Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH YOGA

BAB1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maraknya Yoga dianggap pertanda untuk kebangkitan Hindu di Indonesia. Sebagian
umat dari berbagai agama, kepercayaan lalu mulai berpaling ke yoga dan meditasi.
Mungkin Anda ingin lebih tahu apa makna dan praktik-praktik yoga yang sebenarnya
ini? Di Indonesia saat ini mereka-mereka yang tertarik kepada yoga pada umumnya
terdiri dari orang-orang yang memang gemar pada kesehatan dan hal-hal yang bersifat
spiritual. Saat ini boom yoga membuat sementara orang latah ikut-ikutan yoga bahkan
mengaku dirinya guru yoga, karena tidak seperti di Eropah, USA, Australia dan Canada,
di sini tidak ada peraturan dan proteksi dari pemerintah maupun departemen kesehatan
yang terkait.
Ada banyak jalan untuk mencapai kebenaran tertinggi. Jalan yang berbeda-beda itu
tampakanya memiliki tujuan yang sama yaitu sebuah penyatuan tertinggi antara Atman
dengan Brahman. Kita lahir berulang kali untuk meningkatakan perkembangan evolusi
jiwa. Dan masing-masing dari kita berada pada tingkat pemahaman yang berbeda-beda.
Karena itu tiap orang disiapkan untuk tingkat pengetahuan spiritual yanag berbeda pula.
Semua jalan rohani yang ada di dunia ini penting karena ada orang-orang yang
membutuhkan ajarannya. Penganut suatu jalan rohani dapat saja tidak memiliki
pemahaman lengkap tentang sabda Tuhan dan tidak akan pernah selama masih berada
dalam jalan rohani tersebut. Jalan rohani itu merupakan sebuah batu loncatan untuk
pengetahuan yang lebih lanjut. Setiap jalan rohani memenuhi kebutuhan rohani yang
mungkin tidak dapat dipenuhi oleh jalan rohani yang lain. Tidak satupun jalan rohani
yang memenuhi kebutuhan semua orang di segala tingkat. Saat satu individu masih
tingkat pemahamannya tentang Tuhan dan perkembangan dalam dirinya, dia mungkin
merasa tidak terpenuhi oleh pengajaran jalan rohani sebelumnya dan mencari jalan
rohani yang lain untuk mengisi kekosongannya. Bila hal itu terjadi, maka orang tersebut
telah meraih tingkat pemahaman yang lain dan akan merindukan kebenaran serta
pengetahuan yang lebih luas, dan kemungkinan lain untuk tumbuh.
Dengan demikian kita tidak berhak untuk mencerca jalan rohani yang lain. Semua
berharga dan penting di mata-Nya. Ada pemenuhan sabda Tuhan, akan tetapi
kebanyakan oaring tidak meperolehnya di sini untuk bisa meraih kebenaran, kita perlu
mendengarkan roh dan melepas ego kita. Dan Yoga sebagai salah satu jalan yang
bersifat universal adalah salah satu jalan rohani dengan tahapan-tahapan yang
disesuaikan dengan kemapuan spiritual seseorang.
1.2 Pengertian Yoga
Yoga secara harfiah berasal dari suku kata “yuj” yang memiliki arti menyatukan atau
menghubungkan diri dengan Tuhan. Kemudian Patanjali memberikan definisi tentang
yoga yaitu mengendalikan gerak-gerak pikiran. Ada dua hal yang penting sebagai
seorang praktisi yoga adalah melatih secara terus menerus sekaligus tidak terikat
dengan hal-hal duniawi. Secara spiritual Yoga merupakan suatu proses di mana
identitas jiwa individual dan jiwa Hyang Agung disadari oleh seorang yogi, Yogi adalah
orang yang menjalani yoga, orang yang telah mencapai persatuan dengan Hyang
Agung.
Jiwa manusia dibawa kepada kesadaran akan hubungan yang dekat dengan sumber
realitas (Hyang Widhi). Seperti setitik air yang bersatu dengan air di samudra. Yoga
adalah ketenangan hati, ketentraman, keahlian dalam bertingkah laku, Segala sesuatu
yang terbaik dan tertinggi yang dapat dicapai dalam hidup ini adalah Yoga juga, Yoga
mencakup seluruh aplikasi yang inklusif dan universal yang mengantar kepada
pengembangan / pembangunan seluruh badan, pikiran dan jiwa.
Yoga pada dasarnya adalah sebuah cara atau jalan hidup. Bukan sesuatu yang keluar
dari kehidupan, bukan pula menjauhkan diri dari aktifitas, melainkan merupakan
performa yang efisien dengan semangat hidup yang benar. Yoga bukan pula melarikan
diri dari rumah dan kebiasaan hidup manusia, melainkan merupakan suatu proses
pembentukan sikap untuk hidup di rumah (keluarga) maupun hidup bermasyarakat
dengan suatu pengertian baru, Yoga bukan memalingkan dari kehidupan, Dia
merupakan spiritual dari hidup.
Yoga adalah salah satu jalan keselamatan dalam Hinduisme, yaitu cara mencapai
Moksa atau kelepasan. Yoga berarti usaha mendisiplin diri untuk merealisasikan
kehadiran Tuhan dalam diri, dan juga berarti usaha mengatur kekuatan alam dari roh,
dan juga sebagai usaha penyatuan diri. Yoga merupakan salah satu dari enam ajaran
dalam filsafat Hindu, yang menitikberatkan pada aktivitas meditasi atau tapa di mana
seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca inderanya dan
tubuhnya secara keseluruhan. Masyarakat global umumnya mengenal Yoga sebagai
aktifitas latihan utamanya asana (postur) bagian dari Hatta Yoga. Yoga juga digunakan
sebagai salah satu pengobatan alternatif, biasanya hal ini dilakukan dengan latihan
pernapasan, oleh tubuh dan meditasi, yang telah dikenal dan dipraktekkan selama lebih
dari 5000 tahun.
Sedangkan pengertian Yoga menurut Ensiklopedi umum adalah sistim ajaran gaib yang
diperkembangkan Hinduisme dengan maksud membebaskan orang dari dunia khayalan
seperti yang difahami dengan pancaindera. Pembebasan ini sukar dan mungkin
memerlukan beberapa kali umur hidup. Yogi (penganut yoga) yang percaya akan
pantheisme (kepercayaan bahwa dunia dengan segala isinya adalah Tuhan) mencari
persatuan dengan jiwa seluruh alam dunia. Penganut yoga yang atheis (tidak mengakui
adanya Tuhan) mencari perasingan yang sempurna dari segala jiwa-jiwa lainnya dan
pengetahuan diri sendiri yang sempurna. Kemudian terakhir yang dicari ialah kemuliaan
penerangan sempurna. Para penganut yoga memakai disiplin jasmani untuk mencapai
penyucian, kebersihan, samadi, dan latihan. Orang yang melakukan tapa yoga disebut
yogi, yogin bagi praktisi pria dan yogini bagi praktisi wanita. Sastra Hindu yang memuat
ajaran Yoga, diantaranya adalah Upaishad, Bhagavad Gita, Yogasutra, Hatta Yoga
serta beberapa sastra lainnya. Klasifikasi ajaran Yoga tertuang dalam Bhagavad Gita,
diantaranya adalah Karma Yoga/Marga, Jnana Yoga/Marga, Bakti Yoga/Marga, Raja
Yoga/Marga.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Yoga sebagai sebuah cara atau jalan untuk
mengendalikan pikiran yang terobyektifkan serta kecendrungan alami pikiran dan
mengatur segala kegelisahan-kegelisahan pikiran agar tetap tak terpengaruh sehingga
bisa mencapai penyatuan antara kesadaran unit dan kesadaran kosmik.
Di India, dalam kitab Upanishad dijumpai ajaran mistik (kebatinan) Hindu yang
mengajarkan ‘usaha penyatuan zat manusia (atman) dengan zat semesta (brahman),’
usaha mana dilakukan dengan praktek meditasi, pengetahuan mistik dan latihan
pernafasan. Zat itu dinamakan Prajapati yang dalam Upanishad Svetasvatara disebut:
“Aku (self) itu adalah api, matahari, angin, bulan, sama juga dengan langit berbintang,
itu adalah Brahman, air, Prajapati.” Pada hekekatnya hanya ada satu zat, yaitu yang
‘ada’. ‘Zat’ ini dapat disebut ‘Prajapati’, tetapi ia tidak dibayangkan sebagai dewa yang
berpribadi, yang berdiri di luar dunia, melainkan ‘dasar segala hal’ yang tidak berpribadi.
Untuk menyatakan ‘dasar segala hal’ itu, upanishad-upanishad selalu memakai istilah
‘Brahman.’Di dalam upanishad-upanishad mulailah manusia mendapat perhatian yang
besar.
Di sini manusia dipandang sebagai cermin dunia. Segala daya kekuatan alam semesta
itu bertemu di dalam manusia seperti sinar cahaya yang bertemu pada titik api. Agni,
dewa api, Vayu, dewa angin, dan dewa-dewa lainnya berkedudukan di dalam manusia.
