Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MEMAHAMI DAN MENERAPKAN


AJARAN PANCA SRADHA DALAM
KEHIDUPAN

Nama : Luh Gede Oyin

Nim : 012215005

Prodi / kelas : D3 A
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat, taufik, serta hidayahnya kepada kita semua sehingga
dapat menyelesaikan makalah tentang Ajaran Panca Sradha dan Tat Twam Asi.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Agama Hindu. Dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam – dalamnya
kepada Yth :

1. Ibu Ni Made Ariasih, S.sos. H,M. F.I.H selaku dosen mata kuliah Agama
Hindu

2. Orang tua kami yang telah membantu baik moral maupun materi

3. Diri sendiri yang sudah berjuang dalam pembuatan makalah ini

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh


d a r i sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,
khususnya dari Dosen Mata Kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman
bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Denpasar, 18 DESEMBER 2022

Luh Gede Oyin


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………..

1.4 Manfaat Penulisan……………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………..........

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB I

1.1 Latar Belakang

          Tuhan yang menciptakan bhuwana agung beserta isinya, dan juga
bhuana alit. Bhuwana Alit dapat bergerak / hidup disebabkan oleh Sang Hyang
Widhi. Sang Hyang Widhi yang ada didalam Bhuana Alit disebut dengan
jivatman. Sebagai umat Hindu kita percaya dengan adanya atman yang
memberi hidup kepada semua makluk. Atman merupakan percikan sinar suci
dari Tuhan atau ada yang menyebutkan juga bahwa atman adalah bagian
terkecil dari Brahman. Atman tidak terhitung jumlahnya, tidak terlahirkan dan
juga tidak akan pernah mati. Atman bersifat kekal abadi. Atman yang ada
dalam makluk yang satu sama dengan atman yang ada dalam makluk lainya.
Didalam Hindu kita mengenal ajaran “ Tat Tvam Asi” yang berarti engkau
adalah aku, aku adalah engkau, kita semua sejatinya sama. Oleh karena itu
sebagai manusia yang mengerti akan ajaran ini hendaknya mempunyai rasa
tenggang rasa terhadap sesama, menyayangi binatang atau tidak menyakitinya
dan juga menjaga serta melestarikan lingkungan.

Agama Hindu memiliki pedoman sebagaia pegangan dalam menjalankan


kehidupan beragamanya yaitu berpegangan teguh pada Tuhan Yang Maha Esa,
dalam Agama Hindu disebut dengan Panca Sradha. Panca Sradha yaitu
merupakan dasar untuk mencapai tujuan hidup tertinggi dengan menerapkan
lima keyakinan yang dimiliki oleh umat Hindu yaitu Brahman, Atman, Karma
Phala, Punarbawa dan Moksa.

1.2 Rumuusan Masalah

1. Bagaimana hubungan konsep Panca Sradha dengan konsep Tri Kerangka


dasar agama Hindu?

2. Bagaimana perbedaan konsep Panca Sradha dengan konsep Tri Kerangka


Dasar agama Hindu?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui hubungan konsep panca sradha dengan konsep tri kerangka
dasar agama hindu

2. Untuk mengetahui perbedaan konsep panca sradha dengan konsep tri


kerangka dasar agama hindu

1.4 Manfaat penulisan

Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan


sumber informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya.
Berdasarkan tujuan penelitian yang dikemukakan peneliti ini diharapkan dapat
memberi manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai informasi bagi pembaca.
2. Menambah wawasan tambahan bagi penulis dan pembaca, khususnya bagi
masyarakat atau lembaga dibidang seni.
3. Membantu pelaku seni tradisi untuk memperkenalkan tradisi mereka agar
dikenal oleh masyarakat dan agama lain.
4. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi penelitian berikutnya yang relevan
dengan topik ini.
5. Sebagai bahan pertimbangan untuk kajian displin ilmu relevan.
BAB II

PEMBAHASAN

Panca Sradha berasal dari bahasa sansekerta, yakni Panca berarti lima, dan
Sraddha berarti kepercayaan atau keyakinan. Jadi Panca Sradha artinya lima
keyakinan atau kepercayaaan yang harus dimiliki oleh setiap umat Hindu.  Panca
Sraddha juga yang dipergunakan sebagai pedoman bagi umat Hindu di Indonesia
sebagai pokok keimanan.

