Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Agama Hindu memiliki ciri khas sebagai salah satu agama yang paling toleran,
yang mana di dalam kitab Weda dalam salah satu baitnya memuat kalimat berikut:

Ekam Sat Vipraaha Bahudhaa Vadanti


"Hanya ada satu kebenaran tetapi para orang pandai menyebut-Nya
dengan banyak nama."
— Rg Weda (Buku I, Gita CLXIV, Bait 46)
(http//www.wamedia.mobi.id)

Dalam berbagai pustaka suci Hindu, banyak terdapat sloka-sloka yang


mencerminkan toleransi dan sikap yang adil oleh Tuhan. Umat Hindu
menghormati kebenaran dari mana pun datangnya dan menganggap bahwa semua
agama bertujuan sama, yaitu menuju Tuhan, namun dengan berbagai sudut
pandang dan cara pelaksanaan yang berbeda. Hal itu diuraikan dalam kitab suci
mereka sebagai berikut:

Ye yathā mām prapadyante tāms tathaiva bhajāmy aham,


mama vartmānuvartante manusyāh pārtha sarvaśah

(Bhagavad Gītā, 4.11)

Arti:

Jalan mana pun yang ditempuh seseorang kepada-Ku,


Aku memberinya anugerah setimpal. Semua orang mencari-Ku
dengan berbagai jalan, wahai putera Partha (Arjuna)
(http//www.wamedia.mobi.id)

1
Yo yo yām yām tanum bhaktah śraddhayārcitum icchati,
tasya tasyācalām śraddhām tām eva vidadhāmy aham

(Bhagavad Gītā, 7.21)

Arti:

Kepercayaan apapun yang ingin dipeluk seseorang,


Aku perlakukan mereka sama dan
Ku-berikan berkah yang setimpal supaya ia lebih mantap
(http//www.wamedia.mobi.id)

Meskipun ada yang menganggap Dewa-Dewi merupakan Tuhan tersendiri, namun


umat Hindu memandangnya sebagai cara pemujaan yang salah. Dalam kitab suci
mereka, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda:

ye ‘py anya-devatā-bhaktā yajante śraddhayānvitāḥ


te ‘pi mām eva kaunteya yajanty avidhi-pūrvakam

(Bhagavad Gītā, IX.23)

Arti:

Orang-orang yang menyembah Dewa-Dewa dengan penuh keyakinannya


sesungguhnya hanya menyembah-Ku, tetapi mereka melakukannya
dengan cara yang keliru, wahai putera Kunti (Arjuna)
(http//www.wamedia.mobi.id)

Jalan yang dipakai untuk menuju Tuhan (Hyang Widhi) jalurnya


beragam, dan kemudian dikenallah para dewa. Dewa yang tertinggi dijadikan
sarana untuk mencapai Hyang Widhi. Aliran terbesar agama Hindu saat ini adalah
dari golongan Sekte Waisnawa yaitu menonjolkan kasih sayang dan bersifat
memelihara; yang kedua terbesar ialah Sekte Siwa yang menjadi tiga sekte besar,

2
yaitu Sekte Siwa, Sekte Sakti (Durga), dan Sekte Ganesha, serta terdapat pula
Sekte Siwa Siddhanta, Sekte Bhairawa, dan lain-lain. Yang ketiga ialah Sekte
Brahma sebagai pencipta yang menurunkan Sekte Agni, Sekta Rudra, Sekte
Yama, dan Sekte Indra. Sekte adalah jalan untuk mencapai tujuan (Tuhan), dan
pemeluk Hindu dipersilakan memilih sendiri yang mana yang paling baik/bagus.

Selain terbagi ke dalam sekte-sekte, agama Hindu juga mengenal cara


atau jalan yang berbeda-beda untuk mencapai kepada Tuhan atau kebenaran
Empat jalan itu disebut Catur Marga, yaitu:
1. Yoga Marga /Raja Yoga : menuju pada kebenaran dengan jalan
disiplin tertentu dengan metode-metode Yoga
2. Jnana Marga/Jnana Yoga : menuju persatuan dengan Tuhan
dengan cara terus menerus mempelajarinya
3. Bhakti Marga/Bhakti Yoga : menyerahkan diri dengan tulus
kepada Tuhan sebagai seorang poenyembah yang penuh kecintaan
4. Karma Marga/Karma Yoga: menuju pembebasan dengan jalan
bekerja tanpa mengharapkan hasil.
Diantara Catur Marga ini jangan dipermasalahkan mana yang terbaik,
semua marga ini mempunyai nilai yang sama dihadapan Yang Widhi Wasa yang
penting kesucian dan ketulusan dalam diri sendiri.

