Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

1. YOGA MENURUT ARTI KATA

Yoga dalam arti luas adalah suatu disiplin khusus yang diciptakan untuk membantu
manusia mengharmonisasi vibrasi dirinya dengan vibrasi yang Tunggal. Jadi sebenarnya
pengertian Yoga tidak terbatas pada suatu metode yang berasal dari tradisi India kuno
yang kebanyakan orang mengartikannya seperti itu. Yoga itu dikenal oleh berbagai suku
bangsa. Hanya saja metodenya sedikit berbeda. Seperti orang-orang Israel melakukan
praktek yoga dengan berdoa kepada sang Tunggal sedangkan orang-orang Shaman
melakukannya dengan menari-nari dan bernyanyi dan orang-orang Jawa melakukannya
dengan tapa geni 40 hari 40 malam. Tujuan mereka melakukan itu semuanya sama, yaitu
mendekatkan diri mereka dengan sang Tunggal sampai akhirnya jiwa mereka bisa
melebur ke dalam jiwa sang tunggal.
Yoga adalah Yoga, bukanlah sesuatu yang berhubungan dengan agama atau
kepercayaan tertentu. Yoga merupakan suatu tehnik spiritual yang lebih tua dari agama
apa pun juga di dunia, termasuk agama Hindu, agama tertua dalam catatan sejarah
manusia.
Agama Hindu adalah agama yang berdasarkan kitab suci Veda. Sementara kitab
Veda pertama kali digubah sekitar tahun 5000 SM, pada saat masuknya bangsa Arya ke
India. Sementara Yoga sudah dikenal oleh masyarakat India jauh sebelum datangnya
bangsa Arya. Para Yogi (praktisi yoga) sudah terdapat di India jauh sebelum jaman
Veda. Sampai saat ini, praktisi yoga tidak hanya pemeluk Hindu saja, namun dari
berbagai agama dan kepercayaan. Bahkan dalam beberapa literatur, disebutkan beberapa
nabi dan orang-orang suci pun juga menjadi praktisi yoga, seperti Yesus dan nabi-nabi
lain yang sulit disebutkan di sini. Yoga adalah milik dunia, milik semua insan yang ingin
menjalani kehidupan spiritual. Tanpa ada ikatan agama maupun tradisi. Sebagaimana
sinar matahari, semua insan berhak berjemur dibawahnya.
Namun harus diakui, bahwa Yoga yang diketahui sekarang merupakan warisan dari
khazanah budaya India. Maka istilah-istilah dalam Yoga mempunyai banyak kesamaan
dengan istilah-istilah dalam agama Hindu, karena keduanya sama-sama lahir dalam
tradisi kebudayaan India. Oleh karenanya, bila ingin mendalami Yoga, harus tidak