Dengan konsekwen, maka manusia digambarkan sebagai mikro-kosmos.’ Suatu pikiran
yang lebih lanjut ialah: Kalau dunia ini pada hakekatnya satu, maka manusia pun pada
hakekatnya adalah satu juga. Yang dimaksud dengan itu ialah, bahwa segala daya
kekuatan di dalam manusia hanya mempunyai satu dasar kekuatan saja.Makaperkataan
yang dipakai orang untuk menunjukkan kesatuan hidup yang terdalam pada manusia
ialah ‘atman,’ sebuah perkataan yang asal mulanya berarti nafas.”
1.3 Sejarah Yoga
Sejak lebih dari 5000 tahun yang lalu, yoga telah diketahui sebagai salah satu alternatif
pengobatan melalui pernafasan. Awal mula munculnya yoga diprakarsai oleh Maharsi
Patanji, dan menjadi ajaran yang diikuti banyak kalangan umat Hindu. Cittavrttinirodha
adalah kata yang dianggap dapat mengartikan yoga yang sesungguhnya. Artinya sendiri
adalah penghentian gerak pikiran. Ajaran yoga ini ditulis Maharsi lewat sastra yoga
sutra, yang terbagi menjadi empat dan memuat 194 sutra. Bagian-bagian pada sastra,
yaitu Samadhipada (bagian pertama), Sadhapada (bagian kedua), Vidhutipada (bagian
ketiga), dan Kailvalyapada (bagian keempat).
Ajaran Yoga ternyata juga termuat dalam sastra Hindu. Beberapa sastra Hindu tersebut
adalah Upanisad, Bhagavad Gita, Yogasutra, dan Hatta Yoga. Kemudian, ajaran yoga
mengalami pengklasifikasian, yang terdapat pada sastra Hindu, dalam Bhagavad gita
dapat diklasifikasi sebagai berikut :
1. Hatha Yoga, yaitu yoga yang dilakukan dengan pose fisik (Asana), teknik pernafasan
(Pranayana) disertai dengan meditasi. Ketiga poin ini dilakukan untuk membuat pikiran
menjadi tenang dan tubuh sehat penuh vitalitas.
2. Bhakti Yoga, yaitu yoga yang memfokuskan diri untuk menuju hati. Jika seorang yogi
berhasil menerapkannya, maka dia akan dapat melihat kelebihan orang lain dan cara
untuk menghadapi sesuatu. Keberhasilan yoga ini juga membuat yogis menjadi lebih
welas asih dan menerima segala yang ada di sekitarnya, karena dalam yoga ini
diajarkan untuk mencintai alam dan beriman kepada Tuhan.
3. Raja Yoga, yaitu yoga yang menitikberatkan pada teknik meditasi dan kontemplasi.
Yoga ini nantinya akan mengarah pada cara penguasaan diri sekaligus menghargai diri
sendiri dan sekitarnya. Raja yoga merupakan dasar dari yoga sutra.
4. Jnana Yoga, yaitu yoga yang menerapkan metode untuk meraih kebijaksanaan dan
pengetahuan. Teknik ini cenderung untuk menggabungkan antara kepandaian dan
kebijaksanaan, sehingga nantinya mengdapatkan hidup yang dapat menerima semua
filosofi dan agama.
5. Karma Yoga, yaitu yoga ini mempercayai adanya reinkarnasi. Di sini Anda akan
dibuat untuk menjadi tidak egois, karena yakin bahwa perilaku Anda saat ini akan
berpengaruh pada kehidupan yang akan datang.
6. Tantra Yoga. Untuk yoga ini sedikit berbeda dengan yoga yang lain, bahkan ada yang
menganggapnya mirip dengan ilmu sihir. Teknik pada yoga ini terdiri atas kebenaran
(kebenaran) dan hal-hal yang mistik (mantra). Tujuan dari teknik ini supaya dapat
menghargai pelajaran dan pengalaman hidup.
Dalam masyarakat Indonesia, yoga sudah dikenal luas oleh berbagai kalangan.
Kekawin Arjuna Wiwaha 11.1 menyebutkan kata Yoga dengan sangat jelas; “Sasi
wimba heneng ghata mesi banu Ndanasing, suci nirmala mesi wulan Iwa mangkana
rakwa kiteng kadadin Ring angambeki Yoga kiteng sakala, Bagaikan bulan di dalam
tempayan berisi air. Di dalam air yang suci jernih tampaklah bulan. Sebagai itulah Dikau
(Tuhan) dalam tiap mahluk. Kepada orang yang melakukan Yoga Engkau
menampakkan diri”. Jadi pada dasarnya semua aliran kepercayaan yang menjadikan
Yoga atau Meditasi sebagai pegangan utamanya pada dasarnya adalah pengikut ajaran
Veda.
Maharsi Patanjali adalah pelopor ajaran Yoga yang merupakan bagian dari filsafat
Hindu yaitu Sad Darsana. Buku beliau yang bernama Yogasutra terdiri dari empat
bagian yaitu :
1) Samadhipada, tentang sifat, tujuan dan bentuk ajaran yoga yang menjelaskan
adanya perubahan-perubahan pikiran dalam melakukan yoga.
2) Sadhanapada, tentang tahapan-tahapan pelaksanan yoga, cara mencapai samadhi
dan pahala yang akan didapat oleh mereka yang telah mencapai samadhi.
3) Wibhutipada, tentang hal-hal yang bersifat bathiniah, kekuatan bathin yang didapat
oleh mereka yang melaksanakan yoga.
4) Kaiwalyapada, tentang alam kelepasan dan keadaan jiwa yang telah dapat mengatasi
keterikatan pada keduniawian.
Tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan yoga adalah pencapaian moksa melalui
kesadaran yang disebut sebagai “wiwekajnana” yaitu pengetahuan tentang apa yang
salah dan apa yang benar menurut ajaran Hindu. Sebagaimana telah diuraikan dalam
Jnana Marga, maka dapatlah dikatakan bahwa Jnana Marga adalah dasar fundamental
bagi Yoga Marga, karena untuk mencapai kesadaran Wiwekajnana para siswa haruslah
mempelajari Weda, Upanisad, Smrti, Itihasa dan Purana. Hal ini ditegaskan oleh
Maharsi Patanjali bahwa kelepasan dari ikatan duniawi dapat dicapai melalui
pengetahuan langsung terhadap perbedan atman/jiwa dengan hal-hal yang bersifat
jasmani seperti badan, pikiran dan sifat ke-akuan kemudian mewujudkannya melalui
pengendalian fungsi indria, pengendalian pikiran, dan pengendalian “aku”. Yoga
dilaksanakan melalui delapan tahapan dikenal dengan nama “Astangga-yoga” yaitu :
 Yama : Kontrol etis, perlakuan kita terhadap faktor eksternal dalam kehidupan
 Niyama : Penguasaan spiritual dalam memelihara kemurnian hidup sebagai manusia
ciptaan Tuhan
 Asana : Rangkaian gerak postur untuk melatih serta memelihara juga meningkatkan
fungsi seluruh bagian tubuh
 Pranayama : Seni pernapasan yang mampu meningkatkan kualitas kehidupan secara
menyeluruh
 Pratyahara : Penguasaan diri yang bersifat internal. Kemampuan untuk fokus
terhadap apa yang ada dalam ‘diri seorang manusia’
 Dharana : Konsentrasi, apabila kita mampu memelihara fokus tadi secara lebih intens
 Dhyana : Sebuah level di mana fokus tadi menjadi sesuatu yang bersifat otomatis,
panjang namun tanpa beban. Pelakunya mampu membuat diri mereka fokus penuh
konsentrasi namun terlihat luar biasa relaks serta nyaman
 Samedhi : Saat semua pencapaian positif tersebut telah termanifestasi dalam semua
aspek kehidupan sang manusia pelaku yoga
2.4 Jenis-jenis Yoga
Secara garis besar Yoga ada 4 jenis, yaitu :
 Karma Yoga
 Bhakti Yoga
 Jnana Yoga
 Raja Yoga
1 ) Karma Yoga
Karma Yoga, yoga yang dilakukan melalui kehidupan tanpa pamrih. Para praktisinya
tidak pernah mengeluh menghadapi persoalan. Semua masalah dipandang merupakan
akibat dari karma, maka harus diterima dan dihadapi. Konsep ini banyak disalah-pahami
sebagai konsep hidup pasip, padahal konsep ini justru membawa manusia menjadi aktip
dalam menghadapi kehidupan. Karma Yoga mengajarkan pada manusia untuk
menghadapi dan menyelesaikan persoalan, bukan melarikan diri dari persoalan.
Bila anda praktisi Karma Yoga, maka persoalan apapun yang terjadi harus anda terima,
tidak melarikan diri. Melarikan diri bukan solusi, tapi justru menimbun persoalan dan
membuat persoalan baru. Persoalan tidak akan pernah hilang, yang ada hanyalah
penundaan dan penumpukan. Untuk menyelesaikannya, mau – tidak mau, suka-
terpaksa, semua harus dihadapi. Entah kapan, yang jelas semua persoalan perlu
penyelesaian. Banyak penderita stress, bahkan yang bunuh diri, dikarenakan tidak mau
menerima suatu persoalan sebagai kenyataan dan menyelesaikannya, kemudian
melarikan diri tanpa mau menghadapi dan menyelesaikannya.
