Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH RITUAL NYALENTUP

MATA KULIAH TANDAK

Dosen Pengampu :
SULANDRA , S.PI ., M.SI
YOPPIE M.PD.H

DISUSUN OLEH :

1. Peni lisari (20 11 001)


2. Indah Susanti (20 11 002)
3. Tri Pena Lapenda (20 11 004)
4. Dedong (20 11 015)
5. Muji (20 11 018)

PRODI PRAMUWISATA BUDAYA DAN KEAGAMAAN


FAKULTAS DHARMA DUTA DAN BRAHMA WIDYA
INSTITUT AGAMA HINDU NEGERI TAMPUNG PENYANG
PALANGKA RAYA
2021
KATA PENGANTAR

Tabe Salamat Lingu Nalatai Salam Sujud Karendem Malempang


Om Swastyastu

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, Ranying Hatalla Langit atas berkat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ritual Nyalentup” dengan tepat pada
waktunya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen mata kuliah Tandak.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang penulis peroleh dari berbagai
referensi . Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Tandak atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik. Demikian, dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Om Santhi, Santhi, Santhi Om.
Sahiy.

Palangka Raya, 27 September 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Ritual Nyalentup ............................................................................................ 3


2.2 Tata Cara Pelaksanaan Ritual Nyalentup ......................................................................... 3
2.2.1 Sarana ........................................................................................................................ 3
2.2.2 Tata Cara.................................................................................................................... 4
2.3 Makna Ritual Nyalentup .................................................................................................. 4

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 6

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 6
3.2 Saran ................................................................................................................................. 6

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Implementasi pelaksanaan ajaran agama bagi umat Kaharingan dilakukan dengan


berbagai bentuk pelaksanaan ritual. Kadang-kadang dalam pemahaman umat yang masih
awam, beragama sama dengan beritual atau bentuk pelaksanaan agama adalah dengan
melaksanakan ritual-ritual. Ada dua jenis ritual dalam ajaran Kaharingan, yakni ritual
terkait kehidupan dan ritual terkait kematian.

Pelaksanaan ritual terkait dengan kehidupan memiliki banyak tujuan, di antaranya adalah:
1. sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih serta ujud bhakti kepada Ranying
Hatalla dan para Sangiang (Dewa-Dewi),
2. sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur (Sahur Parapah) danpenghargaan atas
keberadaan makhluk ciptaan Ranying Hatalla lainnya baik yang dapat dilihat ujudnya
maupun tidak dapat dilihat,
3. guna memohon perlindungan dan anugerah dari Ranying Hatalla, para Sangiang dan
Sahur Parapah.

Ranying Hatalla telah bersabda kepada Raja Bunu, bahwa manusia akan kembali
kepada Ranying Hatalla melalui sebuah kematian. Karena itu, ada rukun kematian yang
jelas dalam konsep agama Hindu Kaharingan di setiap masing-masing suku Dayak.
Kematian dalam keyakinan umat Kaharingan merupakan suatu kejadian yang “papa”
karena itu harus dilaksanakan berbagai ritual untuk menjadikan kematian tersebut sebagai
jalan suci menuju Ranying Hatalla.

Panaturan, pasal 32 ayat 6


Keturunan mu Raja Bunu, sebelum mereka kembali menyatu kepada Ku, mereka
mensucikan diri terlebih dahulu, karena ada sial papa kematian yang berakibat buruk bagi
kehidupan, demikian pula bagi mereka yang masih menjalani kehidupan, mereka harus
melepaskan sial pantangan hidupnya akibat adanya kematian di antara mereka yang

1
masih hidup, agar mereka hidup tenang dan panjang umur, itu sebabnya Aku menyuruh
kalian melaksanakan tiwah suntu di Lewu Bukit Batu Nindan Tarung ini, sebelum aku
menurunkan kalian sekeluarga Raja Bunu ke dunia.

Ritual-ritual keagamaan ini dapat kita temukan dalam Kitab Suci Panaturan yang berisikan
wahyu-wahyu Ranying Hatalla Langit. Ajaran - ajaran keagamaan Hindu Kaharingan yang
tertuang dalam Kitab Suci Panaturan salah satunya ialah Ritual Nyalentup yang terdapat
atau dilaksanakan pada saat ritual-ritual keagamaan tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun pokok permasalahan yang menjadi perhatian dari penulisan makalah ini adalah sebagai

berikut :

