Dosen Pengampu :
KELOMPOK 01
ROMBEL: 08
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sraddha dan Bhakti ?
2. Apa yang dimaksud dengan Brahmavidya ?
3. apa saja usaha dan sarana dalam memuja Tuhan ?
4. Bagaimana pengimplementasian dari pelaksanaan Sraddha dan Bhakti,
Brahmavidya, serta Usaha dan Sarana dalam memuja Tuhan dalam
kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan
1. Dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan Sraddha dan Bhakti.
2. Dapat menjelaskan Apa yang dimaksud dengan Brahmavidya.
3. Dapat memahami usaha dan sarana dalam memuja Tuhan.
4. Dapat mengetahui serta memahami pengimplementasian dari pelaksanaan
Sraddha dan Bhakti, Brahmavidya, serta Usaha dan Sarana dalam memuja
Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sraddha Tattwa
Sraddha merupakan suatu keyakinan yang dimiliki oleh umat Hindu
mengenai tentang tujuan hidupnya sebagai manusia, yang dimana Sraddha adalah
suatu disiplin yang harus dipraktekkan untuk mencapainya(Ida Made Sugita, 2017).
Dalam ajaran agama khususnya umat Hindu mengenal yang namanya lima dasar
keyakinan yang disebut dengan Panca Sraddha. Panca Sraddha sendiri berasal dari
bahasa sansekerta yang terdiri dari kata “srad”. Lalu diadopsi menjadi Sraddha
dalam bahasa Kawi atau bahasa Jawa Kuno. Sraddha dalam hal ini berarti
keyakinan yang kuat.
Ada 5 sraddha yang menjadi pedoman, motivasi, dan pegangan hidup dalam
menjalani kehidupan dalam ajaran agama Hindu disebut dengan Panca Sraddha.
Adapun kelima bagian Panca Sraddha yang wajib untuk diyakini oleh umat Hindu,
yaitu sebagai berikut;
2.1.1 Widhi Tattwa (Brahman)
Widhi Tattwa (Brahman) adalah keyakinan terhadap keberadaan Tuhan
dengan segala sifat-sifat dan kemahakuasaan-Nya(Ida Made Sugita, 2017). Tuhan
disebut juga Sang Hyang Widhi Ida Sang Hyang Widhi memiliki salah satu sifat
yaitu Mahima yang berarti maha besar. Selain itu, Tuhan itu hanya tunggal, satu
adanya. Hal tersebut sesuai dengan bait salah satu sloka yang terdapat dalam Weda
yang mengatakan bahwa “Ekam Eva Advityam Brahman” yang berarti Tuhan itu
hanya satu, tiada duanya. Brahman adalah asal dari semua makhluk, dan kepada-
Nya pula semua makhluk kembali sehingga beliau disebut Sang Sangkan Paraning
Dumadi.
2.1.2 Atma Tattwa (Atman)
Atman adalah keyakinan terhadap adanya energi terkecil dari Brahman yang
ada di dalam setiap makhluk hidup. Atman menyebabkan semua makhluk bisa lahir,
hidup, berkembang, dan mati. Atman juga merupakan sumber hidup dari semua
makhluk yang ada di Bumi ini.
2.1.3 Karma Pala Tattwa(Karmaphala)
4
Karmaphala berasal dari bahasa sansekerta dan secara etimologi dibagi
menjadi dua kata yaitu “karma” dan “phala”. “Karma” berarti perbuatan dan
“phala” yang berarti hasil atau buah dari perbuatan. Karmaphala merupakan
keyakinan atau kepercayaan terhadap adanya hukum karma. Hukum Karmaphala
disebut sebagai hukum yang mutlak yang berlaku bagi setiap makhluk dan segala
sesuatu yang ada di dunia ini.
2.1.4 Samsara Tattwa (Punarbhawa)
Samsara Tattwa (Punarbhawa) merupakan keyakinan atau kepercayaan
terhadap adanya kelahiran yang berulang-ulang (reinkarnasi) sesuai dengan karma
wasana. Karma wesana merupakan sisa-sisa perbuatan yang diperbuat selama masa
hidupnya yang melekat pada suksma sarira dan anta karana sarira. Atman dikatakan
bebas dari punarbhawa jika atman tersebut dapat menyatu dengan Brahman dan
tidak lagi mengalami samsara atau kelahiran yang berulang-ulang.