2 ) Bhakti Yoga
Bakti Yoga, yoga yang dilakukan dengan berbakti kepada Tuhan, yaitu melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan Tuhan. Semuanya dilakukan dengan cinta tanpa
memiliki pamrih apa pun (termasuk ingin masuk sorga). Kecintaan praktisi Bakti Yoga
(Bakta) bermakna luas. Bukan hanya pada Tuhan, namun juga pada semua mahluk
ciptaan-NYA. Mencintai ciptaan-NYA merupakan manifestasi dari mencintai Sang
Pencipta. Cinta seorang Bakta tidak membeda-bedakan ras, suku, bangsa, dan agama.
Tidak membenci yang miskin – yang kaya, yang indah – yang buruk, yang pintar – yang
bodoh, yang beriman – yang kafir. Semuanya dicintai, bahkan binatang, tumbuhan, dan
batu-batuan pun tidak luput dari kecintaan seorang praktisi Bakti.
3 ) Jnana Yoga
Jnana Yoga, yoga yang dilakukan dengan jalan pengetahuan. Praktisi yoga ini adalah
para intelektual, dengan cara mengkikis kebodohan manusia. Dengan terkikisnya
kebodohan, maka manusia semakin pandai. Semakin pandai manusia, terhapuslah
kemiskinan, ketidak-adilan, dan kesewenangan. Dengan demikian semakin damai
dunia. Semua itu dikarenakan manusia tahu akan hakekat dirinya. Manusia yang tahu
hakekat dirinya, maka dia akan tahu hakekat Tuhannya. Itulah tugas para praktisi Jnana
Yoga.
4 ) Raja Yoga
Raja Yoga, yoga yang dilakukan dengan cara mempraktekkan secara langsung tata
cara pengedalian pikiran dan kesadaran indra-indra manusia. Raja Yoga memuat
berbagai disiplin fisik dan pikiran, semua dilakukan dalam rangka menuju kepenyatuan
seorang hamba dengan Tuhan. Hasil dari semua itu disebut Pencerahan.
Perkembangan kemudian, hanya Raja Yoga lah yang dikenal sebagai Yoga. Bagi
praktisi Raja Yoga, praktek Hatha, Japa, Mantra, Kundalini, dsb. bukanlah sesuatu yang
terpisah. Sebagaimana praktek Sholat, tidak pernah memisahkan antara “bacaan” (doa-
doa) dengan “gerakan-gerakannya”, semuanya sakral. Seorang praktisi Yoga yang
sempurna, juga melakukan praktek Bakti, Karma, dan Jnana. Sebagaimana seorang
yang taat beragama, tidak hanya melakukan ritual peribadatan pada Tuhan saja, tapi
juga melakukan semua aturan moralitas dan hukum yang telah digariskan.
Yoga Sutra yang disusun oleh Maharshi Patanjali ini adalah teks klasik terbesar dan
terutama dalam aliran filsafat Yoga India. Ia dinyana telah ditulis 2500 tahun lalu; jadi
kurang lebih sejaman dengan Buddha Gotama. Bahkan ada yang berpendapat bahwa
teks ini telah disusun tak kurang dari abad ke-2 SM. Di dalamnya, sutra-sutra tentang
Yoga atau penyatuan universal benar-benar pendek dan akurat; menegaskan secara
lengkap, rinci dan akurat bagian-bagian yang esensial. Mengingat kepadatan dan
kepekatan kandungan makna spiritual-filosofisnya, Yoga Sutra dianjurkan untuk
dijelaskan dan di-interpretasikan oleh seorang Guru Yoga melalui komentar-komentar.
Praktek Yoga dipandang sebagai pelengkap dari dan dalam satu kesatuan pandang
dengan filsafat Sankhya. Tujuan-pokoknya adalah merealisasikan kebebasan Jiva dari
kungkungan Maya.Ketidak-cukupan informasi tentang Yoga telah mengundang tak
sedikit persepsi keliru di kalangan awam tentangnya. Yoga seringkali dikacaukan
dengan Tapa, atau bahkan dengan sesuatu yang berbau klenik yang mendekati takhyul,
atau memandangnya hanya dari sudut-pandang kegaiban-kegaiban dan kanuragan
saja, telah menggugah penulis untuk menghadirkan buku ini di tengah-tengah kita
semua.
Untuk ini, ada baiknya diketengahkan paparan Sri Swami Sivananda pendiri The Divine
Life Society tentang Yoga. “Yoga bukanlah mengurung diri di dalam gua-gua, bukan
pula berkelana di hutan-hutan lebat sekitar pegunungan Himalaya. Ia juga bukan hanya
memakan jenis makanan yang berupa sayur-mayur dari pegunungan. Brahman
bukanlah pengecut yang lari dari hiruk-pikuknya komunitas dan pemukiman manusia.
Praktekkan sajalah Yoga di rumah Anda sendiri. Manakala hasrat untuk
mempraktekkannya muncul, ini berarti bahwa kebebasan telah berada dalam jangkauan
Anda, oleh karenanya manfaatkanlah peluang ini sebaik-baiknya. Menjalani kehidupan
sebagai seorang Yogi, tidaklah mesti menelantarkan siapapun juga atau mengabaikan
kewajiban-kewajiban melekat Anda. Ia bermakna merubah sikap hidup dari kebiasaan
mengerjakan sesuatu yang sia-sia, menuju jalur yang secara pasti mengantarkan
langsung kepada Tuhan. Ia dibarengi dengan perubahan prilaku dalam menjalani
kehidupan serta metode-metodenya guna membebaskan diri Anda dari berbagai
belenggu dan kemelekatan. Kebenaran dan pengabaian keakuan, sebenarnya
merupakan masalah sikap-batin”.
Sesuai sistematika dari teks aslinya, Kidung Kelepasan Patanjali inipun disajikan dalam
4 bagian (pãda), masing-masing adalah:
 Samãdhi Pãda.
 Sãdhana Pãda.
 Vibhuti Pãda.
 Kaivalya Pãda.
1 ) Samãdhi Pãda —Hakekat Penyatuan Agung.
Pãda yang tersusun dalam 51 sutra ini memaparkan tentang landasan spiritual-filosofis
Yoga, hakekat dari penyatuan dan hakekat ketuhanan dalam Yoga. Dalam bagian ini
akan banyak kita temukan paparan yang menyangkut intisari keimanan Hindu, yang
juga berhampiran dengan Buddha, serta penerangan yang amat bersesuaian dengan
Upanishad-upanishad dan Veda Sruti. Dari bagian ini pula, bila kita cermati,
kesinambungan antara Sanhkya Darsana dan Vedanta terjembatani dengan
Shastrãgama-shastrãgama lain. Pãda ini merupakan pembuka yang berisikan
pembekalan dalam tahap persiapan, sebagai landasan pijak dan kerangka dasar
seorang sadhaka, seorang penekun di jalan spiritual.
Samãdhi Pãda terutama menjelaskan beberapa jenis Samãdhi sesuai dengan tersisa
atau tidaknya objek di dalam Samãdhi, yang dicapai bersama dengan terhentinya
pusaran-pusaran pikiran. Kaivalya, yang merupakan isu sentral dari Yoga Sutra ini,
hanya dicapai melalui Nirvikalpa atau Nirbija Samãdhi. Walaupun demikian, jenis
pencapaian lain tetap merupakan pencapaian tinggi yang merupakan penghampiran pra
yang tertinggi. Pembekalan mendasar, seperti ketidak-melekatan (vairagya) dan
pembiasaan laku-spiritual (abhyasa) juga diberikan, sebelum seorang sadhaka benar-
benar terjun dalam praktek kehidupan spiritual secara intens.
2 ) Sãdhana Pãda — Paparan Praktis Praktek Spiritual.
Pãda yang tersusun dari 55 sutra ini memberikan paparan praktis bagi seorang
sadhaka. Disini mulai diperkenalkan Yama, Niyama, Pranayama dan Pratyahara, serta
persiapan untuk memasuki tiga-serangkai Samyama, Dharana, Dhyana, Samadhi.
Samyama baru dipaparkan secara panjang lebar pada Vibhuti Pãda. Metode
pembebasan psikologis dan spiritual yang terdiri dari delapan tahapan ini, juga dikenal
dengan Ashtanga Yoga. Disini juga diingatkan akan bahaya dari siddhi bagi seorang
sadhaka sejati. Secara keseluruhan prinsip-prinsip praktis dari Yoga dapat ditemukan
disini dalam paparan yang lugas. Sebagai paparan praktis, di dalam mengikuti Sãdhana
Pãda ini kita juga acapkali seakan-akan sedikit ‘dipaksa’ untuk mengerti tentang sistem
Yoga praktis tertentu, terutama Hatha Yoga dan Laya Yoga atau Kundalini Yoga.
3 ) Vibhuti Pãda — Paparan tentang Kekuatan dan Kesempurnaan.
