SOAL :
1. Jelaskan konsep Ketuhanan Saguna Brahman dalam religiusitas umat Hindu
2. Jelaskan konsep ketuhanan nirguna brahman sebagai upaya kontemplasi diri
3. Sebut dan jelaskan sadhana umat Hindu dalam mengimplementasikan konsep
ketuhanan
4. Sebut dan jelaskan catur marga yoga dalam upaya mencapai pembebasan diri
5. Jelaskan konsep bhuana alit dan bhuana agung sebagai bentuk penyatuan
atman dengan Brahman
JAWABAN :
1. Saguna Brahman berasal dari kata “Sa”, “Guṇa” dan “Brahman”. “Sa” artinya
dengan, sama, sama dengan. Kata “Guṇa” diartikan sebagai sebuah kualitas
atau sifat. “Brahman” artinya Tuhan. Dalam posisi ini merupakan Tuhan yang
berwujud sehingga dapat dijangkau oleh rasa atau daya pikir manusia. Dalam
posisi ini beliau dipuja menggunakan berbagai gelar. Saguna yakni personal
God. Saguna Brahman dibatasi oleh bentuk atau wujud seperti gambar, patung
dan sebagainya. Dengan demikian, Saguna Brahman adalah keadaan Tuhan
yang berwujud. Dalam religiusitas umat Hindu, Tuhan dalam tataran Saguna
Brahman dipuja dalam berbagai bentuk seperti patung, arca, pratima maupun
supratista. Konsep Saguna Brahman, Tuhan dapat dipikirkan sehingga
munculah manifestasi yang diinterpretasikan oleh umat. Di Bali banyak sekali
ditemukan nama dewa/bhatara yang penamaannya bersifat lokal. Umat denan
pemujaan ini akan menjadi lebih dekat dengan Tuhan, mengingat Tuhan sudah
berwujud dan meresap ke semuanya (bersifat imanen).
1
2. Nirguna Brahman dapat diartikan sebagai tuhan tanpa wujud (impersonal God).
Konsep dan ajaran Hindu Bali menyebutkan Tuhan sebagai Acintya yang
artinya “tidak terpikirkan”. Sebagai Nirguna Brahman Tuhan dinyatakan tak
berwujud, tidak terpikirkan dan abstrak sebagaimana tersirat dalam sloka
Bhagawab Gita II-25
“Avyakto’yam acintyo ‘yam Avikaryo ‘yam ucyate
Tasmad evam viditvainam Manusocitum arhasi.”
Terjemahannya: “Dia tidak dapat diwujudkan dengan kata-kata, tidak dapat
dipikirkan, dan dinyatakan, tak berubah-ubah; karena itu dengan mengetahui
sebagaimana halnya, engkau tak perlu berduka
Tuhan dalam tataran Nirguna Brahman jika di kontemplasikan ke dalam praktik
meditasi, Tuhan dapat dihayati dan mengalami suatu proses kesadaran batin.
Tuhan Yang Maha Mutlak tidak dapat digambarkan dengan cara apapun
sehingga aksara Om adalah sebuah petunjuk untuk dapat mengenal Tuhan
yang mutlak (tanpa wujud/Nirguna).
Aksara Om merupakan bentuk pikiran manusia yang terlahir dari inspirasi
Nirguna Brahman. Secara interpretasi, aksara Om itu sebenarnya Brahman.
Aksara Om merupakan puncak tertinggi sebagai tujuan utamanya. Sehingga
mengucapkan aksara Suci Om saat berkontemplasi ke dalam sebenarnya
sudah bisa mengalami kesadaran batin.
4. Catur Marga Yoga merupakan empat jalan atau cara umat Hindu untuk
menghormati dan menuju ke jalan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang
Widhi Wasa) sebagai upaya untuk mencapai pembebasan diri. Sumber ajaran
Catur Marga ada diajarkan dalam kitab suci Bhagawadgita, terutama pada
Trayodhyaya tentang Karma Marga Yoga yakni sebagai satu sistem yang
berisi ajaran yang membedakan antara ajaran Subha Karma (perbuatan baik)
dengan ajaran Asubha Karma (perbuatan yang tidak baik). Adapun bagian-
bagian dari Catur Marga Yoga adalah sebagai berikut.
