Anda di halaman 1dari 15

A.

AKULTURASI DAN ASIMILASI KEBUDAYAAN


Jauh sebelum agama Hindu, Budha, dan Islam masuk, masyarakat Nusantara telah
memiliki agama dan kebudayaannya sendiri. , penemuan dan hasil penelitian
terhadap fosil manusia purba pada tahun 1939 oleh Ralph von koenigswald di
sangiran, jawa tengah menunjukkan kebudayaan Nusantara telah ada sejak 3.000.000
sampai 10.000 tahun sebelum masehi.
Dalam hal sistem kepercayaan, misalnya, masyarakat purba Nusantara telah
mengenal bentuk kepercayaan animisme dari kata bahasa latin anima yang berarti
jiwa atau roh dan dinamisme dari kata bahasa yunani dinamis yang berarti kekuatan.
kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini mempunyai
jiwa atau roh yang mesti di hormati agar roh-roh tersebut tidak mengganggu
manusia, dan bahkan bisa memberikan bantuan atau pertolongan dalam kehidupan
manusia. Masyarakat purba nusantara percaya bahwa roh nenek moyang dapat
dimintain bantuan oleh manusia yang hidup seperti dalam proses mengolah tanah,
membangun rumah, berperang dll. Penghormatan terhadap roh nenek moyang itu
mewujudkan dalam berbagai upacara seperti pemberian sesaji atau sesajen (sarana
komunikasi masyarakat kepada kekuatan tertinggi).
sementara itu, dalam sistem kepercayaan
dinamisme, semua benda yang besar, seperti
pohon besar, batu besar atau gunung dipercaya
mempunyai kekuatan gaib, dan karena itu perlu
di hormati dan dijaga.
menurut Dr.Brandes, selain mengenal sistem kepercayaan
animisme dan dinamisme, menjelang akhir masa prasejarah nenek
moyang bangsa indonesia telah menguasai beberapa kemampuan
seperti:
1. Kemampuan bercocok tanam
2. Kemampuan berlayar dengan perahu
3. Kemampuan mengenal arah dengan menggunakan petunjuk
melalui rasi bintang.
4. Mengenal kesenian wayang sebagai media untuk melakukan
hubungan dengan arwah nenek moyang
5. Memiliki kemampuan membuat peralatan dari batu, tanah liat,
dan teknik pembuatan dari logam
6. Kemampuan membangun tempat pemujaan
7. Mengenal sistem pemerintahan dan cara pemilihan kepala suku
8. Mengenal seni gamelan
semua ini kemudian di golongkan sebagai tradisi, budaya
dan kearifan lokal dari bangsa Indonesia sebelum masuknya
pengaruh Hindu- Budha. Semua hasil cipta, karya
masyarakat tersebut terus berkembang hingga masuknya
agama dan kebudayaan Hindu dan Budha serta Islam ke
Indonesia. Terjadilah proses asimilasi dan akulturasi antara
kebudayaan lokal Nusantara dan kebudayaan Hindu-Budha:
masyarakat menerima unsur-unsur baru dari kebudayaan
Hindu Budha sambil tetap mempertahankan kebudayaan
aslinya, suatu proses yang disebut akulturasi. Sementara itu
terjadi juga percampuran antara kebudayaan lokal dan
kebudayaan Hindu Budha yang menghasilkan kebudayaan
baru, suatu proses di sebut asimilasi.
Dengan kata lain, kebudayaan Hindu-Budha yang
masuk ke Indonesia tidak menerima begitu saja. Hal
ini disebabkan:
• Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar
kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya
kebudayaan asing ke Indonesia menambah
perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
• Kecakapan istimewa. Bangsa Indonesia memiliki apa
yang disebut dengan istilah kecakapan istimewa
atau lokal genius, yaitu kecakapan suatu bangsa
untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan
mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan
kepribadian bangsa indonesia.
B. INTERAKSI ANTARA TRADISI LOKAL
NUSANTARA DAN KEBUDAYAAN HINDU BUDHA
sebelum agama dan kebudayaan islam masuk
mulai abad ke -7 dan berkembang pesat abad ke
13, pengaruh Hindu-Budha sedah berlangsung
selama berabad-abad. Tidak heran agama dan
kebudayaan Hindu Budha sudah menjadi bagian
dari agama dan mebudayaan masyarakat