Disini dipaparkan tuntunan praktis yang lebih tinggi, terutama tentang tiga-serangkai
Samyama, melalui mana kekuatan-kekuatan spiritual, kegaiban-kegaiban, hingga
kesempurnaan Yoga bisa dicapai. Bagi yang mempunyai naluri mistis yang kuat, bagian
yang tersusun oleh 56 sutra ini, bisa merupakan bagian yang paling menarik. Disini juga
disampaikan peringatan-peringatan untuk tidak melaksanaan Yoga hanya demi
perolehan kekuatan-kekuatan dan kegaiban-kegaiban itu, apalagi terikat padanya. Ini
dapat dengan mudah menjatuhkan sang penekun.
4 ) Kaivalya Pãda — Menggapai Kebebasan Sejati.
Di antara ke-empat Pãda, Kaivalya Pãda inilah yang tersingkat. Disini paparan terasa
padat, yang utamanya difokuskan pada pencapaian Kaivalya dan tentang bagaimana
seorang Yogi yang telah mencapai status itu. Disini Patanjali tak lupa menyelipkan lagi
tatanan etika-moral luhur dari seorang Yogi Sempurna yang dalam ajaran Vedanta kita
kenal sebagai Jivanmukta, ia yang telah terbebaskan dari siklus Samsara dan tak
terlahirkan kembali di alam manapun di antara 34 sutra pembentuknya.
Jadi, secara keseluruhan, ke-empat Pãda benar-benar membentuk satu kesatuan
integral, yang kait-mengait satu sama lain, mengalir dan berlanjut, saling memperjelas
dan mempertegas. Ini juga berarti meminta praktisi mempelajari Yoga Sutra —guna
memperoleh pemahaman yang baik tentang praktek Yoga itu sendiri— secara berulang-
ulang, bolak-balik ke depan dan kembali ke belakang. Ia memang merupakan manual-
praktis yang tersaji dalam satu kesatuan bahasan komprehensif, menyeluruh dan
terpadu. Guna menunjang bahasan-bahasan, dengan segala kerendahan hati, di akhir
buku ini penyusun sajikan sebuah tulisan lepas sebagai appendiks.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Catur Paramitha
 Pengertian / arti catur paramita
Kata Catur Paramita, berasal dari bahasa Sansekerta. Dari kata ” catur ” yang berarti
empat dan ” paramita ” berarti sifat dan sikap utama. Catur Paramita berarti empat
macam sifat dan sikap utama yan patut dijadikan landasan bersusila. Catur Paramita
merupakan salah satu dari landasan atau pedoman untuk melaksanakan ajaran susila
atau ethika dalam ajaran agama Hindu.
 Pembagian / Bagian-bagian Catur Paramita
Adapun bagian-bagian catur paramita antara lain :
 Maitri artinya semang mencari kawan dan bergaul, yakni tahu menempatkan diri dalam
masyarakat, ramah-tamah, serta menarik hati segala perilakunya sehingga
menyenangkan orang lain dalam diri pribadinya.
 Karuna artinya belas kasihan, maksudnya adalah selalu memupuk rasa kasih sayang
terhadap semua mahluk.
 Mudita artinya selalu memperlihatkan wajah yang riang gebira, yakni penuh simpatisan
terhadap yang baik serta sopan santun.
 Upeksa artinya senantiasa mengalah demi kebaikan, walaupun tersinggung perasaan
oleh orang lain, ia tetap tenang dan selalu berusaha membalas kejahatan deman
kebaikan bisa juga dimaksud dengan ( tahu mawas diri ).
Untuk lebih jelas atau mudah memahami ajaran Catur Paramita ini, dibawah ini
disajikam beberapa bentuk larangan-larangan yang penting dilaksanakan oleh umat
manusia sebagai berikut :
 Untuk berbuat Maitri, maka kita jangan melakukan / berbuat bencana yang bersifat
maut ( Anta Kabhaya ) atau jangan membenci.
 Untuk berbuat karuna, maka pantang melakukan perbuatan yang menyebabkan
terjadinya penderitaan, tersiksa, kesengsaraan, atau jangan bengis.
 Untuk dapat berbuat mudita, maka jangan melakukan perbuatan yang dapat
menyebabkan orang lain susah, atau jangan memiliki rasa iri hati kepada orang lain.
 Untuk berbuat upeksa maka pamtang menghina orang lain, memandang rendah
orang lain, menindas orang lain, atau selalu dapat berusaha mengendalikan dorongan
hawa nafsu jahat.
Demikianlah ajaran Catur Paramita patut kita upayakan realisasikan dalam hidup dan
kehidupan ini. Dengan demikian diantara kita mahluk ciptaan-Nya dapat hidup
berdampingan, serasi, selaras, harmonis dan damai. Ajaran Catur Paramita sebagai
realisasi dari ajaran Tat Twam Asi yang patut dijadikan pedoman oleh manusia untuk
memujudkan kehidupan ini yang sempurna.
2.2 Nawa Wida Bakti
Nawa Wida Bakti dinyatakan dalam Bhagawata Purana VII.5.23, yaitu ada sembilan
cara memuja Tuhan yang disebut Nawa Wida Bhakti. Sembilan cara itu adalah
Sravanam, Kirtanam, Smaranam, Arcanam, Vandanam, Dasyanam, Pada Sevanam,
Sakhyanam dan Atmanive Danam.
Kalau kita kaji penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Svaranam yaitu mendengarkan ajaran/cerita suci, dalam Bg.XVIII.70-71disebutkan
mereka yang mempelajari percakapan suci kami berdua, walaupun hanya sekedar
mendengar,ia mencapai dunia kebahagiaan
2. Kirtanam yaitu melantunkan kidung suci yang sarat dengan nama-nama Tuhan
3. Smaranam yaitu mengingat nama Tuhan, mengingat kebesaranNya, kemuliannya dll.
Dalam Bg. X.9 disebutkan memikirkan tentang Aku,mereka merasa puas dan bahagia
4. Sevanam yaitu melayani mahluk lain;orang sakit,miskin, tertimpa musibah dll
5. Vandanam yaitu bersyukur terhadap keberadaan diri kita
6. Arcanam yaitu bhakti dengan cara memuja pratima sebagai media bhakti dan
penghayatan kepada Tuhan.
7. Dasyam yaitu menganggap pujaannya sebagai tamu,majikan,bos dan kita sebagai
pelayan atau abdi.
8. Sukham yaitu memperlakukan pujaannya sebagai sahabat dan keluarganya seperti
arjuna dan krishna.
9. Atmanividanam yaitu bhakti dengan kepasrahan total kepada Tuhan.
Sembilan jenis pemujaan inilah umumnya ditradisikan oleh umat Hindu di seluruh dunia
dengan wujud budaya yang berbeda-beda. Di Bali umat Hindu memuja Tuhan ( Ida
Sang Hyang Widi Wasa ) di tempat pemujaan yang disebut Pura. Ada empat konsepsi
yang melatarbelakangi pendirian Pura bagi umat Hindu di Bali. Ada konsepsi Rwa
Bhineda, konsepsi Catur Loka Pala, konsepsi Sad Winayaka dan konsepsi Padma
Bhuwana.
Pura yang didirikan berdasarkan konsepsi Rwa Bhineda adalah Pura Besakih dan Pura
Batur. Pura ini untuk memuja Tuhan sebagai pencipta Purusa dan Pradana. Tujuan
pemujaan Tuhan sebagai pencipta Purusa dan Pradana untuk membangun
keseimbangan dinamika hidup antara kehidupan rohani dan jasmani. Pura Catur Loka
Pala adalah Pura Lempuhyang Luhur, Pura Luhur Batu Karu, Pura Anda Kasa dan Pura
Puncak Mangu. Keempat Pura ini berada di empat penjuru Pulau Bali.
Tujuan pemujaan Tuhan di Pura Catur Loka Pala adalah untuk membina rasa aman
(raksanam) atas perlindungan Tuhan dari semua arah. Konsepsi Sad Winayaka adalah
konsepsi yang melandasi pendirian Pura Sad Kahyangan. Sad Kahyangan saat Bali
masih satu kerajaan dengan Klungkung sebagai pusat kerajaan dinyatakan dalam
Lontar Kusuma Dewa. Sad Kahyangan tersebut adalah Pura Besakih, Pura
Lempuhyang Luhur, Pura Gowa Lawah, Pura Luhur Ulu Watu, Pura Luhur Batu Karu
dan Pura Pusering Jagat. Setelah Bali menjadi sembilan kerajaan tidak kurang dari
sembilan lontar yang menyatakan Pura Sad Kahyangan yang berbeda-beda. Tujuan
pemujaan Tuhan Yang Mahaesa di Pura Sad Kahyangan adalah untuk menguatkan
komitmen umat Hindu di Bali menegakan Sad Kerti sebagai dasar membangun Bali
yang aman dan makmur atau sejahtera dan adil. Sad Kerti itu adalah Atma Kerti,
Samudra Kerti, Wana Kerti, Danu Kerti, Jagat Kerti dan Jana Kerti. Selanjutnya
Konsepsi Padma Bhuwana melahirkan sembilan Pura Kahyangan Jagat yang berada di
sembilan penjuru Pulau Bali. Sembilan Pura itu adalah Pura Besakih, Pura Lempuyang
Luhur, Pura Gowa Lawah, Pura Andakasa, Pura Luhur Ulu Watu, Pura Luhur Batu Karu,
Pura Batur dan Pura Pusering Jagat. Sembilan Pura Padma Bhuwana inilah memiliki
radius sekitar lima kilometer sebagai warisan dari leluhur para Mpu sejak dahulu. Dalam
radius lima kilo meter kini sudah ada yang semakin terdesak dialihfungsikan dengan
bangunan yang tidak nyambung dengan kesucian Pura tersebut.