3
keberatan menerima istilah-istilah India. Sebagaimana kita tidak pernah keberatan
menggunakan istilah-istilah Latin, bila belajar Ilmu Kedokteran. Menggunakan istilah-
istilah Jepang dalam belajar Karate dan istilah-istilah Cina dalam belajar Kungfu. Atau,
mempelajari buku-buku bahasa Inggris untuk mendalami Ilmu Ekonomi.
Yoga berasal dari suku kata Yuj, dalam bahasa Sansekerta berarti
“menghubungkan” atau “mempersatukan“. Secara kebetulan, kata ini semakna dengan
sholat yang berasal dari kata washola, dalam bahasa Arab yang juga berarti
“menghubungkan” atau “mempersatukan”. Untuk menyatukan diri dengan Tuhan
kalangan muslim melakukan sholat, berupa doa-doa dan gerakan-gerakan tertentu.
Dalam Yoga, doa-doa disebut mantra yoga dan gerakan-gerakan disebut hatha yoga.
Hasilnya adalah tercegahnya perbuatan keji dan mungkar. Dan ritual ini (sholat)
dipandang oleh Tuhan sebagai ritual yang lebih besar manfaatnya daripada ritual
lainnya. (QS 29:45). Maka Yoga merupakan ritual yang besar manfaatnya.
Yoga menyelaraskan tubuh fisik, pikiran dan jiwa. Pada tubuh fisik, yoga memberi
efek kesehatan, keseimbangan, kekuatan dan vitalitas. Pada pikiran, yoga meningkatkan
daya ingat, konsentrasi, menajamkan tingkat intelektual, menyeimbangkan emosi
sehingga membuat hidup lebih kaya dan bahagia. Pada jiwa, yoga membawa kesadaran,
kebebasan dan pencerahan.
Bila kita mengenal Karate atau Kungfu sebagai sebagai suatu tehnik untuk
membela diri, maka Yoga merupakan suatu tehnik untuk mengenal diri. “Siapa yang
mengenal dirinya, maka dia mengenal Tuhannya”. Perlu ditegaskan lagi, bahwa
Yoga adalah suatu sadhana (latihan yang bersifat spiritual). Yoga tidak sekedar senam
atau latihan kanuragan. Ini perlu dijelaskan karena bagi masyarakat Indonesia, yoga
seringkali disalahartikan sebagai “akrobat” atau semacam “praktek-praktek klenik”, dan
lain sebagainya.
Sebagaimana ilmu bela diri, berlatih Yoga juga memerlukan disiplin yang keras.
Tidak ada dispensasi untuk memperpendek jalan. Namun, berlatih Yoga tidak ada istilah
terlambat untuk dimulai. Apakah seorang anak – orang tua, wanita – pria, cacat – sehat,
terpelajar – buta huruf, dengan kesungguhan hati semuanya dapat berlatih Yoga.
Kata ’yoga’, ‘yogi’ begitu populer di masyarakat. Apa sesungguhnya makna kata
tersebut? Kata ‘yoga’ digunakan dengan berbagai pengertian. Istilah ‘yoga’ (bahasa
Sansekerta) berasal dari akar kata ‘yuj’ berarti ‘menghubungkan’. Dalam konteks ini, ia
dimaknai sebagai persatuan Spirit Individu (Jivatman) dengan Spirit Universal
(Paramatman).
4
Pengertian ini dipahami dalam sistem filsafat Vedanta. Sementara
BHAGAWADGITA mendefinisikan ‘yoga’ sebagai suatu keadaan yang bebas dari
penderitaan dan kesedihan.
Untuk memperoleh pemahaman tentang bagaimana yoga bisa berkembang seperti
yang ada saat ini, maka kita perlu melihat sejenak latar belakang sejarah yang
mendasarinya. Yoga merupakan suatu teknik yang telah berkembang sejak ribuan tahun,
yang awalnya dikenal dengan praktek “Tantra”. Tantra, pertama kali diperkenalkan di
India, 7000 tahun yang lalu oleh seorang yogi besar Sadashiva. Yoga didesain sebagai
suatu pengetahuan menyeluruh tentang kehidupan, melingkupi setiap aspek
pengembangan pribadi dan sosial. Istilah Tantra mengandung makna “sesuatu yang
membebaskan dari kekasaran dan oleh karenanya, latihan-latihannya didasarkan pada
suatu cara yang sistematis dan ilmiah, untuk membawa setiap individu dari tingkat
ketidakpedulian menuju tingkat pencerahan spiritual. Latihan Tantra tidak terbatas pada
Meditasi dan Yoga saja, namun meluas hingga mencakup bidang kesenian, musik,
sastra, obat-obatan, tari-tarian, kesadaran lingkungan-singkatnya pendekatan hidup yang
bersifat holistik.
Sejalan dengan perkembangan zaman, banyak bermunculan cabang-cabang dan
bagian-bagian dari Tantra. Di dalamnya mungkin terlihat bagaimana menggolongan
Tantra terjadi, dan seberapa dekat jenis yoga yang kita miliki saat ini dapat ditelusuri
kembali ke asalnya sesuai dengan ajaran Sadashiva. Pembagian Tantra kedalam wilayah
khusus yang berbeda tersebut, telah mengakibatkan hilangnya efektifitas dan
keharmonisam dari keseluruhan filsafat kehidupan yang lengkap. Hal ini sama halnya
dengan cerita lima orang buta yang diminta oleh seorang raja untuk menggambarkan
bentuk seekor gajah. Orang pertama, memegang ekor gajah dan berkata bahwa gajah
adalah binatang yang panjang dan bulat. Orang berikutnya, memegang telinga gajah dan
berkata bahwa gajah adalah seekor binatang yang besar, gendut dan bulat. Demikian
seterusnya, masing-masing orang menggambarkan gajah tersebut dengan cara yang
berbeda. Meskipun masing-masing dari mereka menggambarkan satu bagian secara
benar, namun tidak dalam bentuk gambaran gajah secara utuh.
Hal yang sama terdapat pula pada Tantra. Kelompok-kelompok yang berbeda
mungkin memusatkan diri pada bagian tertentu saja, namun pemahaman secara utuh
menjadi hilang.Tantra merupakan pengetahuan sepanjang masa dan relevansinya dengan
dunia saat ini tidak kurang dibanding masa lalu. Di bidang ilmiah, kesehatan, dan
psikologi, para ilmuwan modern mulai memahami dan membuktikan ajaran-ajaran yang
5
terdapat dalam Tantra. Penelitian mereka tentang pikiran manusia telah membuka
keseluruhan wawasan baru psikologi. Banyak dokter dan ahli kesehatan telah menyadari
bahwa latihan dan postur-postur kesehatan Yoga yang terdapat dalam Tantra telah
melampui pengetahuan obat-obatan ortodoks. Dewasa ini, dengan segala kesulitan dan
kekacauannya, Tantra merupakan suatu jawaban yang ilmiah atas masalah-masalah yang
menimpa umat manusia tersebut. Selanjutnya, Tantra mengajarkan bahwa seseorang
harus memandang secara obyektif terhadap seluruh kehidupan dan hidup secara positif,
selalu melakukan tindakan-tindakan yang dapat membantu perkembangan evolusi,
kemajuan menuju kesadaran tertinggi serta memberikan pedoman untuk membedakan
antara hal-hal yang membawa kebesaran dengan hal-hal yang membawa kegelapan.
Tantra merupakan pengetahuan yang dapat diterapkan setiap zaman bagi semua orang di
segenap penjuru dunia, sebab ajarannya sangat universal siapa saja dapat mempelajari
dari berbagai kepercayaan apapun.
Yoga (Aksara Dewanagari) dari bahasa Sansekerta berarti "penyatuan", yang
bermakna "penyatuan dengan alam" atau "penyatuan dengan Sang Pencipta". Yoga
merupakan salah satu dari enam ajaran dalam filsafat Hindu, yang menitikberatkan pada
aktivitas meditasi atau tapa di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk
mengontrol panca indriyanya dan tubuhnya secara keseluruhan. Masyarakat global
umumnya mengenal Yoga sebagai aktivitas latihan utamanya asana (postur) bagian dari
Hatha Yoga. Yoga juga digunakan sebagai salah satu pengobatan alternatif, biasanya hal
ini dilakukan dengan latihan pernapasan, oleh tubuh dan meditasi, yang telah dikenal dan
dipraktekkan selama lebih dari 5000 tahun.
Orang yang melakukan tapa yoga disebut yogi, yogin bagi praktisi pria dan yogini
bagi praktisi wanita. Sastra Hindu yang memuat ajaran Yoga, diantaranya adalah
Upanishad, Bhagavad Gita, Yogasutra, Hatha Yoga serta beberapa sastra lainnya.
Ajaran Yoga dibangun oleh Maharsi Patanjali, dan merupakan ajaran yang sangat
populer di kalangan umat Hindu. Ajaran yoga merupakan ilmu yang bersifat praktis dari
ajaran Veda. Yoga berakar dari kata Yuj yang berarti berhubungan, yaitu bertemunya
roh individu (atman/purusa) dengan roh universal (Paramatman/Mahapurusa). Maharsi
Patanjali mengartikan yoga sebagai CITTA VRTTI NIRODHA yaitu penghentian gerak
pikiran. Sastra Yogasutra yang ditulis oleh Maharsi Patanjali, yang terbagi atas empat
bagian dan secara keseluruhan mengandung 194 sutra. Bagian pertama disebut:
Samadhipada, sedangkan bagian kedua disebut: Sadhanapada, bagian ketiga disebut:
Vibhutipada, dan yang terakhir disebut: Kailvalyapada.
6
Klasifikasi ajaran Yoga tertuang dalam Bhagavad Gita, diantaranya adalah Karma
Yoga / Karma Marga, Jnana Yoga / Jnana Marga, Bakti Yoga / Bakti Marga, Raja
Yoga / Raja Marga.
Yoga lahir dari “yuj”dalam arti “samadhau” yang bermakna mendekatkan diri
dengan Tuhan. Walaupun kata “yuj” memiliki beberapa arti seperti bersama, menyatu,
mendekatkan diri, dan lain-lainnya. Patanjali, pendiri filsafat Yoga dengan sangat jelas
memperkenalkan kata Yoga dengan Sutra kedua yaitu: “Yogas Citta Vrtti Nirodhah”
membatasi gerak-gerak pikiran/mengendalikan pikiran adalah yoga. Selain ini kita tidak
menemukan definisi yang lain tentang yoga yang berjumlah 195.
Selebihnya membahas tentang teknik-teknik serta tahap-tahap melakukan Yoga.
Satu hal yang sangat menarik dalam Weda maupun upanishada dan buku-buku Hindu
lainnya, ditemukan dua kata yaitu moksa yang artinya keinginan jiwa untuk mencapai
Tuhan dan surga yang artinya masuk ke dalam surga. Akan tetapi Patanjali sendiri tidak
memperkenalkan dua terminologi tentang moksa dan surga dalam filsafat yoga. Ia justru
memperkenalkan terminologi untuk mencapai Tuhan yaitu Kaivalya.
Dengan demikian filsafat yoga yang diperkenalkan oleh Patanjali membawa
manusia dengan jalan yoga, merealisasikan diri seperti: ia datang darimana dan akan
menuju ke mana? Serta melepaskan segala ikatan-ikatan duniawi adalah keberhasilan
dalam yoga. Perlu diketahui bahwa filsafat yoga menekankan melalui cara Yoga ke
setiap jiwa individu, bisa berhasil melepaskan diri dari ikatan duniawi dan dengan
mudah mengetahui Tuhan itu sendiri. Dalam yoga sendiri ada sebuah kata yang disebut
Videha yang artinya seseorang juga bisa bertemu dengan Tuhan walaupun ia masih
berbadan kasar.
Sehingga tidak hanya berarti menyatukan diri dengan Tuhan setelah meninggal
melainkan seorang Yogi juga bisa berhasil bertemu dengan Tuhan disaat ia masih hidup.
Contohnya: Raja Janaka, Swami Ramakhrisna Paramahamsa. Patanjali membahas bahwa
seorang manusia bisa berhasil dalam Yoga karena dari kelahiran yang istimewa seperti
tokoh-tokoh besar di dunia. Manusia bisa berhasil dengan obat-obatan herbal yang
memang berhasiat luar biasa seperti kita temukan dalam kesusastraan sansekerta seperti
minuman amerta (soma jus) yang ditemukan di gunung Himalaya dan gunung-gunung
lainnya. Manusia juga bisa berhasil dengan merenungkan mantra-mantra atau doa-doa
yang sesuai dengan agama masing-masing. Manusia juga bisa berhasil dengan
melakukan meditasi dan belajar Yoga secara rutin, disertai dengan perenungan yang
sangat khusuk.
7
Dengan demikian di sini sangat jelas bahwa bidang Yoga sangat luas sekali. Dan
masing-masing manusia dengan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui obat-obatan
herbal, kelahiran-kelahiran istimewa dengan mempergunakan doa-doa yang khusus,
bekerja keras dan meditasi. Begitu banyak cara diperkenalkan tentang keberhasilan
seorang manusia di dunia ini dan semua itu masuk dalam kategori yoga. Saat Patanjali
menulis doa-doa khusus juga bisa membawa manusia ke dalam yoga, ia justru tidak
memperkenalkan doa/mantra khusus melainkan mempersilahkan memilih mantra/doa
sesuai kepercayaan masing-masing. Disini berarti seseorang yang tidak melakukan
meditasi juga dengan cara yang lain bisa mendekatkan diri dengan Tuhan.
Contoh: seseorang yang menggunakan obat-obat natural ia bisa hidup sehat dan
tetap bisa mendekatkan diri kepada Tuhan. Begitu juga yang lahir di keluarga istimewa
atau yang disebut orang kharismatik. Dengan demikian konsep Patanjali menyatakan
bahwa antara hubungan jiwa manusia dengan Tuhan sangat luas sekali. Dimana
akhirnya saat manusia telah berhasil melepaskan segala ikatan duniawi dan dirinya
memliki pengetahuan yang baik serta kesempurnaan tentang rahasia alam, tidak ada lagi
keinginan untuk menikmati dunia ini, dan berhenti berbuat baik. Tidak juga
mengharapkan hasil dari perbuatan baik dalam perbuatan baik maupun buruk. Saat itu
tidak ada lagi pertanyaan dan keraguan maka ia bebas dari pertanyaan, keraguan, hasil
perbuatan yang telah ia lakukan dan segala ikatan alam semesta. Inilah yang dinamakan
manusia itu telah mengenal jati dirinya. Ini jugalah yang disebut pencapaian
kesempurnaan dalam Yoga.
Kesimpulan : setelah melihat perjalanan Yoga dari sudut pandang filsafat
kesehatan serta sejarahnya jelas bahwa Yoga memiliki konsep yang sangat luas dan
konsep ini sangat universal. Yoga bisa dijadikan sebuah pola untuk hidup sehat secara
fisik, mental, dan moral. Sebaiknya yoga tidak perlu dikaitkan dengan agama atau
budaya melainkan sebuah konsep yang lahir dari India kemudian berkembang dalam
masyarakat, sejak jaman dahulu sampai sekarang yang mengalami perubahan dan
perbedaan. Kita tidak perlu mengaitkan konsep yoga ini dengan salah satu agama
tertentu melainkan kita akan menghadirkan yoga terutama Sutra-sutra Patanjali. Bila kita
terima seadanya yaitu konsep Patanjali yang universal, yang tidak berbau sekte, aliran,
ataupun apa saja yang memang cocok dan bisa diadopsi oleh siapapun.
Konsep yoga, memiliki filsafat kedamaian. Siapapun yang mempraktikannya akan
mulai merasa hidup damai dan sifat-sifat negatif dari individu akan sirna. Dan orang
tersebut akan mulai hidup yang lebih sehat tanpa tergantung obat-obatan dan akan
8
menjaga ekosistem serta akan melindungi alam semesta menjadi lebih alami dan turut
membantu semua manusia agar bisa hidup dalam kerukunan walaupun ada segala
perbedaan-perbedaan. Yoga akan membuat kita semua mulai bersahabat duduk bersama-
sama dan menerima kesamaan ataupun perbedaan-perbedaan tersebut. Dan bila kita bisa
mewujudkannya berarti kita telah berhasil dalam yoga.
Melihat kebanyakan orang menderita berbagai macam penyakit menjadi perhatian
utama Patanjali yang senantiasa menggangu setiap individu untuk mendekatkan diri
dengan Tuhan. Maka untuk menghindari hal-hal yang bersifat menggangu kesehatan,
Patanjali memperkenalkan konsep yoga, teutama tiga bagian yang sangat penting adalah
latihan fisik, pernafasan dan meditasi yang kemudian dikembangkan ke dalam
Hathayoga. Sumber penyakit atau gangguan kesehatan adalah pikiran. saat manusia
berpikir negatif, maka penyakit-penyakit akan mulai berkembang di dalam sel-sel darah
manusia yang menjadi sumber penyakit. Dan saat manusia mulai berpikir positif maka
peredaran darah dalam tubuh manusia menjadi bersih dan lancar sehingga tidak akan ada
lagi gangguan kesehatan. Melainkan mulai hidup sehat dan bahagia. Untuk itu definisi
Patanjali tentang Yoga adalah universal dan sempurna untuk hidup sehat yaitu
mengendalikan gerak-gerak pikiran adalah Yoga.
Bila kita bisa mengendalikan pikiran dengan melakukan latihan fisik dan
pernafasan serta meditasi maka kita bisa mulai hidup sehat dan tidak akan ada stres, atau
penyakit yang lain. Tradisi pengobatan India yang dikenal sebagai Ayurveda-pun
sependapat dengan yoga bahwa sumber penyakit manusia adalah pikiran. Jika kita bisa
mengendalikan pikiran dengan baik, kita bisa hidup sehat dan bahagia. Dan bila kita
tidak bisa mengendalikan pikiran dengan baik maka kita akan terjun ke dalam berbagai
penyakit. Oleh karena itu latihan fisik, pernafasan, dan meditasi memiliki keterkaitan
satu sama lain yang tidak bisa dipisahkan, untuk hidup sehat dan bahagia.
Tapi jelas, pada saat manusia sudah sehat dan bahagia dan mulai merenungkan
nama-nama Tuhan. Ia tetap diberikan kebebasan untuk merenungkan nama Tuhan yang
bertujuan mendekatkan diri dengan Tuhan atau ingin mencapai Tuhan / merealisasikan
diri, ingin berada disisi Tuhan. Atau keinginan seorang Yogi yang berkaitan dengan
Tuhan, tetap ada kebebasan sesuai dengan kepercayaan masing-masing orang di dunia
atau sesuai dengan keinginan dan kepercayaan masing-masing dan Patanjali tidak pernah
melarangnya.

