Anda di halaman 1dari 5

NAMA : K A EDI SUYOGA

NIM : 042299587

AKTUALISASI AJARAN BRAHMAWIDYA

DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN HINDU DI ERA DIGITAL

I. PENDAHULUAN

Ilmu yang mempelajari Tuhan dikanal secara umum dengan Teologi. Dalam ajaran
Hindu, konsep mengenai Tuhan dan ajaran ketuhanan dikenal dengan brahmawidya.
Brahmawidya terdiri atas kata brahma dan widya. Dalam ajaran Upanisad Tuhan dikenal
dengan Brahman. Brahman berasal dari kata brh yang artinya berkembang, timbul ke mana-
mana. Kata turunannya brhttvam berarti muncrat keluar, berbuih ke luar, perkembangan yang
tiada habisnya. Kata widya berdasarkan kamus bahasa Sansekerta berarti pengetahuan. Dapat
disimpulkan brahmawidya memiliki arti pengetahuan mengenai sumber yang menyebabkan
berkembang, yang melampaui keabadian, oknum yang memiliki sifat yang sempurna, dan
sumber penyebab terjadinya alam semesta beserta isinya. Pengetahuan mengenai ketuhanan
dalam Hindu atau brahmawidya bersumber pada weda, baik Weda Sruti maupun Weda Smrti.
Konsep ketuhanan dalam ajaran Hindu menyebutkan bahwa Tuhan itu adalah satu, tetapi orang
bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama, seperti disebutkan dalam kitab Rgveda
I.164.46.

Secara umum, konsep ketuhanan yang diyakini oleh umat Hindu dan tertuang dalam
ajaran Hindu, yaitu Weda, adalah konsep Tuhan yang transenden dan imanen. Konsep Tuhan
yang transenden adalah konsep mengenai Tuhan yang merupakan sumber dari segala sumber
kehidupan yang tidak dapat dipahamioleh umat manusia karena Tuhan tidak dapat diwujudkan
atau digambarkan dalam berbagai wujud. Tuhan yang dipahami dalam hal ini adalah Tuhan
yang Acintya, yaitu Tuhan yang tidak berwujud, abstrak. Pemahaman mengenai Tuhan yang
transenden atau nirguna brahman diajrkan oleh Sankara Acarya dalam garis perguruannya
yang dikenal dengan nama aliran advaita. Aliran advaita menyatakan bahwa hanya Brahman
satu-satunya yang absolut dan yang benar karena segalasesuatu yanga da di dunia ini bersumber
dari Brahman walaupun Brahman tidak dapat diamati oleh umat manusia.

Selanjutnya konsep brahmawidya yang kedua adalah Tuhan yang imanen atau
Sagunam Brahman, yaitu konsep Tuhan. Dimana Tuhan dapat dipahami oleh manusia karena
Tuhan dapat dipersonifikasikan dan dapat dimanifestasikan. Dalam konsep ini Tuhan memiliki
wujud, yaitu wujud para dewa dan umat Hindu yang awam juga memahami-Nya dalam wujud
arca sehingga umat Hindu, baik di Bali maupun di luar Bali, banyak yang memuja tuhan dalam
manifestasi yang diwujudkan dengan arca para dewa.

Konsep ajaran brahmawidya harus dipahami oleh umat Hindu karena keterkaitannya
dalam membangun sraddha dan bhakti sehingga umat tidak memiliki keraguan dalam
memahami Brahman dan tidak menimbulkan pertentangan atau perselisihan apabila setiap
orang memiliki pemahaman yang berbeda terhadap konsep Brahman. Ajaran hindu tidak
pernah membatasi kemampuan umat untuk memahami keberadaan Brahman atau Tuhan
karena ajaran Hindu meyakini bahwa setiap orang memiliki kemampuan spiritual yang
berbeda-beda sehinga segala perbedaan tidak perlu dipertentangkan asalkan tujuan semuanya
adalah meningkatkan kepercayaan terhadap keberadaan Brahman dan meningkatkan rasa.

Konsep ketuhanan inilah yang akan kita bahas dalam uraian berikut untuk mendapatkan
gambaran jelas mengenai aktualisasi ajaran brahmawidya dalam kehidupan social keagamaan
Hindu di era digital.

