Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Asung Kertha Wara Nugraha saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang

Widhi Wasa, karena atas berkat rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan

makalah ini yang berjudul “Catur Marga” selesai tepat pada waktunya.

Tentu saja dalam penyelesaian makalah ini saya selaku penulis tidak lupa

mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu saya

sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu saya

mohon saran dan kritik dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini di

kemudian hari.

“Om Shantih, Shantih, Shantih Om”

Denpasar, 28 Februari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Catur Marga Yoga .................................................................. 3
2.2. Bagian – bagian dari Catur Marga Yoga .................................................. 3
BAB III ................................................................................................................. 12
3.1. Simpulan ................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari Ketuhanan merupakan hal yang sangat


penting, bahkan Ketuhanan tercantum di dalam sila pertama dasar Negara
Indonesia (Pancasila). Hal ini menunjukan bahwa Ketuhanan merupakan suatu
dasar bagi seseorang atau Negara untuk mencapai tujuan. Ketuhanan berkaitan
dengan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Agama merupakan bentuk implementasi dari sebuah keyakinan terhadap


Tuhan atau dalam ajaran Hindu. Di dalam ajaran agama Hindu tidak ada suatu
keharusan untuk menempuh satu-satu jalan, karena semua jalan untuk menuju
Tuhan Yang Maha Esa diturunkan oleh-Nya untuk memudahkan umat-Nya
menuju kepada-Nya. Empat jalan untuk menghubungkan diri, yang dimaksud
adalah menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa bisa juga disebut
Catur Marga Yoga.

Usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa akan
berhasil bila didukung dengan metode, media maupun lokasi spiritual yang
kondusif. Untuk itu, di samping personalitas pribadi orang yang
menghubungkan diri kepada-Nya. Di zaman kaliyuga ini, masalah personalitas
pribadi masih menjadi masalah dalam hal mendekatkan diri kehadap-Nya.
Seperti yang diketahui bahwa moralitas manusia cenderung menurun karena
kemajuan zaman dan factor penyebab lainnya. Hal tersebut, sebenarnya bisa
diatasi jika ada kesadaran dari manusia untuk selalu berbuat dengan
memperhatikan ajaran agama. Salah satunya adalah dengan melaksanakan
ajaran catur marga untuk menghubungkan diri kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa.

1
1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1) Mengetahui pengertian Catur Marga Yoga.

2) Mengetahui bagian-bagian dari Catur Marga Yoga.

3) Mengetahui implementasi ajaran dari Catur Marga Yoga dalam


kehidupan masyarakat Hindu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Catur Marga Yoga

Catur marga yoga berasal dari tiga kata yaitu catur artinya empat, marga
artinya jalan dan yoga berarti penyatuan, penghubungan yang berasal dari kata
“Yuj” yang artinya berhubungan. Jadi Catur Marga Yoga adalah empat jalan
untuk mencapai kesempurnaan hidup lahir dan batin dengan cara
menghubungkan diri melalui pemusatan pikiran kepada Tuhan.

2.2. Bagian – bagian dari Catur Marga Yoga

Adapun bagian-bagian dari Catur Marga Yoga yang terdiri dari empat
bagian diantaranya:

1. Bhakti Marga Yoga

Kata bhakti artinya cinta kasih. Jadi Bhakti Marga Yoga adalah suatu
proses atau cara mempersatukan atman dengan Brahman atas dasar sujud bhakti
yang tulus ikhlas, dan cinta kasih yang mendalam kepada Sang Hyang Widhi
Wasa yang bisa diaplikasikan melalui pelaksanaan Tri Sandya,
mempersembahkan sesaji sesuai dengan kemampuan umat masing-masing.
Seorang yang melaksanakan ajaran Bhakti Marga Yoga disebut dengan sebutan
bhakta adalah orang yang penuh cinta kasih secara tulus ikhlas yaitu cinta kepada
Tuhan, cinta alam semesta, dan cinta terhadap semua ciptaan Tuhan. Dalam
ajaran Catur Marga Yoga, berdasarkan dari caranya memgwujudkan ada dua
tingkatan bhakti, yaitu Para bhakti dan Apara bhakti. Jika diuraikan, kata para
artinya utama. Jadi Para bhakti adalah perwujudan rasa bhakti terhadap Hyang
Widhi yang utma yang biasa dipraktekkan oleh orang-orang yang
pengetahuannya tinggi dan kesuciannya sudah meningkat.