2. YOGA MENURUT YOGA SUTRA PATANJALI


9
Yoga Sutra yang disusun oleh Maharsi Patanjali ini adalah teks klasik terbesar dan
terutama dalam aliran filsafat Yoga India. Ditulis 2.500 tahun yang lalu; jadi kurang
lebih sezaman dengan Buddha Gotama. Bahkan ada yang berpendapat bahwa teks ini
telah disusun tak kurang dan abad ke-2 SM. Di dalamnya, sutra-sutra tentang Yoga atau
penyatuan universalnya pendek dan akurat menegaskan bagian-bagian esensial secara
lengkap dan rinci. Mengingat kepadatan dan kepekatan kandungan makna filosofis
spiritualnya, Yoga Sutra dianjurkan agar dijelaskan dan diterjemahkan oleh seorang guru
Yoga melalui komentar-komentar. Praktik Yoga dipandang sebagai pelengkap dan
dalam satu kesatuan pandang dengan filsafat Samkhya. Tujuan pokoknya adalah
merealisasikan kebebasan jiwa dari kungkungan maya.
Kurangnya informasi tentang Yoga telah mengundang persepsi keliru yang tak
sedikit di kalangan awam. Yoga sering dikacaukan dengan Tapa, bahkan dengan sesuatu
yang berbau takhayul. Atau memandangnya dari sudut pandang kegaiban dan kanuragan
saja.
Berikut ini adalah paparan Sri Swami Sivananda-pendiri tentang Yoga :
“Yoga bukanlah mengurung diri di dalam gua-gua, bukan pula berkelana di hutan-
hutan lebat sekitar Pegunungan Himalaya. Ia juga bukan hanya memakan jenis
makanan yang berupa sayur-mayur dari pegunungan. Brahman bukanlah pengecut
yang lari dari hiruk-pikuknya komunitas dan pemukiman manusia. Praktekkan
sajalah Yoga di rumah Anda sendiri. Manakala hasrat untuk mempraktekkannya
muncul, ini berarti bahwa kebebasan telah berada dalam jangkauan Anda, oleh
karenanya manfaatkan peluang ini sebaik-baiknya. Menjalani kehidupan sebagai
seorang yogi, tidaklah mesti menelantarkan siapa pun juga atau mengabaikan
kewajiban-kewajiban melekat Anda. Ia bermakna mengubah sikap hidup dan
kebiasaan mengerja kan sesuatu yang sia-sia, menuju jalur yang secara pasti
mengantarkan langsung kepada Tuhan. Ia dibarengi dengan perubahan perilaku
dalam menjalani kehidupan serta metode-metodenya guna membebaskan diri Anda
dan berbagai belenggu dan kemelekatan. Kebenaran dan pengabaian keakuan,
sebenarnya merupakan masalah sikap batin.”
Sesuai sistematika dan teks aslinya, Kidung Kelepasan Patanjali ini pun disajikan
dalam empat bagian (pada), masing-masing :
1. Samãdhi Pãda
2. Sãdhana Pãda
10
3. Vibhuti Pãda
4. Kaivalya Pãda