II. PEMBAHASAN

Tuhan dalam keadaan sebagaimana halnya adalah dalam keadaan tanpa sifat (nirguna
atau sunya). Dalam ilmu filsafat dikatakan sebagai keadaan dalam alam transcendental, yang
berarti diluar dari kemampuan berpikir. Dalam ilmu teologi, bahan pembicaraan adalah Tuhan
dalam aspek Saguna Brahman, yakni Tuhan dengan sifat hakekatnya menurut pikiran manusia.

II.I Nirgunam Brahman

Dalam Hindu, konsep Brahman dan Atman (Diri) adalah satu. Brahman berdiri salam
konsep pemenuhan yang utama, yang berintegrasi dalam semua hal, akan tetapi, ada dua acara
yang berbeda untuk mengerti Brahman. Satu cara untuk menjelaskan Brahman adalah dengan
bahwa Brahman adalah sumber dari segalanya dan segalanya akan kembali pada sumber
tersebut. Cara lain untuk menggambarkan Brahman adalah sebagai "prinsip pengalaman,
seperti apa yang merupakan esensi dari keberadaan pencari, yang di mana diri pencari dapat
dipetakan". Konsep penting lain dari Brahman adalah Atman dan hubungan dari keduanya.
Beberapa individu menyebutkan Brahman dan Atman adalah satu sedangkan yang lain
menganggap Brahman dan Atman adalah berbeda. Kitab Upanisad lebih lanjut
menggambarkan Brahman sebagai pencipta dan juga pendukung segala sesuatu di alam
semesta. Begitu seseorang memahami hubungan antara Brahman dan Diri (Atman), individu
kemudian mengalami moksa.

Salah satu tokoh yang sangat penting dalam mengeksplorasi gagasan Brahman, dan
kualitas atau kekurangannya, adalah Sankara. Sankara dianggap sebagai salah satu filsuf
Hindu yang paling penting, yang dikenal terutama karena interpretasinya tentang Upanisad,
Bhagavad Gita, dan Brahma Sutra. Dia menciptakan filosofi Advaita Vedanta (radikal non-
dualisme), yang mengklaim, seperti aspek hindu lainnya, bahwa satu-satunya hal yang ada
adalah Brahman. Konsep Brahman dalam Advaita Vedanta adalah bahwa Brahman tidak
terdiri dari bagian-bagian, oleh karena itu Atman adalah Brahman, dan Brahman adalah Atman:
bukan dua atribut yang berbeda. Atman tidak bisa menjadi kualitas/atribut Brahman, karena
Brahman tidak terdiri dari bagian yang terpisah. Gagasan ini menunjukkan bahwa Brahman
adalah Nirguna, "di luar, atau tanpa atribut". Bagian dari filsafat Sankara menggambarkan
Nirguna Brahman sebagai "realitas yang tidak memenuhi syarat, [dan] adalah asal-usul dunia
pengalaman", dan juga dapat digambarkan sebagai keheningan; Ini adalah keadaan Brahman
di mana individu damai, dan diam.

Berdasarkan konsep diatas Nirgunam Brahman dapat diartikan bahwa Tuhan tidak
dapat diwujudkan dalam berbagai wujud, tidak dapat diamati dalam sebuah wujud, tidak
memiliki atribut, dan tidak memiliki nama. Oleh karena itu, Tuhan tidak dapat diwujudkan
dalam nama-nama dewa dan tidak dapat diwujudkan dalam bentuk arca-arca dewa dan dewi.
II.II Sagunam Brahman