1.2.1 Apa pengertian Ritual Nyalentup ?

1.2.2 Bagaimana Tata Cara Pelaksanaan Ritual Nyalentup ?

1.2.3 Apa Makna Ritual Nyalentup ?

1.3 Tujuan Masalah

1.3.1 Mengetahui pengertian Ritual Nyalentup

1.3.2 Mengetahui Tata Cara Pelaksanaan Ritual Nyalentup

1.3.3 Mengetahui Makna Ritual Nyalentup

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ritual Nyalentup

Ritual Nyalentup adalah ritual pada upacara tertentu yang dilakukan menggunakan
bambu atau humbang yang dipecahkan dengan dilantunkan mantra-mantra atau tandak. Ritual
Nyalentup ini dapat kita temukan pada Upacara untuk Kehidupan (gawi bahalap), seperti :
Balian Balaku Untung, Uluh Kawin, Tame Huma, Mapas Lewu, Pakanan Patahu, Syukuran
dan lain-lain, kemudian pada Upacara Kematian, seperti : Tiwah, Balian Tantulak Ambun
Rutas Matei, Mambaleh Bunu Ganan Danum atau Apui dan lain-lain.

Ritual Nyalentup terdapat pada Kitab Suci Panaturan Pasal 50 Tata Cara Tantulak
Dahiang Lapik Gawi, Ayat 3 dan 4 yang berbunyi :

Ayat 3 :
Seperti upacara yang lainnya, upacara Tantulak Dahiang Lapik Gawi, Sangiang turun
dari Batang Danum Jalayan, Guhung Riak Lamiang, memakai Talawang Lasang
Tingang sintung uju, ke Pantai Danum Kalunen, tempat melaksanakan upacara.
Ayat 4 :
Setelah kegiatan Balian Mangkang Sangiang, yang dilanjutkan dengan Balian Paturun
Sangiang, disitu Sangiang betugas memberitahukan kepada Sangiang yang berada di
Lasang Tingang, yaitu Sangiang Tarantang Garu, Haramaung Sintung Hantelu Uju,
untuk keluar bersama-sama dari Lasang Tingang, memasuki rumah upacara,
membawa Tampung Papas, Humbang Salentup, Behas Tatumbur, Bindang Garing,
Hiring Duhung, Tambaran Erang, dan darah burung saki.

2.2 Tata Cara Pelaksanaan Ritual Nyalentup

2.2.1 Sarana

− Beberapa ruas bambu (humbang).


Pada Upacara Keagamaan umumnya jumlah humbang yang digunakan berjumlah 7
ruas humbang. Sedangkan jumlah humbang pada saat upacara kematian dilihat dari
jenis kelamin orang yang meninggal. Apabila yang meninggal adalah perempuan, maka

3
ruas bambunya berjumlah lima buah. Sedangkan, apabila yang meninggal adalah laki-
laki, maka ruas bambunya berjumlah tujuh buah.

− Api, digunakan untuk memanaskan bambu (humbang)

2.2.2 Tata Cara

- Ritual Nyalentup umumnya dilaksanakan pada setelah Tantulak Dahiang Lapik Gawi
kemudian Mangkang Sangiang atau penyambutan Sangiang Raja Duhung Mama
Tandang. Dilaksanakan oleh Basir yang tidak ditentukan jumlahnya.

- Sebelum dipecahkan, Humbang dipanaskan (imaru) terlebih dahulu.

- Kemudian Humbang dipukulkan pada ambang pintu, jendela, dan tiang-tiang rumah
yang diiringi dengan melantunkan mantra-mantra atau tandak.

- Ritual Nyalentup dimulai dari belakang rumah sampai depan rumah

- Humbang yang telah dipecahkan, dibuka salah satunya lalu diisikan dengan sipa, ruku,
potongan ayam, darah untuk nyaki marempai, kemudian ketupat.

- Kemudian humbang yang telah digunakan tadi dihanyutkan ke sungai.

2.3 Makna Ritual Nyalentup

Ritual Nyalentup bermakna sebagai ritual yang bertujuan untuk mengusir hal-hal yang
tidak baik atau papa seperti, dahiang baya (pertanda buruk dari sesuatu yang tidak dapat kita
lihat, sial kawe, panyakit peres, dan lainnya yang berada di tempat pelaksaan ritual atau pada
kehidupan keluarga yang ditinggalkan. Inilah yang perlu kita sucikan agar semua pengaruh
buruk selama pelaksaan upacara atau ritual tersebut sudah bersih dan suci. Tandak atau Mantra
untuk melakukan Ritual Nyalentup terdapat pada Pasal 50 Auh Lunas Tantulak Dahiang Lapik
Gawi, ayat 10 yang berbunyi :