Samãdhi Pãda - Hakikat Penyatuan Agung


Pada yang tersusun dalam 51 suara ini memaparkan tentang landasan filosofis
spiritual Yoga, hakikat dari penyatuan dan hakikat ketuhanan dalam Yoga. Kita juga
akan menemukan paparan yang menyangkut intisari keimanan Hindu, yang juga
berhampiran dengan Buddha, serta penerangan yang amat bersesuaian dengan Upanisad
dan Veda Sruti. Dari bagian ini pula, bila kita cermati, kesinambungan antara Samkhya
Darsana dan Vedanta terjembatani dengan Sastragama lain. Pada ini merupakan
pembuka yang berisi pembekalan pada tahap persiapan, sebagai landasan, dan kerangka
dasar seorang sadhaka, seorang penekun di jalan spiritual.
Samadhi Pada terutama menjelaskan beberapa jenis Samadhi sesuai dengan tersisa
atau tidaknya objek di dalam Samadhi, yang dicapai bersama dengan terhentinya
pusaran-pusaran pikiran. Kaivalya, yang merupakan isu sentral dari Yoga Sutra ini,
hanya dicapai melalui Nirvikalpa atau Nirbija Samadhi. Walaupun demikian, jenis
pencapaian lain tetap merupakan pencapaian tinggi yang merupakan penghampiran pra
yang tertinggi. Pembekalan mendasar, seperti ketidak-melekatan (Vairagya) dan
pembiasaan laku-spiritual (Abhyasa) juga diberikan, sebelum seorang sadhaka terjun
dalam praktik kehidupan spiritual secara intens.

Sadhana Pada - Paparan Praktis Praktek Spiritual


Pada yang tersusun dan 55 sutra ini memberikan paparan praktis bagi seorang
sadhaka. Di sini akan diperkenalkan Yama, Niyasa, Pranayama, dan Pratyahara, serta
persiapan untuk memasuki tiga serangkai – Samyama, Dharana, Dhyana, dan Samadhi.
Samyama akan dibahas pada Vibhuti Pada. Metode pembebasan psikologis dan spiritual
yang terdiri dari delapan tahapan ini, juga dikenal dengan Astangga Yoga.
Di sini juga diingatkan akan bahaya dari siddhi bagi seorang sadhaka sejati. Secara
keseluruhan prinsip-prinsip praktis dari Yoga akan dipaparkan secara lugas. Ketika
mengikuti Sadhana Pada ini, kita seakan-akan sedikit “dipaksa” untuk memahami sistem
Yoga praktis tertentu, terutama Hatha Yoga dan Kundalini Yoga.

Vibhuti Pada - Paparan tentang Kekuatan dan Kesempurnaan

11
Di sini dipaparkan tuntunan praktis yang lebih tinggi, terutama mengenai tiga
serangkai Samyama, melalui kekuatan spiritual, kegaiban, hingga kesempurnaan Yoga
bisa dicapai.
Bagi mereka yang memiliki naluri mistis yang kuat, bagian yang tersusun dan 56 sutra
ini akan menjadi bagian yang paling menarik. Di sini juga disampaikan petingatan-
peringatan untuk tidak melaksanakan Yoga hanya demi perolehan kekuatan dan
kegaiban itu, apalagi terikat padanya. Karena dapat dengan mudah menjatuhkan sang
penekun.

Kaivalya Pada - Menggapai Kebebasan Sejati


Di antara keempat pada, Kaivalya Pada inilah yang tersingkat. Paparannya padat,
berfokus pada pencapaian Kaivalya dan tentang bagaimana seorang yogi yang telah
mencapai status itu. Di sini Patanjali tak lupa menyelipkan tatanan etika-moral luhur dari
seorang yogi sempurna - yang dalam ajaran Vedanta dikenal sebagai Jivanmukti, ia yang
telah terbebaskan dari siklus Samsara dan tak terlahirkan kembali di alam mana pun - di
antara 34 suara pembentuknya.
Jadi, secara keseluruhan, Kaivalya Pada benar-benar membentuk satu kesatuan
integral, yang kait-mengkait satu sama lain, mengalir dan berlanjut, saling memperjelas
dan mempertegas. Yang juga meminta praktisi mempelajari Yoga Sutra guna
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang praktik Yoga itu sendiri - secara
berulang-ulang.