3
a. Bhakti Marga Yoga
Bhakti merupakan kasih sayang yang mendalam kepada Tuhan Yang
Maha Esa, yang merupakan jalan kepatuhan atau bhakti. Bhaktiyoga
disenangi oleh sebagian besar umat manusia. Tuhan merupakan
pengejawantahan dari kasih sayang, dan dapat diwujudkan melalui cinta
kasih. Bhakti dibagi dua yaitu Para bhakti dan Apara bhakti. Para artinya
utama; jadi para bhakti artinya cara berbhakti kepada Tuhan yang
utama, sedangkan apara bhakti artinya tidak utama; jadi apara bhakti
artinya cara berbhakti kepada Tuhan yang tidak utama. Apara bhakti
dilaksanakan oleh bhakta yang tingkat kesadaran rohaninya kurang atau
sedang-sedang saja. Para bhakti dilaksanakan oleh bhakta yang tingkat
kesadaran rohaninya tinggi.
b. Jnana Marga Yoga
Jnana marga yoga merupakan jalan pengetahuan. Moksa sebagai
tujuan hidup tertinggi manusia berupa penyatuan dengan Tuhan Yang
Maha Esa dicapai melalui pengetahuan tentang. Pelepasan dicapai
melalui realisasi identitas dari roh pribadi dengan roh tertinggi atau
Brahman. Jnana bukan hanya pengetahuan kecerdasan,
mendengarkan atau membenarkan. Ia bukan hanya persetujuan
kecerdasan, tetapi realisasi langsung dari kesatuan atau penyatuan
dengan yang tertinggi yang merupakan paravidya.
c. Karma Marga Yoga
Karma Yoga merupakan jalan pelayanan tanpa pamrih, yang membawa
pencapaian menuju Tuhan melalui kerja tanpa pamrih. Yoga ini
merupakan penolakan terhadap buah perbuatan. Karma Yoga
mengajarkan bagaimana bekerja demi untuk kerja itu, yaitu tiadanya
keterikatan (wairagya). Demikian juga bagaimana menggunakan tenaga
untuk keuntungan yang terbaik. Bagi seorang Karma Yogin, kerja
sebentuk pemujaan, sehingga setiap pekerjaan dialihkan menjadi suatu
pemujaan kepada Tuhan. Seorang Karma Yogin tidak terikat oleh karma
(hukum sebab akibat), karena ia mempersembahkan buah
perbuatannya kepada Tuhan.
4
d. Raja Marga Yoga
Raja Yoga adalah jalan yang membawa penyatuan dengan Tuhan,
melalui pengekangan diri dan pengendalian diri dan pengendalian
pikiran. Raja Yoga mengajarkan bagaimana mengendalikan indria-indria
dan mental atau gejolak pikiran yang muncul dari pikiran melalui tapa,
brata, yoga dan semadhi. Dalam Hathayoga terdapat disiplin fisik,
sedangkan dalam Rajayoga terdapat disiplin pikiran. Melakukan raja
marga yoga hendaknya dilakukan secara bertahap melalui Astangga
Yoga yang meliputi Yama, Niyama, Asana, Pranayama, Pratyahara,
Dharana, Dhyana, dan Samadhi.
5. Konsep Bhuana Alit dan Bhuana Agung sebagai bentuk penyatuan atman
dengan Brahman.
Istilah Bhuana Agung dan Bhuana Alit merujuk pada pengertian tentang
alam besar (makrokosmos) dan alam kecil (mikrokosmos). Bhuana artinya
alam, dunia, jagat. Agung artinya besar, Alit artinya kecil. Bhuana Agung artinya
dunia besar atau alam semesta. Bhuana Alit artinya dunia kecil (makhluk
hidup).
Alam semesta sebagai Bhuana Agung beserta segala makhluk hidup selaku
Bhuana Alit sebagai isinya diciptakan oleh Tuhan yang disebut Brahman. Dari
Brahman inilah kemudian muncul alam semesta dan Beliau pula sebagai
pelindung, dan atas kehendak beliau alam ini akan mengalami kehancuran
atau Pralaya. Adapun tujuan Brahman menciptakan alam semesta adalah
sebagai tempat hidup terutama manusia, sehingga dapat menikmati kehidupan
dalam hidupnya. Pada hakikatnya, antara Bhuwana Agung dan Bhuwana
Alit merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
5
Tuhan. Jika kita mempelajari keberadaan atman secara mendalam, maka tidak
akan lepas dari keberadaan Brahma. Sloka Atharwa Weda XI.8.30
memberikan penjelasan tentang hubungan Brahman dengan Atman sebagai
berikut.
Sariram Brahma pravisat sarire-adhi prajapatih
Terjemahan : Tuhan (Brahman) memasuki tubuh manusia dan Beliau menjadi
raja tubuh dalam tubuh tersebut.