Indonesia. Telah berakar dan memengaruhi
semua sendi kehidupan masyarakat melalui
proses asimilasi dan akulturasi.
Hasil interaksi melalui proses asimilasi dan akulturasi
tersebut dapat terlihat dalam hal-hal berikut ini.
1. Aksara dan Bahasa
Dikenalnya aksara oleh penduduk Nusantara merupakan
hasil proses asimilasi. Sebelum pengaruh Hindu masuk ke
Indonesia, bangsa indonesia belum mengenal aksara dan
tulisan. Orang-orang India yang masuk ke Indonesia
membawa serta budaya tulis, dengan huruf pallawa dan
bahasa sansekerta. Dengan mengenal tulisan, bangsa
Indonesia memasuki zaman aksara atau zaman sejarah.
Selanjutnya, huruf pallawa dan bahasa sansekerta
menjadi huruf dan bahasa utama dalam banyak prasasti
di Indonesia yang paling tua adalah prasasti kutai.
2. Sistem kepercayaan
Sejak zaman prasejarah bangsa indonesia telah memiliki
kepercayaan berupa pemujaan terhadap roh nenek
moyang, yang disebut animisme, dan juga kepercayaan
terhadap kekuatan pada benda-benda tertentu yang
disebut dinamisme. Dengan masuknya kebudayaan
Hindu-budha di indonesia, terjadi akulturasi. Sebagai
contoh dalam upacara keagamaan atau pemujaan
terhadap para dewa-dewi di candi. Terlihat adanya unsur
pemujaan terhadap roh nenek moyang. Hal itu
ditunjukkan adanya pripih di dalam bangunan candi. Yaitu
tempat benda-benda lambang jasmaniah raja yang
membangun candi tersebut disimpan. Dengan demikian,
candi di anggap sebagai makam atau tempat berdiamnya
roh raja yang telah meninggal tersebut.
3. kesustraan
Dengan kemampuan membaca dan menulis,
bangsa Indonesia akhirnya mampu menulis
karya sastra, naskah-naskah kuno, itu di tulis di
atas daun rontar
Umumnya berbentuk puisi, prosa dan tembang.
karya sastra dikenal berbentuk epos yang
berasal dari India, seperti kitab Ramayana dan
Mahabbarata, telah memicu para pujangga
Nusantara untuk menghasilkan karya-karya
baru.
sesuai tahapan perkembangannya, naskah-
naskah kuno ini mulai di tulis sejak zaman
kerajaan Mataram kuno, kemudian pada zaman
kediri. Dan berakhir pada zaman Majapahit.
4. Sistem Pemerintahan
Dalam sistem pemerintahan, kebudayaan Hindu-
Budha mengenalkan sistem kerajaan dengan konsep
dewa raja. Konsep ini memosisikan raja sebagai titisan
para dewa. Para ahli menganggap konsep dewa raja
sebagai hasi proses akulturasi. Yaitu perpaduan antara
Hinduisme dan pemujaan nenek moyang yang sudah
lama dianut penduduk Nusantara.
dalam bahasa sansekerta istilah dewa raja dapat
bermakna raja para dewa atau raja titisan dewa,
dalam masyarakat Hindu, jabatan dewa tertinggi
biasanya disandang oleh Siwa, terkadang wisnu atau
Brahma. Konsep ini memandang raja memiliki sifat
ilahiah, yaitu sebagai dewa yang hidup di atas bumi.
5. Kesenian
Dalam hal kesenian terjadi juga proses akulturasi
sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha,
bangsa Indonesia telah mengenal seni bangunan
dalam bentuk bangunan-bangunan besar dari
masa megalilithikum, yaitu bangunan yang
terkait erat dengan kegiatan pemujaan dan
penghormatan kepada nenek moyang.
Contohnya dolmen, punden berundak-undak,
dan menhir
6. Sistem Kalender
sistem penanggalan atau kalender Hindu-Budha
turut berpengaruh terhadap kebudayaan Indonesia,
yaitu di gunakannya kalender dari India bernama
kalender saka. Tahun saka dimulai tahun 78 M.
penggunakaan kalender saka di temukan dalam
prasasti talang tuo. Prasasti berhuruf Pallawa dan
berbahasa melayu kuno tersebut, yang menjelaskan
tentang keberadaan kerajaan sriwijaya di sumatera,
berangka tahun 606 Saka atau 686 M.
perhitungan tahun saka sampai saat ini masih
digunakan oleh masyarakat Bali yang beragama
Hindu, untuk menentukan hari dari sejumlah kegiatan
upacara keagamaan yang mereka anut.

Anda mungkin juga menyukai