Ciri-ciri bhakta yang melaksanakan para bhakti antara lain sedikit terlibat
dalam ritual tetapi banyak mempelajari Tattwa Agama dan kuat/berdisiplin
dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama sehingga dapat mewujudkan Trikaya
Parisudha dengan baik dimana Kayika (perbuatan), Wacika (ucapan) dan

3
Manacika (pikiran) selalu terkendali dan berada pada jalur dharma. Bhakta yang
seperti ini banyak melakukan Drwya Yadnya (ber-dana punia), Jnana Yadnya
(belajar-mengajar), dan Tapa Yadnya (pengendalian diri). Sedangkan kata apara
artinya tidak utama. Jadi Apara bhakti adalah perwujudan rasa bhakti terhadap
Hyang Widhi tidak utama yang biasanya dipraktekkan oleh orang-orang yang
belum mempunyai tingkat kesucian yang tinggi. Ciri-ciri bhakta yang
melaksanakan apara bhakti antara lain banyak terlibat dalam ritual (upacara
Panca Yadnya) serta menggunakan berbagai simbol (niyasa).

2. Karma Marga Yoga

Kata karma artinya perbuatan. Jadi Karma Marga Yoga adalah suatu
proses mempersatukan atman dengan Brahman melalui kerja atau perbuatan
tanpa ikatan, tanpa pamrih, tulus dan ikhlas, penuh dengan amal kebajikan dan
pengorbanan. Dalam Bhagavadgita tentang Karma Yoga dinyatakan sebagai
berikut.

“Tasmad asaktah satatam karyam karma samacara, asakto hy acaran


karma param apnoti purusah”.

Artinya ;

“Oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja sebagai kewajiban tanpa


terikat pada hasilnya, sebab dengan melakukan kegiatan kerja yang bebas dari
keterikatan, orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama”.

Seorang yang melaksanakan ajaran Karma Marga Yoga disebut dengan


sebutan karmin adalah orang yang selalu bekerja tanpa pamrih, mengutamakan
pengabdian dan pengorbanan seperti dalam agama hindu ada slogan mengatakan
“rame ing gawe sepi ing pamrih” yang artinya berbuat baik tanpa pernah berpikir
mengharapkan suatu balasan.

Dalam ajaran Karma Marga Yoga, berdasarkan ikatan karma yang terdiri
dari dua bagian yaitu Karma Nirwitta dan Karma Prawritha. Karma Nirwitta
adalah perbuatan yang bebas dari harapan atau hasil. Sedangkan Karma
Prawritha adalah perbuatan/karma yang masih terikat oleh hasil atau imbalan.
Seorang karmin melaksanakan perbuatan yang tulus ikhlas akan menerima

4
pahala yang berlipat ganda. Hidupnya akan berlangsung dengan tenang dan
bahagia serta mencapai kesucian lahir bhatin.

3. Jnana Marga Yoga

Kata jnana artinya kebijaksanaan filsafat (pengetahuan). Jadi Jnana


Marga Yoga adalah suatu proses penyatuan atman dengan Brahman melalui
ilmu pengetahuan suci dan filsafat pembebasan diri dari ikatan-ikatan
keduniawian. Seorang yang melaksanakan ajaran Jnana Marga Yoga disebut
dengan sebutan jnanin adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan suci untuk
mencapai kebenaran yang sempurna. Dengan ilmu pengetahuan suci orang akan
sanggup melepaskan diri dari ikatan karma.

4. Raja Marga Yoga

Raja Marga Yoga adalah suatu proses penyatuan atma dengan Brahman
melalui pengendalian diri, pengendalian pikiran dan pengekangan diri dengan
mendalami tapa, brata, yoga dan semadhi. Tapa dan brata merupakan suatu
latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita ke arah
yang positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab suci. Sedangkan yoga dan
samadhi adalah latihan untuk dapat menyatukan atman dengan Brahman dengan
melakukan meditasi atau pemusatan pikiran.

Seorang yogi akan dapat menghubungkan dirinya dengan kekuatan


rohani melalui Astanga Yoga yaitu delapan tahapan yoga untuk mencapai
moksa. Astanga Yoga diajarkan oleh Maha Rsi Patanjali dalam bukunya
yang disebut Yoga Sutra Patanjali. Adapun bagian-bagian dari ajaran yang
dimaksud adalah sebagai berikut;

a. Yama

Merupakan suatu bentuk larangan yang harus dilakukan oleh


seorang dari segi jasmani. Misalnya, dilarang membunuh (Ahimsa),
dilarang berbohong (Satya), pantang mengingini sesuatu yang bukan
miliknya (Asteya), pantang melakukan hubungan seksual
(Brahmacari) dan tidak menerima pemberian dari orang lain
(Aparigraha).