Ayat 10 :
Nyalentup
I i i i i i i i, kakanderang Humbang RendanTingang, sarakungkung Sem- peng Kanaruhung
Antang, Humbang Bulau baberang hanyi, babuku enteng, mandawen duhung batalujuk
bunu, in- jamku nyahun badil tambun ain Linga Rawing Tempun Telun, nasih asep
4
sandawa taut Rumba Habarun Bulau, hapaku nembak manarewen pangan-duang burung
dahiang, nyalentup nangkejet panyakatin rayung baya tandang, dahiang sampuk-sampuka,
baya leleng-lalenga, akae bakupak balubalun kilau daren tahenteng batang pantar, balalak
rawu-rawu tingkah lepun Haur Garing, bagetu payu kilau payun timpung, batetes bambalia
tingkah riak hendan bulau, jatun ati batisa ije, kurang anan balihi due, bara entang Pantai
Danum Kalunen, tuyang Luwuk Kampungan Bunu.

Artinya :

Melentupkan Bambu

I i i i i i i i, Gemuruh suara Bambu Humbang Rendan Tingang, genggel- egar bunyi


Sempeng Kanaruhung An¬tang, Humbang Bulau berbuku sakti, pemberani kuat tak ada
bandingannya, suaranya bagaikan suara dentuman meriam dan bedil milik Linga Rawing
Tempun Telun, Rumba Habarun Bu¬lau; Kupakai menembak lari pengaruh buruk Burung
Dahiang, agar lepas tergulung bagaikan anyaman Batang Pantar, lepas bagaikan kelopak
bambu Haur Garing, penuh terbayar bagaikan membayar harga kain dan emas, tidak ada
tersisa sedikit pun dari keluarga penyelenggara upacara dan kehidupan manusia di dunia
ini.

Ucapan kata “iiiiiiii” ini sebagai ucapan untuk mendapatkan penyertaan Ranying Hatalla
guna menjauhkan segala hal yang tidak baik dari kehidupan manusia, serta ucapan tersebut
membuka pintu langit dan memuji Ranying Hatalla. Tandak Nyalentup ini bermakna untuk
mengejutkan atau menembak hal-hal yang tidak baik tersebut agar keluar dari rumah tersebut
atau lepas dari kehidupan keluarga yang ditinggalkan.

Kemudian makna dari menghanyutkan humbang di sungai setelah humbang dipecahkan


atau dilentupkan adalah sebagai simbol hanyutnya hal-hal yang tidak baik, kesialan, atau
penyakit dari kehidupan keluarga yang ditinggalkan

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ritual Nyalentup adalah ritual pada upacara tertentu yang dilakukan menggunakan bambu
atau humbang yang dipecahkan dengan dilantunkan mantra-mantra atau tandak.

Ritual Nyalentup dilaksanakan setelah Tantulak Dahiang Lapik Gawi kemudian Mangkang
Sangiang atau penyambutan Sangiang Raja Duhung Mama Tandang. Dilaksanakan oleh Basir
yang tidak ditentukan jumlahnya.

Ritual Nyalentup bermakna sebagai ritual yang bertujuan untuk mengusir hal-hal yang
tidak baik atau papa seperti, dahiang baya (pertanda buruk dari sesuatu yang tidak dapat kita
lihat, sial kawe, panyakit peres, dan lainnya yang berada di tempat pelaksaan ritual atau pada
kehidupan keluarga yang ditinggalkan.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuarangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut. Kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan penulis.

6
DAFTAR PUSTAKA

Penyang , Walter . 2016 . Panaturan . Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan (MB – AHK )
Pusat Palangka Raya

Dyson , L , Asharini . 1981 . Tiwah Upacara Kematian Pada Masyarakat Dayak Ngaju Di

Dkk , Buhol . 2016 . Panaturan Sebagai Pendoman Hidup Umat Hindu Kaharingan . Palangka
Raya : Stahn -Tp .

Etika ,Tiwi . 2017 . Panaturan Simbolik Konsep Panca Sraddha Dalam Kitap Suci
Panaturan . Palangka Raya : Stahn -Tp Dan An1mage .

Deka04. 2014. Upacara Tantulak Pada Masyarakat Dayak Ngaju . Diambil Dari :
https://m.kaskus.co.id/show_post/530f66eb19cb171e7d8b48cb/34/upacara-tantulak-
pada-masyarakat-dayak-ngaju . 2021/27/9-blog/-Upacara Tantulak Pada Masyarakat
Dayak Ngaju.

Eko . Basir Desa Baliti .Diwawancara Pada : 2021/27/9.

Anda mungkin juga menyukai