Sembilan Pura Kahyangan Jagat itu ada yang berfungsi lebih dari satu. Misalnya Pura
Besakih di samping sebagai Pura Rwa Bhineda juga sebagai Pura Sad Kahyangan dan
Pura Padma Bhuwana, di samping fungsi utamanya sebagai Hulunya Bali Rajya. Pura
Lempuhyang Luhur sebagai Pura Catur Loka Pala, sebagai Pura Sad Kahyngan dan
sebagai Pura Padma Bhuwana. Demikian juga Pura-Pura lainya. Semua Pura
Kahyangan Jagat itu memiliki Pura Prasanak atau Jajar Kemiri. Seperti Pura Besakih
memiliki Pura Prasanak lebih dari dua puluh Pura termasuk empat Pura Pasar Agung
yang ada di empat penjuru Besakih yaitu di Desa Kedampal, Sibetan, Selat dan Kubu.
Pura Lempuhyang Luhur memiliki dua puluh lima Pura Prasanak. Demikian juga Pura-
Pura yang lainya.
Semua Pura Kahyangan Jagat itu untuk memuja Tuhan Yang Mahaesa dalam fungsi
yang berbeda-beda. Yang jelas pemujaan Tuhan dalam berbagai fungsinya itu untuk
menguatkan daya spiritual umat dalam menyelenggarakan berbagai aspek
kehidupannya mewujudkan kehidupan yang aman damai dan makmur. Semua aspek
kehidupan itu membutuhkan daya spiritual yang dinamis untuk memberikan ketahanan
mental dan moral yang tangguh. Kecerdasan intelektual dan kepekaan emosional tanpa
landasan moral dan mental yang tangguh dapat menggoyahkan prinsip hidup mencapai
kehihupan yang makmur dan bahagia. Pemujaan Tuhan itu bukan hanya dengan
mencakupkan tangan di atas ubun-ubun dalam rangka Kramaning Sembah semata
dalam upacara yadnya yang bersifat ritual formal. Hal itu merupakan proses awal untuk
dilanjutkan dengan wujud nyata sehingga dapat bermakna dalam mewujudkan
kehidupan yang makmur dan bahagia. Pemujaan Tuhan bukan untuk merayu Tuhan
agar segala kehidupan manusia dilimpahkan karunia dengan gampang dan enak.
Pemujaan Tuhan justru untuk menguatkan konsistensi diri menghadapi dinamika hidup
agar berbagai persoalan hidup dapat diselesaikan dengan landasan yang benar, baik
dan tepat.
2.3 Universalitas Brahman
Brahman dan Atman adalah hubungan yang tak terpisahkan, seperti Matahari dengan
sinarnya. Brahman itu satu, satu untuk semua, semua dipusatkan untuk yang satu, satu
itu berdiri kokoh berbentuk tiang, tiang itu adalah Atman, Atman itu jalan/tujuan yang
memiliki ujung dan pangkal, pangkal itu mulai/lahir untuk hidup, ujung itu tujuan akhir
yang utama adalah Moksah, menunggal dengan segala unsur yang dimiliki Brahman
melalui Atman. Atman yang merupakan percikan-percikan energi suci yang keluar dari
Brahman berpencar memberi hidup pada setiap makhluk dengan memecah dirinya
dalam dua sifat yaitu bersifat bebas (Atmanam) dan terikat ( Bhuta-Atman).
Bebas dalam artian tidak terpengaruh oleh unsur-unsur duniawi, berdiri sendiri
berkeadaan murni, berpribadi tinggi, berada dimana-mana, tak dilahirkan, tak terpikirkan
dan masih banyak lagi ke-Agungan yang lainnya. Atmanam sesungguhnya bisa
berwujud dan tidak berwujud atau yang sejati, Atmanam yang berwujud adalah yang
tidak sejati dan yang tidak sejati nampak sebagai Sinar Suci yang memancarkan
sinarnya ke-alam Bhur, Bhuah dan Svah. Atmanam memberi energi kehidupan pada
setiap makhluk melalui energi Prana/Jiwa. Prana/Jiwa yang berada jauh diatas langit,
berwujud Matahari memberi energi kehidupan melalui sinarnya yang putih cemerlang.
Sinar terang ini memeroses, merangsang, menghidupkan, mengembangkan dan
memusnahkan segala yang ada dialam jagat raya ini.
Terikat itu berarti Atman dapat menetap disetiap makhluk yang dihidupi-Nya.
Sesungguhnya Atman yang telah terikat oleh kenikmatan duniawi bukanlah Atman yang
sejati, ini adalah Atman yang lain yang disebut Bhuta-Atman. Bhuta Atman lahir karena
adanya kekuatan Positif (Sang Ayah) dan negatif (Sang Ibu) ketika beliau mengadakan
penciptaan dengan menyatukan kekuatan Lingga dengan Yoni sehingga muncullah
Bhuta-Atman. Bhuta-Atman ini terbentuk dari berbagai macam sifat, dari segala unsur
yang ada dan juga unsur rue-bhineda. Dengan adanya kekuatan Bhuta-Atman
terkumpul pula berbagai macam Zat sehingga membentuk suatu benda/ tubuh manusia
khususnya. Zat–zat tersebut secara garis besarnya terdiri dari lima Unsur yang disebut
Panca Maha Bhuta. Agar Atman yang berupa Bhuta ini dapat menetap dalam tubuh
maka diikatlah Beliau oleh Satwam, Rajas dan Tamas.
Dari uraian diatas mungkin dalam hati akan timbul pertanyaan, Atman yang mana
sebaiknya sebagai obyek bermeditasi?. Jawabannya adalah tergantung dari
pengetahuan, keyakinan dan keperluan yang ada pada diri kita. Disini penulis jelaskan
sedikit tentang hubungan antara Brahman, Atman dan Bhuta-Atman. Brahman dengan
Atman sesungguhnya adalah tunggal, Beliau adalah Sinar Suci yang bersinar diatas
sana dalam wujud Matahari. Bila saat bermeditasi dan sampai pada tahapan tertentu
untuk menggugah serta menggetarkan Beliau ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya adalah dengan hanya merasakan dan menyadari diri sendiri, itu berarti
tanpa perwujudan apapun dari-Nya. Cara yang lainnya dengan berkonsentrasi atau
diikuti mantra suci OM yang digemakan, maka Beliau akan muncul berwujud sinar ke-
Emasan dan ketika Mantra Suci OM telah meluluhkan segala yang buruk yang ada pada
Sang Diri, maka si meditator akan menunggal dengan-Nya dan ketika kesadarannya
mencapai puncaknya yang tertinggi, ketika keduniawian tidak berpengaruh banyak
kepadanya, dan ketika sinar kuning emas menembus Siwo-dwaranya kemudian
menerangi seluruh tubuh dan membawa tubuh Sukmanya lepas dari tubuh fisiknya,
disaat inilah orang akan tahu wujud OM bahkan tahu yang tertinggi dari Atman/Brahman
sekaligus si meditator tersebut mengetahui jalan kemoksahan. Hal ini sangatlah sulit
untuk dicapai, berbagai macam pengetahuan tentang Beliau adalah faktor
pendukungnya, ber-yadnya, Pemujaan, Yoga dan tapa-brata adalah sadhananya,
berbagai macam sidhi adalah penghalangnya, Meditasi adalah pembuka jalan dan
Semadhi adalah salah satu jalan yang utama. Uraian kalimat diatas penulis rasa sangat
sederhana namun dibalik kesederhanaannya ada sesuatu yang amat sulit yaitu
mempraktekkannya.
Sekarang bagaimana dengan Atman dan Bhuta-Atman. Seperti telah dijelaskan di atas
bahwa Atman itu adalah Sinar Suci dalam wujud Matahari. Secara spiritual bahwa
Atman yang berada diluar yang tak pernah tidur itu memberi energi Prana ke setiap
makhluk hidup melalui Antahkarana ( tali penghubung jiwa) dapat berwujud sinar dan
gas. Antahkarana yang berwujud sinar putih terang mengalir melalui ubun-ubun (siwo-
dwara) dan pengendalinya adalah Cakra Sahasrara. Antahkarana yang berwujud sinar
terang ini memberi energi Prana yang bersifat halus dan suci. Sinar suci yang mengalir
kedalam tubuh tersebut membentuk lapisan-lapisan tubuh yang disebut Maya Kosa (
sinar tubuh/ Aura). Sinar tubuh ini adalah tempat suci bagi Bhuta-Atman yang tak lain
adalah manifestasi Atman itu sendiri yang melaksanakan tugas lanjutanNya yaitu untuk
menjaga, menggerakkan dan mengendalikan tubuh. Bhuta-Atman menjaga tubuh yang
berwujud sinar dengan empat macam bentuk sinar yaitu sinar yang membentuk tubuh
kembar seperti tubuh fisik yang ditempatinya. Beliau diberi nama Sang Anggapati,
Beliau keluar-masuk melalui mata dan menetap didalam hati/lever berwarna kemerahan,
dengan aksaranya adalah Ang.