1.2 Permasalahan
Jalan-jalan tersebut adalah generalisasi dari cara-cara yang ditempuh
manusia untuk mencari kebenaran tertinggi. Jadi, dalam agama Hindu tidak ada
jalan tunggal yang ditetapkan untuk mencapai tujuan tertinggi. Semua itu
dikembalikan kepada kemampuan masing-masing individu karena memang
individu diciptakan dengan karakter dan kemampuan yang berbeda-beda.
Berkaitan dengan pendidikan, sebenarnya apakah nilai yang terkandung
dalam keempat jalan tersebut? Dan apakah nilai-nilai tersebut dapat kita terapkan
untuk mencapai keberhasilan tujuan belajar?

3
Tulisan ini bermaksud menyaring inti dari keempat jalan tersebut untuk
mendapatkan nilai utama yang menjadi ciri mendasar dan sekaligus penekanan
masing-masing aliran. Asumsi dasarnya adalah: bila tujuan yang ingin dicapai
adalah sama, maka cara yang dipakai untuk mencapai tujuan itu bisa berbeda-beda
hanya karena setiap jalan memberi penekanan yang lebih terhadap suatu hal untuk
mencapai tujuan tersebut.

4
BAB II
CATUR MARGA

2.1 Raja Yoga


Dari http//www.wikipedia.com, Raja Yoga berkaitan terutama dengan
pengendalian pikiran menggunakan meditasi (dhyana) menuju pada
pengertian kenyataan yang lebih benar sehingga pembebasan dapat dicapai.
Raja Yoga pertama kali ditemukan dalam Yoga Sutra Patanjali dan merupakan
bagian dari tradisi Samkhya.
Raja Yoga adalah pilihan jalan yang dipilih oleh orang-orang yang
memiliki kecenderungan untuk melakukan “olah tubuh” dan pikiran dengan
metode-metode tertentu yang disebut Yoga.
Yoga ini berkaitan dengan Tapa. Brata, dan samadhi. Orang yang
melakukan Raja Yoga dituntut untuk melakukan sadhana-sadhana atau
disiplin-disiplin tertentu yang sangat ketat untuk membatasi kecenderungan-
kecenderungan keduniawian.
Disiplin tersebut berupa pantangan makanan, pengolahan napas, latihan
postur tubuh, dan banyak rupa pengekangan-poengekangan lainnya yang
ditujukan untuk membantu kontemplasi seseorang kepada Tuhan.
Pelaku Raja Yoga biasanya meninggalkan kehidupan bermasyarakat dan
menetap di tempat-tempat yang terisolasi seperti di tengah hutan, gunung, atau
di suatu temapt suci tertentu untuk dapat terus berkonsentrasi berkontemplasi
terhadap “kesejatian.”

2.2 Jnana Yoga

Seperti disebutkan dalam Bhagavad Gita, Shankara menekankan


betapa pentingnya Jnana Yoga sebagai jalan menuju pengetahuan tentang
“Yang Absolut” (Brahman). Sedangkan Ramanuja mengakui pengetahuan
sebagai sebuah bentuk pemujaan. Dalam Bhagavad Gita 13.3 Krisna
mengatakan bahwa Jnana terdiri atas pengertian yang mencukupi tentang

5
ksetra (tempat terjadinya aktifitas, yaitu badan) dan ksetrajna atau yang
mengetahui atau jiwa.

Ksetrajñaṃ cāpi māṃ viddhi sarvakṣetreṣu bhārata


Ksetrakṣetrajñayor jñānaṃ yat taj jñānaṃ mataṃ
mama
Bhgavad Gita (13.3)

O Arjuna, know Me to be the creator of all the creation. The true


understanding of both the creator and the creation is considered by Me to be
the transcendental knowledge. (13.02)

(Terjemahan Inggris oleh Sir Edwin Arnold, 1885, sacred-texts.com)

O Arjuna, ketahuilah Aku sebagai Pencipta segala Ciptaan. Pengetahuan sejati


tentang Pencipta dan ciptaan menurutKu adalah pengetahuan sejati (-pen)

Dalam sloka 13.5- 13.6, Krisna menekankan bahwa pencari pembebasan


harus mengerti perbedaan keduanya.