3. SUMBER-SUMBER AJARAN RAJA YOGA

Yoga berasal dari akar kata Sanskerta “Yuj” yang artinya to join (ikut serta,
bersatu, mengikat), Secara spiritual Yoga merupakan suatu proses di mana identitas jiwa
individual dan jiwa Hyang Agung disadari oleh seorang yogi, Yogi adalah orang yang
menjalani yoga, orang yang telah mencapai persatuan dengan Hyang Agung.
Jiwa manusia dibawa kepada kesadaran akan hubungan yang dekat dengan sumber
realitas (Hyang Widhi). Seperti setitik air yang bersatu dengan air di samudra. Yoga
adalah ketenangan hati, ketentraman, keahlian dalam bertingkahlaku, Segala sesuatu
yang terbaik dan tertinggi yang dapat dicapai dalam hidup ini adalah Yoga juga, Yoga
mencakup seluruh aplikasi yang inklusif dan universal yang mengantar kepada
pengembangan / pembangunan seluruh badan, pikiran dan jiwa.
12
Yoga pada dasarnya adalah sebuah Cara / Jalan Hidup. Bukan sesuatu yang keluar
dari kehidupan, bukan pula menjauhkan diri dari aktifitas, melainkan merupakan
performa yang efisien dengan semangat hidup yang benar. Yoga bukan pula melarikan
diri dari rumah dan kebiasaan hidup manusia, melainkan merupakan suatu proses
pembentukan sikap untuk hidup di rumah (keluarga) maupun hidup bermasyarakat
dengan suatu pengertian baru, Yoga bukan memalingkan dari kehidupan, Dia merupakan
spiritual dari hidup.
Bagian yang ke-empat dari ajaran Catur Marga Yoga yaitu Raja Marga Yoga.
Yoga ini menggunakan sarana pengendalian diri dan konsentrasi yang selanjutnya
menuju pada penguasaan pikiran untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di
akhirat.
Praktek Raja Yoga mulai sejak zaman Weda. Bhagawad Gita mengagungkannya
dan memujinya mulai dengan pernyataan , “Raja Yoga, Raja Guhyan (rahasia yang
dijaga bagaikan raja), Pawitram (yang amat disucikan), Uttamam (yang paling baik),
Pratyakshawagaman (yang cepat memberi hasil), Dharmyam Kartum (setia kepada
Dharma)…” (Bab 9:2).
Dalam Raja Yoga, seorang bhakta mencoba untuk mencapai satu keadaan di atas
pikiran dan dalam satu cara mencoba untuk mencapai keadaaan tanpa pikiran. Sangat
sulit untuk menjelaskan hal ini dalam kalimat sederhana. Seorang mahasiswa
parapsikologi mungkin mampu memahami aspek ilmiah dari Raja Yoga lebih baik dari
siapapun juga. Orang biasa yang keadarannya terbatas pada pikiran yang lebih rendah
dapat membayangkan hanya citra-citra nyata dari obyek-obyek, yang berasal dari organ
indriya.
Secara singkat, bagi seorang Raja Yogi yang sempurna, berpikir adalah sebuah
proses sukarela sepanjang waktu, tidak seperti kebanyakan dari kita yang
memikirkan begitu banyak hal secara tidak sukarela. Kita berpikir tentang baik
buruk pro kontra dari setiap masalah, bahkan bila kita tidak ingin memikirkan mengenai
masalah itu sama sekali.
Sebagai contoh, bila kita memutuskan untuk tidak memikirkan makanan untuk
sejam yang akan datang, kita malah memikirkan makanan itu untuk sejam kemudian. Ini
cara kerja pikiran kita sepanjang waktu.
Disebutkan bahwasanya penemu dari Yoga klasik adalah Hiranyagarbha Sendiri
adalah Maharishi Patanjali yang memformulasikan pengetahuan ini dalam suatu sistem
pengajaran yang diberi nama Ashtanga Yoga atau Raja Yoga. Ini membentuk salah-satu
13
dari Sad-Darsana, Enam Sistem Filsafat Hindu Klasik. Vyasa telah menjelaskan Yoga
Sutra Patanjali dan ini telah berhasil dikembangkan lebih jauh lagi oleh seorang
pujangga terpelajar yang cemerlang bernama Vachaspati Mishra, serta melalui tulisan-
tulisan yang mengagumkan dari Vijñana Bhikshu.
Yoga, sepaham dengan Sankhya; mereka memegang pandangan dimana ada suatu
prinsip yang bersifat kekal dan hadir dimana-mana, yakni Prakriti disamping suatu
prinsip pluralitas dari Kesadaran yang juga ada dimana-mana, yakni Purusha. Yoga juga
menerima prinsip ketiga yakni: Ishvara. Kontak antara Purusha dengan Prakriti inilah
menimbulkan evolusi lanjut dalam berbagai implikasinya. Purusha —karena Aviveka
(tiada berkemampuan untuk membedakan)— menyangka ada suatu individu ketika
mengidentifikasi Prakriti beserta berbagai modifikasinya itu.
Yoga menitik-beratkan pada metode pembebasan Purusha dari belenggu ini,
melalui upaya yang benar. Oleh karena itu, Yoga lebih merupakan metode praktis guna
pencapaian, ketimbang suatu paparan filosofis semata. Sebagai suatu sistem filsafat
(Darsana), ia merupakan Sa-Ishvara Sankhya, yaitu dengan memasukkan ke-
duapuluhlima Tattva dari Sankhya serta menambahkan satu lagi yakni: Ishvara. Dengan
demikian, Yoga melengkapi karakteristiknya sebagai suatu sistem Sadhana yang bersifat
praktis.
Ketika diselubungi oleh tembok penghalang kebodohan (Aviveka), Purusha
menyangka bahwa Ia tidak sempurna, tak-lengkap, dan menyangka kalau kelengkapan
itu hanya dapat dicapai melalui penggabungannya dengan Prakriti. Purusha lalu —
katakanlah demikian—mulai menggapai Prakriti; dan dengan disinari oleh kesadaran-
Nya, Prakriti yang tiada berdaya (lembam) mulai mempertunjukkan berbagai objek-
objeknya secara kaleidoskopis. Purusha, disebabkan oleh Prakriti-Samyoga—
penyamaan-diri dengan Prakriti, tampak ingin merasakan kenikmatan dari objek-objek
ini. Ia berbuat seperti yang sudah-sudah; tampak berupaya meraih objek-objek tersebut.
Kini belenggu—walaupun sesungguhnya tidak esensial bagi Purusha—menjadi lengkap
dan selanjutnya lingkaran visi serupa itu tersimpan terus. Transmigrasi dari masing-
masing individu, seperti itu, adalah konsekwensi dari Aviveka beserta segala efek-
efeknya. Yoga, melalui proses ilmiahnya, memotong lingkaran ini satu-per-satu dan
mengantarkan menuju Kaivalya Moksha, yang merupakan realisasi dari Purusha (sejati),
yang bebas dari Prakriti beserta segenap evolusinya.
Jauh dalam lubuk hati setiap orang, ada suatu keyakinan yang mendalam akan
adanya Makhluk Tertinggi, kepada siapa seorang Sadhaka berpaling untuk memohon
14
bantuan dan bimbingan, perlindungan maupun inspirasi. Namun sang ego tidak
mengijinkan ini terjadi. Hanya dengan cara melepaskan Purusha dari penjara sang ego
saja, Purusha dapat dilepaskan dari jaring Prakriti. Sang ego memang dengan bersusah-
payah bisa ditundukkan melalui analisa subjektif saja; akan tetapi adalah mudah untuk
membedakan ego—yang terpisah dari Purusha—bila ia dengan suka-rela menyerahkan-
dirinya sebagai suatu persembahan pada altar-persembahan kepada Yang Maha Kuasa;
inilah Ishvarapranidhana. Inilah hipotesa dari Yoga, sebagai tambahan dari nasehatnya
agar berupaya dengan gigih (Sadhana-Marga). Raja Yoga adalah raja dari semua Yoga.
Ia secara langsung berurusan dengan batin. Dalam Yoga ini tidak ada perjuangan dengan
Prana maupun jasmani (Apana). Tidak diperlukan lagi kriya-kriya dari Hatha Yoga.
Sang Yogi duduk dengan sederhana, memperhatikan dan mententeramkan gelembung-
gelembung pemikirannya. Beliau mengheningkan-cipta, menjinakkan gelombang pikiran
dan memasuki kondisi tanpa-pemikiran (thoughtless state) atau Asamprajñata Samãdhi;
itulah Raja Yoga.
Walaupun Raja Yoga merupakan suatu falsafah dualistika yang mengolah Prakriti
dan Purusha, ia membantu siswa Advaitik untuk merealisasikan penunggalannya.
Walaupun diingatkan tentang keberadaan Purusha, pada puncaknya Purusha menjadi
identik dengan Purusha Tertinggi (Parama Purusha) atau Brahman, seperti yang
disebutkan dalam Upanishad-upanishad. Raja Yoga mendorong siswa untuk mencapai
tingkatan tertinggi di tangga spritual, yakni Brahman.
Sistem Yoga dari Patanjali tertuang dalam bentuk sutra-sutra. Sebuah sutra berupa
sebuah sloka pendek yang padat makna. Ia berupa ungkapan-ungkapan aphoristis. Ia
mengandung kedalaman makna, serta signifikasi-signifikansi tersembunyi. Para Rshi di
jaman dahulukala punya suatu tradisi dalam mengekspresikan ide-ide filosofis maupun
realisasinya, hanya dalam bentuk sutra-sutra saja. Amat sulit mengertikan maksud yang
terkandung didalam sutra-sutra, tanpa bantuan komentar atau penjelasan seorang
pembimbing atau Guru yang telah memahami Yoga dengan baik. Seorang Yogi yang
sepenuhnya telah merealisasikan Yoga, akan mampu menjelaskan sutra-sutra dengan
indahnya. Secara harfiah, sutra juga berarti sebuah untaian. Layaknya berbagai bunga
beraneka warna yang dirangkai secara apik, dan membentuk sebuah rangkaian bunga.
Seperti juga mutiara-mutiara yang diuntai menggunakan seutas tali untuk membentuk
sebuah kalung, demikian pula halnya ide-ide dari Sang Yogi teruntai cantik dalam sutra-
sutra.