Tubuh yang kedua, adalah tubuh yang berukuran lebih tinggi-besar dengan wajah yang
berbeda diberi nama Sang Prajapati yang bersinar gelap bertempat di empedu, Beliau
keluar masuk melalui telinga dengan aksaranya adalah Ung. Yang ketiga, adalah tubuh
yang berwujud Harimau putih dan dapat keluar masuk melalui mulut yang diberi nama
Sang Banaspati dengan aksaranya adalah Mang. Tubuh keempat adalah berwujud
Singa dengan muka merah api dengan bulu keemasan yang lebat, jalan keluar
masuknya melalui hidung, Beliau diberi nama Sang Banaspati Raja dengan aksaranya
adalah Ong. Selain sinar tersebut Atman juga memanifestasikan Diri sebagai pusat
Sinar yang berupa Cakra-cakra didalam tubuh. Bermeditasi pada Cakra atau
perwujudan yang dapat dibayangkan adalah suatu meditasi yang ditujukan pada diri
sendiri guna mengenal Atman melalui Bhuta-atman atau mengenal jati diri sendiri.
Setelah mengenal jati diri tentu kesadaranpun semakin tumbuh, dengan tumbuhnya
kesadaran, secara alami pula Bhuta akan berubah menjadi Atman itu berarti anda akan
mengetahui yang sejati tinggi.
Kemudian Antahkarana yang berwujud Gas/udara mengalir melalui seluruh lubang pada
tubuh. Aliran udara yang utama berupa pernafasan yang keluar masuk lewat hidung.
Nafas udara ini terbagi dalam lima nafas yakni Prana, Apana, Samana, Udana dan
Wyana. Kelima nafas ini memiliki sifat, warna, tugas dan fungsi yang berbeda-beda.
Prana udara mengalir disetiap tubuh agar tubuh tersebut dapat bergerak dengan
adanya kekuatan dari Dasa Bayu. Kekuatan Dasa Bayu ini akan dapat dikeluarkan dan
digunakan melalui latihan tenaga dalam. Sumber dari tenaga dalam adalah unsur halus
dari zat padat yang bisa berupa hawa, getaran/frekwensi, arus dan sebagainya yang
kesemuanya bisa dideteksi dan berada dibawah pengendalian Bhuta-Atman. Bhuta-
Atman ini dapat dikendalikan melalui pikiran dan pikiran akan menghubungkannya
melalui bawah sadar dan bawah sadar berhubungan dengan intuisi, intuisi /kata hati
adalah suaranya Atman melalui Bhuta-Atman. Dengan uraian singkat ini berarti Bhuta-
Atman adalah tunggal dengan Atman. Bermeditasi pada Bhuta-Atman yang terletak
dialamnya intuisi dan intuisi itu sesungguhnya Hati anda yang paling dalam yang berada
didalam Anahata atau Jantung. Bermeditasi ini sama artinya menjelajahi alam spiritual
secara bertahap yang nantinya akan memberikan pengetahuan yang tinggi tentang
adanya Atman. Bermeditasi Bhuta-Atman adalah bermeditasi pada diri sendiri, dengan
cara menyadari dan mengendalikan segala sifat buruk yang ada pada diri sendiri.
Setelah mengetahui, menyadari dan mampu mengendalikan kekuatan yang bersifat
Bhuta yang berada pada diri sendiri, itu berarti anda telah menyucikan segala Bhuta dan
meleburnya menjadi Atmanam. Namun ada hal lain dimana Bhuta-Atman akan terus
berwujud Bhuta bagi orang yang segala tindak-tanduknya sehari-hari tidak berdasarkan
ajaran Agama.
Bagi orang yang menginginkan Bhuta menjadi Atman, maka Bhuta yang berada didalam
dirinya harus dikendalikan dari hal-hal yang negatif menjadi kearah positif, karena Bhuta
tersebut akan berusaha dengan keras mempengaruhinya mungkin dengan cara
memberi pertimbangan yang keliru namun bagi pikiran akan dinilai lebih masuk akal
sehingga kita menjadi goyah, atau mengganggunya dengan membuat kejadian yang
aneh-aneh atau cara lainnya dengan tujuan menghalanginya. Disinilah dibutuhkan tekad
yang kuat, tetap teguh, penuh keyakinan untuk mencapai-Nya.
Ungkapan Aku adalah Tuhan terdapat didalam Mahawakya. Mahavakyas (mahāvākya,
मममममममम; jamak: mahāvākyāni, ममममममममममम) adalah ungkapan Luhur dan
Universal” dari Upanishad, teks-teks dasar Vedanta. Meskipun ada banyak Mahavakya,
empat dari mereka, satu dari masing-masing dari empat Veda, yang sering disebut-
sebut sebagai “Mahavakyas“ subyek dan esensi dari semua Upanisad . Semua
Mahavakyas Upanishad mengungkapkan satu pesan yang universal dalam bentuk
pernyataan singkat dan ringkas. Dalam penggunaan bahasa Sansekerta kemudian,
namun istilah mahāvākya berarti juga “wacana,“ dan secara khusus, wacana pada topik
filsafat yang tinggi.sulitdipahami oleh masyarakat awam.
Empat pernyataan Upanishad menunjukkan kesatuan akhir dari jiwa atau roh (Atman)
dengan Tuhan (Brahman). Mahawakya tersebut adalah sebagai berikut :
1. prajñānam brahma – “Kesadaran adalah Brahman” (Upanishad Aitareya 3,3 dari Rg
.Veda)
2. ayam ātmā brahma- “ Diri ini (Atman) adalah Brahman” (Upanishad Mandukya 1,2
dari Atharva Veda)
3. tat tvam asi – “Engkau adalah itu atau engkau adalah Tuhan” (Chandogya Upanishad
6.8.7 dari Sama Veda)
4. aham brahmāsmi- “Aku adalah Tuhan (Brahman)” (Brhadaranyaka Upanishad 1.4.10
dari Yajur Veda)
Ajaran ini sangat erat kaitanya dengan ajaran syek siti jenar, Ajaran Syekh Siti Jenar
yang paling kontroversial terkait dengan konsepnya tentang hidup dan mati, Tuhan dan
kebebasan serta beliau juga menyatakan bahwa dirinya adalah Tuhan, maksud
sebenarnya bahwa jiva ini adalah Tuhan ayam ātmā brahma . Syekh Siti Jenar juga
memandang bahwa kehidupan manusia di dunia ini disebut sebagai kematian.
Sebaliknya, apa yang disebut umum sebagai kematian, justru disebut sebagai awal dari
kehidupan yang hakiki dan abadi olehnya. tentang hidup yang sesungguhnya adalah
setelah mati juga tersirat didalam bhagavad gita. Syek Siti Jenar aslinya adalah seorang
Brahmana Majapahit, hanya saja menyamar sebagai Ulama karena takut . Ajaran
tentang filsafat tertinggi ini sangat sulit dipahami oleh orang yang tidak memahami
tentang siapa sesunguhnya “sang Aku” d, dengan kata lain sangat sulit dipahami oleh
orang yang tidak mengetahui ajaran tentang atman atau Jiwa. sedikit uraian tentang roh
Dalam Bhagavad Gita dijabarkan mengenai sifat-sifat Atman
Perkataan Dia dan Nya dalam sloka ini sama dengan atma. Jadi atma itu dikatakan
mengatasi segala elemen materi, kekal abadi, dan tidak terpikirkan. Oleh karenanya
atma itu tidak dapat menjadi subyek maupun obyek dan tindakan atau pekerjaan.
Dengan perkataan lain atma itu tidak terkena oleh akibat perubahan- perubahan yang
dialami pikiran, hidup, dan badan jasmani. Semua bentuk ini bisa berubah, datang, dan
pergi, tetapi atma itu tetap langgeng untuk selamanya.
2.4 Aplikasi Kekinian
 Aplikasi Kekinian Catur Paramitha
Dilihat dari pengertiannya, Catur Paramita berarti empat macam sifat dan sikap utama
yan patut dijadikan landasan bersusila. Jadi Hindu mempunyai ajaran yang sangat mulia
bagi umatnya dalam berprilaku yang baik dalam pergaulan kehidupan sehari-hari, kita
lihat dari bagian-bagian catur paramitha jika kita aplikasikan pada masa-masa
kehidupan:
a) Maitri artinya dalam kehidupan sehari-hari hendaknya umat Hindu menganggap
bahwa setiap orang adalah sahabat. Kita diajarkan untuk selalu bersikap bersahabat
kepada siapapun. Sikap bersahabat ini, jika berhasil kita terapkan, akan menciptakan
kedamaian dalam hidup. Sejatinya tidak ada musuh di luar diri kita karena
sesungguhnya musuh itu berada dalam diri setiap orang.