Rṣibhir bahudhā gītaṃ chandobhir vividhaiḥ pṛthak


Brahmasūtrapadaiś caiva hetumadbhir viniścitaiḥ
Bhgavad Gita (13.5)

Mahābhūtāny ahaṃkāro buddhir avyaktam eva ca


Indriyāṇi daśaikaṃ ca pañca cendriyagocarāḥ
Bhgavad Gita (13.6)

The primary material Nature, the cosmic intellect, "I" consciousness or


ego, five basic elements, ten organs, mind, five sense objects; and desire,
hatred, pleasure, pain, the physical body, consciousness, and resolve  thus
the entire field has been briefly described with its transformations

(Terjemahan Inggris oleh Sir Edwin Arnold, 1885, sacred-texts.com)

Alam materi, kecerdasan kosmis, kesadaran keakuan atau ahamkara,


Panca Maha Bhuta, sepuluh organ indria, pikiran,panca indera, dan
nafsu,kebencian, kesenangan, rasa sakit, badan fisik, kesadaran, dan pemecahan-
dengan demikian seluruh badan telah diterangkan dengan segala perubahannya.

6
(-pen)
Jadi, Jnana Yoga adalah jalan pembebasan yang menekankan pada proses
untuk terus menerus meningkatkan pengetahuan yang dilakukan dengan cara
mempelajari batin secara kontinyu dan mendalam. Pengetahuan tentang kesejatian
dapat mengantarkan seseorang kepada kesejatian itu sendiri.

2.2 Karma Yoga


Karma Yoga adalah cara untuk mencapai pembebasan dengan bekerja,
namun dalam melakukan pekerjaan si pelaku harus dapat lepas dari
pengharapan akan hasil dari pekerjaan tersebut. Jadi ia melaksanakan sebuah
“pekerjaan untuk pekerjaan itu sendiri”.
Menurut Karma Yoga, hasil bukanlah tujuan dari sebuah pekerjaan
karena hasil sudah pasti akan didapat dan sudah ditentukan. Dengan demikian,
seseorang tidak boleh terikat pada hasil apapun dari pekerjaan tersebut untuk
mencapai pembebabasan.
Jalan ini menekankan pada kerja keras yang disertai dengan lepasnya
rasa ego dalam melakukan pekerjaan sehingga pekerjaan itu tidak dilakukan
atas dasar kepentingan dan keuntungan pribadi si pelaku.

2.3 Bhakti Yoga


Bhakti Yoga menganggap cara berbakti secara tulus ikhlas dan penuh
cinta adalah cara untuk mencapai pembebasan. Seseorang yang ingin
mencapai pembebasan tidak boleh menyembah Tuhan dengan dilandasi oleh
keinginan pribadi terhadap apa yang diinginkannya, namun ia harus
menyembah Tuhan karena rasa cinta dan terima kasih serta dengan hati yang
sungguh-sungguh tulus. Tuhan dipuja karena Ia memang layak dipuja.
Dari bhakti yang terus menerus maka diharapkan akan tumbuh rasa
persatuan dengan Tuhan sehingga orang itu tidak akan pernah lupa dengan
keberadaanNya.
Pemujaan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, bisa dengan
japam (mengulang-ulang nama Tuhan), Kirtan (menyanyikan nama Tuhan),

7
atau pun memberikan bentuk-bentuk persembahan yang lain. Yang penting
persembahan itu tulus dan terlepas dari motif untuk meminta sesuatau demi
kepentingan pribadi pada Tuhan.

