudian memisahkan diri dengan membentuk grup baru. Kedua grup ini
kemudian membuat komitmen untuk membagi wilayah pertunjukan. Bang Tilil menguasai
daerah Kota Bandung sedangkan Ateng Japar menguasai daerah di luar Kota Bandung. Kini
kelompok-kelompok longser sudah jarang ditampilkan. Namun demikian sekitar tahun 1990-
an muncul longser yang dikemas menjadi seni pertunjukan oleh mahasiswa teater STSI
Bandung. Terbentuklah kelompok LAP (Longser Antar Pulau).
Musik Longser sebelum berkembang terdiri dari :

1. kendang

2. terompet

3. rebab

4. saron

5. goong

6. kecrek

Perkembangan selanjutnya menjadi lengkap :

1. kendang

2. bonang

3. rebab

4. rincik

5. gambang

6. saron 1 saron 2

7. kecrek

8. jengklong

9. goong

10. ketuk

dimana semuanya berlaras Salendro. Busana yang dipakai sederhana tapi mencolok dari segi
warnanya terutama busana yang dipakai oleh ronggeng biasanya memakai kebaya dan
samping batik. Untuk lelaki memakai baju kampret dengan celana sontog dan ikat kepala .
Dalam perkembangannya Longser dikemas menjadi bentuk Longser modern dengan
memakai naskah dan tidak menggunakan setting oncor / memakai pengiring karawitan tetapi
lebih kepada perkembangan konsepnya yang diambil dengan garapan baru .

C.    Struktur Longser biasanya terdiri dari :

1. Tatalu dengan lagu Gonjing sebagai bewara bahwa pertunjukan Longser.


2. Kidung sebagai bubuka yang dianggap memiliki kekuatan magis untuk upaya
pertunjukan lancar juga disisi lain kidung dipakai lagu persembahan pada arwah
nenek moyang kidung biasanya dinyanyikan oleh ronggeng yang perkembangannya
dinyanyikan oleh Sinden.

3. Munculnya penari-penari yang diawali dengan wawayangan ( tarian perkenalan para


ronggeng dengan memperkenalkan para penari dengan julukan seperti si Batresi Oray,
Si Asoy,si Geboy. goyang pinggul diistilahkan dengan eplok cendol , tari yg
dibawakan adalah ketuk tilu / Cikeruhan

4. Penampilan bobodoran dengan musik dan tarian biasanya bodor menirukan tarian
ronggeng / kata-kata sehingga penonton tertawa

5. Pertunjukan Longser memainkan sebuah lakon yang diambil dari  kehidupan seharian
seperti perkawinan, pertengkaran, perceraian . Setiap cerita dibawakan dengan penuh
canda, atau banyolan khas lokal.

D.    Bentuk Pergelaran Longser

Bentuk pergelaran longser dibangun dari beberapa bagian penting yang menjadi ciri
khas kesenian tersebut. Sebuah pergelaran Longser biasanya dilengkapi oleh nayaga (
penabuh musik), pemain, bodor (pelawak), dan ronggeng (penari merangkap penyanyi) yang
berfungsi daya tarik tersendiri bagi penonton.

1.         Nayaga

Nayaga merupakan istilah pedalangan berarti sekumpulan orang atau sekelompok orang
yang mempunyai keahlian khusus menabuh musik. Adapun jenis peralatannya adalah
gamelan (musik pengiring); gendang, rebab, saron, bonang, panerus, goong dan kecrek.
Peralatan lainnya adalah lampu penerang, bisa berupa patromak atau oncor/obor (sejenis).
Sampai saat ini, beberapa grup Longser masih menggunakan obor, walaupun hanya sebagai
simbol karena penerangan sudah memakai listrik. Sebagai pengeras suara, mereka
menggunakan speaker dan accu.
Perbatasan antara pemain dan penonton hanyalah menggunakan sebuah garis putih,
berupa serbuk kapur yang ditaburkan membentuk lingkaran.