5
b. Nyama.

Merupakan pengendalian diri yang lebih bersifat rohani.


Misalnya Sauca (tetap suci lahir batin), Santosa (selalu puas dengan
apa yang datang), Swadhyaya (mempelajari kitab-kitab keagamaan)
dan Iswara Pranidhana (selalu bhakti kepada Tuhan).

c. Asana

Merupakan sikap duduk yang benar, teratur dan disiplin.

d. Pranayama

Merupakan yaitu pengaturan napas, yang menghasilkan


ketenangan dan kemantapaan pikiran serta kesehatan yang baik
dengan melalui tiga jalan yaitu puraka (menarik nafas), kumbhaka
(menahan nafas) dan recaka (mengeluarkan nafas).

e. Pratyahara

Merupakan yaitu mengontrol dan mengendalikan indriya dari


ikatan obyeknya, sehingga orang dapat melihat hal-hal suci.

f. Dharana

Merupakan konsentrasi pikiran pada suatu objek atau cakra


dalam Istadevata.

g. Dhyana

Merupakan pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan


kepada suatu obyek.

h. Samadhi

Merupakan penyatuan atman (sang diri sejati dengan


Brahman). Bila seseorang melakukan latihan yoga dengan teratur dan
sungguh-sungguh ia akan dapat menerima getaran-getaran suci dan
wahyu Tuhan.

6
2.3. Implementasi Ajaran Catur Marga Yoga dalam Kehidupan Hindu

1) Bhakti Marga Yoga

a) Pelaksanaan Tri Sandya dan Yadnya Sesa

Jalan yang utama untuk memupuk perasaan bakti ialah rajin


menyembah Tuhan dengan hati yang tulus ikhlas dengan melaksanakan
Tri Sandhya yaitu sembahyang tiga kali dalam sehari, pagi, siang, dan
sore hari serta melaksanakan yandnya sesa/ngejot setelah selesai
memasak. Dalam kehidupan sehari -hari sebagai upaya dalam
mewujudkan rasa bhakti sekaligus mendekatkan diri kehadapanya
hendaknya melaksanakan puja tri sandya tersebut dengan tulus dan iklas.

b) Pelaksanaan Pada Hari-Hari Keagamaan

Implementasi Bhakti Marga Yoga juga dapat dilihat pada hari-hari


keagaman hindu, seperti hari saraswati, tumpek wariga dan tumpek uye.
Hari saraswati adalah hari turunnya ilmu pengetahuan dengan memuja
dewi yang dilambangkan sebagai ilmu pengetahuan yaitu Dewi
saraswati. Hari saraswati ini jatuh pada hari Saniscara Umanis
Watugunung dan diperingati setiap 210 hari. Pada hari ini semua pustaka
terutama Weda dan sastra-sastra agama dikumpulkan sebagai lambang
stana pemujaan Dewi Saraswati untuk diberikan suatu upacara.
Sedangkan Tumpek Wariga merupakan upacara untuk menghormati
keberadaan tumbuh-tumbuhan sebagai mahluk hidup didunia atau
dikenal dengan istilah “ngotonin sarwa entik-entikan”. Sementara
Tumpek Uye atau Tumpek Kandang upacara dalam menghormati
keberadaan hewan atau binatang yang hidup di dunia yang sering dikenal
dengan istilah “ngotonin sarwa ubuhan”. Keduanya jatuh tepat setiap 210
hari dalam perhitungan hindu. Dalam konsep Tri Hita Karana
penghormatan kehadapan ida sang hyang widhi wasa atas pengadaan
hewan dan tumbuhan ini dilakukan dengan tulus dan iklas. Dengan kata
lain melaksanakan upacara tumpek ini adalah realisasi dari konsep Tri
Hita Karana alam kehidupan. Jika semua itu sudah kita lakukan dengan

7
rasa tulus dan iklas berarti kita telah melaksanakan ajaran bhakti marga
yoga.