8
BAB III
NILAI-NILAI DARI AJARAN CATUR MARGA

Dalam kaitannya dengan pendidikan, kita dapat mengambil nilai-nilai


yang dapat ditanamkan pada para siswa Hindu dari ajaran catur marga tersebut.
Dari masing-masing marga kita dapat mengambil nilai yang menjadi penekanan
pada jalan tersebut.
Prinsip dasar dari jalan-jalan tersebut tidak harus kita aplikasikan secara
terpisah namun dapat kita jadikan satu sehingga menjadi empat prinsip yang
menjadi pegangan bagi kita baik dalam belajar maupun dalam kehidupan di
masyarakat secara lebih luas.
Raja Yoga mengajarkan pada kita tentang tingkat kedisiplinan yang
tinggi, tanpa disiplin kita tidak akan dapat mencapai tujuan yang kita inginkan.
Disiplin membentuk diri kita menjadi orang yang bertanggungjawab dan
profesional dalam bertindak.
Disiplin juga berguna untuk dapat menerapkan scheduling dan alokasi
waktu secara efektif dan efisien sehingga hasil yang optimal bisa kita dapatkan
dalam belajar.
Disiplin juga membuat kita memiliki skala prioritas sehingga konsentrasi
kita pada pelajaran tidak terganggu oleh hal-hal lain yang memiliki skala prioritas
yang lebih rendah.
Jnana Yoga mengajarkan pada kita untuk terus menerus belajar.
Menganggap diri sudah pintar hanya akan menghalangi kita untuk mencapai
pengetahuan yang lebih jauh lagi. Jnana Yoga mengajarkan untuk terus
melakukan penggalian terhadap ilmu pengetahuan untuk mencapai pengetahuan
yang setinggi mungkin.
Jnana Yoga yang bertindak secara terus menerus tanpa mengenal tempat
dan waktu untuk belajar membuat kita dapat belajar dari apa saja dan
menggunakan apa saja dan membuat kita selalu dapat belajar dari fenomena apa
yang mungkin kita temukan di luar tempat belajar formal.

9
Jnana Yoga juga mengajarkan kita untuk mencintai pengetahua dan
menganggap pengetahuan adalah wujud dari sisi ketuhanan seseorang. Widya
atau pengetahuan adalah hal yang bersifat terang dan menerangi jalan hidup
seseorang
Karma Yoga mengajarkan kita tentang pentingnya bekerja keras dan
mencintai proses. Hasil tidak menjadi tujuan dalam pekerjaan. Jadi klita
diajarkan untuk belajar karena kita memang masih butuh untuk terus belajar.
Karma Yoga menekankan kita untuk tidak menjadikan hasil sebagai
motivasi. Pada jaman ini banyak sekali kita temui orang yang bersekolah
dengan motivasi-motivasi lain selain belajar, misalnya untuk mencari gelar.
Ini tentu saja tidak sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Karma Yoga.
Bhakti Yoga mengajari kita tentang keikhlasan dalam belajar atau
mencari pengetahuan. Keikhlasan ini akan menumbuhkan kecintaan terhadap
apa yang kita pelajari sehingga dengan kecintaan tersebut kita dapat belajar
dengan lebih bersemangat dan gembira.
Kita diajarkan untuk tidak menjadikan suautu kewajiban sebagai
sebuah beban namun sebagai sebuah bentuk pengabdian terhadap kewajiban.

10
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari Catur Marga/Yoga, kita dapat mengadopsi empat nilai dasar yang
dapat kita terapkan yaitu:
1. Kedisiplinan dari Raja Yoga
2. Motivasi untuk belajar terus menerus dari Jnana Yoga
3. Kerja keras dari Karma Yoga
4. Kecintaan dari bhakti Yoga
Keempat nilai ini merupakan nilai-nilai yang sangat perlu ada dalam diri
kita sebagai insan yang belajar. Bila nilai-nilai ini diterapkan maka apa yang
menjadi tujuan kita dalam belajar akan dapat tercapai.
Selain itu. Semangat dari nilai-nilai ini juga dapat diterapkan dalam segi
kehidupan kita yang lain karena merupakan nilai yang universal.

4.2 Saran

Sebagai umat yang mewarisi ajaran tentang Catur Marga, hendaknya


kita dapat menyarikan dengan baik apa yang menjadi nilai dasar dari ajaran
tersebut untuk dapat kita terapkan pada kehidupan kita agar dapat menghasilkan
pencapaian yang lebih baik.

11
Sumber-Sumber

http//www.wamedia.mobi.id
http//www.wikipedia.com/artikel/raja yoga
http//www.sacred-text.com : Bhagavadgita, English Translation by Sir Edwin
Arnold, 1885
Dan disarikan dari berbagai sumber lainnya yang tidak dikutip secara khusuh.

12
NILAI-NILAI DASAR AJARAN CATUR MARGA

Oleh :

I Wayan Wiharta Nadi

NIM: 09.1.2.5.2.0436

Dikumpulkan Sebagai Tugas Mata Kuliah

Landasan Pendidikan

13

Anda mungkin juga menyukai