2.         Ronggeng

Ronggeng dikenal sebagai penari merangkap penyanyi pada seni Longser. Banyak yang
beranggapan miring pada tokoh yang satu ini, bahwa ronggeng adalah wanita perayu dengan
tarian erotis sebagai pemikatnya. Anggapan tersebut membuat beberapa penari Longser saat
ini enggan disebut ronggeng. Padahal ronggeng mempunyai peran yang sangat penting dalam
seni Longser. Ia mempunyai daya tarik tersendiri, dan akan terasa hambar jika Longser tidak
dilengkapi oleh ronggeng.

Setelah nayaga menabuh gamelan, dan penonton mulai datang, permainan pun dimulai.
Ronggeng bertugas membuka pementasan dengan sebuah tarian. Dilengkapi Kostum dan tata
rias yang cukup mencolok, ronggéng menari di tengah-tengah penonton dengan berbagai
jenis nuansa gamelan. Beberapa gerakan tari, seperti “éplok céndol” (tarian dengan gerakan
goyang pinggul yang cukup erotis), cukup membuat penonton terkesima. Nah, daya tarik
inilah yang kemudian membuat para penonton enggan beranjak.

Selain ronggeng muda, dengan penampilan cantik dan menarik, juga ada ronggéng yang
sudah berumur. Ronggéng yang satu ini biasanya menampilkan tarian kocak yang membuat
penonton terbahak-bahak. Dalam sebuah pementasan Longser, ronggeng hadir beberapa kali.
Apalagi banyak ronggeng yang ikut berakting dengan pemain lainnya. Beberapa grup
Longser mempunyai lebih dari satu ronggeng. Mereka menari dan menyanyikan lagu-lagu
Sunda silih berganti. Ronggéng pun berperan pada saat “ngarayuda” (meminta sumbangan
ala kadarnya kepada penonton sebagai imbalan pementasan). Ronggeng yang cukup terkenal
adalah Si Kucrit dari grup Longséng Bang Tilil.

3.      Bodor

Salah satu ciri khas seni Longser adalah dengan adanya bodor atau pelawak. Bodor hadir
setelah ronggeng menampilkan tarian pembuka. Ia kemudian menari meniru ronggéng,
dengan gerakan yang kocak dan mimik yang humoris. Bodor bertugas memperkenalkan grup
Longser yang sedang pentas, menggunakan bahasa yang komunikatif dan sering kali
dibumbui dengan canda. Jika pementasan diadakan dalam sebuah kariaan, maka bodor pun
mengungkapkan maksud dan tujuan penyelenggara kariaan.

Setelah itu, bodor meminta menari bersama ronggéng. Nah, ketika itu, muncullah bodor
lain dan ikut menari. Kemudian secara katikatural mereka berebut ronggeng. Ronggeng
kemudian meminta bayaran, dan karena bodor (pura-pura) tidak mempunyai uang, maka
mereka “ngarayuda”, meminta sumbangan kepada penonton. Namun ada juga penonton yang
spontan melemparkan uang ke arena pentas dengan menggunakan saputangan atau kain
karembong.

Setelah itu bodor pun mulai berdialog dengan mengangkat sebuah tema yang telah
dipersiapkan. Umumnya, tema yang diangkat adalah kehidupan sederhana masyarakat Sunda.
Beberapa pemain (selain bodor) menampilkan berbagai peran, dari ketua RT sampai orang
kaya yang kikir.

Cerita dalam Longser umumnya spontanitas, dan naskah, atau bahkan merupakan
pengulangan cerita lain yang pernah dipentaskan. Tema cerita pun bagian dari kehidupan
sehari-hari, umpamanya tentang “bobogohan” (kisah cinta) antara orang miskin dengan orang
kaya. Kisah sederhana ini, sering dilengkapi oleh konflik yang lucu, dan selalu diakhiri
dengan happy ending. Kadang-kadang, cerita pun tidak selesai dipentaskan berhubung
keadaan alam, misalnya turun hujan, atau karena sudah tidak ada penonton.

Belakangan ini, cerita pada Longser dipersiapkan dengan naskah skenario. Tetapi unsur
spontanitas serta komunikasi dengan penonton masih dipertahankan.

