“Om Swastyastu”
Asung Kertha Wara Nugraha saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang
makalah ini yang berjudul “Catur Marga” selesai tepat pada waktunya.
Tentu saja dalam penyelesaian makalah ini saya selaku penulis tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu saya
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu saya
mohon saran dan kritik dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini di
kemudian hari.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa akan
berhasil bila didukung dengan metode, media maupun lokasi spiritual yang
kondusif. Untuk itu, di samping personalitas pribadi orang yang
menghubungkan diri kepada-Nya. Di zaman kaliyuga ini, masalah personalitas
pribadi masih menjadi masalah dalam hal mendekatkan diri kehadap-Nya.
Seperti yang diketahui bahwa moralitas manusia cenderung menurun karena
kemajuan zaman dan factor penyebab lainnya. Hal tersebut, sebenarnya bisa
diatasi jika ada kesadaran dari manusia untuk selalu berbuat dengan
memperhatikan ajaran agama. Salah satunya adalah dengan melaksanakan
ajaran catur marga untuk menghubungkan diri kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa.
1
1.2. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Catur marga yoga berasal dari tiga kata yaitu catur artinya empat, marga
artinya jalan dan yoga berarti penyatuan, penghubungan yang berasal dari kata
“Yuj” yang artinya berhubungan. Jadi Catur Marga Yoga adalah empat jalan
untuk mencapai kesempurnaan hidup lahir dan batin dengan cara
menghubungkan diri melalui pemusatan pikiran kepada Tuhan.
Adapun bagian-bagian dari Catur Marga Yoga yang terdiri dari empat
bagian diantaranya:
Kata bhakti artinya cinta kasih. Jadi Bhakti Marga Yoga adalah suatu
proses atau cara mempersatukan atman dengan Brahman atas dasar sujud bhakti
yang tulus ikhlas, dan cinta kasih yang mendalam kepada Sang Hyang Widhi
Wasa yang bisa diaplikasikan melalui pelaksanaan Tri Sandya,
mempersembahkan sesaji sesuai dengan kemampuan umat masing-masing.
Seorang yang melaksanakan ajaran Bhakti Marga Yoga disebut dengan sebutan
bhakta adalah orang yang penuh cinta kasih secara tulus ikhlas yaitu cinta kepada
Tuhan, cinta alam semesta, dan cinta terhadap semua ciptaan Tuhan. Dalam
ajaran Catur Marga Yoga, berdasarkan dari caranya memgwujudkan ada dua
tingkatan bhakti, yaitu Para bhakti dan Apara bhakti. Jika diuraikan, kata para
artinya utama. Jadi Para bhakti adalah perwujudan rasa bhakti terhadap Hyang
Widhi yang utma yang biasa dipraktekkan oleh orang-orang yang
pengetahuannya tinggi dan kesuciannya sudah meningkat.
Ciri-ciri bhakta yang melaksanakan para bhakti antara lain sedikit terlibat
dalam ritual tetapi banyak mempelajari Tattwa Agama dan kuat/berdisiplin
dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama sehingga dapat mewujudkan Trikaya
Parisudha dengan baik dimana Kayika (perbuatan), Wacika (ucapan) dan
3
Manacika (pikiran) selalu terkendali dan berada pada jalur dharma. Bhakta yang
seperti ini banyak melakukan Drwya Yadnya (ber-dana punia), Jnana Yadnya
(belajar-mengajar), dan Tapa Yadnya (pengendalian diri). Sedangkan kata apara
artinya tidak utama. Jadi Apara bhakti adalah perwujudan rasa bhakti terhadap
Hyang Widhi tidak utama yang biasanya dipraktekkan oleh orang-orang yang
belum mempunyai tingkat kesucian yang tinggi. Ciri-ciri bhakta yang
melaksanakan apara bhakti antara lain banyak terlibat dalam ritual (upacara
Panca Yadnya) serta menggunakan berbagai simbol (niyasa).
Kata karma artinya perbuatan. Jadi Karma Marga Yoga adalah suatu
proses mempersatukan atman dengan Brahman melalui kerja atau perbuatan
tanpa ikatan, tanpa pamrih, tulus dan ikhlas, penuh dengan amal kebajikan dan
pengorbanan. Dalam Bhagavadgita tentang Karma Yoga dinyatakan sebagai
berikut.
Artinya ;
Dalam ajaran Karma Marga Yoga, berdasarkan ikatan karma yang terdiri
dari dua bagian yaitu Karma Nirwitta dan Karma Prawritha. Karma Nirwitta
adalah perbuatan yang bebas dari harapan atau hasil. Sedangkan Karma
Prawritha adalah perbuatan/karma yang masih terikat oleh hasil atau imbalan.
Seorang karmin melaksanakan perbuatan yang tulus ikhlas akan menerima
4
pahala yang berlipat ganda. Hidupnya akan berlangsung dengan tenang dan
bahagia serta mencapai kesucian lahir bhatin.
