Anda di halaman 1dari 4

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi madu dapat meningkatkan

kadar insulin dan gula darah. Hal ini berdasarkan dari sebuah penelitian kecil yang
dilakukan di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).

Dari penelitian tersebut, para peneliti menemukan bahwa 75 gram madu mampu
meningkatkan kadar gula darah dan insulin pada orang tanpa diabetes dalam waktu
30 menit. Sedangkan tes yang dilakukan menggunakan 75 gram gula putih pada
orang tanpa diabetes, para peneliti menemukan bahwa kadar gula darah naik ke
tingkat yang sedikit lebih tinggi.

Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan peningkatan kadar gula darah


jauh lebih rendah pada kelompok madu, dibandingkan dengan kelompok gula putih.
Namun dalam 2 jam setelah konsumsi, kadar gula darah menurun dan menetap
dalam kisaran normal.

Sebuah studi yang dilakukan di King Saud University, Arab Saudi, juga meneliti
hubungan antara madu dan glukosa darah. Dari hasil penelitian tersebut, ditemukan
bahwa madu juga mampu menurunkan kadar gula darah puasa dan menaikan C-
Peptida puasa (C-peptida adalah produk sampingan yang dibuat ketika insulin
diproduksi.)

Madu memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap. Madu mengandung berbagai
jenis gula, yaitu monosakarida, disakarida dan trisakarida. Monosakarida terdiri atas
glukosa dan fruktosa sekitar 70%, disakarida yaitu maltosa sekitar 7% dan sukrosa
antara 1-3%, sedangkan trisakarida antara 1-5%. Dalam madu juga terdapat banyak
kandungan asam amino, vitamin, mineral, asam, enzim serta serat. Asam amino
yang terdapat dalam madu berjumlah 18 jenis. Vitamin dalam madu berupa thiamin,
riboflavin, niasin, asam pantotenat, folat, vitamin B6, B12, C, A, D, dan vitamin K.
Enzim yang terkandung dalam madu antara lain enzim invertase, amilase atau
diastase, glukosa oksidase, katalase, dan asam fosfatase. Madu mengandung
sekitar 15 jenis asam sehingga pH madu sekitar 3,9 (Tirtawinata, 2006).

Kandungan mineral dalam madu yang telah diketahui antara lain Sulfur (S), Kalsium
(Ca), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Besi (Fe), Fosfor (P), Kalium (K), Klor (Cl),
Magnesium (Mg), Iodium (I), Seng(Zn), Silikon (Si), Natrium (Na), Molibdenum (Mo)
dan Alumunium (Al). Masing-masing mineral ini memiliki manfaat, diantaranya
adalah Mangan yang berfungsi sebagai antioksidan dan berpengaruh dalam
pengontrolan gula darah serta mengatur hormon steroid. (Saptorini, 2003).
Pada manusia, konsumsi madu sebagai pencegahan terjadinya penyakit adalah
sekali sampai dua kali sehari satu sendok makan. Sedangkan untuk penyembuhan
dari suatu penyakit, dianjurkan minum lebih banyak, yaitu antara tiga sampai empat
kali sehari satu sendok makan (Rumah Madu, 2008).

Penanganan luka pada pasien Diabetes Mellitus dapat dilakukan dengan terapi non-
farmakologis. Madu merupakan terapi non-farmakologis yang biasa diberikan dalam
perawatan luka Diabetes Mellitus. Sifat antibakteri dari madu membantu mengatasi
infeksi pada perlukaan dan aksi anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri serta
meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Madu juga
merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat penyembuhan
juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit (Hammad S, 2012).

Penerapan terapi menggunakan madu ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Aden, R (2010) bahwa madu mempunyai kadar osmolaritas tinggi sehingga
dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan mempercepat proses penyembuhan
luka. Madu menciptakan kelembapan yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan, hal ini
yang menyebabkan bahwa madu sangat baik diserap oleh kulit. Sebagai agen
pengobatan topikal madu mudah diserap oleh kulit sehingga dapat menyebabkan
kelembapan pada kulit dan memberikan nutrisi yang dibutuhkan untuk kulit (Aden R,
2010). Dengandilakukan perawatan luka Diabetes Mellitus dengan madu diharapkan
angka kematian dan amputasi pada penderita Diabetes Mellitus dapat menurun, dan
meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia.