Aspek kedua dari Brahman adalah konsep Saguna Brahman. Meskipun merupakan
bagian yang sama dari pemahaman Brahman, secara drastis berbeda dari Nirguna Brahman.
Saguna Brahman adalah "Realitas Tertinggi yang ditugaskan dengan atribut". Chaudhuri
menggambarkan Saguna Brahman sebagai "Roh Tertinggi yang dipahami sebagai prinsip
universal yang diberkahi dengan fungsi kosmik seperti penciptaan, pemeliharaan, dan
peleburan". Sankara mengambil pandangannya tentang bagaimana maya ditumpangkan ke
Brahman, dan mengatakan bahwa karena maya ditumpangkan ke segala sesuatu, hal-hal yang
dilihat seseorang melalui maya memiliki kualitas, dan karena itu kualitas-kualitas itu berarti
bahwa Brahman adalah Saguna. Sankara juga menjelaskan bahwa pemahaman tentang dunia
yang dilihat seseorang melalui maya disebut Isvara (Tuhan). Tiga kualitas Saguna Brahman
yang paling umum adalah sat, cit, dan ananda. Sat adalah makhluk atau keberadaan Brahman,
cit adalah kesadaran Brahman, dan ananda adalah kebahagiaan. Kualitas-kualitas Brahman ini
dilihat melalui ilusi Maya dan begitu kualitas-kualitas ini dilucuti, teori Sankara adalah bahwa
seseorang ditinggalkan dengan esensi murni Brahman, yaitu Nirguna, atau tanpa atribut.

Dalam masyarakat Hindu Bali konsep Sagunam Brahman lebih kental pengaruhnya.
Hal ini bisa dilihat dari kehidupan social masyarakat Hindu di Bali dimana di setiap pura dan
bahkan sanggah terdapat arca dari deva devi serta pemujaan terhadap arca-arca tersebut.

II.III AKTUALISASI AJARAN BRAHMAWIDYA DI ERA DIGITAL

Aktualisasi dari ajaran brahmawidya dapat dilihat pada berbagai macam kegiatan, salah
satunya adalah dengan perjalanan diri menuju Tuhan. Jalan (Patha) menuju Tuhan ialah cara
dengan melakukan cara mana seseorang akan mencapai Tuhan atau pada wilayah Tuhan. Untuk
mencapai Tuhan, orang harus mengenal Tuhan. Tetapi pengetahuan tentang Tuhan serba
terbatas. Cara mengetahuinya terlalu berliku-liku hingga dapat menyesatkan tanpa kesadaran
dan berpikir selalu tentang Tuhan. Menurut Rgveda X.71, ada empat jalan yang dapat dilakukan
manusia untuk sampai kepada Tuhan, yaitu:

1. Dengan menyanyikan lagu-lagu pujaan;


2. Dengan mempelajari dan mengenal Tuhan kemudian mengajarkannya;
3. Dengan melakukan Yajna dan mematuhi aturan yang digariskan;
4. Dan, dengan membaca doa-doa mantra.

Dari keempat ajaran tersebut kemudian dikembangkan menjadi beberapa marga (yoga),
yaitu:

1. Bhakti Marga (Yoga)


Bhakti Marga Yoga adalah jalan menuju Tuhan dengan cara menunjukkan bhakti
kepada-Nya atau dapat juga diartikan sebagai proses menyatukan Atman dengan
Brahman, dengan berlandaskan atas dasar cinta kasih yang mendalam kepada Tuhan
dan segala ciptaan-Nya.
2. Jnana Marga (Yoga)
Jnana Marga Yoga artinya usaha menghubungkan diri dengan Tuhan melalui jalan
pengetahuan. Pengetahuan yang ditekankan yaitu pengetahuan spiritual, yakni
pengetahuan yang dapat membebaskan umat manusia dari belenggu penderitaan, lahir,
dan batin.
3. Karma Marga (Yoga)
Karma Marga Yoga berarti usaha atau jalan untuk emndekatkandri kepada Tuhan
melalui tindakan kerja yang tulus ikhlas. Karma Marga Yoga menekankan kerja
sebagai bentuk pengabdian dan bhakti kepada Tuhan di dalam usaha mewujudkan
kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin.
4. Raja Marga (Yoga)
Raja Marga Yoga adalah suatu jalan atau usaha tertinggi untuk menghubungkan diri
dengan Tuhan melalui jalan melakukan Yoga. Raja Marga memerlukan pengendalian
diri, disiplin diri, pengekangan dan penyangkalan terhadap hal-hal yang bersifat
keduniawian. Melalui jalan ini seseorang akan lebih cepat mencapai moksa, tetapi
tantangan yang dihadapinya pun lebih berat, orang yang mencapai moksa dengan jalan
ini diwajibkan mempunyai seorang guru kerohanian yang sempurna untuk dapat
menuntun dirinya ke arah tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Hindu di Indonesia, umat Hindu


melaksanakan persembahyangan tiga waktu atau Tri Sandya. Sembahyang adalah salah satu
cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Seorang yang hendak sembahyang harus dalam
keadaan suci dan baik, bukan hanya bersih karena mandi tetapi juga suci pada tingkah laku dan
pikiran. Dalam Manu Smrti dikemukakan bahwa:

1. Pikiran kotor dan tidak baik harus diperbaiki dan disucikan dengan membaca mantra
atau Kitab Weda;
2. Badan yang kotor harus dibersihkan dengan jalan mandi;
3. Benda yang kotor harus dibersihkan dengan air, api atau benda pensuci lainnya;
4. Perkataan yang kotor harus diajar berkata-kata yang baik, kata-kata halus dan budi
bahasa yang baik.

Mereka yang dalam keadaan bersih dan suci inilah yang layak melaksanakan sembah bhakti
kepada tuhan.

Pada masa sekarang, aktualisasi ajaran brahmawidya dapat dilihat pada fungsi social
media sebagai media untuk penyebaran informasi. Banyak insan-insan Hindu yang
membagikan ajaran ketuhanan melalu platform social media seperti instagram, youtube,
facebook, dan lain-lain. Bebrapa tahun yang lalu saluran TV nasional yang pada saat itu masih
menjadi pilihan utama massa sebagai media penyiaran juga kerap menampilkan Dharma
Wacana di beberapa channel tertentu sebagai bentuk penyebaran ajaran ketuhanan di era
digital. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, serta proses digitalisasi
yang berbanding lurus dengan ketertarikan generasi baru terhadap dunia digital sudah menjadi
sebuah keharusan bahwa ajaran brahmawidya disebarkan juga melalui digitalisasi. Dan dengan
munculnya banyak pembuat konten mengenai ajaran Agama Hindu pada platform social media
akan sangat membantu ajaran brahmawidya diketahui oleh generasi muda Hindu. Contoh saja
pada platform Instagram terdapat beberapa akun yang khusus membicarakan tentang filsafat
hindu atau cerita cerita sejarah di Bali ataupun berdasarkan Weda. Adapun beberapa akun
tersebut adalah @filsafat_hindu, @calonarangtaksu, @tatwa_hindu, dan masih banyak lagi
lainnya.

III. PENUTUP

Brahmawidya adalah pengetahuan tentang ketuhanan dalam Agama Hindu,


pemahaman tentang Tuhan itu penting dan harus dimiliki untuk membangun sraddha dan
bhakti sehingga umat tidak memiliki keraguan dalam memahami Brahman dan tidak
menimbulkan pertentangan atau perselisihan apabila setiap orang memiliki pemahaman yang
berbeda terhadap konsep Brahman. Aktualisasi ajaran brahmawidya dalam kehidupan sehari-
hari dapat dilakukan dengan melaksanakan Catur Marga Yoga serta membersihkan diri dan
menyucikan pikiran untuk melakukan persembahyangan sebagai upaya untuk mendekatkan
diri kepada Tuhan. Di masa sekarang dengan kemajuan teknologi dan komunikasi serta
digitalisasi, penyebaran ajaran brahmawidya melalu platform sosisal media sangatlah
membantu agar ajaran brahmawidya dapat diketahui oleh generasi muda. Dengan adanya akun-
akun yang menyebarkan ajaran hindu akan membantu generasi muda untuk tetap meiliki ilmu
ketuhanan di era digitalisasi.

DAFTAR PUSTAKA:

Sudiani, Ni Nyoman., Suhardi, Untung., & Raharjo, Sukino Hadi. Buku Materi Pokok
Pendidikan Agama Hindu.Universitas Terbuka. Banten. Tangerang Selatan. 2021.

Nirguna And Saguna Brahman. www.mahavidya.ca (Article written by: Alex William (April
2013))

Gede Pudja, MA SH. 1999. Theologi Hindu (Brahma Vidya). Diringkas oleh : I Putu Suryana
Suyasa. 2010.

Anda mungkin juga menyukai