2) Jnana Marga Yoga

a) Ajaran Brahmacari

Brahmacari adalah mengenai masa menuntut ilmu dengan tulus


ikhlas. tugas pokok kita pada masa ini adalah belajar dan belajar. Belajar
dalam arti luas, yakni belajar dalam pengertian bukan hanya membaca
buku. Tetapi lebih mengacu pada ketulus iklasan dalam segala hal.
Contohnya: rela dan iklas jika dimarahi guru atau orang tua.

b) Ajaran Aguron-Guron

Merupakan suatu ajaran mengenai proses hubungan guru dan


murid. Namun istilah dan proses ini telah lama dilupakan karena sangat
susah mendapatkan guru yang mempunyai kualifikasi tertentu dan juga
sangat sedikit orang menaruh perhatian dan minat terhadap hal ini. Maka
untuk memenuhi kualifikasi tertentu, hendaknya seorang guru mencari
sekolah yang mempunyai kurikulum yang membawa kesadaran kita
melambung tinggi melampaui batas-batas senang dan sedih, bahagia dan
derita, lahir dan mati.

c) Ajaran Catur Guru

Ajaran Catur Guru Bhakti senantiasa relevan sepanjang masa,


sesuai dengan sifat agama Hindu yang Sanatana Dharma. Aktualisasi
ajaran Guru Bhakti atau rasa bhakti kepada Catur Guru dapat
dikembangkan dalam situasi apapun, sebab hakekat dari ajaran ini adalah
untuk pendidikan diri, utamanya adalah pendidikan disiplin, patuh dan
taat kepada sang Catur Guru dalam arti yang seluas-luasnya.

8
3) Karma Marga Yoga

a) Ngayah dan Matatulungan

Ngayah merupakan suatu istilah yang ada di bali yang identik


dengan gotong royong. Ngayah ini bisa dilakukan di pura-pura dalam hal
upacara keagamaan, seperti odalan-odalan/karya. Sedangkan
matatulungan ini bisa dilakukan terhadap antar manuasia yang
mengadakan upacara keagamaan pula, seperti upacara pawiwahan,
mecaru dan lain sebagainya. Sesuai dengan ajaran karma yoga, maka
hendaknya ngayah atau matatulungan ini dilakukan secara ikhlas tanpa
ada ikatan apapun. Sehingga apa yang kita lakukan bisa memberikan
suatu manfaat.

b) Mekarme Sane Melah

Berbuat yang baik atau mekarma sane melah hendaknya selalu kita
lakukan. Dalam agama hindu ada slogan mengatakan“rame ing gawe sepi
ing pamrih” yang artinya berbuat baik tanpa pernah berpikir
mengharapkan suatu balasan. Selain slogan tersebut, dalam hidup
bernasyarakat hendaknya juga menerapkan slogan “Tat Twam Asi”
adalah salah satu dasar untuk ber-Karma Baik. Engkau adalah Aku, Itu
adalah Kamu juga. Suatu slogan yang sangat sederhana untuk diucapkan,
tapi memiliki arti yang sangat mendalam, baik dalam arti pada kehidupan
sosial umat dan juga sebagai diri sendiri/individu yang memiliki
pertanggungjawaban karma langsung kepada Brahman.

c) Ajaran Karmapahala

Karma phala merupakan hasil dari suatu perbuatan yang dilakukan.


Kita percaya bahwa perbuatan yang baik (subha karma) membawa hasil
yang baik dan perbuatan yang buruk (asubha karma) membawa hasil
yang buruk. Jadi seseorang yang berbuat baik pasti baik pula yang akan
diterimanya, demikian pula sebaliknya yang berbuat buruk, buruk pula
yang akan diterimanya. Karma phala memberi keyakinan kepada kita
untuk mengarahkan segala tingkah laku kita agar selalu berdasarkan etika

9
dan cara yang baik guna mencapai cita- cita yang luhur dan selalu
menghindari jalan dan tujuan yang buruk. Karma phala mengantarkan
roh (atma) masuk Surga atau masuk neraka. Bila dalam hidupnya selalu
berkarma baik maka pahala yang didapat adalah Surga, sebaliknya bila
hidupnya itu selalu berkarma buruk maka hukuman nerakalah yang
diterimanya.

4) Raja Marga Yoga

a) Ajaran Astangga Yoga

Astangga yoga merupakan delapan anggota dari raja yoga yang


terdiri dari Yama, Niyama, Asana, Pranayama, Pratyahara, Dharana,
Dhyana, dan Samadhi adalah delapan anggota (anga) dari Rajayoga
iyama membentuk disiplin etika yang memurnikan hati.

b) Catur Brata Penyepian

Hari raya nyepi Sesuai dengan hakekat Hari Raya Nyepi di atas
maka umat Hindu wajib melakukan tapa, yoga, dan semadi. Brata
tersebut didukung dengan Catur Brata Nyepi sebagai berikut:

Amati Agni, tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu,

Amati Karya, yaitu tidak melakukan kegiatan kerja jasmani, melainkan


meningkatkan kegiatan menyucikan rohani,

Amati Lelungan, yaitu tidak berpergian melainkan mawas diri.