Beberapa penelitian terkini, diantaranya pengaruh pemberian madu terhadap


penderita diabetes dan hasil yang diperoleh bahwa dengan pemberian madu dapat
menurunkan kadar glukosa darah pada penderita diabetes. Madu dapat menjadi
salah satu solusi untuk mengatasi DM karena mengandung fruktosa (38,5%), dan
glukosa (31,0%) yang berperan dalam penurunan glukosa darah. Madu juga
mengandung sejumlah kecil senyawa kimiawi yang dianggap berfungsi sebagai
antioksidan, anti inflamasi, antitumor, anti bakteri, dan meningkatkan sistem imun.5-
10

Alwaili, dkk., memberikan madu sebanyak 75g yang dilarutkan dalam 250ml air
selama 15 hari, dapat menurunkan kadar glukosa darah penderita diabetes.11
Mohsen, dkk., memberikan madu selama delapan minggu pada pasien diabetes
dandiperoleh hasil bahwa berat badan, kolesterol total, LDL, dan TGL pasien
diabetes mengalami penurunan, dan HDL pasien diabetes mengalami
peningkatan.12 Erujuwa, dkk., memberikan madu pada tikus diabetes dan
menemukan efek hepatoprotektif dari madu.

Madu merupakan produk alam yang dihasilkan oleh lebah untuk dikonsumsi karena mengandung
bahan gizi yang sangat essensial. Madu adalah salah satu sumber karbohidrat yang komponen
utamanya adalah gula. Gula yang dikandung oleh madu sebagian besar berbentuk monosakarida
yaitu fruktosa (levulosa) dan glukosa (dektrosa), selebihnya adalah disakarida, polisakarida dan
oligosakarida. Madu menjadi sumber karbohidrat yang istimewa bagi penderita diabetes mellitus
karena dalam transportasinya bentuk fruktosa yang masuk ke sel-sel tubuh tidak membutuhkan
insulin.

Madu

Madu merupakan produk alam yang dihasilkan oleh lebah dengan memanfaatkan tanaman bunga
untuk dikonsumsi, karena mengandung bahan gizi yang sangat essensial. Madu bukan hanya
merupakan bahan pemanis, atau penyedap makanan, tetapi sering juga digunakan untuk obat-
obatan, yaitu sebagai penghilang rasa lelah dan letih, untuk menghaluskan kulit, serta pertumbuhan
rambut (Purbaya, 2002; Murtidjo, 1991). Madu dihasilkan oleh lebah madu dengan memanfaatkan
bunga tanaman. Madu memiliki warna, aroma dan rasa yang berbedabeda, tergantung pada jenis
tanaman yang banyak tumbuh di sekitar peternakan lebah madu. Sebagai contoh madu mangga (rasa
yang agak asam), madu bunga timun (rasanya sangat manis), madu kapuk/randu (rasanya manis,
lebih legit dan agak gurih), madu lengkeng (rasa manis, lebih legit dan aromanya lebih tajam). Selain
itu dikenal pula madu buah rambutan, madu kaliandra dan madu karet (Sarwono, 2001; Suranto,
2004).

Kandungan nutrisi dalam madu terdiri dari beberapa jenis gula sederhana, garam mineral dan bahan
lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia (Sihombing, 1994). Penghasil madu adalah lebah dari
bahan baku nektar, baik dari bunga maupun bagian lain dari tumbuhan (ekstrafloral). Kadang-kadang
madu juga diproduksi dari honeydew, yaitu cairan hasil sekresi serangga yang terdapat dalam
jaringan floem. Sekresi tersebut mengandung gula sehingga menarik lebah untuk mengumpulkannya
(Gojmerac, 1983). Madu murni menurut Farmakope Indonesia adalah madu yang diperoleh dari
sarang lebah madu Apis mellifera dan spesies lainnya yang telah dimurnikan dengan pemanasan
sampai 70°C. Setelah dingin kotoran yang mengapung disaring. Selanjutnya, madu dapat ditambah
dengan air secukupnya untuk pengenceran sehingga bobot madu per ml memenuhi persyaratan yang
telah dibakukan (Sarwono, 2001).