2.1.5 Moksa Tattwa
Moksa merupakan keyakinan atau kepercayaan terhadap adanya
kebahagiaan yang kekal dan abadi dimana atman akan bersatu dengan brahman
sehingga terbebas dari adanya punarbhawa dan hukum karmaphala dan moksa
disebut juga sebagai tujuan akhir dari umat Hindu
2.2 Bhakti
Bhakti adalah kasih, persembahan, dan rasa hormat kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Ciri orang bhakti adalah : Tidak mempunyai rasa takut, merasa aman,
meyakinkan, prihatin, rendah hati(I Gusti Agung Darmawan, 2020). Sembahyang
dan berdoa merupakan contoh dari bhakti. Sembahyang lebih bersifat formal karena
dilakukan di tempat tertentu (tempat suci), sedangkan berdoa dapat dilakukan
dimana saja, kapan saja, dengan Bahasa Sansekerta maupun bahasa hati. Ada dua
jenis bhakti yaitu para bhakti dan apara bhakti. Para bhakti mempunyai makna yang
sama dengan prapatti, yakni penyerahan diri secara total kepada-Nya sedangkan
apara bhakti adalah bhakti dengan berbagai permohonan dan permohonan yang
dipandang wajar adalah memohon keselamatan atau memohon berkembang-
mekarnya budi nurani. Dalam kitab Bhagavata Purana (VII.52.23), bhakti
(Navavidhabhakti) dibedakan menjadi 9 (sembilan), sebagai berikut.
5
a) Sravanam (mempelajari dan mendengarkan pembacaan kitab-kitab tentang
Tuhan Yang Maha Esa)
b) Kirtanam (Menyanyikan nama-nama Tuhan Yang Maha Esa)
c) Smaranam (Mengingat nama Tuhan Yang Maha Esa)
d) Padasevanam (memberikan pelayanan kepada Tuhan Yang Maha Esa)
e) Arcanam (memuja keagungan Tuhan Yang Maha Esa)
f) Vandanam (sujud dan bhakti)
g) Dasya (memberikan pertolongan dengan tulus ikhlas)
h) Sakhya (memandang Tuhan Yang Maha Esa sebagai sahabat)
i) Atmanivedanam (penyerahan diri secara total kepada Tuhan Yang Maha
Esa).
2.3 Brahmawidya
Brahmawidya adalah istilah dalam bahasa Sanskerta yang artinya sama
dengan teologi, yaitu ilmu yang mempelajari Tuhan. Dalam bahasa Yunani, teologi
berasal dari akar kata theologia dibentuk dari kata theos berarti Tuhan dan logos
berarti wacana atau ilmu. Karena itu teologi berarti wacana atau ilmu tentang
Tuhan. Pengetahuan yang bersifat analogis ini dalam kitab suci Hindu selain
disebut Brahmawidya juga disebut Brahmatattva Jnana. Brahma berarti Tuhan,
gelar yang diberikan kepada Tuhan sebagai yang memberikan hidup pada ciptaan-
Nya, Yang Maha Kuasa. Widya atau Jnana berarti ilmu. Tattwa berarti hakikat
tentang Tat (Itu, yaitu Tuhan dalam bentuk Nirguna Brahman). Tattva Jnana artinya
sama dengan ilmu tentang hakikat, yaitu ilmu tentang Tuhan. Kedua konsep Tuhan
yang impersonal dan personal tersebut di atas dapat ditemukan dalam mantra
Bhagawadgita IV.6,7,8 dan Bhagavadgita XII sloka 1 dan 3 sebagai berikut.
1. Paranaamam; Tuhan Maha Tinggi dan Abstrak, Kekal Abadi tidak
berpribadi impersonal, nirkara (tak berwujud), nirguna (tanpa sifat guna)
dan Brahman. Tuhan atau Brahman dalam bentuk yang abstrak tersebut di
Bali disebut Sang Hyang Suung, Sang Hyang Embang, Sang Hyang Sunya.