Agama Hindu di Bali terutama, selalu menjadikan Panca Srahda sebagai pedoman
yang di pegang teguh oleh umat hindu, baik masa kini, masa mendatang, dan masa-
masa berikutnya, karena tidak terlepas dari panca sradha. Seluruh kegiatan yang
dilakukan oleh manusia di dunia, tidak lepas dari keterikatannya dengan Panca
Sradha. Di ibaratkan dalam tubuh manusia sebagai darahnya umat agama hindu untuk
selalu meyakini, bahwa yang selalu mengalir disetiap aktivitas yang dilakukan oleh
umat manusia hindu atau sebagai ibarat manual book dalam agama hindu. Ajaran
Panca Sradha ini terdiri dari 5 (lima) keyakinan, yaitu :

• Keyakinan terhadap Brahman atau Widhi Tattwa

Asal kata dan pengertian. Akar kata “brh” yang berarti menjadi besar dan
kuat. Kata ini kemudian berevolusi dan berkembang sehingga menjadi
beberapa arti, seperti roh universal tunggal, yang mutlak, yang abadi dll.
Sebagai puncaknya adalah adanya pengakuan akan ke-esa-an tuhan yang
meliputi segalanya. Brahman artinya umat Hindu percaya bahwa hanya ada
satu Tuhan, ibarat Brahman adalah matahari sebagai sumber energi,
sebagaimana telah tertuliskan dalam Chandogya Upanisad IV.2.1 yaitu
“Ekam Eva Avityam Brahman” yang artinya  “Tuhan itu hanya satu tidak ada
yang kedua. Kemudian dalam Yajur Veda XVII.27 juga tertuliskan “Yo
Devanam Namadha Eka Eva” yang artinya “Ia adalah satu dan Dia disebut
dengan banyak nama”. Tulisan – tulisan dan doa – doa yang menyebutkan
dengan jelas bahwa umat Hindu percaya akan adanya satu Tuhan
 Keyakinan terhadap Atman atau Atman Tattwa

Atman atau Atma merupakan jiwa atau roh yang terdapat dalam tubuh kasar semua
makhluk hidup. Atman adalah percikan api kehidupan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Semua makhluk hidup sesungguhnya berasal dari percikan kehidupan itu yang
berasal dari Sang Pencipta.

Atman sesungguhnya bersifat kekal dan sama sehingga dalam proses kehidupan,
dikenal dengan yang namanya Reinkarnasi. Di mana reinkarnasi sesungguhnya
kehidupan kembali dengan Atman yang sama dengan kehidupan sebelumnya. Atman
ini yang memeberikan hidup menjadi Jiwatman. Misal dalam kereta jiwatman ini
adalah kusirnya dan badan ini adalah keretanya, kuda-kuda yang 5 itu adalah panca
indria. Indra ini harus dijaga, apa yang harus dilihat, apa yang harus didengar, apa
yang harus dirasa, dll. Ini harus benar dijaga dengan dipimpin oleh atman dan di
pengaruhi oleh satvam, rajas, dan tamas.

 Keyakinan terhadap Karmaphala atau Karmaphala Tattwa

Karma Pala, terdiri dari Karma dan Pala, Karma merupakan perbuatan, dan Pala
adalah hasil. Jika disatukan menjadi hasil yang akan kita peroleh atas apa yang telah
kita perbuat. Dalam hidup ini kita tentunya saat melakukan sesuatu disertai dengan
tujuan atau hasil yang akan dicapai. Kedua hal itu merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Saat kita tidur tujuannya adalah untuk mengistirahatkan
tubuh, kita makan untuk merasa kenyang, kita berjalan untuk berpindah ke posisi
yang lainnya. Setiap saat kita melakukan apa yang namanya Karma Pala. Ada banyak
sekali sebab akibat yang kita lakukan dan terima dalam hidup ini. Jika kita melakukan
sesuatu dengan positif dan niat yang baik pasti hal baik juga yang akan menghampiri
kita, jika melakukan sesuatu dengan tujuan yang buruk, hasil buruk pun akan kita
terima.