15
Yoga Sutra disusun dalam beberapa bab. Bab pertama adalah Samãdhi-pãda. Ia
memaparkan beberapa jenis Samãdhi. Ia berisikan 51 Sutra. Hambatan-hambatan dalam
meditasi, lima bentuk Vritti (pusaran pikiran) dan cara mengendalikannya, tiga bentuk
Vairagya, sifat-sifat dari Ishvara, berbagai metode untuk mencapai Samãdhi serta cara
untuk menghadirkan kedamaian hati melalui pengembangan sifat-sifat luhur, juga
dipaparkan disini.
Bab kedua adalah Sãdhana-pãda. Ia terdiri atas 55 Sutra. Ia memaparkan Kriya
Yoga, seperti, Tapa, ajaran penyerahan-diri pada Tuhan, lima Klesha atau noda-noda
batin, metode-metode untuk menghancurkan noda-noda yang menghalangi pencapaian
Samãdhi ini, Yama dan Niyama beserta hasil-hasilnya, praktek Āsana dan Pranayama
beserta manfaat-manfaatnya, Pratyahara serta keuntungan yang diperoleh, dll.
Bab ketiga adalah Vibhuti-pãda. Ia terdiri dari 56 Sutra. Ia menyangkut Dharana,
Dhyana serta berbagai bentuk Samyama pada objek-objek eksternal, pikiran, chakra-
chakra internal serta beberapa objek lain, yang dapat menghadirkan berbagai macam
Siddhi.
Bab ke-empat adalah Kaivalya-pãda atau bab Kebebasan Sejati, yang tersusun dari
34 Sutra. Ia memaparkan tentang kebebasan yang dicapai oleh seorang Yogi yang telah
matang (full-blown Yogi), yang telah dapat membedakan dengan baik mana Prakriti dan
mana Purusha, yang telah terpisah dari Tri Guna. Ia juga memaparkan tentang pikiran
dan prilakunya. Dharmamegha Samãdhi juga dijelaskan disini.