Amati Lelanguan, yaitu tidak mengobarkan kesenangan melainkan


melakukan pemusatan pikiran terhadap Ida Sang Hyang Widhi.

2.4. Implementasi Ajaran Catur Marga Yoga Di Tempat Suci

Penerapan Catur Marga oleh umat Hindu sesungguhnya telah diterapkan


secara rutin tidak hanya ditempat suci (Pura) tetapi juga di kehidupannya sehari-
hari, termasuk juga oleh umat Hindu yang tinggal di Bali maupun yang tinggal
di luar Bali. Banyak cara dan jalan yang dapat ditempuh untuk dapat

10
menerapkannya. Inti dari penerapan Catur Marga adalah untuk memantapkan
mengenai hidup dan kehidupan umat manusia di alam semesta ini, terutama
untuk peningkatan, pencerahan, serta memantapkan keyakinan atau kepercayaan
(sraddha) dan pengabdian (bhakti) terhadap Tuhan Yang Maha Esa atau Ida
Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan memahami dan menerapkan ajaran Catur
Marga, diharapkan segenap umat Hindu dapat menjadi umat yang berkualitas,
bertanggung jawab, memiliki loyalitas, dedikasi, jati diri yang mulia dan harapan
lainnya guna tercapai kehidupan yang damai, rukun, tenteram, sejahtera, bahagia
dan sebagainya. Jadi dengan penerapan ajaran Catur Marga diharapkan agar
tujuan dari agama Hindu dapat terwujud. Jadi apabila di ringkas bagaimana
penerapan catur marga di lingkungan tempat suci (Pura).

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Adapun simpulan yang dapat kami tarik dari penulisan makalah ini
adalah:

1) Catur Marga Yoga adalah empat jalan untuk mencapai


kesempurnaan hidup lahir dan batin dengan cara menghubungkan
diri melalui pemusatan pikiran kepada Tuhan.

2) Bagian-bagian dari Catur Marga Yoga yang terdiri dari empat bagian
diantaranya yaitu Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana
Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga.

3) Implementasi ajaran Catur Marga Yoga dalam kehidupan hindu


berupa pelaksanaan Tri Sandya dan Yadnya Sesa, pelaksanaan pada
hari-hari keagamaan, ajaran Brahmacari, ajaran Aguron-Guron,
ajaran Catur Guru, ngayah dan matatulungan, mekarme sane melah,
ajaran karmapahala, ajaran Astangga Yoga dan Catur Brata
Penyepian.

4) Implementasi ajaran Catur Marga Yoga di tempat suci untuk


memantapkan mengenai hidup dan kehidupan umat manusia di alam
semesta ini, terutama untuk peningkatan, pencerahan, serta
memantapkan keyakinan atau kepercayaan (sraddha) dan pengabdian
(bhakti) terhadap Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi
Wasa.

3.2. Saran

Kita sebagai masyarakat hindu hendaknya selalu menerapkan ajaran


catur marga yoga dalam kehidupan sehari-hari yang disesuaikan dengan
kepribadian, watak, dan kesanggupan manusia. Jika seseorang kesanggupannya
terletak pada mencari ilmu pengetahuan maka ajaran jnana marga yoga yang
digunakan. Jika seseorang itu mempunyai watak yang halus dan perasa serta

12
mempunyai ketekunan dalam memuji Sang Hyang Widhi, maka ajaran bhakti
marga yoga yang digunakan. Demikian juga yang kesanggupannya terletak pada
kerja serta pengabdian yang tulus tanpa pamrih maka ajaran karma marga yoga
yang harus dijalani. Sedangkan orang tekun dalam samadhi, kuat dalam tapa
brata serta tidak dapat dipengaruhi oleh hal yang bertentangan yang ada dalam
hidup ini, maka ajaran raja marga yoga yang digunakan. Semua ajaran catur
marga yoga yang ingin diterapkan harus didasarkan dengan tulus ikhlas,
ketekunan, kesujudan, keteguhan iman, dan tanpa pamrih.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Gusti. 2011. Catur Marga. Dalam http://singaraja-bali-


maribelajar.blogspot.com.Diakses 07 April 2014.

Partadjaja, Rai, Tjok dan Asli, Luh. 2009. Pendidikan Agama Hindu. Singaraja:
UNDIKSHA.

Sukartha, I Ketut, dkk. 2004. Widya Dharma Agama Hindu untuk SMP. Jakarta:
Ganeca Exact.

14

Anda mungkin juga menyukai