Ada tiga jenis Karma Pala , yaitu Prarabda Karma Pala, Kriyamana Karma Pala,
dan Sancita Karma Pala.

a. Prarabda Karma Pala adalah segala perbuatan yang telah kita lakukan baik
perbuatan baik maupun buruk, baik kepada diri sendiri atau bukan akan kita
terima pada saat itu juga. Sehingga jarak antara melakukan dan hasil dari
perlakuan kita tidak dalam waktu yang lama.

b. Berikutnya Kriyamana Karma Pala merupakan segala perbuatan yang telah


kita lakukan dalam kehidupan ini akan kita terima hasilnya pada saat setelah
kita meninggal. Hasil dari perbuatan selama kita hidup memang tidak
semuanya kita terima semasa hidup juga.

c. Sancita Karma Pala adalah semua perbuatan yang telah kita lakukan, hasilnya
akan kita terima suatu saat nanti pada saat Reinkarnasi, yaitu saat kita terlahir
Kembali untuk menjalankan kehidupan lainnya dan untuk menerima hasil
Karma atas perbuatan kita di kehidupan sebelumnya. Umat Hindu percaya,
Ketika makhluk hidup terlahir di dunia atau di alam semesta ini, mereka
sebenarnya sedang menerima apa yang telah diperbuat di kehidupan
sebelumnya. Tak terlepas apakah itu hewan, tumbuhan, manusia, dan makhluk
lainnya mereka semua tidak bisa terlepas dari hukum Karma Pala ini.

 Keyakinan terhadap Punarbawa atau Samsara Tattwa

Punarbawa adalah keyakinan bahwa semua makhluk hidup akan mengalami


reinkarnasi. Seperti telah disinggung di penjelasan sebelumnya, Reinkarnasi
disebabkan karena hasil perbuatan makhluk hidup itu sendiri, baik yang ia lakukan
pada saat ia menjalani hidup maupun apa yang ialakukan pada saat ia menjalani
kehidupan sebelumnya. Dalam ajaran tersebut, bisa dikatakan makhluk hidup
menentukan nasib yang akan ia jalani sementara Tuhan yang menentukan kapan
hasilnya diberikan (baik semasa hidup maupun setelah Reinkarnasi). Dalam proses
samsara, selalu membawa bekal karma wasana namanya dalam proses hidup. Lahir
kembaali dengan membawa bekal, apa yang dilakukan itulah bekal karmanya. Cara
menyeimbangkan karna tersebut ada dalam kitab sarasamuscaya sloka 4, yaitu
Iyam hi yonih prathama yam prapya jagatipate,
atmanam sakyate tratum karmabhih subhalaksanaih

terjemahan

Menjelma menjadi manusia itu sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena


ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang)
dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi
manusia.

 Keyakinan terhadap Moksa atau Moksa Tattwa

Moksa merupakan tujuan terakhir dalam kehidupan di Agama Hindu. Hal tersebut
karena dengan Moksa, makhluk hidup tidak lagi harus menerima Hukum Karma atau
Reinkarnasi, karena Atman nya telah menjadi satu dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Jiwa yang mengalami Moksa tidak lagi mengalami ikatan nafsu dan keduniawian
yang bersifat maya atau palsu. Jiwanya telah sepenuhnya terbebas dari rasa suka dan
duka yang berasal dari keduniawian. Mereka yang telah mencapai Moksa jiwanya
telah mengalami kebahagiaan dan ketenangan yang kekal dan sesungguhnya. Moksa
memiliki tingkatannya, yaitu:

1. Samipya

Samipya merupakan suatu kebebasan yang dapat dicapai seseorang selama hidup di
dunia. Hal ini dapat dilakukan oleh para Yogi dan Maharsi dengan melepaskan unsur-
unsur duniawi sehingga dapat mendengar wahyu Tuhan.

Dalam keadaan yang demikian, Atman berada sangat dekat dengan Tuhan. Ini karena,
para Yogi dan Maharsi melakukan samadhi yang dapat mengosongkan jiwa dan
pikiran mereka. Ketika samadhi selesai, maka keadaan akan kembali seperti biasa.

2. Sarupya (Sadharmya)

Sarupya adalah suatu kebebasan yang didapat seseorang ketika di dunia karena sebab
kelahirannya. Kedudukan Atman merupakan pancaran dari kemahakuasaan Tuhan,
seperti halnya Sri Rama, Buddha Gautama, dan Sri Kresna. Walaupun Atman telah
mengambil suatu perwujudan tertentu, namun ia tidak terikat oleh segala sesuatu
yang ada di ini.
3. Salokya

Salokya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh Atman karena telah berada
dalam posisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Dalam keadaan ini, Atman
telah mencapai tingkatan Dewa yang merupakan manifestasi dari Tuhan itu sendiri.