Longser dan Peralatan Sederhananya adalah jenis kesenian yang sangat merakyat.
Berbagai unsur seni bergabung dalam Longser, mulai dari seni akting, seni musik, dan seni
tari. Peralatan yang digunakan untuk pementasan pun cukup sederhana. Kostum misalnya,
tidak menggunakan kostum khusus, namun menggunakan pakaian sehar-hari. Dari mulai
datang hingga pementasan, tidak pernah berganti pakaian (kecuali ronggeng). Tidak seperti
sekarang, kostum Longser telah dipersiapkan, sesuai dengan tokoh yang akan diperankan.

Ronggeng misalnya, hanya mengenakan kebaya dan samping dengan motif batik. Tata
riasnya pun sederhana, walaupun cukup “menor” (mencolok). Pada perkembangan
selanjutnya, busana ronggeng diseragamkan. Sedangkan busana bodor dan pemain lainnya
berupa baju kampret, celana sontog, kain sarung, kopiah atau ikat kepala.

Begitu juga peralatan lainnya, menggunakan barang-barang yang ada di sekitar


pementasan. Ketika sebuah cerita memerlukan peralatan kursi misalnya, maka gendang pun
dapat difungsikan sebagai kursi.

Ketika Longser dipentaskan di arena terbuka, penataan “panggung”


dilaksanakan sesaat sebelum acara dimulai. Artinya tidak ada persiapan yang
panjang seperti layaknya sebuah pementasan teater. Mengacu pada Longser Bang
Tilil, yang dipentaskan pada tahun 1950-an, para pemain dan nayaga datang pada
sore hari, sekitar pukul empat. Mereka datang dengan menggunakan becak sebagai
sarana pengangkut peralatan. Ada juga grup Longser yang tidak dilengkapi dengan
kendaraan. Mereka datang sambil memikul peralatan, dan disimpan di mana longser
akan digelar, misalnya di stasiun. Hal ini untuk mengundang perhatian penonton,
sebagai pertanda bahwa pada malam itu akan dilaksanakan pertunjukan Longser.

BAB 3

PENUTUP

A.    SIMPULAN

Longser  merupakan salah satu jenis teater rakyat yang hidup dan berkembang di daerah
Priangan, khususnya di daerah Bandung. Bentuk pertunjukan longser adalah sebuah teater
rakyat yang mengandung unsur tari, nyanyi, lakon dengan ditambah lelucon.

Dari beberapa sumber disebutkan bahwa sekitar tahun 1915 di Bandung terdapat sebuah
pertunjukan rakyat yang disebut doger. Dalam perkembangannya doger berubah menjadi
lengger kemudian berubah lagi menjadi longser. Longser cukup berjaya sekitar tahun 1920
-1960-an. Pengertian dari longser belum ditemukan secara pasti apa artinya. Long dari
kata melongyang artinya memandang dan berartinya ada sesuatu rasa, hasrat, atau gairah
seksual.

Struktur longser terdiri dari tatalu, kidung, penari, bobodoran, dan pertunjukkan longser
Bentuk pergelaran longser dibangun dari beberapa bagian penting yang menjadi ciri khas
kesenian tersebut. Sebuah pergelaran Longser biasanya dilengkapi oleh nayaga (penabuh
musik), pemain, bodor (pelawak), dan ronggeng (penari merangkap penyanyi) yang
berfungsi daya tarik tersendiri bagi penonton.

Bentuk pergelaran longser dibangun dari beberapa bagian penting yang menjadi ciri khas
kesenian tersebut. Sebuah pergelaran Longser biasanya dilengkapi oleh nayaga (penabuh
musik), pemain, bodor (pelawak), dan ronggeng (penari merangkap penyanyi) yang
berfungsi daya tarik tersendiri bagi penonton.

B.      SARAN

Dengan adanya  makalah ini saya harapkan bisa lebih mengerti dan memahami
tentang Teater Longser.

Anda mungkin juga menyukai