Komposisi Madu Komposisi madu sangat beragam walaupun berasal dari pohon yang sama. Hal ini
karena pada hakikanya komposisi dominan yang ada pada madu seperti zat gula, zat kimia, enzim,
asam, dan vitamin berasal dari zat yang berbeda. Studi chromatographic membuktikan kebenaran
bahwa madu lebah terdiri dari berbagai zat gula. Rasa manis yang ada pada madu mencapai 50 %
rasa manis yang terdapat pada gula. Pertambahan jumlah zat gula pada madu secara keseluruhan
kadang mencapai 75 – 80 %. Jumlah zat gula inilah yang memberikan keistimewaan rasa pada madu.
Zat-zat atau senyawa yang terkandung dalam madu sangat kompleks dan kini telah diketahui tidak
kurang dari 181 macam zat atau senyawa dalam madu. Komposisi madu ditentukan oleh dua faktor
utama yakni: 1) komposisi nektar asal madu bersangkutan dan 2) faktor-faktor eksternal tertentu.
Madu mengandung enzim seperti diastase, invertase, glukosa oksidase, peroksidase, dan katalase
yang mengakibatkan madu dapat dikonsumsi secara langsung oleh tubuh tanpa bantuan hormon
insulin (Sihombing, 1994).

Manfaat mengkonsumsi madu sangat baik karena mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia, seperti: Cu, Ma, Si, Cl, Ca, Na, P, Mg, dan Al. Madu juga mengandung vitamin, khususnya
dari kelompok B kompleks yaitu B1, B2, B6 dan B3 yang komposisinya berubah-ubah sesuai dengan
kualitas nektar dan serbuk sari. Madu juga mengandung gula yaitu fruktosa, glukosa dan sukrosa
yang dalam jumlah kecil dapat meningkatkan energi karena kandungan kalori yang tinggi, sehingga
menjadi obat paling efektif untuk kelelahan. Madu dapat mengembalikan glukosa oksigen yang
digantikan oleh asam laktat selama kelelahan dan juga menghasilkan rasa hangat ( Aden, 2010).

Peranan Madu pada Penderita Diabetes Mellitus Pengaruh fruktosa terhadap kadar glukosa darah
melalui proses sintesa dan pemecahan glikogen yang dikontrol secara kovalen komplek oleh protein
phosphorolase dan dephosporilase dengan meregulasi enzim glikogen sintetase dan glikogen
phosphorilase. Fruktosa dapat meningkatkan penyimpanan glikogen hati (Ermawati., 2007), sehingga
fruktosa lebih baik dari pada glukosa dalam glikogenesis. Glukokinase aktif akan meningkatkan
serapan glukosa, penyimpanan glikogen dan mengurangi hyperglikemia postprandial, dan dapat
bermanfaat bagi penderita Diabetes Mellitus tipe II (Ermawati, 2007). Fruktosa sebagai sumber
karbohidrat terlarut hanya sedikit disimpan sebagai glikogen di hati, hampir semua fruktosa akan
dikonversi oleh hati menjadi produk dalam lintasan glikolitik (Linder, 1992) .

Metabolisme Glukosa pada Kondisi DM Masuknya glukosa ke dalam darah, meningkatkan kadar
glukosa darah, yang menyebabkan tersekresinya insulin dari pankreas dan menurunkan sekresi
glukagon. Kondisi ini menyebabkan peningkatan pengambilan glukosa oleh hati, urat-urat daging dan
jaringan lemak, juga merangsang sintesis glikogen dalam hati dan urat daging dengan jalan
mengurangi cyclic Adenin Monofosfat (cAMP) dan proses fosforilasi atau sintesis glukogen yang aktif.
Sintesis dan penyimpanan glikogen terbatas secara fisik, oleh karena sifat molekul glikogen yang
sangat voluminous (terhidrasi) dan diperkirakan bahwa tidak lebih dari 10-15 jam setara energi
glukosa dapat disimpan dalam hati (sekitar 100 g). Dalam kondisi pengambilan/konsumsi glukosa
maksimal ada kemungkinan lebih banyak lagi glikogen (sekitar 0,5 g) yang diencerkan dalam massa
jaringan yang lebih besar, disimpan dalam urat daging (Linder, 1992).

Anda mungkin juga menyukai