4.Suyujya

kebebasan dimana Atman telah bersatu dengan Hyang Widhi (Purna Mukti).

Untuk bisa mencapai moksa dengan melakukan catur marga yoga, yaitu :

1. Bhakti Marga Yoga


Merupakan cara mencapai Moksa melalui sikap bakti kepada Sang Hyang Widhi.
Kata Bhakti berarti hormat, yang mana rasa hormat dilakukan dengan mendekatkan
diri kepada Tuhan.

2. Karma Marga Yoga


Merupakan cara mencapai Moksa melalui kerja tanpa pamrih. Orang yang
melaksanakan Karma Marga Yoga disebut dengan Karmin, di mana Karmin akan
bekerja keras tanpa menginginkan hasil.

3. Jnana Marga Yoga


Merupakan cara mencapai Moksa melalui pengetahuan. Orang yang melaksanakan
Jnana MArga Yoga disebut dengan Jnanin.

4. Raja Marga Yoga


Merupakan cara mencapai Moksa melalui tapa, brata, yoga, dan samadhi. Tapa dan
brata merupakan latihan mengendalikan diri. Yoga dan samadhi merupakan latihan
meditasi atau pemusatan pikiran.

Hubungan konsep Panca Sradha dengan konsep Tri Kerangka dasar agama
Hindu, yang mana tri kerangka dasar ini yaitu Tatwa, Susila, dan Upacara. Ketiga
bagian ini dalam agama hindu dimana pun berada untuk pergi ke tempat suci atau
pura selalu mengacu pada tri kerangka dasar untuk menjalankan keyakinan pada
brahman, kepada Tuhan, dalam umat berkarma melakukan sesuatu aktivitas memuja
Tuhan, memuja Sang Pencipta. Dalam hal ini, Tri kerangka dasar menjadi satu
kesatuan untuk mengimplementasi keyakinan umat hindu terhadap panca sradha.
Perbedaan tri kerangka dasar dengan panca sradha yaitu tiga kerangka dasar agama
hindu memunjang keyakinan untuk mencapai moksa, sedangkan dalam kelima
keyakinan panca sradha menjalankan atau implementasinya harus mengacu pada Tri
kerangka dasar, setiap aktivitasnya harus memiliki dasar atau nilai filosofi, dengan
cara melaksanakannya harus dengan etika dan susila dididalamnya. Sehingga apa
yang dilakukan dalam proses pemujaan persembahyangan 3 kali sehari atau pada
hari-hari besar keagamaan bisa berjalan dengan sesuai aturan yang telah berlaku pada
kitab suci yang berkaitan dengan pancra sradha dan tri kerangka dasar. Ini yang
dimaksudkan dengan hubungan antara konsep panca sradha dan konsep tri kerangka
dasar. Jadi umat hindu wajib menerapkan kedua konsep diatas, dan implementasikan
itu dalam kehidapan sehari-hari, baik berbangsa dan bernegara. Serta menjalin
hubungan sesama manusia, dengan memegang teguh 5 keyakinan ini, yaitu percaya
kepada Tuhan bahwa diberikan hidup oleh Sang Pencipta Brahman, dalam hal ini
Brahman, atman, aikyam. Atman adalah satu dengan brahman, jadi sifatnya trans and
dental atau nirgunam brahman.

Lalu setelah konsep panca sradha juga tidak terlepas kaitannya dengan konsep
tri pramana. Tri pramana ini dalam agama hindu yaitu tiga cara untuk mendapatkan
suatu ilmu pengetahuan, yaitu :

1. Pratiyaksia pramana

Pratyaksa Pramana merupakan cara mengetahui sesuatu (kebenaran)


dengan cara melihat langsung melalui Panca Indra. Misalnya, melihat
matahari secara langsung, bunga secara langsung, mendengarkan musik,
atau merasakan sejuknya angin di sore hari.

2. Anumana Pramana

Anumana Pramana merupakan cara mengetahui sesuatu (kebenaran)


dengan cara melihat gejala atau tanda-tanda, berdasarkan perhitungan
analisis yang logis dan sebagainya. Misalnya, ada asap berarti ada api, ada
angin manakala dedaunan di pohon bergerak-gerak, terdapat jejak telapak
kaki manusia menunjukkan ada

orang, dan lain sebagainya.