Karena tidak berbentuk, sulit dibayangkan dan dipikirkan (acintya).
2. Vyuhanaama; Tuhan berbaring pada ular di lautan susu. Gambaran Tuhan
seperti ini hanya bisa dilihat oleh para dewa. Di Bali penjelasan seperti itu
6
disebut Hana Tan Hana (Ada tidak Ada), artinya Tuhan itu diyakini ada,
namun tidak bisa dilihat.
3. Vibhawanaama; Tuhan dalam bentuk ini disebut Avatara (turun
menyeberang). Ia juga biasa disebut Saguna atau Sakara Brahman (personal
God).
4. Antaraatmanama; Tuhan meresapi segalanya dalam bentuk atma atau zat
Tuhan. Segalanya adalah Brahman (monisme).
5. Archananaama; Tuhan yang terwujudkan dalam bentuk archa atau pertima
(replika mini) seperti patung dalam berbagai bahan dan wujud.
7
(dupa). Adapun sarana pemujaan Tuhan yang lainnya adalah berupa bangunan
seperti: Dangsil (meru sementara memakai atap janur atau daun aren yang dihias
indah), Sanggar Tawang (altar dari bambu sebagai sthana Sang Hyang Surya, Saksi
Agung Alam Semesta), Jempana (sarana mengusung arca/pratima atau daksina
pelinggih), umbul-umbul, dan pengawin. Sarana pemujaan Tuhan dapat juga
berupa upakara atau sesajen persembahan dari yang sangat sederhana sampai yang
besar tergantung kemampuan dan keikhlasan umat untuk mempersembahkannya.
4. Pengimplementasian dari pelaksanaan Sraddha dan Bhakti, Brahmavidya, serta
Usaha dan Sarana dalam memuja Tuhan dalam kehidupan sehari-hari
8
2.5.2 Pengimplemntasian Karma Palla Tattwa.
merupakan keyakinan atau kepercayaan terhadap adanya hukum karma.
pengimplementasian karma palla tatwa dalam kehidupan sehari-hari yakni secara
umum wujud karma phala berbentuk fisik(dirasakan langsung oleh panca indra )
dan psikis (dirasakan oleh batin). wujud atau buah hasil karma paha tidak dapat
dipastikan kapan akan mendapatkannya bisa saja hari ini langsung bahkan nanti
ketika kita sudah meninggal. jadi bagaimana karma pala itu datang akan sesuai
dengan bagaimana kita berperilaku jika berperilaku baik maka karma baik yang
akan kita dapat begitupun sebaliknya jika kita berbuat buruk maka karma buruklah
yang akan kita dapatkan.
2.5.3 Pengimplemtasian Samsara Tattwa (Punarbhawa)
Samsara Tattwa (Punarbhawa) merupakan keyakinan atau kepercayaan
terhadap adanya kelahiran yang berulang-ulang (reinkarnasi) sesuai dengan karma
wasana. samsara tattwa ini berhubungan dengan karma pala tattwa mengapa karena
samsara bisa terjadi akibat adanya karma pala, jadi implementasi dari samsara yakni
bagaimana karmapala kita semasih menjalani kehidupan yang akan terus bergulir
sehingga akan terus menimbulkan karma sesuai dengan perbuatan yang kita
lakukan baik perbuatan buruk maupun perbuatan baik. Jika manusia karmanya
belum sempurna dia akan diberi kesempatan menjelma kembali untuk memperbaiki
karmanya yang masih kurang. Atma bisa mengalami penjelmaan berulang–ulang
dalam keadaan yang berbeda-beda sesuai sari karma yang menjadi dasar/ bekal
penjelasannya itu.