Apapun perilaku orang lain terhadap kita, sebagai seorang sahabat sejati, kita akan
tetap menresponnya bagaiamana layaknya seorang sahabat. Jika sahabat kita
melakukan kesalahan, kita tidak akan mendendam ataupun membencinya. Malahan kita
akan segera bisa memaafkannya.
Membenci ataupun dendam terhadap seseorang akan menimbulkan beban berat pada
kita. Beban tersebut akan terus kita pikul dalam perjalanana ke manapun kita pergi.
Sebaliknya, memaafkan berarti membebaskan kita dari beban berat. Dengan
memaafkan, beban itu akan lepas, sehingga kita akan lega kembali. Sikap ini akan
nampak jika kita menganggap bahwa semua orang adalah sahabat (Maitri).
b) Ajaran kedua adalah Karuna yang berarti kasih sayang atau cinta kasih. Hindu
mengajarkan umatnya untuk senantiasa mengembangkan sifat cinta kasih atau kasih
sayang kepada siapapun. Energi kasih merupakan energi positif yang memiliki tingkat
yang sangat tinggi, jauh di atas energi yang dihasilkan oleh rasa kebencian. Energi
kasih yang terpancar akan sanggup menetralkan energi-energi negatif, baik yang ada
dalam tubuh kita, maupun energi negatif yang ada di sekitar kita. Karena energi kasih ini
tingkatannya sangat tinggi, energi ini dapat menyehatkan tubuh. Aliran darah menjadi
lancar. Kadar gula, asam urat, kolesterol, dan asam lambung, serta zat-zat yang lainnya
yang berada dalam tubuh manusia menjadi normal. Bahkan diyakini dan di buktikan
oleh orang-orang yang sangat menyadari hal ini, energi kasih itu juga dapat
menyembuhkan penyakit, baik penyakit pada tubuh kita sendiri, maupun penyakit pada
tubuh orang lain. Dengan memancarkan energi kasih seseorang dapat menetralkan
energi-energi yang dimiliki orang lain. Hal ini sangat tergantung dengan seberapa kuat
pancaran energi kasih yang dihasilkan seseorang. Energi kasih ini bahkan dapat
dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi
manusia serumit apapun itu. Dengan mengucapkan bahwa Anda mengasihi problem
yang menimpa diri Anda, inspirasi akan timbul sebagai jalan untuk mendapatkan
solusinya.
c) Jika ajarann ketiga kita aplikasikan yaitu Ajaran Mudita, dimana ajaran Mudita ini
mengarahkan umat Hindu agar senantiasa bergembira dalam hidup ini. Perasaan
gembira akan membuat hidup lebih bergairah. Aliran darahpun akan semakin lancar.
Sebaliknya, jika kita dirundung kesedihan, dampaknya tidak bagus buat kesehatan
tubuh. Rasa sedih akan memancarkan energi negatif, tidak hanya kepada orang lain,
tetapi juga kepada tubuh kita sendiri. Sirkulasi darah menjadi terganggu. Kandungan
zat-zat yang diperlukan tubuh menjadi tidak normal. Hal ini akan mengundang
datangnya berbagai penyakit pada tubuh. Bergembira maupun bersedih merupakan
pilihan hidup. Kita sebagai manusia diberikan kebebasan untuk memilih. Oleh karena
itu, berusahalah dalam menjalani kehidupan ini, apapun kejadian yang menimpa kita,
tetapi kita harus bisa mengendalikan pikiran dan perasaan kita agar tetap bergembira.
d) Setelah ketiga ajaran tersebut kita terapkan dalam hidup sehari-hari, rasanya kurang
lengkap jika kita tidak melaksanakan ajaran Catur Paramitha yang terakhir, yakni
Upeksa yang berarti hendaknya kita senantiasa menghargai orang lain. Penghargaan
terhadap orang lain merupakan sikap yang patut dikembangkan. Salah satu kebutuhan
hidup manusia adalah perasaan dihargai. Dengan menghargai orang lain, kita sudah
ikut memenuhi salah satu kebutuhan hidupnya. Penghargaan merupakan salah satu
bentuk pemberian (dana) yang tak ternilaikan. Kalau kita ingin dihargai orang lain, maka
tindakan utama yang harus dilakukan adalah menghargai orang lain. Dengan ajaran
agama kita ini mari bersama-sama didalam kehidupan kita setidaknya mulailah dari
sekarang menerapkan keempat ajaran mulia yang disebut Catur Paramitha.
 Aplikasi Kekinian Nawa Wida Bhakti
1) Yang pertama yaitu Srawanam, dalam bagian Nawa Wida Bhakti yang pertama ini
kalau kita kaji artinya adalah “mendengar”. Dimana maksudnya disini adalah
mendengarkan ajaran atau cerita suci kerohanian. Dalam Bg. XVIII. 70-71 sudah
disebutkan yaitu mereka yang mempelajari percakapan suci kami berdua, walaupun
hanya sekedar mendengar, ia mencapai dunia kebahagiaan. Dari sana sudah kita bisa
tangkap bahwa jika umat manusia mengaplikasikan srawanam pada kehidupannya saat
ini dengan disadari maupun tak disadari mereka akan mencapai dunia kebahagian lahir
bhatin. Kebahagiaan disini artinya dengan hanya mendengarkan saja tentang cerita dan
ajaran suci tentang Tuhan kita akan memperoleh perasaan yang berbeda, entah itu
tenang, lega maupun perasaan indah lainnya. Itulah yang dimaksud dengan
kebahagiaan melalui “Srawanam.” Contoh penerapannya yang umum sudah berjalan
kita bisa lihat adalah seperti misalnya, Dharmawacana Keagamaan, Kelas-kelas di
asram-asram setelah persembahyangan dll.
2) Yang kedua yaitu Kirtanam. Jika kita artikan kata Kirtanam itu adalah “menyanyikan/
melantunkan”. Ini maksudnya,menyanyikan /melantunkan kidung suci yang sarat
dengan nama-nama Tuhan. Di jaman sekarang ini jarang kader muda khususnya kader
muda Hindu yang mau melaksanakan ajaran kedua dari Nawa Wida Bakti ini, jangankan
menyanyikan/melantunkan, mendengarkan saja pun para muda-mudi sekarang jarang
untuk mengikutinya.
3) Yang ketiga dari ajaran Nawa Wida Bakti disini adalah Smaranam. Smaranam artinya
“mengingat nama Tuhan”. Jika kita kaji secara lebih jelasnya Smaranam ini merupakan
ajaran suci yang wajib utuk umat beragama yang meyakini akan adanya sang pencipta
“Tuhan”, dimana dalam ajaran ini kita di harapkan agar biasa terhubung, dekat dengan
Ida Sang Hyang Widi Wasa, dan mengingat nama-Nya, mengingat kebesaran-Nya, dan
kemulian-Nya. Ini bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan cara
ber-bhakti kepada-Nya. Banyak jalan untuk melaksanakan Bhakti kita kepada Tuhan,
contoh kecil saja hanya dengan mengingat-Nya setiap saat, itu sudah aplikasi dari
Bhakti kita kehadapan-Nya.
4) Sevanam adalah cara ke-4 untuk memuja Tuhan. Sevanam artinya “melayani”. Dalam
artian bagaimana cara kita melayani mahkluk lain. Misalkan saja jika kita dapat melayani
orang lain baik itu orang yang lagi sakit, tertimpa musibah, dan orang yang lagi
membutuhkan sebuah pertolongan, itu sudah disebut dengan Sevanam. Dalam
kehidupan ini masih ada orang yang belum bisa dan belum dapat mengaplikasikan
ajaran Nawa Wida Bakti yang di sebut dengan Sevanam ini.
5) Ajaran Nawa Wida Bhakti yang ke-5 yaitu Vedanam. Vedanam artinya “bersyukur”.
Dalam ajaran ini Vedanam berarti bagaiman cara kita bersyukur terhadap keberadaan
diri kita. Maksudnya disini, kita hidup di dunia ini adalah sebagai ciptaan Tuhan yang
lahir karena karma yang kita buat terdahulu. Umat Hindu telah meyakini hal tersebut.
Jadi bagaimanapun keadaan kita dilahirkan di Bumi ini, kita harus tetap bersyukur dan
bhakti kepada-Nya. Kita anggap apa saja yang kita miliki, kita punya, nikmati dll, itu
semua adalah atas karunianya. Sehingga jika semua umat menyadari hal ini yaitu
ajaran Vedanam, niscaya kehidupannya yang dijalani akan terasa indah dan tanpa
beban. Ingat kita terlahir menjadi manusia adalah utama, yang artinya kita bisa
memperbaiki dan menyelamatkan diri kita sendiri dari perputaran kelahiran
kembali/punarbhawa.
6) Arcanam yaitu jalan ke -6 dalam ajaran Nawa Wida Bakti, dimana Arcanam ini artinya
“bhakti dengan memuja Arca”. Maksudnya disini yakni bhakti dengan cara memuja
pratima sebagai media penghubung dan penghayatan kepada Tuhan. Kita ketahui
bersama bahwa Tuhan itu bersifat abstrak/nirguna, susah kita menebak dan
menghayalkan perwujudan tuhan karena sesungguhnya tuhan itu tak berwujud. Jadi
untuk menguatkan keyakinan kita kehadapannya, kita diberi jalan memuja-Nya dengan
mewujudkan beliau ataupun manifestasi beliau dengan Arca. Dengan jalan ini, jika rasa
bhakti yang kita miliki untuk-Nya sangatlah besar tidak dipungkiri lagi kita melayani dan
menyembah Tuhan melalui perwujudan suci yang disebut dengan Arca akan menjadi
lebih nyata dan memberikan perasaan rohani yang sangat dalam.