4. SUMBER-SUMBER AJARAN HATHA YOGA

Fenomena dari spiral ini memberikan suatu pola evolusi suatu individu dan
mencapai level kosmik. Pada intinya, Hatha Yoga merupakan kundalini sakti yaitu
lingkaran ular berbentuk spiral yang menggambarkan kekuatan dan tenaga potensial
yang terpendam, yang pada dasarnya terdapat di dalam diri setiap orang. Kundalini
mengandung arti panas dan sakti berarti kekuatan. Jadi kundalini sakti berarti tenaga
spiral yang panas, diam terbaring namun merupakan tenaga yang potensial. Dan tenaga
ini siap meluncur ke atas bila sudah dibuka pembungkusnya dan jalurnya sudah
dibersihkan.
Di dalam kitab Gheranda-Samhita (3.9) dinyatakan bahwa kundalini terletak di
Muladhara di daerah bagian bawah abdomen. Salah satu cara untuk merangsang cakra
ini dengan menekan lapisan abdomen dengan tumit dan kedua sisi dari kaki, dimana
16
tumit menekan lubang dubur dan mata kaki menekan solar plexus, dan merangsang
kundalini dengan mengkontraksikan lubang dubur(bhanu).
Kundalini merupakan tenga yang dahsyat dan menyebar sehingga diyakini sebagai
sumber kehidupan. Terdapat titik khusus dalam matrix tubuh yng menyimpan tenaga
potensial untuk merangsang atau mendapatkan tenaga tersebut. Dan satu dari titik itu
menjadi perhatian khusus dalam Hatha Yoga.
Tujuan pertama dari Hatha Yoga adalah untuk membersihkan nadi sehingga dapat
memperlancar prana, dan kemudian mendorong naik kekutan Kundalini. Pengaktifan
tenaga laten yang dahsyat ini dilakukan menimbulkan transformasi yang mendalam dari
yogi dan mempercepat perkembangan kesadaran akan identitasnya. Tahapan utama
dalam proses transformasi ini ditunjukkan secara bersamaann dengan pembukaan dan
penutupan kundalini di berbagai Cakra yang terletak di citrini-nadi dalam jalur Susumna,
dan sampai pada puncaknya di Sahasrara –padma.
Sering orang-orang terserongkan oleh tanda-tanda tertentu yang kadang hanya
merupakan getaran-getaran dari reaksi sentuhan awal kundalini. Mereka langsung
mengatakan bahwa kundalini telah bangkit. Beberapa indikasi bangkitnya kundalini akan
muncul setelah yang bersangkutan menunjukkan cara hidup yang diperlukan untuk itu.
Kundalini tidak akan dapat bangkit jika yang bersangkutan tidak menjauhkan diri dari
sifat-sifat yng tidak terpuji, termasuk sifat-sifat tidak terpuji yang sangat tersembunyi,
yang sering bersembunyi pula di dalam kegiatan-kegiatan yang tampaknya saleh.
Beberapa indiksi bangkitnya kundalini dapat diyakini jika terjadi adanya hentakan
di Cakra Muladhara, ketika rambut berdiri pada pangkalnya saat Uddiyana, Jalandhara,
dan Mulabandha muncul secara otomatis, saat nafas berhenti tanpa dikehendaki, saat
Kevala Kumbhaka (konsentrasi penuh pada Prana) datang dengan sendirinya tanpa
ditahan. Saat merasakan aliran prana mengalir ke atas menuju Sahasrara, saat mengalami
pengalaman mistik, saat terucapnya mantra gaib OM berulang kali secara otomatis, saat
tidak ada pikiran duniawi dalam benak, saat meditasi mata menjadi satu di trikuta (di
antara dua alis mata), saat samsavi-mudra bereaksi, saat itu dikatakan bangkitnya
kundalni. Selama meditasi, seolah-olah tidak merasakan badan, saat bola mata tertutup
dan tidak terbuka tanpa dikehendaki, saat seperti adanya liran listrik mengalir naik-turun
melalui saraf, saat itu dikatakan kundalini telah bangkit.
YOGA pastilah bukan kata asing bagi telinga kita. Tapi, apa sejatinya yoga itu?
Yoga adalah sistem kesehatan menyeluruh (holistik) yang terbentuk dari kebudayaan
India kuno sejak 3000 SM lalu. Yoga atau yuj dalam bahasa sansekerta kuno berarti
17
union (penyatuan). Penyatuan antara atman dan brahman (yang maha kuasa). Intinya,
dengan yoga seseorang dapat mengenal lebih baik tubuhnya, sekaligus Tuhannya.
Terdapat sembilan bentuk aliran yoga yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus
para siswa yoga, yaitu: Jnana yoga, karma yoga, bhakti yoga, yantra yoga, tantra yoga,
mantra yoga, kundailini yoga, hatha yoga, dan raja yoga.
Aliran yang banyak dipakai sekarang ini adalah hatha yoga atawa penyatuan
melalui penguasaan tubuh dan napas. Hatha adalah gabungan dua kata yaitu ha dan tha
yang artinya adalah matahari dan bukan. Hatha yoga fokus pada teknik asana (postur),
pranayama (olah napas), bandha (kuncian), mudra (gestur), serta relaksasi yang
mendalam. Tujuan hatha ini adalah menjaga keseimbangan alarm tubuh dengan
mempraktikkan kelima prinsip yoga. Prinsip-prinsip tersebut adalah berlatih dengan
teratur, bernapas dalam, pola makan yang seimbang, beristirahat cukup, berpikir positif,
dan meditasi.
Gerakan yoga sangat banyak variasinya, mulai dari yang sederhana, hingga yang
sangat rumit. Menurut Pujiastuti Sindhu, Pimpinan Yoga Leaf di Bandung, ada 840.000
asana dalam yoga. Jadi, semua orang, dari anak-anak hingga manula dan perempuan
hamil, bisa melakukan yoga.
Karena itu, perempuan yang sehari-hari disapa Uji tersebut menyarankan agar
pelaku yoga tidak terlalu memaksakan suatu gerakan yoga. "Semua sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan," tutur dia.
Uji pun menganjurkan agar siapapun yang melakukan yoga, melakukan asana
dengan prinsip sweet discomfort atau batas antara nyaman dan tidak nyaman. "Jika
merasa tegangan tubuh meningkat, artinya Anda terlalu memaksa tubuh. Tubuh akan
memberi sinyal untuk meregang lebih jauh saat ia telah siap," tutur Uji. Untuk pemula,
diperlukan seorang yogi atau guru yoga sebagai pemandu. Yogi akan memandu para
pemula, memberi pengetahuan tentang gaya hidup sehat, serta mampu memberi
bimbingan ketika bermeditasi. Manfaat berlatih yoga adalah meningkatkan fungsi kerja
kelenjar endokrin di dalam tubuh, meningkatkan sirkulasi darah ke seluruh sel tubuh dan
otak, serta membentuk postur tubuh yang lebih tegap. Tak cuma itu, yoga membuat otot
lebih lentur dan kuat, meningkatkan kapasitas paru-paru saat bernapas, dan membuang
racun dari dalam tubuh. Yoga juga memperlambat penuaan, memurnikan saraf pusat
yang terdapat di tulang punggung, mengurangi ketegangan tubuh, pikiran dan mental,
serta lebih kuat saat menghadapi stres.

18

Anda mungkin juga menyukai