3. Agama Pramana

Agama Pramana merupakan cara mengetahui sesuatu (kebenaran) dengan


cara mempercayai sumber-sumber yang pantas dipercaya, misalnya kitab
suci Weda, orang suci seperti pendeta dan pinandita, para RSI, orang tua
kita, dan sebagainya.

Kaitan Tri Pramana dengan brahman panca sradha yaitu sangat erat korelasi
satu sama lain. Untuk mengetahui, memahami segala yang ada ini, sumber kehidupan
darimana berasal itu tentunya dari Pratyaksa, anumana, dan agama pramana, misal
mungkinkah bulu ayam yang berwarna-warna itu dibuat oleh manusia? Pemahaman
ini harus diamati, karena keberadaan Tuhan nyata dan harus percaya dengan
kemahakuasaan Tuhan yang maha besar. Dengan ini manusia akan menerenungi
siapa sesungguhnya yang memutar kehidupan alam semesta ini, dengan hukum
karmanya, sehingga dengan merenungi manusia bisa mengamati atau dengan mudah
beryukur, menyadari bahwa untuk apa hadir didunia ini, untuk apa hidup didunia ini
tidak terlepas sumbernya dari brahman, dari Tuhan.

Lalu Brahman juga dikenal dengan konsep tri suprana, dikenal konsep Tri
Suparna yang mengkategorikan pemahaman Brahman pada tiga bentuk. Bentuk
pemahaman yang pertama adalah

a. Brahman yang mutlak yang terlepas dari ciptaan apapun, dalam


bentuk ini ia disebut dengan Brahman.

b. Bentuk pemahaman yang kedua adalah Brahman yang


bermanifestasi pada alam semesta, dalam bentuk ini ia disebut
dengan Wiraj.

c. Bentuk pemahaman dimana Brahman dianggap sebagai roh yang


bergerak dimanapun juga di jagatraya ia disebut dengan
Hiranyagarbha.

pemahaman Brahman yang berpribadi dan mengambil peran sebagai pencipta,


pemelihara dan pelebur maka ia disebut dengan Iswara yang diwujudkan dalam
bentuk ritual pemujaan Tri Murti.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Agama Hindu memiliki pedoman sebagaia pegangan dalam menjalankan


kehidupan beragamanya yaitu berpegangan teguh pada Tuhan Yang Maha Esa, dalam
Agama Hindu disebut dengan Panca Sradha. Panca Sradha yaitu merupakan dasar
untuk mencapai tujuan hidup tertinggi dengan menerapkan lima keyakinan yang
dimiliki oleh umat Hindu yaitu Brahman, Atman, Karma Phala, Punarbawa dan
Moksa. Agama Hindu di Bali terutama, selalu menjadikan Panca Srahda sebagai
pedoman yang di pegang teguh oleh umat hindu, baik masa kini, masa mendatang,
dan masa-masa berikutnya, karena tidak terlepas dari panca sradha. Seluruh kegiatan
yang dilakukan oleh manusia di dunia, tidak lepas dari keterikatannya dengan Panca
Sradha. Di ibaratkan dalam tubuh manusia sebagai darahnya umat agama hindu untuk
selalu meyakini, bahwa yang selalu mengalir disetiap aktivitas yang dilakukan oleh
umat manusia hindu atau sebagai ibarat manual book dalam agama hindu.

B. SARAN

Dari beberapa kesimpulan tersebut, penulis dapat mengajukan beberapa


saran sebagai berikut :
1. Bagi umat Hindu kiranya dapat meningkatkan nilai-nilai religius dan ajaran
agama Hindu.
2. Bagi umat Hindu kiranya dapat menunjukkan bahwa simbol-simbol patung
atau Dewa tersebut sebagai ciri khas umat Hindu dalam menyembah Tuhan.43
3. Peneliti berharap hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat menjadi
pedoman untuk peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sugita, Ida Made. 2022. MEMAHAMI DAN MENERAPKAN AJARAN PANCA


SRADHA. Jakarta.

Dikutip dari situs

https://www.mengenal-pengertian-catur-marga-yoga-dalam-agama-hindu

https://www.google.pujashanti.web.id-opini-panca-sradha

https://www.google.com/balipaper.wordpress.perkenalan-dengan-veda-dan-panca-
sradha

https://www.google.com/mengenal-panca-sradha-5-keyakinan-dasar-dalam-agama-
hindu

https://www.kudus.beacukai.go.id-panca-sradha

Anda mungkin juga menyukai