7) Selanjutnya bagian ke-7 disebut dengan Dasyam yang artinya yaitu menganggap
pujaannya sebagai tamu, majikan dan kita sebagai pelayan. Didalam menempuh
kehidupan yang tentunya sangat utama ini, jika kita tidak menyadari “Dasyam”,
sepertinya rasa bhakti yang kita miliki terhadap-Nya itu sangat kecil dan hanya seberapa
saja. Mestinya jika kita yakin bahwa kita adalah ciptaan-Nya, kita juga harus bisa
menyadari Tuhan itulah yang harus kita layani dan sembah. Pelayanan tulus iklas
dengan perasaan tunduk hati kepada Tuhan pahalanya sangat besar. Mulai saat ini kita
harus yakin bahwa apapun yang kita kerjakan dan apapun yang kita miliki itu semua
adalah dinikmati oleh Tuhan itu sendiri. Jadi dengan jalan bhakti terhadap-Nya kita bisa
melakukan Pelayanan yang bersifat rohani. Seperti misalnya contoh umum kita lihat
pada asram-asram pemujaan Tuhan itu sendiri dalam wujud personifikasi yang diyakini
sebagai personalitas tertinggi Tuhan, yang didalamnya terdapat orang-orang yang
sedang melakukan Pelayanan dan mempelajari Kitab Sucinya. Kalau bisa kita telusuri
Pelayanan bhaktinya sangat tinggi terhadap Arca, Guru Kerohanian, Penyembah Tuhan
dll. Itulah perlu kita tingkatkan pada masa hidup dijaman Kaliyuga ini.
8) Sukham, adalah tahapan atau bagian ke-8 dalam ajaran Nawa Widha Bhakti yang
artinya itu adalah, memperlakukan pujaannya/Tuhan sebagai sahabat dan keluarga.
Disini kalau kita cari intinya sekali bahwa jika kita menganggap Tuhan itu adalah teman
atau keluarga, pasti rasa hormat dan bhakti yang kita miliki menjadi lebih besar. Ini
menumbuhkan rasa senang dan rasa memiliki yang sangat besar terhadap-Nya.
Dengan rasa senang dan rasa memiliki Tuhan, kita akan terus menerus setiap saat
akan memuja keagungan dan kemurahan beliau. Kita akan merasa lebih dekat dengan-
Nya, jadi jika hal ini kita aplikasikan, Tuhan itu akan disadari selalu ada didalam
kegiatan keseharian kita. Penerapan semua jalan Nawa Wida Bhakti ini bisa menjadi
proses penyatuan atau proses kembalinya kita ke asal semula yaitu Tuhan.
9) Yang ke-9 yaitu Atmanividanam yang artinya bhakti dengan kepasrahan total kepada
Tuhan. Tahapan ini adalah tahapan terakhir dalam ajaran suci Nawa Wida Bhakti.
Dalam perjalanan kehidupan manusia pada zaman Kali Yuga ini, jalan Atmanividanam
yang dianggap sulit untuk diaplikasikan karena kuatnya ikatan material yang mengikat
dirinya. Mulailah kita melakukan pelayanan dan mempersembahkan apapun yang kita
miliki, kita terima, nikmati dll itu hanya untuk-Nya. Karena hanya beliaulah yang pada
akhirnya sebagai penikmat segalanya. Baik itu adalah kebahagiaan dan penderitaan kita
harus bisa mempersembahkannya untuk-Nya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa, Yoga adalah ketenangan hati,
ketentraman, keahlian dalam bertingkah laku, Segala sesuatu yang terbaik dan tertinggi
yang dapat dicapai dalam hidup ini adalah Yoga juga, Yoga mencakup seluruh aplikasi
yang inklusif dan universal yang mengantar kepada pengembangan / pembangunan
seluruh badan, pikiran dan jiwa.
Sejak lebih dari 5000 tahun yang lalu, yoga telah diketahui sebagai salah satu alternatif
pengobatan melalui pernafasan. Awal mula munculnya yoga diprakarsai oleh Maharsi
Patanji, dan menjadi ajaran yang diikuti banyak kalangan umat Hindu. Ajaran Yoga
ternyata juga termuat dalam sastra Hindu. Beberapa sastra Hindu tersebut adalah
Upanisad, Bhagavad Gita, Yogasutra, dan Hatta Yoga. Kemudian, ajaran yoga
mengalami pengklasifikasian, yang terdapat pada sastra Hindu, dalam Bhagavad gita
dapat diklasifikasi sebagai berikut :
1. Hatha Yoga, yaitu yoga yang dilakukan dengan pose fisik (Asana), teknik pernafasan
(Pranayana) disertai dengan meditasi. Ketiga poin ini dilakukan untuk membuat pikiran
menjadi tenang dan tubuh sehat penuh vitalitas.
2. Bhakti Yoga, yaitu yoga yang memfokuskan diri untuk menuju hati. Jika seorang yogi
berhasil menerapkannya, maka dia akan dapat melihat kelebihan orang lain dan cara
untuk menghadapi sesuatu. Keberhasilan yoga ini juga membuat yogis menjadi lebih
welas asih dan menerima segala yang ada di sekitarnya, karena dalam yoga ini
diajarkan untuk mencintai alam dan beriman kepada Tuhan.
3. Raja Yoga, yaitu yoga yang menitikberatkan pada teknik meditasi dan kontemplasi.
Yoga ini nantinya akan mengarah pada cara penguasaan diri sekaligus menghargai diri
sendiri dan sekitarnya. Raja yoga merupakan dasar dari yoga sutra.
4. Jnana Yoga, yaitu yoga yang menerapkan metode untuk meraih kebijaksanaan dan
pengetahuan. Teknik ini cenderung untuk menggabungkan antara kepandaian dan
kebijaksanaan, sehingga nantinya mengdapatkan hidup yang dapat menerima semua
filosofi dan agama.
5. Karma Yoga, yaitu yoga ini mempercayai adanya reinkarnasi. Di sini Anda akan
dibuat untuk menjadi tidak egois, karena yakin bahwa perilaku Anda saat ini akan
berpengaruh pada kehidupan yang akan datang.
6. Tantra Yoga. Untuk yoga ini sedikit berbeda dengan yoga yang lain, bahkan ada yang
menganggapnya mirip dengan ilmu sihir. Teknik pada yoga ini terdiri atas kebenaran
(kebenaran) dan hal-hal yang mistik (mantra). Tujuan dari teknik ini supaya dapat
menghargai pelajaran dan pengalaman hidup.
Catur Paramita berarti empat macam sifat dan sikap utama yan patut dijadikan landasan
bersusila. Catur Paramita merupakan salah satu dari landasan atau pedoman untuk
melaksanakan ajaran susila atau ethika dalam ajaran agama Hindu. Catur paramitha
tedriri dari empat bagian yaitu: Maitri, Karuna, Mudita, dan Upeksa.
Brahman dan Atman adalah hubungan yang tak terpisahkan, seperti Matahari dengan
sinarnya. Brahman itu satu, satu untuk semua, semua dipusatkan untuk yang satu, satu
itu berdiri kokoh berbentuk tiang, tiang itu adalah Atman, Atman itu jalan/tujuan yang
memiliki ujung dan pangkal, pangkal itu mulai/lahir untuk hidup, ujung itu tujuan akhir
yang utama adalah Moksah, menunggal dengan segala unsur yang dimiliki Brahman
melalui Atman. Atman yang merupakan percikan-percikan energi suci yang keluar dari
Brahman berpencar memberi hidup pada setiap makhluk dengan memecah dirinya
dalam dua sifat yaitu bersifat bebas (Atmanam) dan terikat ( Bhuta-Atman).
Nawa Wida Bakti dinyatakan dalam Bhagawata Purana VII.5.23, yaitu ada sembilan
cara memuja Tuhan yang disebut Nawa Wida Bhakti. Sembilan cara itu adalah
Sravanam, Kirtanam, Smaranam, Arcanam, Vandanam, Dasyanam, Pada Sevanam,
Sakhyanam dan Atmanive Danam.
Sembilan jenis pemujaan inilah umumnya ditradisikan oleh umat Hindu di seluruh dunia
dengan wujud budaya yang berbeda-beda.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca bisa dan dapat mendekatkan, atau
menghubungkan diri dengan Tuhan ( Ida Sang Hyang Widi Wasa ), karena ajaran
agama Hindu bersifat Universal dan Fleksibel. Jadi ada berbagai macam cara untuk
Bhakti kepada-Nya. Anda bisa terhubung dengan Tuhan bisa dengan cara yoga,
semadhi, tapa, maupun mengggunakan konsep ajaran Nawa Wida Bakti.

Anda mungkin juga menyukai