Raja Marga Yoga adalah suatu proses penyatuan atma dengan Brahman
melalui pengendalian diri, pengendalian pikiran dan pengekangan diri dengan
mendalami tapa, brata, yoga dan semadhi. Tapa dan brata merupakan suatu
latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita ke arah
yang positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab suci. Sedangkan yoga dan
samadhi adalah latihan untuk dapat menyatukan atman dengan Brahman dengan
melakukan meditasi atau pemusatan pikiran.
a. Yama
5
b. Nyama.
c. Asana
d. Pranayama
e. Pratyahara
f. Dharana
g. Dhyana
h. Samadhi
6
2.3. Implementasi Ajaran Catur Marga Yoga dalam Kehidupan Hindu
7
rasa tulus dan iklas berarti kita telah melaksanakan ajaran bhakti marga
yoga.
a) Ajaran Brahmacari
b) Ajaran Aguron-Guron
8
3) Karma Marga Yoga
Berbuat yang baik atau mekarma sane melah hendaknya selalu kita
lakukan. Dalam agama hindu ada slogan mengatakan“rame ing gawe sepi
ing pamrih” yang artinya berbuat baik tanpa pernah berpikir
mengharapkan suatu balasan. Selain slogan tersebut, dalam hidup
bernasyarakat hendaknya juga menerapkan slogan “Tat Twam Asi”
adalah salah satu dasar untuk ber-Karma Baik. Engkau adalah Aku, Itu
adalah Kamu juga. Suatu slogan yang sangat sederhana untuk diucapkan,
tapi memiliki arti yang sangat mendalam, baik dalam arti pada kehidupan
sosial umat dan juga sebagai diri sendiri/individu yang memiliki
pertanggungjawaban karma langsung kepada Brahman.
c) Ajaran Karmapahala
9
dan cara yang baik guna mencapai cita- cita yang luhur dan selalu
menghindari jalan dan tujuan yang buruk. Karma phala mengantarkan
roh (atma) masuk Surga atau masuk neraka. Bila dalam hidupnya selalu
berkarma baik maka pahala yang didapat adalah Surga, sebaliknya bila
hidupnya itu selalu berkarma buruk maka hukuman nerakalah yang
diterimanya.
Hari raya nyepi Sesuai dengan hakekat Hari Raya Nyepi di atas
maka umat Hindu wajib melakukan tapa, yoga, dan semadi. Brata
tersebut didukung dengan Catur Brata Nyepi sebagai berikut:
Amati Agni, tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu,
10
menerapkannya. Inti dari penerapan Catur Marga adalah untuk memantapkan
mengenai hidup dan kehidupan umat manusia di alam semesta ini, terutama
untuk peningkatan, pencerahan, serta memantapkan keyakinan atau kepercayaan
(sraddha) dan pengabdian (bhakti) terhadap Tuhan Yang Maha Esa atau Ida
Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan memahami dan menerapkan ajaran Catur
Marga, diharapkan segenap umat Hindu dapat menjadi umat yang berkualitas,
bertanggung jawab, memiliki loyalitas, dedikasi, jati diri yang mulia dan harapan
lainnya guna tercapai kehidupan yang damai, rukun, tenteram, sejahtera, bahagia
dan sebagainya. Jadi dengan penerapan ajaran Catur Marga diharapkan agar
tujuan dari agama Hindu dapat terwujud. Jadi apabila di ringkas bagaimana
penerapan catur marga di lingkungan tempat suci (Pura).
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Adapun simpulan yang dapat kami tarik dari penulisan makalah ini
adalah:
2) Bagian-bagian dari Catur Marga Yoga yang terdiri dari empat bagian
diantaranya yaitu Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana
Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga.
3.2. Saran
12
mempunyai ketekunan dalam memuji Sang Hyang Widhi, maka ajaran bhakti
marga yoga yang digunakan. Demikian juga yang kesanggupannya terletak pada
kerja serta pengabdian yang tulus tanpa pamrih maka ajaran karma marga yoga
yang harus dijalani. Sedangkan orang tekun dalam samadhi, kuat dalam tapa
brata serta tidak dapat dipengaruhi oleh hal yang bertentangan yang ada dalam
hidup ini, maka ajaran raja marga yoga yang digunakan. Semua ajaran catur
marga yoga yang ingin diterapkan harus didasarkan dengan tulus ikhlas,
ketekunan, kesujudan, keteguhan iman, dan tanpa pamrih.
13
DAFTAR PUSTAKA
Partadjaja, Rai, Tjok dan Asli, Luh. 2009. Pendidikan Agama Hindu. Singaraja:
UNDIKSHA.
Sukartha, I Ketut, dkk. 2004. Widya Dharma Agama Hindu untuk SMP. Jakarta:
Ganeca Exact.
14