2.5.4 Pengimplemtasian Moksa Tattwa
Moksa merupakan keyakinan atau kepercayaan terhadap adanya
kebahagiaan yang kekal dan abadi. Moksa merupakan tujuan yang tertinggi bagi
umat hindu. Dengan pengimplementasian yakmi membimbing diri sendiri dan
terus berlatih cinta kasih dan pelepasan, seseorang dapat mencapai moksa. Kata
moksha mudah diucapkan tetapi sulit diperoleh dalam kehidupan ini. Betapapun
sulitnya hal itu dapat kita wujudkan, bila diupayakan dengan niat suci, sungguh-
sungguh dan berlandaskan kitab suci. Jadi sesulit apapun sesuatu yang ingin kita
capai, itu bisa tercapai dengan sempurna.
9
2.6 Pengimplemenasian Bhakti
Bhakti dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar dan sering
memakainya sesuai dengan tujuannya.secara umum kata bhakti sering disebut
sebagai patuh dan hormat maupun tunduk. Pengimplementasian bhakti diartikan
tunduk dan hormat atau perbuatan yang menyatakan setia (kasih, hormat dan
Tunduk). Karena bhakti berarti tunduk, hormat dan setia, maka dalam berbagai
aspek kehidupan dipakai sebuah pernyataan penyampaian rasa bhakti itu sendiri,
seperti : bhakti kepada Tuahn yang maha Esa dan para leluhur (tanda penyampaian
rasa hormat dan tunduk), bhakti kepada Nusa dan Bangsa, bhakti kepada orang tua,
bhakti pada guru, bhakti kepada Raja atau pemimpin. melaksanakan agama dengan
jalan sembahyang mempersembahkan upakara dan sebagainya. Pengertian bhakti
disini analog dengan takwa, sedangkan sradha analog dengan iman, sehingga istilah
iman dan takwa (imtag) dalam bahasa yang sudah popular dalam agama Hindu
disebut Sradha–Bhakti.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dengan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Sraddha merupakan keyakinan yang dimiliki.oleh umat Hindu mengenai
tujuan hidupnya sebagai manusia. Terdapat lima bagian dari Panca Sraddha
yang meliputi Brahman, Atman, Karma Phala, Punarbawa (Samsara) dan
Moksa. Sementara Bhakti merupakan penyerahan diri kepada Ida Sang
Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa yang dilakukan dengan jalan cinta
kasih. Dalam Bhakti, terdapat 4 jalan yang disebut dengan Catur Marga
yang meliputi Bhakti Marga, Karma Marga, Jnana Marga dan Raja Yoga
Marga.
2. Bharmawidya atau teologi adalah ilmu yang mempelajari hal - hal yang
berhubungan dengan keyakinan beragama atau segala sesuatu tentang
Tuhan Yang Maha Esa.
3. Usaha yang dapat dilakukan dalam upaya memuja Tuhan Yang Maha Esa
atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa adalah dengan menjalankan ajaran Catur
Marga. Sementara itu terdapat bermacam - macam bentuk sarana yang dapat
digunakan untuk memuja Tuhan, seperti patung (pratima), pura, barong dan
juga rangda yang memiliki makna
4. Implementasi dalam Sraddha sendiri dapat dilakukan dengan menerapkan
ajaran Panca Sraddha. Sementara untuk bhakti, implementasinya dapat
dilakukan dengan mempelajari tentang keagungan Tuhan, berbhakti kepada
Tuhan, selalu mengingat Tuhan kapanpun dimanapun, memberikan
pelayanan secara tulus ikhlas kepada Tuhan, serta dengan jalan sujud dan
kebhaktian.
11
Daftar Pustaka
Deni Hariyanto, W. Gunawan. (2022). PENTINGNYA AJARAN PANCA
SRADHA UNTUK MEMBENTUK MILITANSI AGAMA GENERASI
HINDU. Jurnal Prodi Teologi Hindu , 1.
I Gusti Agung Darmawan. (2020). . BHAKTI MARGA YOGA: IMPLEMENTASI
DALAM KEHIDUPAN PRIBADI DAN SOSIAL BHAKTI MARGA YOGA:
IMPLEMENTATION IN PERSONAL AND SOCIAL LIFE. Online.
Ida Made Sugita. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti (S. S. Wuri
Prihantini, Ed.; Vol. 1). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
12